• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain Sistem Pendingin Ruang Muat Kapal Ikan Tradisional Dengan Teknologi Insulasi Vakum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Desain Sistem Pendingin Ruang Muat Kapal Ikan Tradisional Dengan Teknologi Insulasi Vakum"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak Kualitas ikan menjadi faktor penting yang harus diutamakan agar ikan bernilai jual tinggi. Oleh karenanya penanganan yang diberikan melalui proses pendinginan harus tepat. Kesalahan dalam penanganan akan berakibat pada penghasilan nelayan tradisional. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dirancang alat inovatif dengan menggunakan insulasi vakum pada dinding coolbox demi mendapatkan kualitas ikan yang semakin baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kevakuman terhadap waktu serta temperatur pendinginan. Pada percobaan yang telah dilakukan, didapatkan bahwa total waktu pendinginan yaitu 7400 menit (123 jam 20 menit) dengan suhu terendah mencapai -3oC. Hal tersebut diperoleh pada kombinasi 95 kg ikan : 60 kg es basah : 35 kg es kering dengan tekanan 1 bar. Sehingga dapat disimpulkan perbandingan antara beban ikan, es basah, dan es kering yang paling baik adalah 1: 0,63 : 0,37.

Kata Kunci : Kualitas Ikan, Insulasi Vakum, Pendinginan Ikan

PENDAHULUAN

Ikan merupakan sumber pangan yang mengandung nilai gizi yang diperlukan manusia. Sebagai sumber pangan, ikan mengandung air dalam deret antara 70 sampai 80%, protein antara 18 sampai 20%, lemak antara 0,5 sampai lebih dari 20%, serta berbagai vitamin dan mineral. Namun berdasarkan berita Lensa Indonesia tertanggal 14 April 2013 pukul 17.31 WIB dikatakan bahwa permasalahan yang terjadi di pasar adalah kualitas ikan semakin menurun. Hal ini dikuatkan bahwa ikan merupakan bahan pangan yang mudah mengalami penurunan kualitas, yakni salah satu produk makanan yang tergolong cepat rusak. Tingginya nilai protein menyebabkan ikan dapat menimbulkan bau busuk yang menyengat jika rusak. Dari aroma inilah kita dapat mengetahui apakah ikan masih segar atau telah rusak. Bila tidak diberi perlakuan, ikan mengalami proses pembusukan 6-7 jam sejak kematiannya. Hal tersebut dapat dikarenakan salahnya penanganan dalam proses penyimpanan. Keadaan dari ruang penyimpanan berpengaruh pada ikan hasil tangkapan. Jika terdapat kesalahan, maka akan berimbas pada pendapatan nelayan tradisional, karena hanya ikan yang segar dan berkualitas baik yang bernilai jual tinggi dan diminati konsumen. Untuk mencegah atau menghambat penurunan kualitas, ikan perlu segera ditangani.

Cara efektif dalam menangani permasalahan tersebut adalah dengan sistem pendinginan. Cara ini pula yang sering digunakan oleh para nelayan tradisional, terutama dengan media es basah (es balok). Namun pendinginan dengan es balok masih memiliki kelemahan. Selain cepat mencair, es balok juga memiliki berat yang tinggi dan memerlukan ruang yang cukup yang berimbas pada berkurangnya hasil tangkapan. Hal tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya, dimana dengan cara ini pendinginan hanya bertahan hingga 2110 menit (35 jam 20 menit).

