• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ups and downs in rural Javanese industry: the dynamics of work and life of smallscale

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ups and downs in rural Javanese industry: the dynamics of work and life of smallscale"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

UvA-DARE is a service provided by the library of the University of Amsterdam (http://dare.uva.nl)

UvA-DARE (Digital Academic Repository)

Ups and downs in rural Javanese industry: the dynamics of work and life of

small-scale garment manufacturers and their families

Purwanto, E.A.

Link to publication

Citation for published version (APA):

Purwanto, E. A. (2004). Ups and downs in rural Javanese industry: the dynamics of work and life of small-scale

garment manufacturers and their families

General rights

It is not permitted to download or to forward/distribute the text or part of it without the consent of the author(s) and/or copyright holder(s), other than for strictly personal, individual use, unless the work is under an open content license (like Creative Commons).

Disclaimer/Complaints regulations

If you believe that digital publication of certain material infringes any of your rights or (privacy) interests, please let the Library know, stating your reasons. In case of a legitimate complaint, the Library will make the material inaccessible and/or remove it from the website. Please Ask the Library: http://uba.uva.nl/en/contact, or a letter to: Library of the University of Amsterdam, Secretariat, Singel 425, 1012 WP Amsterdam, The Netherlands. You will be contacted as soon as possible.

(2)

Ringkasan n

Pasangg Naik dan Pasang Surut di Industri Pedesaan Jawa: Dinamika Kerja dan Kdüdupann Para Pembuat Pakaian Jadi Skala Kecfl dan Kelnarga Mereka

Studii ini mencoba menganilis dinamika kerja dan kdüdupan para produsen pakaian jadii (baik pcngusaha maupun bumh) dan keluarga mereka pada sebuah lingkungan industrii kecil yang terletak di sebuah pedesaan Jawa. Tujuan dari studi ini yang pertama adalabb untuk memahami bagaimana dinamika hubungan kerja antara para pengusaha (juragan)(juragan) dengan para buruh di dalam sebuah industri kecil yang dapat dikategorikan sebagaii sektor informal, di mana hubungan perburuhan yang terjadi di dalamnya tidak

diaturr oleh suatu peraturan hukum sehingga para buruh dalam posisi lemah ketika berhadapann dengan para juragan. Tujuan yang kedua adalah untuk memahami bagaimanaa dinamika kerja tersebut mempengaruhi dinamika kehidupan rumah tangga paraa juragan dan para buruh tadi. Yang terakhir, studi ini bermaksud untuk memahami bagaimanaa kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat di mana industri ini berada mempengaruhii kemunculan, perkembangan, dan operasi industri tadi.

Studii tentang non-farm, khususnya tentang industri kecil di pedesaan, sebenarnya bukanlahh merupakan bidang baru di Indonesia. Topik ini telah menjadi bahan kajian paraa ahli sejak jaman Kolonial Belanda, meskipun kemudian agak terabaikan setelah Revolusii Hijau dimulai di Indonesia pada tahun 1960an yang menyebabkan perhatian paraa peneliti kemudian lebih banyak tercurah untuk menyelidiki berbagai perubahan sosiall ekonomi pedesaan yang diakibatkan oleh program modemisasi di sektor pertaniann ini. Dari berbagai penelitian tentang sektor non-farm dan industri kecil yang telahh dilakukan sebelumnya kemudian diketemukan bahwa salah satu faktor yang mendorongg kemunculan sektor non-farm adalah makin langkanya tanah pertanian (khususnyaa di Jawa) dan makin menurunnya pendapatan para petani dan buruh tani dari sektorr pertanian. Fenomena yang sama temyata juga ditemukan di Kalitengah, Wedi, Klatenn di mana studi ini dilakukan. Kemunculan industri pakaian jadi di desa ini pada awall abad ke duapuluh salah satunya juga dipicu oleh kelangkaan tanah pertanian, baik karenaa peningkatan jumlah penduduk maupun karena sejak Jaman Kolonial setiap tahunnyaa separuh dari lahan pertanian yang ada di desa ini disewa oleh perkebunan tembakauu (sekarang milik Pemerintah) yang memproduksi tembakau untuk pasar internasional.. Selain langkanya lahan pertanian, jiwa dagang yang dimiliki oleh pendudukk Wedi dan sekitarnya selama berabad-abad juga merupakan salah satu faktor yangg berpengaruh terhadap kemunculan industri pakaian jadi di Kalitengah.

