• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA TEKNIS DAN EKONOMIS PENGEMBANGAN INDUSTRI KOMPONEN PERALATAN PENDINGIN RUANG MUAT ( COLD STORAGE ) KAPAL IKAN DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISA TEKNIS DAN EKONOMIS PENGEMBANGAN INDUSTRI KOMPONEN PERALATAN PENDINGIN RUANG MUAT ( COLD STORAGE ) KAPAL IKAN DI INDONESIA"

Copied!
325
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

-

MN141581

ANALISA TEKNIS DAN EKONOMIS PENGEMBANGAN

INDUSTRI KOMPONEN PERALATAN PENDINGIN

RUANG

MUAT

(

COLD STORAGE

)

KAPAL IKAN

DI INDONESIA

HARISUDDIN HAWALI

NRP. 4112 100 115

Dosen Pembimbing

Sri Rejeki Wahyu Pribadi, S.T.,

M.T.

DEPARTEMEN

TEKNIK PERKAPALAN

Fakultas Teknologi Kelautan

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Surabaya

(2)
(3)
(4)

LEMBAR PENGESAHAN

ANALISA TEKNIS DAN EKONOMIS PENGEMBANGAN

INDUSTRI KOMPONEN PERALATAN PENDINGIN

RUANG MUAT (COLD STORAGE) KAPAL IKAN

DI INDONESIA

TUGAS AKHIR

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

pada

Bidang Keahlian Industri Perkapalan Program S1 Departemen Teknik Perkapalan

Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Oleh:

HARISUDDIN HAWALI

NRP. 4112 100 115

Disetujui oleh Dosen Pembimbing Tugas Akhir: Dosen Pembimbing

Sri Rejeki Wahyu Pribadi, S.T., M.T. NIP. 19750814 200312 2 001

(5)

LEMBAR REVISI

ANALISA TEKNIS DAN EKONOMIS PENGEMBANGAN

INDUSTRI KOMPONEN PERALATAN PENDINGIN

RUANG MUAT (COLD STORAGE) KAPAL IKAN

DI INDONESIA

TUGAS AKHIR

Telah direvisi sesuai dengan hasil Ujian Tugas Akhir Tanggal 13 Januari 2017

Bidang Keahlian Industri Perkapalan Program S1 Departemen Teknik Perkapalan

Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Oleh:

HARISUDDIN HAWALI

NRP. 4112 100 115

Disetujui oleh Tim Penguji Ujian Tugas Akhir:

1. Dr. Ir. Heri Supomo, M.Sc. . . .

2. Ir. Triwilaswandio Wuruk Pribadi, M.Sc. . . .

3. Septia Hardy Sujiatanti, S.T., M.T. . . .

Disetujui oleh Dosen Pembimbing Tugas Akhir:

1. Sri Rejeki Wahyu Pribadi, S.T., M.T. . . .

(6)
(7)
(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur Saya panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas ridho dan karunia-Nya lah sehingga Tugas Akhir dengan judul “ANALISA TEKNIS DAN EKONOMIS PENGEMBANGAN INDUSTRI KOMPONEN PERALATAN PENDINGIN RUANG MUAT

(COLD STORAGE) KAPAL IKAN DI INDONESIA” ini dapat diselesaikan dengan baik. Tugas

Akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Sri Rejeki Wahyu Pribadi, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing atas bimbingan dan motivasinya selama pengerjaan dan penyusunan Tugas Akhir ini

2. Bapak Dr. Ir. Heri Supomo, M.Sc., Bapak Ir. Triwilaswandio W.P., M.Sc, Ibu Septia Hardy Sujiatanti, S.T., M.T., dan Bapak Moh. Solikhan Arif, S.T., M.T. selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan yang membangun untuk laporan Tugas Akhir serta memberikan wawasan baru terhadap industri perkapalan.

3. Bapak Ir. Wasis Dwi Aryawan, M.Sc., Ph.D selaku Ketua Jurusan Teknik Perkapalan sekaligus Dosen Wali yang selalu memberikan motivasi kehidupan dan perkuliahan selama menjalani studi di Jurusan Teknik Perkapalan

4. Seluruh Dosen di Jurusan Teknik Perkapalan FTK-ITS, khususnya pada bidang keahlian Industri Perkapalan yang senantiasa memberikan manfaat dalam bidang akademik.