Cara lain yaitu dengan penggabungan beberapa media antara es basah dan es kering. Penambahan es kering ini dapat memperlama masa mencair es basah, sehingga waktu pendinginannya lebih lama. Penelitian sebelumnya dengan cara ini terbukti memperlama hingga 3110 menit (51 jam 50 menit). Artinya lebih lama jika hanya menggunakan es basah. Seiring berkembangnya zaman dan semakin majunya teknologi, penambahan eutatic gel pada es kering juga menjadi solusi yang pintar. Eutatic gel merupakan hasil pencampuran CaCl2 dengan pengental CMC. Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Rizki Ardianto pada tahun 2012, penambahan eutatic gel ini dapat semakin memperlama waktu pendinginan. Hasilnya adalah 8090 menit atau setara 135 jam 1 menit dengan suhu pendinginan hingga -2oC. Namun dengan cara-cara tersebut, suhu pendinginan masih dapat naik sehingga diperlukan inovasi lain yang dapat membantu permasalahan ini.

Inovasi yang dapat dilakukan adalah dengan penerapan teknologi insulasi vakum. Seperti yang kita ketahui bahwa kevakuman dapat meminimalisir perpindahan panas secara konduksi. Teknologi ini dilakukan dengan harapan menjaga temperatur dari es basah yang telah dikombinasikan dengan es kering. Selain itu, juga agar waktu pendinginan ikan akan semakin lama. Caranya dengan memberikan kevakuman hanya pada dinding coolbox beban pendingin berisi ikan dan es basah. Sehingga dapat diketahui pengaruh dari teknologi insulasi vakum ini terhadap temperatur dan waktu pendinginan coolbox.

Penelitian yang dilakukan ini bertujuan merancang suatu alat prototype sistem pendingin dengan menggunakan teknologi insulasi vakum. Penggunaan insulasi vakum ini diharapkan dapat menjaga temperatur tetap dingin dan memperlama waktu pendinginan, sehingga ikan yang dijual-belikan di pasar memiliki nilai jual tinggi dan bermutu bagus, tidak seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Penggunaan metode ini diharapkan juga dapat meminimalisir perpindahan panas secara konveksi yang masih terjadi, karena teknologi yang ada hanya dapat mengendalikan perpindahan panas

Desain Sistem Pendingin Ruang Muat Kapal Ikan

Tradisional Dengan Teknologi Insulasi Vakum

Agung Sondana, Alam Baheramsyah dan Beni Cahyono

Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

(2)

secara konduksi dan radiasi. Sehingga teknologi insulasi vakum ini cocok untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.

METODE PENELITIAN

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode berbasis percobaan dengan membuat perancangan sistem peralataan ini kemudian dilakukan pengujian dan percobaan pada sistem tersebut. Metodologi penulisan skripsi ini mencakup semua kegiatan yang akan dilaksanakan untuk memecahkan masalah atau melakukan proses analisa terhadap permasalahan tugas akhir. Untuk lebih jelasnya akan dijabarkan sebagai berikut :

Identifikasi dan Perumusan Masalah

Penulisan tugas akhir ini dimulai dengan mengidentifikasi dan merumuskan masalah mengenai pengerjaan yang akan dilakukan dan juga batasan masalahnya. Hal ini dilakukan untuk menyederhanakan masalah sehingga memudahkan pengerjaan dan penyelesaian penulisan tugas akhir ini.

Study Literatur

Pengumpulan bahan pustaka yang menunjang kegiatan penelitian ini, yaitu mengenai desain pendingin kapal ikan tradisional dengan teknologi insulasi vakum, yang bersumber dari buku, artikel, paper, tugas akhir dn internet.

Sedangkan tempat pencarian literatur mengenai desain pendingin kapal ikan tradisional dengan teknologi insulasi vakum dilakukan dibeberapa tempat, diantaranya Perpustakaan Pusat ITS, Ruang Baca FTK, Ruang Baca Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, dan Laboratorium Mesin Fluida dan Sistem Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK.

Literatur pendukung dalam pengerjaan tugas akhir ini diantaranya mengenai teknologi insulasi vakum, perpindahan panas, isolasi panas, penggunaan coolbox, polyurethane serta materi pendukung lainnya. Selain itu, dilakukan pula review terhadap penelitian serupa yang telah dilakukan sebelumnya.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data-data yang diperlukan untuk merancang sistem pendingin pada ruang muat kapal ikan tradisional dengan teknologi insulasi vakum yaitu ukuran coolbox, kapasitas coolbox, kebutuhan media pendingin dan data-data yang diperlukan demi menunjang pengerjaan tugas akhir.

