• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Pupuk Organik Untuk Pertanian Organik Dan Produktivitas Lahan. Role of Organic Fertilizer for Organic Agriculture and Land Productivity

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peran Pupuk Organik Untuk Pertanian Organik Dan Produktivitas Lahan. Role of Organic Fertilizer for Organic Agriculture and Land Productivity"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Swasembada Pangan

Politeknik Negeri Lampung 29 April 2015 ISBN 978-602-70530-2-1 halaman 176-182

Peran Pupuk Organik Untuk Pertanian Organik Dan Produktivitas

Lahan

Role of Organic Fertilizer for Organic Agriculture and Land

Productivity

Ishak Juarsah

Balai Penelitian Tanah,

JL. Tentera Pelajar No. 12. Cimanggu Bogor

juarsah@yahoo,com HP. O85885708467

ABSTRACT

Agricultural development programs through conservation techniques by integrating livestock and crops (crop-livestock) as well as the use of legume crops in the form of plants hallway (alley crooping) and ground cover (cover crop) as a green manure or compost should be encouraged and intensified. Declaration of "Go organic" by the Ministry of Agriculture is expected to support the development of organic fertilizer in Indonesia. The development of livestock farming has quite good prospects of alternative procurement enriched manure like cow dung, sheep and chickens. Organic fertilizers are a major source of soil nitrogen. The function of organic fertilizer in the soil is divided into 3 groups, namely the function of physics, chemistry and biology. All three of these functions will affect the life of the plant to grow normally and produce optimally.

Keywords: Organic, physical of chemical and biological, land productivity

Diterima: 10 April 2015, disetujui 24 April 2015

PENDAHULUAN

Pertanian organik merupakan solusi dalam mengurangi degradasi lingkungan akibat eksplorasi berlebihan dalam upaya memenuhi kebutuhan manusia. Dalam pertanian organik, proses budidaya tanaman pangan dan pemeliharaan hewan dilarang menggunakan bahan-bahan kimia sintetik dan hasil rekayasa genetik (Genetically Modified, GMO), juga pada proses pengolahannya. Biaya yang dibutuhkan dalam budidaya organik relatif lebih murah, penerapan budidaya organik juga dapat memperbaiki sifat fisik dan biologik tanah.

Beberapa tantangan yang dihadapi para pelaku pertanian organik nasional antara lain: belum optimalnya komponen teknologi pendukung (benih unggul, pupuk organik, biopestisida, peta kesesuaian lahan), SDM (pelaku, penyuluh, pengawas), pengolahan, kelembagaan dan prasarana produk. Badan Litbang Pertanian selaku institusi yang berperan menyediakan teknologi pertanian organik telah menghasilkan beberapa teknologi pertanian organik, seperti pengendalian organisme pengganggu tanaman dengan ditemukannya pestisida alami, baik pestisida nabati yang berasal dari tumbuhan, maupun pestisida hayati yang berasal dari jamur, bakteri, ataupun virus, pemupukan dengan diperolehnya berbagai pupuk organik,

(2)

Dalam menghasilkan produk pertanian organiksudah menjadi kebutuhan dalam “Gaya Hidup Sehat” karena saat ini produk pupuk organik sudah menjadi kebutuhan masyarakat. Untuk menghasilkan produk organik perlu dukungan inovasi teknologi. Kondisi tersebut akan terwujud apabila pencemaran lingkungan dapat diminimalkan. Secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi mutu bahan pangan, obat-obatan dan kosmetik yang dihasilkan. Dalam hal ini Forum Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian Organik Badan Litbang Pertanian dan pemangku kepentingan pertanian organik nasional dan menjadi media pengembangan jejaring kerjasama dan sinergi para pemangku kepentingan pertanian organik.

Pertanian organik mempunyai tiga pilar utama, yaitu: lingkungan, sosial termasuk didalamnya kesehatan dan ekonomi. Lingkungan merupakan faktor utama dalam bertani organik, karena bertani organik dianggap petani, ramah lingkungan karena menggunakan bahan-bahan alami dan tidak menggunakan bahan kimia sintetis, khususnya pupuk dan pestisida, sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Faktor sosial yang didalamnya menyangkut kesehatan masyarakat, sehingga dengan bertani organik akan menghasilkan pangan atau produk pertanian yang sehat. Faktor ekonomi merupakan dampak dari kegiatan bertani organik, dimana produk-produk dihasilkan banyak diminati sehingga harganya relatif lebih tinggi dari pertanian konvensional. Hal ini yang membuat para pelaku pertanian organik terinovasi untuk bertani secara organik.