5. Orang Tua tercinta, khususnya Ibu Kurniawati yang selalu mendoakan dan mendukung baik secara moril maupun materiil yang tiada terkira hingga terselesaikannya Tugas Akhir ini dengan baik

6. Seluruh staf Ruang Baca FTK ITS, khususnya Ibu Arum Andayani atas bantuan literaturnya selama proses penyusunan Laporan Tugas Akhir

7. Bapak Tri Satya, Bapak Wiwid, Bapak Yan Cerry, Bapak Budi Tri, Bapak Usman, Mas Arie Irawan, Mbak Riska Puspa, Mbak Anita, dan seluruh staf PT. Koronka Nusantara Semarang yang telah membantu dan mengarahkan penulis dalam memperoleh data

8. Teman-teman angkatan FORECASTLE P-52, khususnya teman seperjuangan Tugas Akhir bidang keahlian Industri Perkapalan

9. Teman-teman Futsal Sehat Selamat dan Generasi Ayok yang telah menemani penulis selama penyusunan Laporan Tugas Akhir ini dengan penuh motivasi berfaedah dan canda tawa tiada akhir

10. Kepada Fakhriy Rizaldi, Pandu Satrio, Dimas Hadiansyah, Haris Zulfikar, Anisa Prasetyo, Patrick Prabowo, Kukuh Prakoso, Luqmannul Hakim, Nella Amalina, dan teman-teman yang senantiasa memberikan pertolongan yang hakiki baik langsung maupun tak langsung 11. Serta semua pihak yang telah mendukung atas dapat diselesaikannya Tugas Akhir ini yang

tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu.

Penulis sadar bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan. Akhir kata semoga laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak terutama dalam memajukan industri kemaritiman.

Surabaya, 31 Januari 2017 Harisuddin Hawali

(9)

ANALISA TEKNIS DAN EKONOMIS PENGEMBANGAN INDUSTRI

KOMPONEN PERALATAN PENDINGIN RUANG MUAT

(COLD STORAGE) KAPAL IKAN DI INDONESIA

Nama Mahasiswa : Harisuddin Hawali

NRP : 4112 100 115

Departemen / Fakultas : Teknik Perkapalan / Fakultas Teknologi Kelautan Dosen Pembimbing : Sri Rejeki Wahyu Pribadi, S.T., M.T.

ABSTRAK

Ikan hasil tangkapan dari laut harus segera diawetkan untuk memperlambat proses pembusukan. Pembusukan ikan menjadi hal yang dihindari oleh para nelayan karena dapat menurunkan nilai jual ikan. Kapal-kapal penangkap ikan memerlukan alat pendingin yang dapat mengawetkan ikan hasil tangkapan lebih lama dibandingkan es balok, maka dilakukanlah penelitian tugas akhir mengenai analisa teknis dan ekonomis pengembangan industri komponen peralatan pendingin ruang muat kapal ikan di Indonesia. Komponen pendingin yang dimaksud adalah komponen utama penyusun sistem refrigerasi yaitu: Kondensor, Evaporator, dan Insulasi. Tujuan dari tugas akhir ini adalah melakukan analisa teknis meliputi pemilihan lokasi industri, proses produksi, pemeriksaan hasil produksi, penentuan kapasitas produksi, penentuan peralatan dan mesin yang digunakan, serta pembuatan layout pabrik dengan luas bangunan 1.927 m2 serta luas tanah 3.108 m2 yang berlokasi di Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik. Analisa

ekonomis meliputi analisa kondisi pasar di Indonesia mengenai permintaan komponen pendingin ruang muat kapal ikan untuk tahun 2017 sampai tahun 2025 serta perhitungan keuangan industri. Biaya investasi pembangunan industri ini diperkirakan sebesar Rp 13.446.846.320 yang berupa biaya pembelian tanah, pembangunan gedung pabrik, serta pembelian peralatan dan mesin. Lalu dilakukan perhitungan biaya operasional dan pemasukan perusahaan agar dapat melakukan analisa kelayakan investasi dengan menggunakan metode Break Event Point, Return of Investment, dan Internal Rate of Return yang hasilnya digunakan untuk menentukan kelayakan pengembangan industri. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan Break Event Point terjadi pada 6 tahun 2 bulan dengan nilai Return on Investment kira-kira sebesar Rp 5.799.250.000. Nilai Internal Rate on Return adalah sebesar 20,40% lebih besar dari tingkat suku bunga pinjaman bank sebesar 10,25%