Perancangan Alat

Setelah data-data yang dikumpulkan cukup memadai maka selanjutnya adalah membuat desain sistem yang menggambarkan komponen, diagram kerja sampai peralatan lain pendukung sistem. Coolbox yang ada berjumlah dua. Coolbox pertama berisi es kering dan kipas. Coolbox kedua berisi ikan hasil tangkapan beserta es basah. Pada coolbox ruang beban pendingin, dindingnya dirancang dengan pemberian kevakuman yaitu dengan cara penambahan vakum dan dihubungkan dengan sebuah pompa vakum.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 1. Bahan Penyusun Dinding Pendingin

Gambar 2 Pandangan Samping Desain Alat Pendingin

Sumber : Rizki Ardianto, 2012

Gambar 3. Pandangan Atas Desain Alat Pendingin

Sumber : Rizki Ardianto, 2012

Dimensi dari design coolbox adalah sebagai berikut : 1. Ruang Beban Pendingin

Panjang : 0,95 m Lebar : 0,62 m Tinggi : 0,53 m Tebal Isolator : 0,06 m

2. Ruang Alat Pendingin

Panjang : 0,43 m Lebar : 0,37 m Tinggi : 0,53 m Tebal Isolator : 0,06 m

Percobaan Performa Coolbox

Percobaan dilakukan menggunakan prototype. Percobaan ini memvariasikan tekanan vakum. Dimana dilakukan percobaan dengan menggunakan tekanan 1 bar dan

1. Fiberglass (2-3 mm) 2. Polyurethane (1,5 cm) 4. Udara Vakum (3 cm) 6. Polyurethane (1,5 cm) 3. Fiberglass (2-3 mm) 5. Fiberglass (2-3 mm) 7. Fiberglass (2-3 mm)

(3)

0.95bar. Pada akhirnya data yang didapatkan berupa temperatur dan waktu pendinginan.

Tabel 1. Variasi Percobaan

Percobaan Variasi Percobaan Variasi Tekanan (bar) Ikan (kg) Es Basah (kg) Es Kering (kg) 1. 95 60 35 0.95 2. 95 60 35 1 3. 125 30 35 0.95 4. 125 30 35 1

Perhitungan Pemilihan Ukuran Lapisan Coolbox

Dalam permilihan ukuran lapisan coolbox, nilai koefisien kalor menyeluruh merupakan salah satu faktor penting. Melalui nilai tersebut, dipilih coolbox yang memiliki nilai koefisien kalor menyeluruh kecil, namun tetap memiliki kekuatan yang tinggi dan memiliki berat yang lebih ringan. Karena seperti tujuan awal pemberian vakum pada coolbox adalah untuk mendapatkan insulasi yang lebih baik, mendapatkan berat yang lebih ringan, dan material yang kuat. Oleh karena itu, coolbox dengan insulasi vakum lebih ringan daripada coolbox yang digunakan Alwi Asy’asi Aziz.

Untuk ukuran lapisan coolbox yang umum digunakan adalah 6 cm. Dari nilai tersebut nantinya akan didapatkan beberapa variasi ukuran. Berikut adalah perhitungan koesfisien kalor menyeluruh.

