3. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2009 di kawasan pesisir Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Provinsi Banten, lokasi penelitian mempunyai jarak sekitar 10 km dari kota serang dan berada di sebelah timur Pelabuhan Karangantu. Kecamatan Kasemen bagian pesisir sebelah barat berbatasan dengan pelabuhan perikanan Karangantu dan sebelah timur berbatasan dengan Kawasan Cagar Alam Pulau Burung (Gambar 3). Batas geografis lokasi penelitian adalah S:06001’29.5”-06001’24.0” dan E:106009’57.9”-106011’27.4”. Sedangkan analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Bahan yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah K2CR2O7, H2SO4, akuades, Ferroin, dan Ferrosulfat (FeSO4) sedangkan alat yang digunakan selama melakukan kegiatan penelitian meliputi alat tulis, alat pengambil contoh, dan alat dokumentasi (Tabel 4).
Tabel 4. Alat-alat yang digunakan pada pelaksanaan penelitian
No Nama alat Kegunaan Spesifikasi
1 Alat tulis Pencatatan data Data sampling 2 Data sheet Pencatatan data Print-out tabel 3 Kompas Petunjuk arah mata angin -
4 GPS Petunjuk letak geografis GPS V (Garmin) 5 Tali rafia Pembuatan transek line 10 x 10 m 6 Kalkulator Menghitung analisis data mangrove Fx 3600 7 Sepatu bot Untuk berjalan di lumpur -
8 Kantong plastik Tempat sampel Sampel substrat
9 Gunting Alat potong -
10 Label Penanda sampel -
11 Cool box Menyimpan sampel -
12 Erlenmeyer Uji C-organik 500 ml
13 Buret Titrasi Ferrosulfat (FeSO4) -
14 Buku identifikasi Identifikasi jenis mangrove Noor et al. (2006) 15 Refraktometer Mengukur salinitas Ketelitian 1‰ 16 Termometer Mengukur suhu Ketelitian 1 0C 17 Pipa paralon Mengambil sampel substrat Diameter 4 Inch 18 Perahu Survai dan pengambilan sampel air Motor tempel 19 Camera digital Dokumentasi kegiatan 10 megapixel
3.3. Metode Kerja
3.3.1. Penentuan stasiun pengambilan contoh
Penentuan lokasi stasiun pengambilan contoh vegetasi mangrove, substrat, dan kualitas air dilakukan berdasarkan perbedaan karakteristik zona ekosistem mangrove. Berdasarkan luasan area yang menjadi obyek penelitian maka ditetapkan 6 stasiun pengamatan pada lokasi yang berbeda (Gambar 4). Karakteristik stasiun
G am ba r 4. P et a s ta si un p ene li ti an
Stasiun Titik Koordinat Lokasi Kondisi mangrove 1 S : 060 01’ 29.5”
E : 1060 09’ 57.9”
Pantai Pelabuhan Karangantu
Tersebar merata tidak berdekatan
Sedang ada rehabilitasi 2 S : 060 01’ 33.4”
E : 1060 09’ 55”
Sebelah Barat muara Sungai Cengkok Tidak terawat Kurang pengawasan 3 S : 060 01’ 38.5” E: 1060 10’ 09.6” Badan Sungai Cengkok Tidak terawat
Hanya tersisa tanaman mangrove buatan 4 S : 060 01’ 38.6”
E : 1060 10’ 33.0”
Sebelah Timur muara Sungai Cengkok Tidak terawat Kurang pengawasan 5 S : 060 01’ 35.4” E : 1060 11’ 03.6” Muara Kali Perumpung Tidak terawat Kurang pengawasan Ditemukan bekas penebangan 6 S : 060 01’ 24.0” E : 1060 11’ 27.4”
Sebelah Barat Cagar Alam Pulau Burung
Tidak terawat Ada penjagaan dari
polisi hutan
3.3.2. Pengambilan contoh
Metode pengambilan contoh yang digunakan adalah kombinasi penarikan contoh acak berlapis dan sistematik. Pengambilan contoh acak berlapis adalah suatu metode pengambilan contoh dimana unsur-unsur populasinya digolongkan menjadi beberapa lapisan (Setyobudiandi et al. 2009), lapisan ketebalan mangrove berdasarkan observasi pendahuluan secara visual terbagi menjadi 3 lapis, yaitu: tebal (tebal ≥100m); tipis (40m≤ tebal <100m); dan sedang (tebal <40m). Sedangkan penentuan jumlah contoh yang diambil menggunakan metode pengambilan contoh acak sistematik, yaitu dengan menetapkan ukuran contoh sebanyak 3 buah pada tiap stasiun, membagi kedalam kelompok, memilih secara acak kelompok pertama, dan memilih lokasi pengamatan pada kelompok berikutnya dengan jarak yang sudah ditentukan sebagai titik contoh.