Direktorat Jenderal P2HP selaku focal point pertanian organik di Kementerian Pertanian dan selaku ketua OKPO (Otoritas Kompeten Pertanian Organik) telah meluncurkan berbagai program dan kebijakan pengembangan pertanian organik di Indonesia, sedangkan dukungan kebijakan terhadap sarana dan prasarana yang dibutuhkan para pelaku usaha pertanian organik di tanah air oleh Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana, Kementerian Pertanian. Permentan No. 2/Pert/Hk.060/2/2006, tentang pupuk organik dikemukakan bahwa pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari tanaman dan atau hewan terdiri atas bahan organik yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pencanangan “Go organic 2010” oleh Kementerian Pertanian diharapkan akan menunjang perkembangan pupuk organik di Indonesia.

BAHAN DAN METODE

Metode yang digunakan dalam pernelitian ini adalah kajian dari beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Badan Litbang Pertanian terhadap peranan pupuk organik untuk pertanian organik ramah dalam usahatani berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan: 1) Informasi teknologi peranan pupuk organik untuk pertanian organik ramah dalam usahatani berkelanjutan spesifik lokasi, 2) Informasi model pengembangan peranan pupuk organik untuk pertanian organik yang dapat menjadi masukan bagi penentu kebijakan dalam pengembangan usaha tani lahan berkelanjutan, 3) menyelaraskan antara program pemerintah daerah, peneliti, penyuluh dan kelompok tani.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Peranan pupuk organik untuk pertanian organik

Pupuk organik atau bahan organik tanah merupakan sumber nitrogen tanah yang utama, peranannya cukup besar terhadap perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi serta lingkungan. Pupuk organik yang ditambahkan ke dalam tanah akan mengalami beberapa kali fase perombakan oleh mikroorganisme tanah untuk menjadi humus atau bahan organik tanah. Sistim pertanian yang disebut sebagai LEISA (Low organik

(3)

dan anorganik) yang berdasarkan konsep good agriculture practices perlu dilakukan agar degradasi lahan dapat dikurangi dalam rangka memelihara kelestarian lingkungan.

Pupuk organik tanah selain berfungsi menyediakan hara bagi tanaman, juga berperan mengkonservasi tanah melalui mekanisme retensi, fiksasi atau khelat. Unsur yang dijerap dapat berupa unsur hara makro seperti N, P, K,Ca, Mg dan S, logam berat, serta senyawa toksik atau beracun. Sebagian besar unsur hara tersebut terikat dalam ikatan kompleks atau khelat dengan komponen pupuk organik dari pool labil dan pool resisten. Unsur hara pupuk organik akan tersedia apabila ada mikroorganisme yang merombak pupuk organik dalam proses mineralisasi secra biologis dan menghasilkan NH4

+

, PO4

3-, S04

2-, namun pada saat yang sama kehilangan hara pada lapisan bawah dapat dicegah karena hara terfiksasi oleh kaloid organik atau termobilisasi oleh mikroba (Duxbury et al., 1989). Kehilangan utama C- organik tanah adalah melalui respirasi selama proses dekomposisi serta kehilangan senyawa organik larut lewat pencucian dan erosi. Reaksi dari senyawa pupuk organik dalam tanah dengan senyawa kimia beracun (phytotoxic) seperti pestisida menyebabkan senyawa kimia beracun menjadi tidak berbahaya. Exudat akar dan sekresi hasil aktivitas mikroba akan meningkat, menyemat atau mengkompleks kation toksik (Fe, Al, Mn) atau senyawa organik toksik dalam bentuk khelat (Hue et al., 1986). Berkurangnya pupuk organik tanah dan aktivitas mikroba akan mengurangi kemampuan dan bahan toksik stoksikistem tanah dalam menetralisir pengaruh toksik dari pemberian senyawa kimia toksik dan bahan toksik alami.

Kemampuan komponen koloid tanah dalam menyerap unsur sangat tergantung pada sifat inheren tanah. Pupuk organik tanah mempunyai kemampuan memfiksasi amonia lebih tinggi dibanding tanah mineral. Pada tanah mineral, fiksasi amonia tertinggi dicapai pada tanah mineral masam yang yang mengandung pupuk organik tinggi. Sedikitnya 50% dari amonia yang difiksasi diakibatkan oleh pupuk organik tanah.

