NEWS
NEWS
Edisi
Maret 2021
LETTER
LETTER
REDAKSI
1
Rsup Persahabatan rs_persahabatan rs_persahabatan RSUP Persahabatan www.rsuppersahabatan.co.id
Redaktur
dr Masdelira Siregar, MH Eryuniyanti, S.Sos
Editor & Grafis Layout
Ifa Nurul Utami,S.Sos
Fotografer
Fidhyantoro, S.Sos Zulfikar Amd Nanda Rica Iriani, Amd Achmad Tanto Setiadi, S.Ikom Roro Rizqi Sriwulandari, S.Ikom
Novani Egi Pratomo, Amd
Kritik dan Saran ditujukan ke :
Bagian HUKORMAS RSUP Persahabatan Jl. Persahabatan Raya No. 1 Rawamangun, Jakarta Timur 13230
Call Center (021) 4786 9945 Telp (021) 4891708 ext 605 Fax. (021) 4751741 Email : info@rsuppersahabatan.co.id Website : www.rsuppersahabatan.co.id
Pengukuhan dan Serah Terima Jabatan Pejabat Non Struktural Di Lingkungan RSUP
Persahabatan, Jumat (5/3/2021) oleh Direktur Utama Rumah Sakit Umum Pusat
Persahabatan dr Agus Suryanto, SpPD-KP,MARS,MH. Surat Keputusan Direktur
Utama Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Nomor: HK.02.03/SK/IX.2/19 sd 52/
2021 Tentang Pengangkatan, Pemindahan & Pemberhentian Dalam Dan Dari Jabatan
Non Struktural di Lingkungan RSUP Persahabatan.
Berikut nama-nama Pejabat Non Struktural yang di lantik di lingkungan RSUP
Persahabatan:
•
Satinah, S.Kep, Ners, M.Kep sebagai Ketua Komite Keperawatan
•
dr. Hendy Mirza, Sp.U sebagai Kepala Instalasi Gawat Darurat
•
Yusuf Nurhakim, ST sebagai Kepala Instalasi Promosi Kesehatan Rumah Sakit
•
drg. Arfan Badeges, Sp.BM, MARS sebagai Kepala Instalasi Sistem Informasi
Rumah Sakit
•
dr. Vonny Yahya, MH sebagai Plt. Koordinator perencanaan dan evaluasi
•
dr. Botefilia, Sp.OG(K) sebagai Plt. Koordinator pelayanan medik
•
Puji Raharja S, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.Kep.M.B sebagai Plt. Koordinator Pelayanan
Keperawatan
•
Ary Nurul Hajat, ST sebagai Plt. Sub Koordinator Perencanaan Program
•
dr. Masdelira Siregar, MH sebagai Ketua Sub Komite Etik, Komite Etik Dan Hukum
•
dr. Marliza Elmida, MARS sebagai Sekretaris Komite Etik Dan Hukum
Dalam sambutannya, dr Agus menyampaikan, “jabatan ini hanya penunjukan saja
tidak ada yang istimewa, yang istimewa adalah apabila saudara-saudara mampu dan
bersedia mengabdikan kepada Institusinya di samping tugas pokok fungsi utamanya
itu luar biasa. Silahkan teman-teman yang baru dilantik beradaptasi supaya terjadi
berkesinambungan diunit kerjanya, supaya memberikan daya dongkrak dan amunisi
untuk RSUP Persahabatan. Selamat bekerja, selamat bergabung dengan tim yang
kuat ini.”
Pengukuhan dan Serah Terima Jabatan Pejabat Non Struktural
Di Lingkungan RSUP Persahabatan
Seminar Sehari Tuberkulosis dan Covid-19
Setiap tanggal 24 Maret diperingati sebagai Hari Tuberkulosis Sedunia (HTBS) secara global. HTBS dijadikan kesempatan untuk mendorong penetapan TBC sebagai isu prioritas pembangunan kesehatan nasional serta harmonisasi kepentingan pemangku kebijakan lintas sektor dalam rangka mensinergikan upaya-upaya yang mendukung proses eliminasi TBC tahun 2030.