Gambar 4.10. Analogi Listrik Bahan Penyusun Dinding Coolbox

Dari tabel dan gambar diatas diketahui :

i 7 7 6 6 5 5 3 3 2 2 1 1 0

k

f

x

k

x

k

x

k

x

k

x

k

x

f

U

1

1

1

=

+

+

+

+

+

+

+

Dimana :

f = koefisien konveksi udara

f0 = 0,024 kkal/hr m2oC fi = 0,024 kkal/hr m 2o C Sehingga : 1 𝑈𝑈= 1 0,024 + 0,002 0,042 + 0,015 0,020 + 0,002 0,042 + 0,002 0,042 + 0,015 0,020 +0,0020,042 +0,0241 = 41,667 + 0,048 + 0,746 + 0,048 + 0,048 + 0,746 + 0,048 + 41,667 = 85,015 U = 0,0117 kkal/hr m2oC ANALISA DATA

Analisa Hasil Percobaan

1. Perbandingan Grafik 95kg Ikan : 60kg Es Basah : 35kg Es Kering dengan Variasi Tekanan

Kombinasi ini merupakan hasil kombinasi percobaan yang telah dilakukan oleh Alwi Asy’ary Aziz. Kombinasi ini diambil karena menghasilkan waktu pendinginan yang lebih lama. Pada kombinasi ini, dilakukan dua buah percobaan dengan variasi tekanan yang berbeda. Percobaan pertama, dilakukan dengan komposisi 95 kg ikan dengan menggunakan media pendingin berupa 60 kg es basah serta 35 kg es kering dengan tekanan vakum sebesar 0,95 bar. Coolbox beban pendingin berisi ikan, dami, dan es basah. Sedangkan coolbox ruang pendingin berisi es kering serta blower.

Percobaan kedua kurang lebih sama dengan percobaan pertama. Hanya saja tekanan yang divakum sebesar 1 bar, dengan kata lain tidak di vakum. jumlah kombinasinya yaitu 95 kg ikan, 60 kg es basah, dan 35 kg es kering. Prinsip kerja percobaan adalah uap es kering dipaksa masuk ke coolbox beban pendingin yang telah di tambah aluminium sebelumnya. Aluminium ini diharapkan menghantarkan panas es kering sehingga es basah tidak cepat mencair. Nantinya akan diperoleh data yaitu temperatur serta waktu lamanya pendinginan. Percobaan berkahir apabila temperatur sudah mencapai 18oC.

Dari hasil kedua percobaan tersebut, akan dibandingkan dengan data yang diperoleh dari percobaan Alwi Asy’ary Aziz dengan jumlah kombinasi yang sama. Sehingga dapat dianalisa pengaruh kevakuman tersebut terhadap waktu dan suhu pendinginan. Berikut adalah grafik hasil percobaan yang telah dilakukan yang terlihat pada gambar 4.

Gambar 4. Grafik Perbandingan 95kg Ikan : 60kg Es Basah : 35kg Es Kering dengan Variasi Tekanan

Dari grafik perbandingan pada gambar 4.10 diatas, maka dapat dianalisa sebagai berikut :

1. Pada percobaan dengan menggunakan 95kg ikan dimana media pendingin menggunakan 60kg es basah dan 35kg es kering serta vakum 0,95bar

(grafik warna merah) didapatkan bahwa waktu

pendinginan total adalah 7307 menit (121 jam 47 menit). Suhu terendah yang ditunjukkan yaitu -2oC yang berlangsung stabil dan lama dari

(4)

menit ke-346 hingga menit ke-2759. Sedangkan untuk waktu pendinginan terbaik, yaitu pada suhu -2oC hingga 5oC, berlangsung selama 3547 menit dari menit ke-117 hingga menit ke-3449. 2. Percobaan kedua (grafik warna hijau), yaitu

dengan 95kg ikan beserta media pendingin sebanyak 60kg es basah dan 35kg es kering menghasilkan lama pendinginan total yaitu 7400 menit (123 jam 20 menit). Dimana suhu terendah yang ditunjukkan adalah -3oC. Angka tersebut adalah lebih rendah dari percobaan pertama. Untuk waktu pendinginan terbaik, yaitu pada suhu -2oC hingga 5oC, berlangsung dari menit ke-172 hingga menit ke-3065, selama 3040 menit. Sehingga dapat dikatakan lebih singkat dari percobaan pertama.