Pupuk organik sebagai komponen massa padat tanah mempengaruhi sifat fisik maupun kimia tanah, meskipun kadarnya di dalam tanaman umumnya kecil. Sifat fisik tanah yang dipengaruhi oleh pupuk organik antara lain kemantapan agregat dan kemampuan menahan air. Peningkatan kemantapan agregat tanah karena pemberian pupuk organik disebabkan oleh adanya gum polisakarida yang dihasilkan oleh bakteri tanah, dan adanya pertumbuhan nifa dan fungi dari aktinomisetes di sekitar partikel tanah (Rawls, 1982).

Adam (1973) menyatakan adanya pengaruh pupuk organik yang nyata terhadap berat isi suatu tanah. Pendapat senada juga dikemukakan oleh Rawls (1982) yang menghubungkan antara kandungan liat dan pupuk organik terhadap berat isi dengan menggunakan segitiga tekstur. Harris et al. (1974) mengemukakan bahwa pupuk organik berkorelasi positif dengan agregat jika kandungan liat <30%, pupuk organik tidak mempunyai pengaruh terhadap berat isi. Menurut Hakim dan Djoko Santoso (1980), bahwa peranan pupuk organik dalam tanah merupakan kunci keberhasilan usaha tani lahan kering, namun hanya dengan pengembalian sisa tanaman saja ternyata belum cukup mampu mempertahankan kadar C-organik tanah pada kondisi awal 2–2,5% C. Menurut Brady (1974) limbah nabati yang kembali ke bumi berupa massa terbusukkan akan berubah menjadi humus yang berplastisitas dan berkorelasi rendah. Gejala ini dipergunakan untuk mengusahakan tanah-tanah pertanian terutama struktur tanah menjadi baik dan mudah dibajak/diolah. Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian Harris et al. (1974) bahwa upaya perbaikan tanah yang sifatnya kurang menguntungkan agar dilakukan dengan pemberian pupuk organik. Sedangkan menurut Sri Adiningsih, dkk. (1987) kandungan pupuk organik tanah yang rendah akan mengakibatkan kekurangan daya sangga dan efisiensi pupuk, dan berkurangnya sebagian hara dari lingkungan perakaran.

2. Peranan pupuk organik terhadap nilai C/N rasio

(4)

Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan. Sumber bahan untuk pupuk organik sangat beranekaragam, dengan karakteristik fisik dan kandungan kimia atau hara yang sanat beragam sehingga pengaruh dari penggunaan pupuk organik terhadap lahan dan tanaman dapat bervariasi. Pupuk organik mempunyai peranan sangat penting dalam meningkatkan kesuburan tanah, baik tehadap pertumbuhan maupun hasil tanaman. Menurut Undang, dkk. (2001), berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan selama 2 tahun di Desa Karmio, Provinsi Jambi dengan pemberian pupuk organik berupa pupuk kandang dengan berbagai jenis takaran telah terjadi peningkatan C/N yang disebabkan oleh pengaruh pemberian jenis pupuk kandang dengan berbagai jenis takaran pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap rasio C/N. Pemberian pupuk kandang 5 t/ha atau lebih telah dapat meningkatkan kandungan C-organik (tabel 1). Pupuk organik dengan C/N tinggi berasal dari jerami atau sekam, lebih besar pengaruhnya pada perubahan sifat-sifat fisik tanah dibanding dengan pupuk organik yang terdekomposisi seperti kompos. Demikian juga pupuk organik yang terdekomposisi dalam tanah (in situ) lebih besar pengaruhnya daripada pupuk organik yang didekomposisikan di tempat lain.

Tabel 1. Pengaruh pupuk organik terhadap C/N rasio pada tanah Ultisol Jambi dengan berbagai jenis dan takaran pupuk kandang

Takaran pupuk kandang t ha-1

Jenis pupuk kandang

Sapi Kambing Ayam

Th ke-1 Th ke-2 Th ke-1 Th ke-2 Th ke-1 Th ke-2 0 5 10 20 12.33 13,00 13,33 13,00 13,32 13,87 13,90 13,74 11,67 11,00 12,00 12,00 12,00 12,42 13,05 13,00 11,67 12,00 123,00 12,33 12,00 13,00 13,03 13,00 Sumber: Abdurachman, dkk. (2000)

Pupuk organik merupakan sumber nitrogen tanah yang utama dan berperan cukup besar dalam proses perbaikan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik berupa sisa tanaman yang ditambahkan kedalam tanah akan mengalami beberapa kali fase perombakan oleh organisme untuk menjadi humus atau pupuk organik tanah. Semua aktivitas biokimia tersebut tergantung atau berhubungan dengan adanya enzim. Karena pupuk organik yang digunakan sebagai sumber energi oleh jasad renik begitu kompleks dan macam-macam jenisnya terdapat berbagai jenis enzim dan tiap tanah mempunyai enzim-enzim yang spesifik dengan pola khusus. Seperti diketahui populasi dan jenis jasad renik, aktivitas enzimatik tidak stabil, tergantung keadaan biotik dan non biotik dalam tanah. Perubahan yang besar akan terjadi pada macam dan jumlah enzim dalam tanah bila terjadi pengalihan fungsi atau penggunaan tanah.