Tema HTBS 2021, yaitu “Setiap Detik Berharga, Selamatkan Bangsa dar iTuberkulosis” dengan sub tema: 1. “Jadikan Penerus Bangsa Bebas TBC dan Stunting Dimulai dari Diri Sendiri dan Keluarga”
2. “Bersama Eliminasi TBC dan Lawan COVID-19, Bangun Bangsa Sehat dan Berprestasi”
Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan mengadakan Seminar Sehari Tuberkulosis & Covid-19 gratis untuk dokter dan perawat secara Virtual, Kamis (25/3/2021). Dengan pembicara Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp. P (K), MARS, DTM&H, DTCE, FIRS dan DR. dr. Erlina Burhan. MSc, Sp.P (K), M.Pd, Ked dengan moderator DR.Dr. Fathiyah Isbaniah, Sp. P(K), M.Pd. Ked.
Acara Seminar Sehari Tuberkulosis & Covid-19 di hadiri Direktur Sumber Daya Manusia, Pendidikan & Penelitian dr. Rochman Arif, M. Kes dan dibuka oleh Plh Direktur Pelayanan Medik,Keperawatan & Penunjang dr. Yudhaputra Tristanto, M.Kes. Dalam sambutannya, dr Yudha mengatakan,”Saya berharap hari ini dapat menjadi refreshing kembali bagaimana TB dan Covid-19 bisa kita tangani. Bahwa salah satu dari upaya pelaksanaan program Indonesia bebas TB Tahun 2030”.
“Kita perlu mengingatkan bahwa sebagai insan kesehatan yang tergabung dari Dinas Kesehatan se Provinsi Indonesia, baik Kabupaten Kota maupun Provinsi dalam penanganan TB baik Rumah Sakit Vertikal, Rumah Sakit Daerah maupun Balai-Balai Kesehatan,lanjut dr Yudha”.
Kita tahu bahwa beberapa saat ini penanganan TB sedikit mengalami kemunduran karena pandemi Covid-19, dalam hal ini kita harus bersiap kembali untuk mensukseskan program nasional kita. RSUP Persahabatan siap kembali mendukung dan mengejar ketertinggalan yang terjadi selama ini, kita tahu bahwa RSUP Persahabatan akan terus melanjutkan meningkatkan kualitas pelayanaan TB sensitif dan resisten obat sebagai pusat rujukan nasional RSUP Persahabatan siap sebagai pusat pelayanan, pendidikan dan penelitian di bidang TB.
Pelayanan di RSUP Persahabatan adalah pelayanaan TB terpadu yang komperhensif. RSUP Persahabatan sebagai Rumah Sakit dengan layanan unggulan excellent respirasi dan Rumah Sakit pendidikan berupaya memberikan edukasi dalam rangka menekan jumlah penyakit yang disebabkan oleh TB.
Dari media sosial dan lainnya seberapa pentingnya sebagaimana kita ketahui sangat berharga di setiap detik kita untuk menyelamatkan bangsa kita dari TB. Toss TB , kita sukseskan untuk ke depannya. Ingat cegah, temukan, pisahkan obati sampai sembuh TB.
Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp. P (K), MARS, DTM&H, DTCE, FIRS. Dalam paparan seminarnya menyampaikan,”Kita akui bahwa covid-19 masalah besar dunia, masalah besar Indonesia juga, tapi TB tidak boleh ditinggalkan. Jadi Fight Covid-19 harus kita tingkatkan bahwa beberapa negara kasusnya mulai naik lagi. Kita punya target untuk menanggulangi, menghentikan serta memperkuat penaggulangan TB, karena penanganan selama ini sudah terganggu karena Covid-19”.
Dr. dr. Erlina Burhan. MSc, Sp.P (K), M.Pd, Ked. Mengatakan dalam Seminar Sehari TB dan Covid-19,”Dengan kecepatan vaksinasi saat ini, herd immunity belum dapat dicapai sesuai target (Maret 2021). Walaupun kita telah mendapatkan vaksinasi kita harus terus mencegah penularan dengan mengikuti protokol kesehatan 5 M. Gaya hidup baru dengan menerapkan penggunaan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak akan menjadi norma masyarakat untuk waktu yang lama, bahkan bila kasus Covid-19 sudah minim dan melandai”.
