• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO BANDUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO BANDUNG"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Kasus : Tatalaksana Rekonstruksi Koloboma Palpebra Bilateral Kongenital dengan Modifikasi Teknik Flap Semisirkular Untuk Kelopak Mata Atas

Penyaji : Pradistya Syifa Yudiasari

Pembimbing : Dr. dr. Shanti F. Boesoirie, Sp.M(K), M.Kes

Telah Diperiksa dan Disetujui oleh Pembimbing

(2)

Reconstruction Management of Congenital Palpebra Coloboma Bilateral With Modifed Semicircular Flap Technique For Upper Eyelid

Abstract

Introduction : Palpebral coloboma is an embryological cleft disorder that occurs most frequently on upper middle eyelid. Palpebra coloboma caused by failure of fusion of mesodermal lid crease. Management of palpebra coloboma indicated to protect the cornea. Surgery as one of main management for coloboma pateint have different technique differ by pateint condition

Purpose : To explain about reconstruction management of congenital palpebra coloboma bilateral with semicircular flap technique

Case Report : A 2 months-old girl patient came with her parent to Reconstruction, Oculoplasty and Oncology unit in Cicendo National Eye Hospital with chief complaint defect on both upper eyelid since birth. There were no trauma history, no abnormal pregnancy, no abnromal delivery history and no anomaly found in other family member of the patient. Ophthalmology examination has full thickness defect on medial upper eyelid with exposure keratitis. The patient undergo semicircular flap technique. The patient can tolerate with the result.

Conclusion : Surgical technique management of the patient with palpebra coloboma based on size, location and corneal involvement in the patient.

Keywords : coloboma palpebra congenital, semicircular flap, upper eyelid I. Pendahuluan

Koloboma merupakan suatu kelainan celah embriologi yang muncul paling sering pada kelopak mata atas bagian tengah. Koloboma palpebra kongenital merupakan salah satu penyakit yang jarang terjadi, didapatkan secara unilateral maupun bilateral dan dapat terjadi defek parsial atau full-thickness. Koloboma palpebra dapat disebabkan karena kegagalan fusi dari pelipatan kelopak mesodermal.1–3

Koloboma palpebra dapat terjadi sendiri, bagian sindroma okular ataupun bagian penyakit sistemik lainnya. Penatalaksanaan pada koloboma palpebra baiknya dilakukan sedini mungkin sebagai proteksi untuk kornea. Tatalaksana pada pasien

(3)

dapat berupa pemberian cairan pelumas mata, surgikal hingga kontrol dari fungsi penglihatan pasien. Laporan kasus ini membahas mengenai tata laksana surgikal pada pasien dengan koloboma palpebra kongenital.4–6

II. Laporan Kasus

Pasien An. V, seorang perempuan usia 2 bulan diantar oleh kedua orang tua ke Poliklinik Rekonstruksi, Okuloplasti dan Onkologi (ROO) PMN RS Mata Cicendo pada tanggal 24 Agustus 2020. Pasien pertama kali datang pada tanggal 2 Juli 2020 ke Poli Pediatrik Oftalmologi dan Strabismus (POS) dengan keluhan kedua kelopak mata mengalami kelainan sejak lahir. Riwayat trauma sebelumnya tidak ada. Riwayat kehamilan, ibu pasien mengaku tidak ada demam, batuk, pilek, riwayat jatuh maupun meminum obat-obatan dan jamu-jamu tertentu.

Gambar 2.1 Gambaran klinis pasien preoperasi

Riwayat kelahiran, ibu pasien memiliki 1 anak hidup dan riwayat abortus 2 kali. Pasien lahir spontan, oleh dokter kandungan, langsung menangis, cukup bulan usia 9 bulan, dengan berat badan lahir 2.600 gram di RSUD Waled. Riwayat pemberian ASI lancar tidak ada hambatan. Pasien memiliki riwayat dirawat di inkubator selama 5 hari namun orang tua pasien mengatakan tidak ada riwayat sesak, kejang maupun sepsis pada pasien. Riwayat imunisasi vaksin Hepatitis B0 saat baru lahir. Pasien merupakan anak pertama. Ibu pasien merupakan anak ke-6 dari 6 bersaudara dan ayah pasien merupakan anak pertama. Tidak ada riwayat dengan keluhan yang sama pada keluarga pasien.