Sebagaii sebuah alat untuk mempertahankan hidup bagi orang-orang miskin atau rumahh tangga-rumah tangga yang tidak memiliki sawah, pada awalnya industri pakaian jadii di Kalitengah mengambil bentuk yang sangat sederhana; yaitu dengan ciri modal yangg kecil, jumlah tenaga kerja yang sangat terbatas, dan produknya berkualitas rendah. Paraa gerji, yang terinspirasi oleh kreatifitas para penjual kamus dan epek, membuat produkk garmen mereka sendiri: para suami yang menjahit, para istri yang kemudian menjuall dagangan tersebut ke pasar di sekitar Klaten. Hubungan perburuhan mulai

(3)

260 0 UpsUps and Downs in Rural Javanese Industry Industry

terjadii ketika para gerji yang merintis usaha untuk menjadi produsen pakaian jadi mulai memperkerjakann gerji-gerji yang lain untuk mcmcnuhi pennintaan pasar yang terus meningkat.. Sejak saat itu maka masyarakat di situ kemudian mulai mengenal istilah

juraganjuragan dan buruh.

Meskipunn perbedaan kelas mulai terjadi, akan tetapi hubungan antara juragan dan buruhh pada waktu itu sangat diwarnai oleh suasana kekeluargaan. Para buruh jahit bekerjaa di rumah para juragan mereka dengan fasilitas mesin jahit yang telah disediakann oleh para juragan. Selain mendapat upah, para buruh ini juga diberi teh, makanann kecil, dan juga makan siang oleh para juragan. Karena sebagian besar buruh

jahitjahit waktu itu masih kerabat, teman, atau tetangga dekat para juragan maka tidaklah

mengherankann apabila para juragan memperlakukan buruh mereka seperti anggota keluargaa mereka sendiri. Selain berbagai fasilitas yang telah disebutkan tadi, para

juraganjuragan juga sering memberi bantuan uang dan barang apabila buruh mereka ada yang

sakitt atau membutuhkan pertolongan. Untuk mengimbangi kebaikan hati para juragan, tidakk jarang para buruh kemudian dengan sukarela membantu berbagai pekerjaan rumah tanggaa di rumah juragan mereka.

Hubungann buruh dan juragan selanjutnya mengalami perubahan karena dua hal pokok.. Pertama, banyak juragan yang berhasil mengembangkan perusahaan konfeksi merekaa dan menjadikan mereka juragan besar. Dengan berkembangnya perusahaan konfeksii ini, juragan besar kemudian mempekerjakan banyak buruh yang membuat merekaa jadi kurang mengenal buruh-buruh mereka secara pribadi seperti dulu lagi. Terlebihh lagi, karena kekayaannya, para juragan besar ini kemudian telah menjadi orang-orangg paling dihormati diantara anggota masyarakat yang lain. Kedua, buruh jahit lebihh suka bekerja di rumah mereka sendiri-sendiri (putting out system atau borongan) sejakk mesin jahit menjadi mudah di dapat pada tahun 1960an. Munculnya jarak sosial dann jarak fisik ini menyebabkan hubungan juragan dan buruh menjadi kurang akrab (bersifatt impersonal). Akibatnya, buruh yang bekerja hanya atas dasar kontrak lisan (informal)) menjadi rentan terhadap praktik-praktik eksploitasi yang dilakukan oleh para

juraganjuragan karena hilangnya proteksi sosial sebagaimana mereka nikmati sebelumnya.