Pelatihan Cara Uji Klinik Yang Baik
Persyaratan wajib yang dimiliki oleh seorang peneliti uji klinik salah satunya adalah sudah mengerti, memahami dan melakukan Pedoman Uji Klinik yang Baik. Terkait, makin banyaknya Peneliti Internal Rumah Sakit Umum Persahabatan Persahabatan yang akan melakukan Penelitian Uji Klinik, maka RSUP Persahabatan mempunyai kewajiban untuk memastikan semua peneliti yang akan melakukan uji klinik sudah mengerti, dan memahami serta siap melaksanakan standar Pedoman Uji Klinik yang Baik.
Oleh karena itu, RSUP Persahabatan melaksanakan Pelatihan Cara Uji Klinik Yang Baik (Good Clinical Practice) dengan narasumber dari Badan Pengawas Makanan dan Obat (BPOM) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yaitu:
•
Dr. Dra. L. RizkaAndalucia, M.Pharm., Apt., yang membawakan materi Prinsip cara uji klinik yang baik.•
Siti Asfijah Abdoellah., S.Si., Apt., MMedSc, dengan materi Regulasi Pengembangan Obat dan Uji Klinik serta penanganan kejadian tidak diinginkan.•
Dr. dr. Anwar Santoso, SpJP(K), FIHA, FAsCC, FICA, dengan materi Desain uji klinik dan peran peneliti dalam uji klinik.•
Drs. HaryWahyu T., Apt, dengan materi Peran sponsor dan monitor dalam uji klinik.•
Atti Ratnawiati, S.Si, Apt, M.Epid, dengan materi recruitment dan informed consent, Penanganan Obat Uji Klinik serta Dokumen dan fasilitas uji klinik.•
Drs. HaryWahyu T., Apt membawakan materi Inspeksi Uji Klinik.Pelatihan Good Clinical Practice telah terlaksana pada hari Rabu - Kamis, 3 - 4 Maret 2021 dengan narasumber dari Badan Pengawas Makanan dan Obat Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan 40 peserta merupakan para peneliti internal RSUP Persahabatan yang berasal dari KSM Rehabilitasi Medik, Bidang Keperawatan dan Tenaga Kesehatan.
Sebagai bentuk pengembangan dan peningkatan mutu terhadap dibukanya pelayanan TB MDR di RSUD Berkah Kabupaten Pandeglang maka dilakukan studi banding ke RSUP Persahabatan. Kegiatan dilaksanakan pada hari Selasa, 23 Maret 2021 di ruang pertemuan poli paru lantai 2 RSUP Persahabatan.
Hadir pada kunjungan tersebut sebanyak delapan peserta dari RSUD Berkah Kabupaten Pandeglang dengan dipimpin oleh dr Joko Suryanto selaku Ka. Sie Etik Mutu Pelayanan Medik dan diterima oleh dr. Rochman Arif , M. Kes Direktur Sumber Daya Manusia, Pendidikan & Penelitian RSUP Persahabatan. Dalam sambutannya,dr Rochman menyampaikan, “Selamat datang kepada tim RSUD Berkah Kabupaten Pandeglang ke RSUP Persahabatan. Sebagian besar pasien TB di RSUP Persahabatan merupakan pasien rujukan yang sudah resisten, sehingga harus lebih khusus penangannnya. Pelayanan paru rawat jalan di RSUP Persahabatan terbagi menjadi pelayanan paru infeksi dan pelayanan paru non-infeksi. Selain itu juga menyediakan rawat inap. Untuk pelayanan TB MDR harus menggunakan ruangan tekanan negatif.”
Selanjutnya dilakukan pemberian plakat dari RSUP Persahabatan ke tim RSUD Berkah Kabupaten Pandeglang sebelum dilakukan presentasi pelayanan poli TB MDR oleh dr. Fathiyah Isbaniah, SpP(K) dan kunjungan lapangan ke Poli TB MDR, Unit Laboratorium Mikrobiologi Klinik dan Instalasi Farmasi.