Saat ini pemeriksaan status generalis pasien didapatkan kondisi umum baik, kesadaran compos mentis, berat badan 3.300 gram, tanda vital dan pemeriksaan fisik lainnya dalam batas normal. Pemeriksaan oftalmologis didapatkan tajam penglihatan

(4)

dasar kedua mata blink reflex (-). Tekanan bola mata secara palpasi normal. Posisi bola mata dan gerakan bola mata sulit dinilai. Pemeriksaan segmen anterior mata kanan terdapat koloboma pada palpebra, konjungtiva sulit dinilai dan kornea keruh, terdapat keratopati eksposur. Bilik mata depan, pupil, iris dan lensa sulit dinilai. Refleks fundus pada pasien negatif. Pemeriksaan segmen anterior pada mata kiri didapatkan koloboma palpebra, konjungtiva sulit dinilai dan kornea keruh, terdapat keratopati eksposur. Bilik mata depan dangkal. Pupil bulat, tidak terdapat sinekia dan lensa sulit dinilai. Refleks fundus pada pasien negatif. Pemeriksaan segmen posterior kedua mata keruh. Pemeriksaan USG pasien pada mata kanan didapatkan viterous opacity yang dikarenakan sel - sel radang dengan panjang aksial 15,10 mm dan mata kiri didapatkan viterous opacity yang dikarenakan sel - sel radang dengan panjang aksial 15,45 mm.

Gambar 2.2 Tahapan operasi

(a) Dibentuk insisi semisirkular (b) Dilakukan kanototomi lateral, kantolisis dan pembentukan flap mukokutaneus (c) Flap ditaruk ke arah medial (d) Dilakukan penjahitan pada margin kelopak (e) Dilakukan inisisi tambahan pada sisi horizontal sepanjang 4 mm (f) Luka ditutup

Dikutip dari : Boesoirie, S F7

Pasien didiagnosis Koloboma Palpebra ODS + Disgenesis segmen anterior OD + Keratopati Eksposur ODS + Mikrofalmia ODS. Pasien juga dikonsulkan ke bagian Ilmu Kesehatan Anak (IKA) dan dikatakan suspek sindrom CHARGE dan suspek

a b c

(5)

sindrom Morning Glory. Pasien kemudian dikonsulkan ke IKA bagian Endokrin dan dikonsulkan ke Telinga Hidung Tenggorokkan Kepala dan Leher (THT-KL) di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS). Pasien disarakan untuk dilakukan tapping kelopak mata, kompres NaCl dan Garamycin, diberikan artificial tears 6x1 gtt ODS, erlamycetin 3x1 app OS, lubricen gel 4 x1 app ODS. Pasien kemudian direncanakan untuk dilakukan rekonstruksi palpebra superior dan palpebra inferior ODS +

Examination Under Anesthesia (EUA) ODS dalam narkose umum. Orang tua pasien sudah dijelaskan kembali bahwa tahapan operasi pada pasien bisa dilakukan berulang kali karena terdapat simblefaron.

Gambar 2.3 Gambar klinis pasien post operasi

Pada tanggal 31 Agustus 2020 dilakukan tindakan operasi dalam anestesi umum. Pasien dibaringkan di meja operasi, dilakukan prosedur aseptik dan antiseptik dan pemasangan duk steril. Pada kelopak atas mata kanan dan kiri dilakukan pemberian marker pada daerah yang akan diinsisi, berbentuk arkus dimulai dari kantus lateral, melengkung ke arah inferior lalu ke superior. Dilakukan insisi sesuai garis marker menggunakan blade ukuran 15, kemudian dilakukan kantotomi lateral dan kantolisis tendon kantus superior dengan gunting. Perdarahan dihentikan menggunakan kauter dan dilakukan diseksi jaringan sampai ke bawah lapisan otot orbikularis, sehingga terbentuk suatu flap. Setelah flap cukup bebas untuk digerakkan, flap ditarik ke arah medial untuk mempertemukan ujung-ujung palpebra. Dilakukan penjahitan untuk menyatukan margo palpebra, tarsus, kemudian kulit dengan menggunakan benang vicryl 6.0. Jarak interkantus diukur dengan menggunakan kaliper agar kedua mata simetris. Pada pasien dilakukan tindakan tambahan yaitu membuat insisi horizontal sepanjang 4 mm untuk membentuk lipatan mata. Kemudian flap dijahit mengikuti

(6)

kontur dengan teknik simple interrupted dengan menggunakan benang vicryl 6.0. Pada akhir tindakan dipastikan kembali bahwa tidak terdapat tegangan horizontal maupun vertikal yang berlebihan, sehingga margin palpebra superior dan inferior dapat menutupi bola mata dengan sempurna.