3. Peranan pupuk organik terhadap indek kemantapan agregat

Pupuk organik merupakan komponen utama dalam pembentukan agregat yang dikenal sebagai bentuk kompleks liat-organik. Diperkirakan bahwa 51,6-97,8% dari jumlah karbon dalam tanah merupakan bentuk komplek liat-organik pada tanah berpasir dalam pembentukan dan pemantapan agregat lebih besar daripada liat sendiri. Telah lama diketahui bahwa pupuk organik merupakan pengikat butiran primer tanah dalam pembentukan agregat yang mantap

Peranan pupuk organik dalam mempengaruhi kemantapan agregat disebabkan karena: (1) pada pupuk organik terdapat muatan-muatan atau kekuatan lain yang dapat menyatukan butiran primer menjadi butiran sekunder seperti pertukaran dan koordinasi kation polivalen, ikatan hidrogen, karena tanpa pupuk organik ikatan antara butiran butiran tanah akan mudah sekali didispersi oleh air, (2) perekat pupuk organik sebagai hasil dekomposisi yang terdapat pada sekitar butir sekunder tanah akan menyatukan dan mengikat satu sama lain sebagai selaput pembungkus atau penyemen. Dengan demikian jasad renik dan polisakarida hasil sekresinya sangat berperan sebagai perekat organik, (3) butiran sekunder yang lebih besar selanjutnya

(5)

dipersatukan dan diliputi oleh akar-akar halus sehingga terbentuk struktur tanah yang remah dan stabil. Dengan demikian maka stablitas agregat berhubungan erat dengan adanya pupuk organik yang akan membentuk struktur remah, tetapi pupuk organik tersebut akan mengalami pelapukan, sehingga struktur tanah akan menjadi kurang stabil dengan berjalannya waktu, tergantung besar kecilnya kadar pupuk organik. Keadaan akhir dari stabilitas struktur atau butiran akan tergantung dari bentuk humus yang dihasilkan oleh pupuk organik yang akan dilapuk.

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap lahan yang telah terdegradasi terhadap tanah Ultisols Jambi dengan berbagai jenis dan takaran pupuk organik pada tahun ke-2 telah memperlihatkan keadaan struktur tanah yang agak mantap sampai mantap (Tabel 2). Keadaan ini besar pengaruhnya pada porositas, penyimpanan dan penyediaan air, aerasi tanah dan suhu tanah.

Tabel 2. Peranan beberapa jenis pupuk organik terhadap indeks kemantapan agregat pada tanah Ultisol Jambi

Takaran pukan ton ha-1

Jenis pupuk kandang

Sapi Kambing Ayam

Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-1 Tahun ke-2 0 5 10 20 153 205 226 25 165 203 250 28 157 198 204 243 179 232 267 294 140 197 202 227 173 215 220 267 Sumber: Abdurachman et al., 2000

4. Peranan pupuk Organik Tanah terhadap sifat fisik dan kimia tanah

Kandungan pupuk organik dalam tanah yang rendah mengakibatkan kekurangan daya sangga dan efisiensi penggunaan pupuk dan berkurangnya sebagian hara dari lingkungan perakaran. Dalam hubungannya dengan sifat fisik tanah, pupuk organik berupa pupuk kandang dan kompos dapat berperan dalam pembentukan agregat yang mantap, karena dapat mengikat butiran primer menjadi butiran sekunder. Hal ini terjadi karena pemberian pupuk organik menyebabkan adanya gum polisakarida yang dihasilkan bakteri tanah dan adanya pertumbuhan hifa serta fungi dari aktinomisetes di sekitar partikel tanah. Perbaikan kemantapan agregat tanah meningkatkan porositas tanah, dan mempermudah penyerapan air ke dalam tanah, sehingga meningkatkan daya simpan air tanah. Peranan pupuk organik terhadap sifat fisik dan kimia tanah antara lain meningkatkan agregasi, melindungi agregat dari perusakan oleh air, membuat tanah lebih mudah diolah, meningkatkan porositas dan aerasi, meningkatkan kapasitas infiltrasi, dan perkolasi serta C- organik, N- total, P dan K.