Studi Banding RSUD Berkah Kabupaten Pandeglang ke RSUP Persahabatan
3
Wanita Tua di Kamar 9
Aku dan teman-temankubaru saja mendorong troly baju ganti pasien sampai ke kamar 8 dari 10 kamar yang ditempati pasien covid 19. Seketika dadaku tiba-tiba terasa tidak nyaman, berat, dan terhimpit. Aku mulai bernapas dengan cepat. Jantungku bertabuh kencang dan aku yakin rasanya seperti jantungku melonjak dan berpindah disebelah telingaku. Bertalu-talu di kedua kupingku. Pandanganku kabur, udara disekitarku seperti menyusut, google ku berembun. Baju scrub dibalik hazmatku basah. Peluh mulai bermunculan dan kemudian mengalir dari dahiku. Berselancar bebas menuju alisku, menimbulkan gatal dikeningku yang entah mengapa dapat kuabaikan kali ini.
Aku melambaikan tanganku kearah sejawat didepanku. Memberikan tanda sedang meminta pertolongan. Aku memukul-mukul dadaku seperti hendak membebaskan paru-paruku. Tetapi sepertinya dia tidak dapat memahami apa yang ingin kusampaikan. Dia memandangku dengan ekspresi penuh tanya dimatanya.Bingung melihatku yang menggapai-gapai gagang pintu dan berusaha membuat pintunya terbuka.
“Aku butuh udara,” teriakku dalam hati. Panik, dengan kaki gementar aku berlari keluar begitu pintu yang bertekanan negatif itu berhasil kubuka. Kehabisan tenaga, aku mengumpulkan sisa-sisa energiku, berusaha mengatur napasku seperti yang biasa kuajarkan kepada pasienku. Sia-sia. Aku mengangkat sedikit masker yang kukenakan untuk memberi tambahan ruang pada hidungku yang tertutup dua lapis masker.
Refleks tanganku mengambil oksimetri yang tergantung di atas meja dan memasangkan pada jariku yang berlapis dua pasang sarung tangan, sambil berharap oksimetrinya dapat membaca jumlah oksigen tubuhku. 94%. Aku semakin panik. Aku mulai menepuk-nepuk dadaku lagi. Mataku sudah basah. Aku takut. Takut. Sangat takut. Air mataku mengalir. Apakah aku terkena covid 19? Pikirku panik.
Ternyata seperti ini. Sedekat ini jarak antara hidup dan mati. Jujur aku belum siap.Masih banyak hal yang belum kulakukan. Bagaimana dengan orang tuaku? Aku anak perantauan. Bagaimana kalau aku mati? Bagaimana jasadku? Keluargaku tidak akan pernah melihatku. Aku akan meninggal sendirian. Kesepian. Tidak, tekadku. Aku tidak ingin menambah list daftar tenaga kesehatan yang gugur karena pandemi ini. Fokus, kataku dalam hati.Sebagian dari kewarasanku mengambil alih. Gemetaran, aku mulai menarik napas dalam.
Aku baru akan menyeret kakiku untuk duduk, ketika sesorang mengusap-usap punggungku. Tangannya yang paling dekat denganku mengenggam tanganku dan membantuku duduk. Ia membisikan kata-kata yang terdengar jauh ditelingaku. Butuh beberapa waktu untuk bisa terdengar jelas.“Tarik napas dalam” ucapnya hampir tidak terdengar. “tarik napas dalam” ujarnya lagi. Kata-katanya seakan menarikku dari arus ketakutanku. Aku baru menyadari sesaat kemudian kalau dia bukan sejawatku ketika dari arah depan seseorang berpakaian hazmatmenghampiriku. Bersisian keduanya mengusap punggungku dan membantu menenangkanku.