Pada akhir tindakan dilakukan EUA pasien didapatkan koloboma pada kelopak atas mata kanan disertai simblefaron di seluruh kuadran konjungtiva hingga ke limbus. Kornea didapatkan keratopati eksposur, untuk yang lainnya sulit dinilai. Pada mata kiri didapatkan koloboma pada kelopak atas mata kiri disertai simblefaron di seluruh kuadran konjungtiva hingga ke limbus. Kornea didapatkan keratopati eksposur, untuk yang lainnya sulit dinilai. Pada kedua mata dan tidak didapatkan koloboma atau kelainan struktur pada organ mata lainnya. Luka operasi diberikan salep antibiotik lalu ditutup dengan kassa steril dan tindakan operasi selesai.

Gambar 2.4 Gambar klinis pasien POD 1

Pada tanggal 1/9/2020 Post Operation Day (POD) 1 dari pemeriksaan oftalmologis didapatkan tajam penglihatan dasar kedua mata blink reflex (-). Tekanan bola mata secara palpasi normal. Pemeriksaan segmen anterior mata kanan pada palpebra superior terdapat hecting intak, edema dan hiperemis. Pada konjungtiva kemosis, hiperemis. Kornea keruh dan terdapat keratopati eksposur. Bilik mata depan, pupil, iris dan lensa sulit dinilai. Pemeriksaan segmen anterior pada mata kiri terdapat hecting intak, edema dan hiperemis. Konjungtiva sulit dinilai. Kornea keruh dan terdapat keratopati eksposur. Bilik mata depan dangkal. Pupil, iris, lensa sulit dinilai.

Pasien kontrol 10 hari setelah operasi pada tanggal 09/09/2020 pasien kontrol untuk pemeriksaan oftalmogis dan didapatkan tajam penglihatan dasar kedua mata blink

(7)

reflex (-). Tekanan bola mata secara palpasi normal. Pemeriksaan segmen anterior mata kanan pada palpebra superior terdapat hecting intak dan slight hiperemis. Pada konjungtiva relatif tenang. Kornea keruh dan terdapat keratopati eksposur. Bilik mata depan, pupil, iris dan lensa sulit dinilai. Pemeriksaan segmen anterior pada mata kiri terdapat hecting intak dan slight hiperemis. Konjungtiva relatif tenang. Kornea hazy, bilik mata depan dangkal. Pupil, iris dan lensa sulit dinilai.

Gambar 2.5 Gambar klinis pasien POD 10 hari

Pasien diseranakan untuk aff hecting kulit dan diberikan pengobatan artificial tears 8x1 gtt ODS, lubricen 4x1 gtt OS, asam hyaluronat 3x1 app ODS dan penggunaan spatel kaca agar mencegah terjadinya simblefaron kembali pada pasien. Pasien direncakan untuk kontrol ke Unit POS dan IKA.

Gambar 2.6 Gambar klinis pasien POD 1 bulan

Pasien kontrol 1 bulan post operasi pada tanggal 23/09/2020 pasien kontrol untuk pemeriksaan oftalmogis dan didapatkan tajam penglihatan dasar kedua mata blink reflex (-). Tekanan bola mata secara palpasi normal. Pemeriksaan segmen anterior mata kanan pada palpebra superior edema berkurang dan sedikit hiperemis. Pada konjungtiva relatif tenang. Kornea keruh dan terdapat keratopati eksposur. Bilik mata depan, pupil, iris dan lensa sulit dinilai. Pemeriksaan segmen anterior pada mata kiri

(8)

sedikit edema dan sedikit hiperemis. Konjungtiva relatif tenang. Kornea keruh, bilik mata depan dangkal. Pupil, iris dan lensa sulit dinilai.