Teknik pengambilan contoh dilakukan dengan menggunakan metode jalur (Line Transek) dan transek kuadrat yaitu dengan cara menarik garis lurus sejajar garis pantai di setiap stasiun, kemudian di atas garis tersebut ditempatkan transek kuadrat berukuran 10m x 10m sebagai substasiun contoh. Jarak antar kuadrat
10m x 10m, pada plot tersebut dilakukan penghitungan jumlah tegakan pohon. Didalam plot replikasi contoh dibuat petak berukuran 5m x 5m untuk menghitung jumlah anakan dan petak berukuran 1m x 1m untuk menghitung jumlah semai (Gambar 5).
Gambar 5. Ilustrasi teknik pengambilan contoh
Contoh air yang diambil yaitu air laut pada kondisi pasang dan surut. Contoh air pasang diambil di saluran parit pada pukul 13.00-15.00 WIB (pasang terjadi pada siang hingga malam hari) dan contoh air surut di tepi pantai menggunakan perahu pada pukul 10.00 WIB (surut terjadi pada pagi hari). Parameter kualitas air yang diamati dalam penelitian ini diukur sebanyak tiga kali di lapangan (insitu) di setiap stasiun pengamatan. Parameter kualitas air yang diukur meliputi suhu, salinitas, dan pH.
Sampel substrat diambil pada setiap lokasi pengamatan mangrove. Pengambilan substrat diambil sekali pada setiap stasiun. Substrat diambil dengan menggunakan paralon berdiameter 4 inchi yaitu dengan cara dibenamkannya dari
dimasukkan kedalam plastik untuk dianalisa pH tanah, kadar C-organik, dan tipe tekstur substratnya.
3.3.3. Pengukuran dan pengamatan
Pengukuran beberapa parameter fisika-kimia-biolog yang berpengaruh terhadap ekosistem hutan mangrove dilakukan secara langsung (insitu) di lokasi penelitian, sedangkan pengukuran yang tidak harus dilaksanakan secara insitu dapat dilakukan secara eksitu di Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Data mangrove yang di ambil meliputi letak geografis tiap stasiun, luasan transek yang diamati, jenis vegetasi mangrove yang tumbuh, banyaknya tegakan semai, anakan dan pohon dengan kriteria tertentu dan ukuran diamater pohon dalam bentuk data sheet (Tabel 6). Cara penentuan lingkar batang mangrove diukur bedasarkan posisi percabangan pertama pada tegakan mangrove (Gambar 6). parameter yang diamati adalah Suhu, salinitas, pH, dan substrat (Tabel 7).
Tabel 6. Data sheet vegetasi mangrove
Koordinat SP ∑ Pohon DB (cm) ∑ Anakan ∑ Semai S : E : S : E : S : E :
Keterangan (English et al. 1994):
Pohon :Diameter >4cm SP :Kode jenis tumbuhan mangrove Anakan :Diameter <4cm, tinggi >1m DB :Diameter batang tumbuhan mangrove Semai :Tinggi <1m
Tabel 7. Parameter fisika dan kimia yang diamati
Substrat % Segitiga millar Kimia
pH - Elektroda pH meter
Salinitas ‰ Pembiasan cahaya
Gambar 6. Penentuan lingkar batang mangrove (English et al. 1994)
3.4. Analisis Data
3.4.1. Vegetasi mangrove
Data-data mengenai jenis, jumlah tegakan, dan diameter pohon yang telah dicatat pada tabel form mangrove, diolah lebih lanjut untuk memperoleh kerapatan jenis (Di), kerapatan relatif jenis (RDi), frekuensi jenis(Fi), frekuensi relatif jenis (RFi), luas area penutupan(Ci), penutupan relatif jenis (RCi), dan indeks nilai penting (INP) (Bengen 2001a dan Styobudiandi et al. 2009).