3. Berdasar pada perhitungan koefisien kalor menyeluruh pada subbab 4.3, didapatkan nilai 0,0117 kkal/hr m2oC, yang berarti nilai tersebut

lebih kecil dibandingkan coolbox sebelumnya tanpa insulasi vakum. Dari nilai tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa perpindahan kalor pada coolbox dengan insulasi vakum lebih lama, sehingga pendinginan lebih baik. Dan akhirnya berimbas pada waktu pendinginan yang lebih lama serta temperatur pendinginan yang lebih rendah.

4. Kedua grafik tersebut sudah terlihat jelas bahwa dengan adanya penambahan insulasi vakum dapat memperlama waktu pendinginan. Untuk suhu terendah yaitu -3oC yang terjadi pada percobaan kedua. Pada percobaan pertama, suhu terendah -2oC berlangsung lama dan menunjukkan kestabilan suhu.

5. Pada percobaan, tidak dilakukan proses mematikan kipas pada saat suhu mencapai -2oC. 6. Percobaan berakhir ketika suhu akhir

menunjukkan nilai 18oC.

2. Perbandingan Grafik 125kg Ikan : 30kg Es Basah : 35kg Es Kering dengan Variasi Tekanan

Sama seperti kombinasi sebelumnya, kombinasi ini merupakan hasil kombinasi yang telah dilakukan oleh saudara Alwi Asy’ary Aziz. Kombinasi ini dipilih karena menghasilkan profit yang tinggi bagi para nelayan apabila kita melihat dari segi ekonomis.

Pada kombinasi ini pula dilakukan dua macam percobaan, dimana dilakukan variasi tekanan. Percobaan pertama dilakukan dengan tekanan vakum sebesar 0,95 bar pada dinding coolbox beban pendingin. Dalam coolbox beban pendingin berisi 125 kg ikan dan 30 es basah. Es basah pada kombinasi ini memang lebih sedikit dari kombinasi sebelumnya. Sedangkan pada coolbox ruang pendingin masih berisi es kering dengan jumlah yang sama, yaitu 35 kg.

Sedangkan percobaan selanjutnya, dilakukan variasi tekan sebesar 1 bar. Untuk kombinasinya sama, yaitu 125 kg ikan, 30 kg es basah, dan 35 kg es kering. Percobaan juga dihetikan jika suhu pendinginan mencapai 18oC. Selain itu, juga dilakukan perbandingan dengan hasil percobaan yang telah dilakukan Alwi Asy’ary Aziz pada kombinasi yang sama. Sehingga

dapat diketahui pengaruh kevakuman pada waktu dan temperatur pendinginan.

Gambar 5 adalah grafik hasil perbandingan antara kedua percobaan dengan percobaan yang telah dilakukan oleh saudara Alwi Asy’ary Aziz.

Gambar 5. Grafik Perbandingan 125kg Ikan : 30kg Es Basah : 35kg Es Kering dengan Variasi Tekanan

Dari grafik perbandingan tersebut, maka dapat kita analisa bahwa :

1. Pada percobaan pertama (grafik warna merah), yaitu dengan menggunakan 125kg ikan dan dikombinasikan dengan media pendingin berupa es basah sebanyak 30kg serta es kering sebanyak 35kg. Selain itu, coolbox juga diberi vakum sebesar 0,95bar. Pada percobaan ini, menghasilkan waktu total pendinginan sebesar 7025 menit (117 jam 5 menit). Namun suhu terendah yang ditunjukkan hanya 6oC. Hal ini berbeda dengan percobaan yang dilakukan sebelumnya oleh Alwi Asy'ary Aziz. Sehingga dalam percobaan ini tidak berlangsung pendinginan terbaik.