Setelah cukup tenang, aku merasakan napasku mulai teratur. Dari balik googleku yang buram, aku melihat ia adalah wanita tua itu. Pasien di kamar 9. Wanita bijaksana kesukaan semua orang di ruangan perawatan covid ini. Aku tahu, kita tidak boleh membeda-bedakan pasien tetapi tetap, wanita tua ini berbeda. Wanita tua ini punya kekuatan dan spirit yang tidak dimiliki pasien lainnya. Tingginya semangat untuk sembuh sebanding dengan besaran usianya. Tatapannya kuat dan lembut di saat yang sama. Kata-kata yang keluar dari mulutnya menggambarkan kecerdasan. Dan keriput di wajahnya menyiratkan usia tua, kebijakan, dan pengalaman kehidupan.
4
Aku merasa melihat bayangan kematian. Gelap, kelam, pekat, dan lekat. Sangat dekat. Aku rasa aku akan mati. Kejadian itu berlangsung dengan cepat dan tiba-tiba.
Cerpen
Juara I Lomba Cerpen Covid-19
HUT 57 Tahun 2020
Selang waktu berlalu. Aku memberikan tanda kepada Ners Anne, teman sejawatku, yang duduk disebelahku dan berkata bahwa aku baik-baik saja sekarang. “Pergilah. Masih banyak pekerjaan yang belum selesai. Dua kamar lagi. Ada dua pasien lagi yang harus dimandikan. Aku akan menyusulmu”. “Tidak, ujarnya khawatir. Kamu istirahat, tenangkan dirimu dan keluarlah. Buka baju hazmatmu dan mandilah oke? Aku akan menyelesaikannya dengan bantuan yang lain”, Perintahnya. Aku hanya mengangguk lemah. Setuju. Karena satu hal yang kubutuhkan saat ini adalah segera melepaskan baju pelindung ini.
***
Aku menyeka wajahku, memandang pantulan wajahku di cermin besar hotel tempat kami tenaga kesehatan untuk sementara menginap. Masing-masing orang memilih untuk untuk tinggal di hotel yang disediakan pemerintah dan pihak-pihak terkait dengan alasan dan cerita yang berbeda-beda. Ada yang tidak ingin membawa virus ke rumah, tempat keluarga dan orang tercinta berada. Ada yang karena dijauhi tetangga dan lingkungan sekitar, ada yang tidak tahan dengan pandangan kasihan dan bisik-bisik tetangga sebelah, dan ada yang bahkan diusir dari tempat tinggalnya karena ketakutan dan ketidaktahuan akan bagaimana virus covid 19 ini.
Ini adalah kali ketigaku mandi di hari ini. Dan mungkin akan menjadi mandi yang keempat malam nanti. Atau mungkin menjadi mandi kelimaku jika aku butuh untuk keluar sore nanti. Pandemi covid 19 ini benar-benar mengubah tatanan dan kebiasaan baru. Jika sebelum pandemi kau akan mandi sebelum keluar dari rumah, untuk saat ini pilihan yang bijak adalah pastikan dirimu sebaiknya segera mandi setelah aktivitas apapun dari luar.
Sosokku dalam cermin mendesah, kilatan kejadian pagi tadi kembali ke benakku. Wanita tua itu, tanpa bicara menggenggam tanganku. Tebalnya sarung tanganku tidak menghalangiku untuk merasakan ada cinta seorang Ibu dalam genggaman itu. Memikirkannya membuat mataku panas. Ahhh.. aku rindu ibuku… Apakah mereka baik-baik saja? Apakah mereka khawatir tentang anaknya disini? Ah ibuku… wanita lembutku. Aku rindu.