Pasien disaranakan untuk diangkat jahitan seluruhnya dan diberikan pengobatan artificial tears 8x1 gtt ODS, lubricen 4x1 gtt OS, asam hyaluronat 3x1 app ODS, salep chloramphenicol-hydrocortisone dan penggunaan spatel kaca agar mencegah terjadinya simblefaron kembali pada pasien. Pasien direncakan untuk kontrol ke Unit POS dan IKA. Prognosis pada pasien quo ad vitam dubia ad bonam, quo ad functionam dubia ad bonam dan qua ad sanationam dubia ad bonam.

III. Diskusi

Kelopak mata merupakan suatu struktur kompleks sehingga rekonstruksi pada kelopak mata memiliki tantangan tersendiri. Fungsi dari kelopak mata adalah melindungi bola mata dari trauma maupun dari cahaya yang berlebihan, mempertahankan integritas lapisan air mata dan mengalirkan air mata ke arah sistem lakrimal. Defek maupun malformasi pada kelopak mata harus ditatalaksana untuk mempertahankan fungsinya sebagai pelindung bola mata yang dapat mempengaruhi penglihatan.1,3,8

Koloboma okular merupakan salah satu kelainan kongenital yang jarang terjadi. Koloboma sering terjadi akibat kegagalan penutupan celah embrionik atau celah koroid saat minggu kelima dan ketujuh kehidupan. Struktur okular yang dapat terlibat dalam terjadinya koloboma termasuk iris, zonul, badan siliar, koroid maupun retina. Malformasi pada kelopak mata dapat berdiri sendiri atau menjadi bagian dari sindroma pada mata bahkan suatu sindroma sistemik. Kemungkinan kelainan sistemik yang dapat terjadi yaitu sindrom Morning Glory, sindrom Fraser, sindrom Golden Har, sindrom Treacher Collins, sindrom CHARGE, displasia frontonasal, sindrom Delleman Oorthuys, sindrom koloboma lipoma nasopalpebra dan sindrom Manitoba Oculotrichoanal (MOTA).1,8,9

Sindrom CHARGE merupakan salah satu bentuk anomali yang mungkin terjadi pada pasien, terdiri dari koloboma, gangguan jantung, gangguan pertumbuhan dan perkembangan, hipoplasia genital dan anomali pada telinga. Sindrom CHARGE

(9)

memiliki 4 kriteria mayor yaitu atresia koana, koloboma, anomali pada telinga dan saraf kranial dan 7 kriteria minor yaitu malformasi jantung, hipoplasia genital, bibir sumbing, fistula pada trakeoesofagus, gambaran khas pada wajah, gangguan pertumbuhan dan keterlambatan perkembangan. Penegakkan diagnosis pada sindrom CHARGE dengan 4 kriteria mayor atau 3 mayor dan 3 minor. Sindrom Morning Glory merupakan suatu keadaan dimana diskus optik membesar disertai dengan regio parapapilar yang berbentuk seperti corong dikelilingi dengan pigmen korioretina dan pembuluh darah retina yang mencul ditepi diskus. Pasien dikonsulkan ke bagian IKA dan THT-KL di RSHS yang bertujuan untuk menegakkan diagnosis dari sindrom CHARGE maupun sindrom Morning Glory.4,8,9

Gambar 3.1 Derajat defek pada kelopak mata atas

Koloboma pada kelopak merupakan suatu penyakit yang jarang terjadi, bisa terdapat pada satu maupun kedua mata, dapat terjadi parsial atau full-thickness. Koloboma pada kelopak dapat menyebabkan keratopati sehingga dapat menyebabkan penurunan fungsi penglihatan pada pasien. Oleh karena itu proteksi pada kornea, tindakan surgikal pada

(10)

defek kelopak hingga monitoring perkembangan fungsi visual pasien sangat penting dilakukan.5,6,10

Koloboma kongenital pada kelopak mata atau yang disebut juga celah pada kelopak mata sering terjadi pada kelopak mata atas. Koloboma dapat berupa suatu celah kecil pada kelopak hingga suatu defek yang memanjang hingga meliputi panjang horizontal pada kelopak mata. Pada koloboma kelopak dapat disertai kelopak yang fusi dengan bola mata.5,8,10