Adalahh fakta yang tidak dapat dibantah bahwa pada saat ini kita dengan mudah dapatt menemukan berbagai bentuk eksploitasi juragan terhadap buruh dalam praktek hubungann perburuhan pada industri garmen di Kalitengah. Namun demikian, karena berbagaii karakteristik yang melekat pada industri garmen di Kalitengah, misalnya ikatann lokalitas dimana kebanyakan juragan dan buruh saling mengenal karena tinggal satuu kampung, ikatan darah antara juragan dan buruh atas dasar kekerabatan, ikatan emosii karena persamaan keanggotaan dalam kelompok pengajian, dan sebagainya maka berbagaii bentuk ekspresi kebaikan hati para juragan yang terjadi di masa lalu seperti memberikann uang untuk berobat ke dokter, tidak minta ganti rugi pada saat buruh melakukann kesalahan, memberi pinjaman uang waktu buruh ada kebutuhan mendesak dann sebagainya masih dapat ditemukan pada saat ini. Sebagai imbalan atas berbagai kebaikann tersebut, buruh dituntut loyalitas mereka terhadap para juragan.

Apaa yang ditemukan di Kalitengah kemudian menunjukkan bahwa ikatan lokalitass banyak mempengaruhi operasionalisasi industri kecil. Lokasi industri yang beradaa ditengah-tengah tempat tinggal para juragan dan buruh memungkinkan baik

juraganjuragan maupun buruh mengontrol tingkah-laku mereka masing-masing dalam

kehidupann sehari-hari. Akibatnya, juragan dan buruh tidak bisa dengan mudah meninggalkann norma, budaya, maupun tradisi masyarakat di mana mereka berada. Karenaa mereka tinggal di pedesaan Jawa maka para juragan dan buruh hams ikut menghormatii nilai-nilai kegotongroyongan dan kerukunan yang sampai saat ini masih dianggapp penting oleh orang desa; kecuali mereka siap diberi sangsi sosial dalam berbagaii bentuknya seperti mendapat stigma sebagai juragan yang pelit atau buruh yang tidakk setia (lecekan).

(4)

Ringkasan Ringkasan 261 1

Dalamm situasi yang demikian, kebaikan hati para juragan dan loyalitas para buruh hamss kita pahami dalam konteks kebutuhan para juragan maupun buruh mengemas upaya-upayaa untuk mencapai tujuan ekonomis mereka agar selaras dengan nilai-nilai tentangg kegotongroyongan dan kerukunan. Dengan demikian, kebaikan hati dan kesetiaann di sini boleh dikatakan lebih didasari oleh pertimbangan-pertimbangan yang bersifatt instrumental untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan ekonomis (maten) di masaa depan, bukan semata-mata karena ketulusan hati mereka karena ingin menjadi orang-orangg yang bermoral. Dalam pandangan para pendukung konsep modal sosial

(social(social capital) hubungan timbal-balik antara juragan dan buruh yang seperti ini

^inamnW"" sebagai "balanced reciprocity" (hubungan timbal-balik yang seimbang). Artinya,, kebaikan hati yang dilakukan oleh satu pihak harus direspon secara sama oleh pihakk yang lain. Dengan demikian, seorang juragan yang melakukan kebaikan hati kepadaa buruhnya selalu berharap bahwa suatu saat dia akan memperoleh perlakuan yangg sama dari buruhnya, demikian pula harapan yang ada dihati para buruh.

Selainn hubungan perburuhan yang kompleks, penelitian ini juga menemukan adanyaa hubungan yang sangat erat antara dinamika yang terjadi di dalam industri garmenn dengan dinamika kebidupan rumah tangga orang-orang yang terlibat di dalamnya.. Hubungan yang erat ini terjadi karena dalam industri kecil, seperti industri garmenn di Kalitengah, ketumpang-tindihan antara domain produksi dan domestik dalam berbagaii aspeknya, terutama ruang hidup dan keuangan, tidak bisa terhindarkan. Ketumpang-tindihann dalam aspek ruang hidup, karena produksi pembuatan pakaian jadi dilakukann di rumah (baik rumah juragan maupun buruh), menyebabkan suami-istri

juraganjuragan maupun buruh perlu melakukan pembagian pekerjaan profesional maupun

domestikk mereka dengan baik untuk mencapai keseimbangan pembagian kerja suami-istri. .