Waktu baru menunjukan pukul 11.00 ketika aku terbangun dari tidurku. Seharusnya setelah dinas malam, aku akan tidur seharian sampai pukul 16.00 atau pukul 17.00 dan akan terbangun karena perutku butuh makanan. Tetapi sudah sejak beberapa malam yang lalu, jam biologisku porak-poranda. Tidurku tidak berkualitas. Aku sering terbangun dimalam hari. Akhir-akhir ini indra pendengaranku meningkat dan membuatku sangat sensitif terhadap suara. Sedikit saja suara bisa membuatku terbangun dan membutuhkan waktu berjam-jam untuk kembali terlelap. Ya Tuhan.. Aku butuh tidur hingga tahap REM pikirku. Sejak aku dijadwalkan swabnaso dan orofaring 3 hari yang lalu membuatku gelisah dan tidak bisa tidur. Aku gelisah menunggu hasil swabku. Aku gelisah memikirkan kemungkinan-kemungkinan terburuk yang akan terjadi kepadaku. Bagaimana kalau aku positif covid 19? Aku tidak ingin menjadi orang pertama yang menularkan kepada orang-orang lain disekitarku. Aku tidak akan tahan dengan padangan kasihan ataupun ucapan semangat dari orang yang lain. Aku tidak ingin dikasihani. Aku tidak ingin orang-orang tiba-tiba menjauhiku karena aku terjangkit covid 19. Kalaupun aku terjangkit, aku ini korban dan ini adalah resiko dari pekerjaanku sebagai perawat pikirku. Aku bukan
penyebabnya. Kalau aku terkena bagaimana jika imun tubuhku tidak kuat? Apa yang akan terjadi? Ah aku terlalu overthinking, pikirku dengan mata yang berat dan pikiran yang kelelahan, sesaat kemudian aku jatuh tertidur.
***
Hari ini wanita tua itu berbaring tak berdaya. Wajahnya yang lelah seakan sedang berjuang menghirup oksigen yang terpasang. Balon oksigennya terlihat kembang kempis. Dadanya naik turun dengan cepat. Aku membenarkan posisi tidurnya dan bertanya apakah ia sudah nyaman dengan posisinya. Ia hanya menggangguk pelan. Terlalu lemah untuk menjawab.
Kabel-kabel syringe pump, infuse pump dan bedside monitor bertebaran di sekitar tubuhnya. Bunyi alarm pada bedside monitor menandakan ketidaknormalan pada tanda vitalnya. Aku menengok pada monitor. Napasnya 47 kali per menit. Oksigennya maksimal. Obat-obat penopang tekanan darah bersisian kanan dan kiri. Selang urinal teruntai disamping tempat tidurnya.
Aku menyeka peluh di keningnya. Betapa cepat wanita tua ini mengalami penurunan kodisi klinis. Baru saja dua hari yang lalu dia memegang tanganku dan menenangkanku. Mentransfer energinya kepadaku untuk tetap kuat dan bertarung dengan hazmatku. Hari ini disini, ia terbaring lemah, tak berdaya.
7
Penyakit Tuberkulosis dapat disembuhkan dan jarang berakibat fatal jika penderita mengikuti saran dari dokter, karena prinsip utama pengobatan TBC (Tuberkulosisi) adalah: patuh untuk minum obat dalam jangka waktu yang dianjurkan oleh dokter. Namun selama masa pandemi ribuan pasien berhenti mengkonsumsi obat seiring dengan angka kunjungan pasien TBC yang menurun drastis mengapa hal ini bias terjadi: Salahsatunya adalah pasien takut tertular oleh corona virus SARS-COV-2.
Dampak yang akan timbul jika Pasien TBC berhenti minum obat:
-Timbulnya Resistan obat yaitu suatu kondisi kuman penyebab TBC menjadi kebal terhadap obat OAT sehingga TBC sulit untuk diobati atau penyakit lebih berat
-Terjadinya penyebaran penyakit ke organ lainnya seperti kelenjar getah bening, kandungan, otak dan organ lainnya
-Menjadi sumber infeksi dan menularkan orang disekitarnya
Pada umumnya pasien menjalani pengobatan selama 6 bulan sampai 2 tahun tegantung dari kepatuhan pasien sendiri jika pasien TB sempat putus mengkonsumsi obat., pengobatan mesti diulang kembali dan dapat menimbulkan risiko berupa resisten obat atau dikenal dengan TBC resistan
obat (RO). Hal ini dapat berdampak pada penurunan kualitas hidup pasien TBC dan juga meningkatnya angka penularan.