Rekonstruksi harus didasari aspek fungsional dan kosmetik. Teknik rekonstruksi pada kelopak mata atas, bawah, medial maupun lateral berbeda daru segi anatomi. Rekonstruksi pada kelopak mata ditentukan berdasarkan besar defek pada kelopak dan juga keterlibatan kornea. Teknik pembedahan pada pasien bergantung dengan defek yang terjadi. Bila defek yang terjadi berukuran 25% maka dapat dilakukan direct closure. Bila defek yang menjadi 25-50% dapat diperbaiki menggunakan penutupan langsung dengan kantotomi dan kantolisis atau teknik flap semisirkular. Ukuran defek kelopak mata atas pasien kurang lebih adalah 40-50% sehingga teknik yang dipilih untuk menutup defek adalah teknik flap semisirkular.5,11,12

Palpebral Fissure Length (PFL) adalah jarak dari kantus medial ke kantus lateral. Pengukuran PFL bisa didapatkan dengan menggunakan kaliper, penggaris maupun teknologi terbaru menggunakan software. Standar baku pada pengukuran PFL adalah menggunakan kaliper. Besar PFL pada kedua mata harus sama dan sesuai dengan grafik usia terutama pada pasien anak. Pada bayi baru lahir ukuran PFL adalah 1,79 cm

± 0.17 cm. Pada pasien dilakukan pengukuran PFL dengan menggunakan kaliper dengan panjang kelopak dibentuk sepanjang 1,8 cm.5,8,12

Koloboma palpebra dapat menyebabkan terjadinya dry eye yang diakibatkan oleh simblefaron. Menurut Kheirakah dkk, derajat simblefaron dibagi menjadi menurut panjang, lebar dan reaksi inflamasi pada simblefaron. Dinilai dari panjangnya pada pasien terjadi simblefaron sepanjang konjungtiva palpebra hingga lebih dari setengah tarsus, lebarnya yaitu lebih dari 2/3 panjang kelopak mata dan reaksi inflamasi pada

(11)

simblefaron termasuk rendah (+1). Tatalaksana pada simblefaron dibutuhkan bila terdapat efek patogenik pada pasien seperti dry eye, mikrotrauma yang diakibatkan dari refleks mengedip yang tidak maksimal, terjadinya pertumbuhan kelopak yang tidak baik dan gangguan penglihatan yang diakibatkan gangguan pergerakkan bola mata. Terapi surgikal dilakukan dengan cara melepaskan sikatrik secara sirkumferenfial.3,11,13

Gambar 3.3 Teknik Semicircular Flap

Teknik dalam rekonstruksi kelopak mata pada pasien adalah teknik flap semisirkular. Teknik flap semisirkular adalah suatu flap yang berbasis pada bagian lateral yang dapat dinaikkan dan dirotasi sehingga dapat bergerak untuk menutupi defek periorbita. Defek kelopak bawah lebih dari 60% dan defek kelopak mata atas lebih dari 40% dapat menggunakan teknik flap semisirkular. Teknik flap semisirkular ini dapat dibuat beberapa modifikasi, salah satunya yang dilakukan pada pasien ini adalah dengan menambahkan insisi horizontal dari margo untuk membentuk lipatan kelopak pada bayi. Insisi horizontal ini juga membantu menurunkan tensi horizontal yang dapat menyebabkan dehisensi luka.7,14,15

(12)

IV. Simpulan

Koloboma palpebra merupakan salah satu penyakit yang dapat menyebabkan gangguan penglihatan pada usia muda. Koloboma pada mata dapat disertai dengan gejala okular maupun sistemik lainnya. Penanganan koloboma merupakan penanganan yang kompleks melibatkan berbagai bidang spesialistik.

Terapi definitif pada koloboma palpebra yaitu tindakan surgikal. Tindakan surgikal ditentukan berdasarkan dari lokasi, ukuran defek maupun keterlibatan kornea. Modifikasi terhadap tindakan surgikal pada pasien dapat meningkatkan hasil akhir yang diinginkan pada pasien.

(13)

12

DAFTAR PUSTAKA

1. Hered RW, Archer SM, Braverman RS, Khan AO, Lee KA, Leuder GT. Eyelid Disorder. Pediatric Ophthalmolgy and Strabismus. San Fransisco: American Academy of Ophthalmology. 2020 : hlm 193.

2. Korn BS, Burkat CN, Carter KD, Perry JD, Setabutr P, Steele EA. Classification of Eyelid Disorder. Oculofacial Plastic and Orbital Surgery. San Fransisco: American Academy of Ophthalmology. 2020 : hlm 225.