2. Sama halnya pada percobaan pertama, percobaan ini (grafik warna biru muda) dilakukan dengan kombinasi 125kg ikan, 30kg es basah, dan 35kg es kering. Namun tidak dilakukan pemvakuman. Waktu total pendinginan yaitu 5785 menit (96 jam 25 menit). Untuk suhu terendah, percobaan ini hanya menunjukkan suhu terendahnya sebesar 8oC. Lebih tinggi dari percobaan yang sebelumnya. Sehingga dapat dikatakan pula bahwa pada percobaan ini juga tidak berlangsung pendinginan terbaik.

3. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, bahwa semakin kecil nilai koefisien perpindahan kalor, maka semakin lama proses perpindahan panasnya, dan semakin bagus proses pendinginannya. Hal ini dapat kita lihat pada perhitungan koefisien perpindahan kalor pada subbab 4.3, nilai yang dihasilkan lebih kecil dari coolbox tanpa insulasi vakum. Dari hasil percobaan, waktu pendinginan semakin lama dari percobaan yang dilakukan oleh Alwi Asy’ary Aziz. Namun tidak bersinergi dengan

(5)

temperatur pendinginan. Pada percobaan dengan kombinasi ini hanya dapat mencapai maksimal 6oC. Hal ini dimungkinkan adanya udara yang masuk kedalam coolbox dan berpengaruh pada proses pendinginan. Selain itu juga dapat dipengaruhi oleh usia pakai coolbox yang dipakai secara terus menerus.

4. Pada saat percobaan berlangsung, kipas blower tidak dimatikan.

5. Percobaan berakhir ketika suhu akhir menunjukkan nilai 18oC.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan :

1. Perancangan alat prototype sistem pendingin dengan menggunakan teknologi insulasi vakum mampu memperlama waktu pendinginan dan menghasilkan temperatur dibawah 0oC hingga -3oC. Dengan kata lain, kevakuman yang didesain pada alat pendingin berpengaruh besar pada temperatur dan waktu pendinginan coolbox.

2. Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, waktu pendinginan paling lama yang mampu dicapai sebesar 7400 menit (123 jam 20 menit) yaitu pada percobaan dengan kombinasi 95kg ikan : 60kg es basah : 35kg es kering, tanpa pemvakuman.

3. Pada percobaan dengan kombinasi terekonomis, yaitu 125kg ikan : 30kg es basah : 35kg es kering, temperatur terendah yang dicapai 6oC. Oleh karena itu,

dapat dikatakan bahwa pada kombinasi ini tidak berlangsung proses pendinginan terbaik. Namun untuk waktu pendinginan, kombinasi ini menghasilkan waktu yang lebih lama dari percobaan sebelumnya. 4. Perbandingan komposisi beban ikan, es basah dan es

kering yang paling baik, yang memberikan temperatur paling rendah dan twaktu pendinginan paling lama adalah 1 : 0,63 : 0,37.

UCAPANTERIMAKASIH

Penulis ucapakan terima kasih banyak kepada semua pihak yang turut serta membantu dalam proses pengerjaan penelitian ini, terutama kepada Ayah dan Ibu yang telah memberikan doa sehingga terselesaikannya Tugas Akhir ini.

DAFTARPUSTAKA

[1] Baheramsyah, A. 2007. “Sistem Pendinginan Ruang Palka Ikan Dengan CO2 Yang Disrkulasikan”,

Prosiding Seminar Nasional Tahunan IV., hal. 1-7.

[2] Prayogi, Urip & Baheramsyah, A. 2006. “Penambahan CO2(padat) Pada Coolbox Dengan Sistem Chilled Sea

Water (CSW) Untuk Kapal Ikan Tradisional”, Jurnal

Penelitian Perikanan,9(2), hal. 147-152.

[3] Constance, John D. 1969. Mechanical Engineering For Professional Engineers’ Examinations / Including

Questions and Answer fo Engineer-in-Training Review.

New York. McGraw-Hill Book Company

[4] Holman, J. P. 1997. Perpindahan Kalor. Jakarta. Erlangga.