(10)

TECHNICAL AND ECONOMICAL ANALYSIS DEVELOPMENT OF

FISHING VESSEL’S REFRIGERATION COMPONENTS INDUSTRY

IN INDONESIA

Author : Harisuddin Hawali ID Number : 4112 100 115

Dept. / Faculty : Teknik Perkapalan / Fakultas Teknologi Kelautan Supervisor : Sri Rejeki Wahyu Pribadi, S.T., M.T.

ABSTRACT

Fish catches from the sea should be preserved to slow down the process of decay. Fish spoilage becomes avoided by fishermen because it can reduce the sale value of fish. Fishing vessels require refrigeration to preserve the fish longer than ice cubes, we conducted research thesis on the technical and economic analysis of industrial development cooling component load space fishing vessels in Indonesia. Cooling component that was the main component of a refrigeration system are: condenser, evaporator, and insulation. The purpose of this research is a technical analysis covers site selection industry, production process, inspection of production, the determination of production capacity, determination of the equipment and machinery used, and manufacturing plant layout with an area of 1.927 m2 and a land area of 3.108 m2,

located in the District Panceng, Gresik. Economic analysis includes the analysis of market conditions in Indonesia regarding space demand refrigeration components and unloading of ships fish for the next 10 years of industrial and financial calculations. The investment cost of development the industry is estimated at Rp 13.446.846.320 in the form of the purchase cost of land, construction of factory buildings, as well as the purchase of equipment and machinery. Then the calculation of operational costs and revenues of the company to conduct a feasibility analysis of investment by using the method of Break Event Point, Return of Investment, and Internal Rate of Return whose results are used to determine the feasibility of the development of the industry. Based on the analysis that has been done Break Event Point occurred in 6 years and 2 month and Return on Investment of approximately Rp 5.799.250.000. Internal Rate of Return value at 20.40% is greater than the interest rate of bank loans amount of 10.25%

(11)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i LEMBAR REVISI ... i KATA PENGANTAR ... ii ABSTRAK ... iii ABSTRACT ... iv DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1. Latar Belakang Masalah... 1

I.2. Perumusan Masalah ... 3

I.3. Batasan Masalah ... 3

I.4. Tujuan Penelitian ... 4

I.5. Manfaat Penelitian ... 4

I.5.1. Manfaat Bagi Akademisi ... 4

I.5.2. Manfaat Bagi Praktisi ... 5

I.6. Hipotesis ... 5

I.7. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II STUDI LITERATUR ... 7

II.1. Gambaran Umum Industri Perkapalan ... 7

II.1.1. Kelemahan Industri Perkapalan ... 8

II.1.2. Peluang dan Tantangan Industri Perkapalan ... 9

II.1.3. Hubungan Industri Perkapalan dengan Industri Komponen ... 11

II.1.4. Klasifikasi Industri Penunjang Perkapalan ... 12

II.1.5. Pelabuhan Perikanan ... 13

II.2. Ruang Muat Kapal Ikan ... 14

II.2.1. Tipe Pendinginan Ruang Muat ... 15

II.2.2. Penyimpanan Beku diatas Kapal ... 18

II.3. Sistem Refrigerasi ... 18

II.3.1. Kecepatan Pembekuan ... 19

II.3.2. Pengawetan Ikan ... 20

II.3.3. Alat-alat Pembeku Ikan ... 21

II.4. Komponen Utama Sistem Refrigerasi Kapal Ikan... 23

II.4.1. Kompresor ... 24

II.4.2. Kondensor ... 25

II.4.3. Alat Ekspansi ... 25

II.4.4. Evaporator ... 29

II.4.5. Bahan Pendingin (Refrigerant) ... 31

II.4.6. Insulasi ... 32

II.5. Komponen Pendukung Sistem Refrigerasi Kapal IKan ... 34

II.5.1. Filter Drier ... 34

II.5.2. Akumulator ... 35

II.5.3. Liquid Receiver ... 35

II.5.4. Saluran Hisap ... 36

II.5.5. Vibration Eliminator / Shock Absorber ... 36

II.5.6. Strainer ... 36

II.5.7. Sight Glasses ... 37

(12)