Pupuk organik memiliki fungsi kimia dalam tanah seperti: (1) penyediaan hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan mikro (Zn, Cu, Mo, Co, B, Mn, dan Fe) meskipun jumlahnya sedikit (2) meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah; dan (3) membentuk senyawa kompleks dengan ion logam beracun (Al, Fe, Mn). Pupuk organik tanah juga berperan dalam memperbaiki sifat biologi tanah yaitu sebagai sumber energi dan makanan bagi mikroba tanah.

Pupuk organik selain dapat memberikan hara yang tidak terdapat dalam pupuk pabrik, seperti unsur hara mikro juga sangat bermanfaat untuk perbaikan dan pemeliharaan sifat fisik dan biologi tanah. Lahan kering akan mampu menyediakan air dan udara yang cukup bagi tanaman, bila struktur tanahnya baik. Perbaikan struktur tanah juga mendukung peningkatan efisiensi pemupukan, karena akar tanaman dapat berkembang dengan baik, sehingga penyerapan hara menjadi maksimal.

5. Peranan pupuk organik terhadap produksi tanaman.

(6)

1,9 ton/ha lebih tinggi dari pemupukan NPK. Sedangkan pemberian serasah sisa panen 5 ton/ha (50-90-80) pada tanaman kedelai memberikan hasil 2,3 ton biji kering/ha. Terjadi peningkatan 0,9 ton/ha dibandingkan pemupukan NPK saja, demikian juga terhadap peningkatan tanaman ubi kayu sekitar 10 ton/ha (Adiningsih, dkk. 1987). Erfandi dan Widati (1988) melaporkan pertanaman lorong pada tanah Typic Haplortox Kuamanag Kuining dengan tanaman pagar lamtoro, centrosema, kaliandra, dan Flemingia congesta. Flemingia congesta terbaik dalam meningkatkan C-organik dari 1,31 menjadi 2,85, sekaligus dapat meningkatkan produksi tanaman. Pemberian pupuk kandang nyata meningkatkan hasil jagung dan tanaman kedelai. Semakin tinggi takaran pupuk kandang yang diberikan masih akan terjadi peningkatan produksi. Diantara tiga jenis pupuk kandang yang diberikan terlihat bahwa pupuk kandang ayam dapat meningkatakan tanaman jagung secara nyata (Tabel 3).

Tabel 3. Pengaruh pupuk organik terhadap hasil tanaman jagung dan kedelai

Takaran pupuk kandang

(t ha-1)

Hasil jagung dan kedelai (t ha-1)

Pukan Sapi Pukan Kambing Pukan ayam Rata-rata 97/98 (jagung) 98/99 (kedelai) 97/98 (jagung) 98/99 (kedelai) 97/98 (jagung) 98/99 (kedelai) 97/98 (jagung) 98/99 (kedelai) 0 5 10 20 1.37 2.98 3.05 3.45 0.87 1.31 1.37 1.43 1.48 2.04 3.14 2.89 0.93 1.26 1.23 1.47 1.52 2.38 2.74 3.63 0.86 1.26 1.32 1.47 1.46a 2.47b 2.98b 3.32c 0.89a 1.26b 1.35b 1.45c Rerata 2.71A 1.24 A 2.38 A 1.24 A 3.16 A 1.23 A

Angka rata-rata dalam kolom atau baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % Uji Duncan

Sumber: Abdurachman, dkk (2000)

KESIMPULAN

Pemberian pupuk organik dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah dan meningkatkan produktivitas lahan.

1. Penelitian selama 2 tahun terhadap tanah Ultisols Jambi yang telah terdegradasi, pemberian pupuk organik telah terjadi peningkatan nilai C/N ratio, dan memperlihatkan keadaan struktur tanah yang agak mantap sampai mantap.dan pengaruhnya sangat baik terhadap porositas penyimpanan penyediaan air, aerasi tanah dan suhu tanah.