Akann tetapi, intrusi pekerjaan ke ruang domestik ini dalam banyak kasus sering membawaa konsekuensi para perempuanlah (baik juragan maupun buruh) yang harus menanggungg beban berbagai tambahan pekerjaan tadi. Selain para istri, tidak jarang intrusii ini juga menyebabkan anggota rumah tangga yang lain, terutama anak-anak, ikut terlibatt dalam proses produksi. Sementara itu, ketumpan-tindihan dalam bidang keuangann sering membawa konsekuensi lebih serius dalam kehidupan rumah tangga

panpan juragan. Sebagaimana umumnya ditemukan dalam industri kecil, para juragan di

Kalitengahh juga tidak memisahkan antara keuangan perusahaan dan rumah tangga. Pada sisii yang lain, bisnis pakaian jadi merupakan bisnis yang sangat fluktuatif yang menuntutt pengelolaan keuangan secara baik. Sebagai akibat rancaunya pengelolaan keuangann di satu sisi dan situasi bisnis yang fluktuatif pada sisi yang lain, maka banyak

juraganjuragan di Kalitengah yang melakukan kesalahan dalam pengelolaan keuangan yang

kemudiann berujung pada kebangkrutan usaha mereka. Karena tidak ada pemisahan pengelolaann keuangan, kebangkrutan usaha akan membawa implikasi yang serius tidak hanyaa bagi kelangsungan usaha para juragan akan tetapi juga kesejahteraan keluarga mereka. .

Karenaa kehidupan para buruh sangat tergantung pada juragan mereka maka apa yangg terjadi pada para juragan juga akan sangat mempengaruhi kehidupan para buruh dann keluarga mereka. Kelemahan para juragan untuk mengatur keuangan dengan baik seringg mengakibatkan mereka tidak bisa memberi pekerjaan yang stabil kepada para buruhh ketika musim sepi datang atau ada gejolak ekonomi seperti krismon karena

juraganjuragan tidak cukup modal untuk membeli bahan baku. Jika hal ini terjadi maka para

buruhh harus melakukan segala upaya untuk bisa bertahan (coping strategy) ditengah minimnyaa penghasilan mereka; baik dengan menekan konsumsi maupun dengan mencarii tambahan penghasilan dengan bekerja di sektor yang lain. Dalam kenyataannya,, upaya-upaya untuk bertahan dari jepitan musim sepi maupun krismon tidakk hanya dilakukan oleh para buruh, akan tetapi juga dilakukan oleh para juragan.

(5)

262 2 UpsUps and Downs in Rural Javanese Industry

kondisii sulit pada waktu musim sepi datang karcna keteibatasan modal yang mereka miliki.. Seperti juga para buruh, mereka juga hams menekan pengeluaran untuk konsumsii untuk menjaga agar produksi bisa terus bcijalan. Tidak jarang karena modal sudahh habis maka pada musim sepi banyak juragan kecil yang menghentikan produksi merekaa dan kemudian beralih bekerja di sektor lain sambil menunggu musim ramai datangg lagi.