Saat ini RSUP Persahabatan menjadi Rumah sakit Rujukan COVID-19. dalam penanganan pasien TB, fasilitas pelayanan kesehatan harus mempertahankan untuk layanan esensial TB meskipun dalam kondisi pandemi COVID-19. Pelayanan TB yang berpusat pada: Pencegahan, Diagnosis dan Perawatan harus dipastikan terselenggara bersama dengan upaya penanggulangan COVID -19. Protokol Kesehatan yang diterapkan pada layanan obat TBC di RS:
-Semua pasien TBC di himbau untuk tetap tinggal di rumah, Menjaga social distanching dan menghindari tempat tempat yang dikunjungi bayak orang
-Pasien TBC sensitif obat pada fase pengobatan intensif pemberian OAT diberikan dengan interval tiap 14 -28 hari -Pasien TBC sensitif obat pada fase pengobatan lanjutan pemberian OAT diberikan dengan interval 28- 56 hari -Pasien TBC Resistan obat pada fase pengobatan diberikan dengan interval tiap 7 hari
-Pasien baru diduga mengalami TBC: Obat diberikan jika sudah ada hasil tes yang menegakkan diagnosis TBC Bagaimana penanganan pasien TBC yang terkonfirmasi COVID-19?
Orang yang menderita COVID-19 dan TBC memiliki gejala yang sama, yaitu batuk, demam, dan sulit bernafas. Kedua penyakit ini sama-sama menyerang organ paru yang ditularkan melalui kontak erat. Meski demikian, yang membedakan keduanya adalah masa inkubasi dari paparan sampai mulai timbul gejala. Masa inkubasi penyakit TBC lebih lama dengan perkembangan yang relatif lebih lambat. Sementara pengalaman kasus infeksi COVID-19 pada pasien TBC terbatas, perlu diantisipasi adanya kemungkinan bagi penderita TBC yang terinfeksi COVID-19 akan memiliki hasil pengobatan yang lebih buruk, terutama apabila terjadi putus pengobatan pada pasien TBC. Sehingga perlu ada upaya antisipasi berupa himbauan kepada pasien TBC untuk melakukan tindakan pencegahan penyebaran COVID-19 serta rutin melanjutkan pengobatan TBC hingga tuntas.
Dalam pengobatan TBC ada yang disebut dengan PMO ( Pengawas minum Obat) adalah: seseorang yang bertugas untuk mengawasi, memberikan dorongan dan memastikan penderita TBC menelan Obat Anti TBC (OAT) secara teratur sampai selesai. Semua Orang dapat menjadi PMO antara lain: Keluarga penderita, Kader, Petugas kesehatan, tokoh agama, tokoh masyarakat. Keberadaan PMO sangat penting dalam proses Pengobatan Pasien TBC: Masa pengobatan TB yang cukup lama , sering menyebabkan penderita merasa bosan dan penderita merasa sudah sehat setelah meminum obat selama 2-3 minggu, lalu menghentikan pengobatan, sebelum dinyatakan sembuh oleh dokter yang dapat berdampak kurang baik bagi kesehatan pasien. Serta PMO melihat atau mengawasi gejala efek samping obat,jika ditemukan gejala dan keluhan setelah minum obat maka PMO mengirim penderita ke petugas kesehatan.
Efek samping yang ditimbulkan setelah pasien minum obat TBC, seperti:
Mata menjadi kuning, nyeri perut,mual muntah, pusing, hilang nafsu makan, perubahan penglihatan, Demam yang tidak jelas, gatal- gatal, nyeri otot. Jika timbul salah satu gejala tersebut segerah hubungi petugas kesehatan dan jangan khawatir air seni berubah menjadi kemerahan karena hal ini merupakan pengaruh dari obat.
PELAYANAN OBAT PASIEN TBC DIMASA PANDEMI COVID-19
Tri Kusumaeni,S.Si.M.Pharm Apt
Aku menggenggam tangannya. Mengusap-usap lengannya. Berharap kehadiranku memberi arti kepadanya. Bahwa aku ada disini. Bahwa ada seseorang disebelahnya. Aku tak ingin dia merasa sendirian. Tanpa ditemani keluarga seperti semua pasien isolasi yang dirawat. Sungguh menyakitkan melihat ada pasien yang menderita sakit dan harus berjuang sendirian. Aku yakin bukan hanya kesakitan yang dihadapi oleh pasien-pasien itu. Ada hal yang lebih besar dari itu. Kesepian. Bahkan ada yang menghadapi ajal dan meninggal dalam kesendirian tanpa keluarga dan orang terdekat. Yang ada hanyalah perawat, sebagai keluarga terdekatnya.