[5] Semin, Baheramsyah A., Amiadji, Abdul Rahim Ismail. 2011. “Effect of Dry Ice Application in Fish Hold of Fishing Boat on the Fish Quality and Fisherman Income”, American Journal of Applied Sciences,8(12), hal.1263-1267.

[6] Sayogyo, Adi. 2006. “Studi Media Pendingin Ikan Pada Kapal Ikan Tradisional”, Tugas Akhir S-1, Teknik Sistem Perkapalan FTK-ITS, Surabaya.

[7] Kwon, Jae-Sung., Hyo Jang, Choong., Jung, Haeyong., Song, Tae-Ho. 2009. “Effective Thermal Conductivity of Various Filling Materials For Vacuum Insulation Panels”, International Jounal of Heat and Mass

Transfer, hal.5525-5532.

[8] Caps, Roland., Beyrichen, Hermann., Kraus, Daniel., Weismann, Stephan. 2007. “Quality Control of Vacuum Insulation Panels: Methods of Measuring Gas Pressure”.

International Journal Vacuum 82. Hal 692-699.

[9] Ardianto, Rizki. 2012. “Desain Sistem Pendingin Ruang Muat Kapal Ikan Tradisional Menggunakan Es Kering Dengan Penambahan Eutatic Gel”, Tugas Akhir S-1, Teknik Sistem Perkapalan FTK-ITS, Surabaya.

[10] Asy’ari Aziz, Alwi. 2012. “Desain Sistem Pendingin Ruang Muat Kapal Ikan Tradisional Dengan Memanfaatkan Es Kering”, Tugas Akhir S-1, Teknik Sistem Perkapalan FTK-ITS, Surabaya.

[11] Anonim 1. Desember 2011. The Web's Leading Source of Information about Dry Ice. Diunduh di 2012.

[12] Anonim 2. November 2012. CV Citra Isolasindo, Insulation Contractor and Supplier. Diunduh di (http://www.citraisolasindo.com) pada tanggal 15 September 2012.

Gambar

Gambar 1. Bahan Penyusun Dinding Pendingin
Tabel 1. Variasi Percobaan
Gambar  5  adalah grafik hasil perbandingan  antara kedua percobaan dengan percobaan yang telah  dilakukan oleh saudara Alwi Asy’ary Aziz.

Referensi

Dokumen terkait

Proses pendinginan atau refrigerasi sangat diperlukan oleh nelayan untuk mempertahankan mutu dari hasil tangkapan ikan. Dan perlu adanya teknologi pendinginan ikan yang

Perencanaan sistem pendingin dilakukan dengan menghitung kebutuhan beban pendinginan yang diperlukan untuk menurunkan temperatur udara hasil dehumidifikasi hingga

Perencanaan kebutuhan sistem pendingin dilakukan dengan menghitung beban pendinginan untuk koil pendingin serta menentukan estimasi kapasitas pendingan yang dapat dihasilkan dengan

kering (C0 2 padat) pada Coolbox Metode Pendingin Gabungan dapat meningkatkan kemampuan pendinginan ikan lebih lama 12 Jam. Penambahan waktu ini tidak mengurangi

Pertimbangan lain yang harus dicermati adalah mengenai berat konstruksi dari sekat tersebut. Semakin banyak sekat memang memberikan dampak yang baik terkait.. sloshing namun

Proses pendinginan atau refrigerasi sangat diperlukan oleh nelayan untuk mempertahankan mutu dari hasil tangkapan ikan. Dan perlu adanya teknologi pendinginan ikan yang

Selama penyadaran ikan, waktu yang terbaik yaitu 15 menit 58 detik dengan suhu wadah dalam kemasan sebesar 13 0 C serta perubahan bobot tubuh ikan sebesar 0,10 gram

Petak tanah yang dalam rencana akan digunakan dalam pengembangan industri komponen pendingin ruang muat kapal ikan dapat dilihat juga pada gambar tersebut..