Di = Ni A Fi = Pi RDi = Ni X 100 RFi = Fi X 100 Tinggi dada Tinggi dada Tinggi dada Tinggi dada
Penentuan pada batang yang bercabang di bawah tinggi dada
Penentuan pada batang yang bercabang di atas tinggi dada
Penentuan pada akar yang bercabang sampai setinggi dada
Penentuan pada batang yang tidak beraturan bentuknya
INP = RDi + RFi + RCi Keterangan:
ni = jumlah total tegakan dari jenis i
A = luas total area pengambilan contoh (luas total petak contoh/plot) pi = jumlah petak contoh/plot dimana ditemukan jenis I
Σp = jumlah total petak contoh/plot yang diamati. BA = π DBH2/4 (dalam cm2)
π = (3,1416) adalah suatu konstanta
DBH = diameter pohon dari jenis I =CBH/ π (dalam cm) CBH = lingkaran pohon setinggi dada.
Nilai Penting suatu jenis berkisar antara 0 dan 300. Nilai Penting ini memberikan suatu gambaran mengenai pengaruh atau peranan suatu jenis tumbuhan mangrove dalam komunitas mangrove.
3.4.2. Analisis tekstur substrat
Tekstur substrat di analisis berdasarkan perbandingan pasir, liat, dan debu. Pembagian kelompok tekstur tanah dapat dilihat menggunakan panduan Segitiga Millar (Gambar 7).
Langkah-langkah penentuan tekstur substrat:
1. Mementukan komposisi dari masing-masing fraksi substrat. Misalnya, fraksi pasir 45%, debu 30%, dan liat 25%.
2. Menarik garis lurus pada sisi persentase pasir dititik 45% sejajar dengan sisi persentase debu, tarik garis lurus pada sisi persentase debu di titik 30% sejajar dengan sisi persentase liat, dan tarik garis lurus pada sisi persentase liat 25% sejajar dengan sisi persentase pasir.
3. Hasil perpotongan ketiga titik tersebut menentukan tekstur substrat tersebut pada tekstur lempung liat.
RCi = Ci X 100 Ci =
Gambar 7. Tipe substrat berdasarkan perbandingan pasir, liat, dan debu (Millar dan Turk 1951)
3.4.3. Analisis kualitas air
Analisis kualitas air dilakukan dengan cara diskriptif dan membandingkan nilai masing-masing parameter kualitas air dengan literatur yang ada untuk melihat kualitas perairan.
a. Mencari rata-rata dari masing-masing parameter dan standar deviasinya pada setiap stasiun sebanyak tiga kali pengamatan (ulangan), dengan rumus sebagai berikut (Walpole 1995):
µ = Rata-rata pengamatan n = Rumlah data
S2 = Standar deviasi µ = Nilai rata-rata n = Jumlah data Xi = Data ke-i
b. Menyajikan data dalam bentuk grafik untuk distribusi secara spasial.
c. Membandingkan data dengan literatur yang ada untuk melihat kualitas perairan
3.4.4. Indeks Similaritas Canberra
Indeks similaritas Canberra digunakan untuk melihat kesamaan antar stasiun pengamatan berdasarkan parameter yang diamati, nilai yang diperoleh dikelompokkan dengan menggunakan sidik gerombolan hirarki metode rataan ikatan kelompok, kemudian dibuat dalam bentuk plot (dendrogram) (Styobudiandi et al
2009). Diagram dendrogram ini menggunakan program Minitab 15 pada komputer. Prinsip pengelompokan Indeks Canberra ini dilakukan dengan cara mencari nilai korelasi antar stasiun, sehingga setiap stasiun akan memiliki nilai korelasi dengan semua stasiun lain. Nilai korelasi antar stasiun tersebut selanjutnya disusun dalam sebuah mastriks yang disebut matriks similaritas Canberra. Hasil perhitungan Indeks Similaritas Canberra kemudian ditampilkan dalam bentuk dendogram berdasarkan keterkaitan antara kelompok yang menggambarkan tingkat kemiripan habitat dan beberapa stasiun pengamatan dengan melihat nilai masing-masing parameter.