Aku merapikan meja disamping tempat tidurnya. Menata tissue, botol-botol air minum, kaca mata dan sebuah buku yang sering dibacanya. Aku menengok sekilas pada judulnya. “To kill a mockingbird” by Harper Lee. Wanita ini selalu penuh kejutan, pikirku. Aku menatap kagum pada sosoknya yang sedang terbaring. Dalam hatiku bertanya-tanya, berapa banyak wanita tua, usia 80an yang membaca buku yang termasuk dalam list teratas “every adult should read before they die”. Memikirkan itu membuatku tersenyum. Aku memasukan pampers dan tissue basah kedalam lemarinya, membuang sampah-sampah dan merapikan sekitar kasurnya. Lalu aku membantunya minum susu menggunakan sedotan.
Setelah selesai meminumkannya susu, Ia mulai menutup matanya untuk tidur. Melihat itu dengan sopan aku meminta diri untuk pergi meninggalkan kamarnya. Sebelum aku pergi, aku mendengar ia mengguman pelan, “Ners Nika…”Seketika aku menghentikan langkahku dan kembali menghampirinya dan berkata lembut “ada apa bu?”Aku melihat senyum tipis terukir di atas wajahnya. “terima kasih,” katanya. “Terima kasih karena telah memberi kami harapan untuk bertahan hidup”. Ujarnya terpatah-patah. “Terima kasih ners”
Kali ini ada helaian nada sedih pada kata-katanya. Aku menarik napas panjang. Tiba-tiba saja tenggorokanku sakit. Seperti ingin menangis. Aku mencoba tersenyum sambil membelai punggung tangannya. “Hei, tidak apa-apa bu.” Kataku lembut.“Jangan banyak bicara dulu. Simpan tenaga ibu untuk lawan penyakitnya. Ibu harus kuat dan semangat ya. Ada keluarga ibu dirumah yang menunggu ibu untuk pulang” kataku berusaha menguatkannya.
“Tidak, tidak apa-apa. Aku harus bilang terima kasih selagi sempat”katanya pelan. “Aku wanita tua, perjuanganku mungkin akan segera selesai. Tapi perjuangan kamu masih panjang, terus berikan semangat pada orang lain untuk tetap hidup. Kita hidup di masyarakat dimana menggenggam tangan pasien dan menguatkannya akan terasa aneh. Tapi kamu melakukannya. Kamu memberikan penguatan kepada orang yang kamu rawat. Terima kasih”. Aku tersenyum, mengangguk pelan kepadanya, bersyukur bahwa ada seseorang pasien tersentuh dengan hal kecil yang dilakukan seorang perawat.
***
Hari ini, seminggu setelah kematian wanita tua itu, aku sedang menonton video yang dikirim temanku. Video potongan pidato calon presiden Amerika Serikat Joe Bidden yang berpidato kepada para perawat. Ada penggalan kata-katanya yang membuatku teringat pada wanita tua itu, “Doctors allow you to live, Nurses, they make you want to live”. Dan hari ini aku semakin percaya bahwa seseorang yang hadir dalam hidup kamu, siapa pun itu, akan memberikan pelajaran hidup bagi kamu. Termasuk wanita tua itu. Ia hadir dalam hidupku untuk memberikan pelajaran hidup untuk merawat dengan tulus. Untuk terus memberikan harapan kepada pasien untuk terus bertahan hidup.
PS :
Untuk semua perawat covid, seluruh tenaga kesehatan, pasien covid, para covid survivor, pemerintah, stake holder, dan seluruh masyarakat indonesia dimana pun kamu berada, kamu tidak sendirian, busungkan dadamu, tegakkan bahumu dan angkat dagumu. Karena virus covid 19 masih ada dan perjuangan kita belum selesai.
Penulis adalah AGUSTINA DOMINGGAS MODOK, S.Kep, Ns - Perawat RSUP Persahabatan