II.5.9. Defrost Heater ... 38

II.5.10. High & Low Pressurestat (HLP) ... 38

II.6. Konsep dan Dasar Ekonomi Teknik ... 38

II.7. Peramalan (Forecasting) ... 41

II.7.1. Pola Data ... 41

II.7.2. Metode Peramalan ... 43

II.7.3. Harga Error ... 46

II.8. Penentuan Lokasi Industri ... 47

II.8.1. Kondisi Lahan ... 48

II.8.2. Ketersediaan Bahan Baku ... 48

II.8.3. Ketersediaan Tenaga Kerja ... 49

II.8.4. Kecukupan Infrastruktur ... 50

II.8.5. Rencana Tata Ruang Terkait ... 50

II.8.6. Pemasaran ... 50

II.8.7. Modal ... 51

II.9. Perencanaan Industri ... 51

II.9.1 Kapasitas Produksi ... 51

II.9.2. Biaya Produksi ... 52

II.9.3. Penjadwalan Produksi ... 52

II.9.4. Harga Pokok Produksi ... 53

II.9.5. Perancangan Alur Material dan Tata Letak Pabrik... 53

II.10. Harga Penjualan Produk ... 55

II.10.1. Penentu Harga Jual ... 56

II.10.2. Tujuan Penentuan Harga Jual ... 56

II.10.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Jual... 57

II.10.4. Cara Penghitungan Harga Jual... 57

II.10.5. Metode Penentu Harga Jual ... 57

II.11. Investasi ... 58

II.11.1. Kriteria Investasi ... 58

II.11.2. Metode Penilaian Investasi ... 59

II.12. Analisa Pesaing Usaha ... 62

II.13. Referensi Penelitian Lain` ... 63

II.13.1. Analisis Teknis dan Ekonomis Penggunaan Hidrokarbon Sebagai Refrigeran Sistem Pendingin Muatan Kapal Penangkap Ikan (Fajar Her, 2012) ... 63

II.13.2. Analisa Teknis dan Ekonomis Pembangunan Industri Manufaktur Baling-baling Kapal (Faizal Riza, 2012) ... 64

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 65

III.1 Jenis Metodologi Penelitian ... 65

III.2 Jenis dan Sumber Data ... 65

III.2.1 Jenis Data ... 65

III.2.2 Sumber Data ... 65

III.3 Proses Pengerjaan ... 66

III.3.1 Tahap Persiapan ... 67

III.3.2. Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 68

III.3.3. Tahap Analisis dan Pembahasan ... 69

III.3.4. Tahap Penarikan Kesimpulan ... 70

BAB IV KONDISI INDUSTRI KOMPONEN PENDINGIN RUANG MUAT KAPAL PERIKANAN SAAT INI ... 71

IV.1. Pengumpulan Data dan Survei Kondisi Saat ini ... 71

(13)