3. María J, Molina O, Ramón E, Horna M, David A, Miranda S. Case Report Congenital Upper Eyelid Coloboma : Clinical and Surgical Management. Hindawi. 2015 : hlm 3–6.

4. Nakamura KM, Diehl NND, Mohney BG. Incidence, Ocular Findings and Systemic Association Ocular Coloboma : A Population-Based. Arch Ophthalmolocgy. 2012 : hlm 69–74.

5. Nerad JA. Eyelid Reconstruction. Techniques in Ophthalmic Plastic Surgery. Cincinnati. Saunders Elsevier . 2010 : hlm 325–55.

6. Hada M. Eyelid Reconstruction Techniques : An Overview. Delhi J Ophthalmol. 2018 : hlm 1–3.

7. Boesoirie SF. Modified Versus Conventional Reverse Tenzel Semicircular Flap In Congenital Bilateral Upper Eyelid Coloboma. 2020 : hlm 1–8.

8. Nouby G. Congenital Upper Eyelid Coloboma and Cryptophthalmos. Ophthalmol Plast Reconstr Surg. 2002. hlm : 373–7.

9. Blake KD, Prasad C. CHARGE syndrome. Orphanet J Rare Dis. 2006 : hlm 1– 8.

10. Subramanian N. Reconstructions of eyelid defects. Indian J Plast Surg. 2010 : hlm 5–13.

11. Buerger DG, Buerger DE, Buerger GFJ. Repair of Lid Defects Using Semicircular Flap. Manual of Oculoplastic Surgery. Texas: Springer. 2018 : hlm 337–44.

12. Collin JR. Eyelid reconstruction and tumour management. A Manual of Systematic Eyelid Surgery Third Edition. London. Elsevier. 2006 : hlm 115. 13. Kheirkhah A, Blanco G, Casas V, Hayashida Y, Raju VK, Tseng SCG. Surgical

Strategies for Fornix Reconstruction Based on Symblepharon Severity. Am J Ophthalmol. 2008 : hlm 266–75.

14. Cha JA, Lee KA. Reconstruction of periorbital defects using a modified Tenzel flap. Arch Cranifacial Surg. 2020 : hlm 35–40.

15. Kuhlo S, Povlovich M, Wright N, Delisle M, Getman L, Acvs D. How to Repair a Large Upper Eyelid Defect With a Modified Tenzel Rotational Flap in the Field. 2012.

Gambar

Gambar 2.1 Gambaran klinis pasien preoperasi
Gambar 2.2 Tahapan operasi
Gambar 2.3 Gambar klinis pasien post operasi
Gambar 2.4 Gambar klinis pasien POD 1
+4

Referensi

Dokumen terkait

Kasus aniridia kongenital dapat terjadi karena mutasi pada gen PAX 6 yang memiliki peran dalam perkembangan mata, terutama pada perkembangan kornea, iris, lensa, badan

Pada tanggal 6 juli 2021 pemeriksaan sebelum operasi membranektomi mata kiri didapatkan tanda vital dalam batas normal, pemeriksaan oftalmologi visus kedua mata dengan

Anisometropia merupakan gangguan penglihatan akibat adanya perbedaan kekuatan refraksi lensa sferis atau silinder antara mata kanan dan mata kiri lebih dari 1.00

Salah satu komplikasi yang dapat terjadi akibat trauma kimia alkali pada mata adalah defek epitel kornea persisten yang disebabkan oleh limbal stem cell

Pada pasien didapatkan keluhan penglihatan buram setelah trauma, dan pada pemeriksaan segmen anterior didapatkan lensa subluksasi ke medial dijam 12-6, sehingga

Penyembuhan luka kornea bertujuan untuk mengembalikan integritas struktur dan fungsi kornea melalui proses penutupan luka. Penyembuhan luka kornea berbeda

Pada laporan kasus ini pasien adalah seorang wanita berusia 27 tahun dengan peningkatan TIO pada kedua mata (OD 23 mmHg, OS 48 mmHg), sudut bilik mata depan terbuka melalui

Salah satu alternatif patch graft untuk tatalaksana perforasi kornea yaitu cangkok lenticule yang merupakan lapisan intrastromal kornea dari teknik operasi small