2. Pemberian pupuk organik yang berasal dari pupuk kandang 5 ton/ha dikombinasikan dengan pemupukan NPK (90-45-80) pada tanaman jagung dapat memberikan hasil biji 3,4 ton/ ha, yaitu 1,9 ton/ha lebih tinggi dari pemupukan NPK tanpa pupuk organik.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman A., I. Juarsah, dan U. Kurnia. 2000. Pengaruh penggunaan berbagai jenis dan takaran pupuk kandang terhadap produktivitas tanah Ultisols terdegradasi di Desa Batin, Jambi. dalam Pros. Seminar Nasional Sumber Daya Tanah, Iklim, dan Pupuk. Buku II. Bogor, 6-8 Des. 1999. Puslittanak. pp. 303-319. Lingkungan. Puslitbangtanak. Bogor. Hlm. 147-182.

Adam, W.A, 1973. The effect of organic mattern the bulk and the true densities of some incluvated Podsolic Soil. J, Sci 24 :10-7.

(7)

Brady, N.C. 1974. The Nature and Properties of Soil 8 th ed. Mac Millan Publishing Co. Technical Notes 5 : 9-29.

Duxbury, J.M., Smith, M.S., and Doran, J.W. 1989. Soil organic matter as a source and sink of plant nutriens. In Coleman, D.C., Erfandi, D. dan S. Widati. 2008. Dekomposisi bahan organik dan kondisi sifat fisik tanah dalam upaya mengatasi degradasi lahan. Pros. Seminar dan Kongres Nas. MKTI VI. Pp. 561-572.

Harris, W., L.G Chester, and D. N Allen. 1974. Ryname at Soil Agregation Adv Agron 18: 107-179.

Hue, N.V., Craddock, G., and Adam, F. 1986. Effect of organic acids on aluminum toxicities in subsoil. Soil Science Sosiety of Amirica J. 50 :28-34.

Rachman, A., A. Dariah, dan D. Santoso. 2006. Pupuk hijau. Dalam Pupuk Organik dan Pupuk Hayati.Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Risalah Diskusi ilmiah Hasil Penelitian Pertanian Lahan kering dan Konservasi di daerah Aliran Sungai, Malang 1-3 Maret 1988. P3HTA. Badan Litbang Pertanian. Hlm 41-57.

Rawls, 1982. Estimating Soil bulk density from particle Size analysis and organic matter content. J. Soil. Sci. 123-125

Adiningsih, S. J., I.G.P. Wigena, S. Rochayati, W. Hartatik dan S. Desire. 1987. Penelitian Efisiensi Pemupukan di Kuamang Kuning Jambi. Dalam Penelitian Pola Usahatani Terpadu di Daerah Transmigrasi Jambi. Pusat Penelitian Tanah, Badan Litbang Pertanian. Hlm 41- 72.

Undang Kurnia, N. Sinukaban, F.G. Suratmo, H. Pawitan, dan H. Suwardjo, 2001. Pengaruh Teknik rehabilitasi lahan terhadap produktivitas tanah dan kehilangan hara. Jurnal Tanah dan Iklim 15: 10-18.

Gambar

Tabel 1. Pengaruh pupuk organik terhadap C/N rasio pada tanah Ultisol Jambi dengan berbagai jenis dan takaran pupuk kandang
Tabel 2. Peranan beberapa jenis pupuk organik terhadap indeks kemantapan agregat pada tanah Ultisol Jambi Takaran pukan
Tabel 3. Pengaruh pupuk organik terhadap hasil tanaman jagung dan kedelai Takaran pupuk

Referensi

Dokumen terkait

[r]

sebaliknya selalu positif. Artinya pesan-pesan yang disampaikan ditanggapi oleh komunikan sehingga komunikasi dapat dikatakan efektif. e) Saluran : media komunikasi yang lebih

Biogeografi Alga Makro (Rumput) Laut di Kawasan Pesisir Indonesia.. A Field Guide to the British Seaweeds as Required for Assistance in the Classification of Water Bodies

Dengan didukung oleh para anggota pengurus IMTI periode 2012 - 2013, kami berharap supaya proposal agenda kerja IMTI ini bermamfaat bagi seluruh mahasiswa

%anatologi adalah bagian dari Ilmu Kedokteran Forensik #ang mem(ela)ari halhal #ang  berkaitan dengan kematian #aitu definisi atau batasan mati+ (erubahan #ang ter)adi  (ada

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu bahwa peraturan KKLD yang mengalami 3 kali perubahan mulai dari penetapan Kawasan Konservasi Laut Daerah Ujungnegoro-Roban

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul :

Hal-hal jang belum diatur dan tertjantum dalam Peraturan Dasar Corps HMI- Wati dan keterangan chusus ini disesuaikan dengan AD/ART HMI dan diatur lebih lanjut oleh Cohati PB..