Karenaa fluktuasi bisnis terjadi dari tahun kc tahun, misalnya karena siklus musiman,, krisis ekonomi, serta persaingan usaha yang makin meningkat kemudian membuatt kehidupan para juaragan senantiasi dalam kondisi yang tidak menentu. Kejayaann dan kebangkrutan dapat datang silih berganti dalam bisnis pembuatan pakaian jadii ini. Terlebih lagi akhir-akbir ini industri garmen di Kalitengah terus mendapat ancamann serius karena masuknya pakaian murah yang berkualitas produksi pabrik-pabrikk garmen besar, meningkatnya kualitas pakaian produksi sentra-sentra industri kecill sejenis dari Pekalongan, Kudus, dan Solo, merebaknya pakaian bekas impor, dan berubahnyaa selera para pembcli yang membuat pakaian jadi produksi Kalitengah menjadii kurang diminati. Perubahan-perubahan tersebut tentu saja semakin memberi tekanann terhadap meningkatnya rasa tidak aman dikalangan para juaragan. Agar dapat memberii jaminan hidup yang lebih stabil kepada anak-anak mereka, banyak juragan yangg kemudian berinisiatif untuk menyekolahkan anak-anak mereka ke berbagai universitass dan akademi. Setelah lulus, anak-anak juragan ini kemudian didorong untuk dapatt memperoleh pekerjaan di sektor formal sebagai dokter, dosen, pengacara, insinyur,, dan sebagainya daripada bekerja sebagai pengusaha konfeksi seperti orangtua mereka.. Tidak hanya investasi lewat pendidikan anak, beberapa juragan juga mengivestasikann uang mereka pada sektor ekonomi yang lain seperti membeli tanah, membangunn tempat kost di kota-kota besar, membuka toko, dan sebagainya untuk dapat memperolehh tambahan penghasilan di luar bisnis konfeksi guna menciptakan rasa aman secaraa ekonomi.

Apabilaa juragan dapat menerapkan berbagai strategi untuk dapat mencipatakan rasaa aman secara ekonomi ketika pekerjaan di bidang industri garmen makin fluktuaüf, paraa buruh jahit hanya memiliki sedikit pilihan utuk melakukan coping strategy. Pilihan yangg paling mungkin dilakukan oleh mereka adalah mencari penghasilan tambahan atau berpindahh pekerjaan sama sekali ke sektor lain yang menjanjikan pendapatan yang lebih baikk bagi mereka.

Apaa yang terjadi di Kalitengah menunjukkan bahwa orang desa tidak dapat bertahann hidup hanya dengan mengandalkan satu bidang pekerjaan saja karena mereka sulitt mengontrol berbagai variabel ekonomi di luar mereka yang terus berubah dari waktuu ke waktu. Industri garmen, sebagai salah satu instromen ekonomi yang pada awalnyaa dapat membantu para penduduk desa Kalitengah untuk bertahan ditengah arus perubahann yang terjadi di sektor pertanian, pada akhimya juga akan ditinggalkan ketika industrii ini tidak dapat lagi menolong mereka menghadapi perubahan-perubahan hidup yangg terus melanda. Di masa datang, dengan demikian, lata akan terus menyaksikan pendudukk desa ini berpindah pekerjaan dari satu sektor ekonomi ke sektor ekonomi yangg lain sebagai strategi mereka untuk mempertahankan hidup.

Referensi

Dokumen terkait

Kata dasar dalam bahasa  Bali disebut  kruna lingga.  Tinggen (1984: 23) menjelaskan   “kruna lingga inggih punika kruna sane during polih wewehan 

Altruism Ratio – atau yang akhir-akhir ini sering disebut Local Wisdom - tersebut kini terancam oleh berdirinya korporasi yang akan membeli lahan mereka, karena Pegunungan

Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mashami et al (2014) yang menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan hasil belajar

Genetic polymorphisms in metabolic and cellular transport pathway of methotrexate impact clinical outcome of methotrexate monotherapy in Japanese patients with

Pengujian validitas dilakukan dengan meminta pendapat para ahli (judgement expert). Dalam hal ini, setelah instrumen mengenai budaya organisasi dan kinerja pegawai disusun,

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan

soetomo pada tahun 1996 didapatkan 871 penderita diare yang dirawat dengan dehidrasi ringan 5%, dehidrasi sedang 7,1%, dan dehidrasi berat 23 %.tahun 2000 terdapat 1160 penderita

59 Maulidiya SMPN 4 Bangil Satu Atap 35. 60 Kristiyawati SMPN 2