IV.1.2. Kondisi Penggunaan Pendingin Ruang Muat Saat Ini ... 73

IV.1.3. Kondisi Industri Refrigerasi di Indonesia ... 76

IV.1.4. Segmentasi Konsumen dan Pasar ... 78

IV.1.5. Fluktuasi Produksi Ikan di Indonesia ... 80

IV.1.6. Proses Pembuatan Cold Storage ... 81

IV.2. Pengolahan Data ... 84

IV.2.1. Identifikasi Jumlah Kapal Ikan di Indonesia ... 84

IV.2.2. Peramalan Jumlah Kapal Ikan di Indonesia ... 88

IV.2.3. Proyeksi Permintaan Komponen Refrigerasi Berdasarkan Jumlah Kapal ... 93

BAB V PERENCANAAN INDUSTRI KOMPONEN PERALATAN PENDINGIN RUANG MUAT KAPAL IKAN ... 97

V.1. Analisis Teknis ... 97

V.1.1. Identifikasi Tempat Penangkapan Ikan ... 97

V.1.2. Perencanaan Lokasi Industri... 102

V.1.3. Perencanaan Produk ... 156

V.1.4. Proses Pembuatan Produk ... 161

V.1.5. Pemeriksaan Hasil Produk ... 178

V.1.6. Peralatan dan Mesin ... 187

V.1.7. Perhitungan Kapasitas Produksi ... 207

V.1.8. Jadwal Produksi ... 221

V.1.9. Layout Pabrik ... 226

V.1.10. Struktur Organisasi ... 237

V.1.11. Standar Keselamatan Kerja ... 239

V.2. Analisis Ekonomis ... 241

V.2.1. Analisa Penentuan Biaya Pengembangan Industri Komponen Cold Storage ... 241

V.2.2. Analisa Biaya Operasional ... 248

V.2.3. Analisa Penentuan Harga Pokok Produksi ... 250

V.2.4. Analisa Penentuan Harga Penjualan Produk ... 254

V.2.5. Analisa Target Produksi dan Pendapatan ... 256

V.2.6. Analisa Kelayakan Investasi Industri Komponen Cold Storage ... 259

V.2.7. Analisa Pesaing Usaha ... 260

V.2.8. Strategi Pemasaran Industri Komponen Cold Storage ... 262

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 265

VI.1. Kesimpulan ... 265

VI.2. Saran ... 265

DAFTAR PUSTAKA ... 267

BIODATA PENULIS ... 271 DAFTAR LAMPIRAN

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar I. 1. Presentase Usaha Penangkapan Ikan menurut Bentuk Penjualan dan Jenis Kapal ... 2

Gambar II. 1. Grafik Jumlah Kapal Ikan Bermotor di Indonesia ... 10

Gambar II. 2. Keterkaitan Industri Perkapalan... 11

Gambar II. 3. Ruang Muat Kapal Penangkap Ikan ... 14

Gambar II. 4. Balok Es ... 15

Gambar II. 5. Condensing Unit ... 16

Gambar II. 6. Ice Scaler... 17

Gambar II. 7. Proses Pembekuan Cairan Tubuh Ikan ... 19

Gambar II. 8. Horizontal Plate Freezer ... 22

Gambar II. 9. Vertival Plate Freezer ... 22

Gambar II. 10. Air Blast Freezer ... 22

Gambar II. 11. Brine Freezer... 23

Gambar II. 12. Kompresor ... 24

Gambar II. 13. Water-Cooled Kondensor ... 25

Gambar II. 14. Pipa Kapiler ... 26

Gambar II. 15. Konstruksi Automatic Expansion Valve... 27

Gambar II. 16. Penempatan Automatic Expansion Valve... 28

Gambar II. 17. Penampang Melintang Thermostatic Expansion Valve ... 28

Gambar II. 18. Penempatan Thermostatic Expansion Valve ... 29

Gambar II. 19. Bare Tube Evaporator ... 30

Gambar II. 20. Plate Tube Evaporator ... 30

Gambar II. 21. Finned Tube Evaporator ... 31

Gambar II. 22. Refrigeran R-22 ... 31

Gambar II. 23. Bahan Penyusun Dinding Ruang Penyimpanan Ikan. ... 34

Gambar II. 24. Filter Drier ... 34

Gambar II. 25. Akumulator ... 35

Gambar II. 26. Liquid Receiver ... 35

Gambar II. 27. Shock Absorber ... 36

Gambar II. 28. Strainer ... 36

Gambar II. 29. Sight Glasses ... 37

Gambar II. 30. Solenoid Valve ... 37

Gambar II. 31. Defrost Heater ... 38

Gambar II. 32. High & Low Pressurestat (HLP) dan High Pressurestat (HP) ... 38

Gambar II. 33. Grafik Permintaan ... 39

Gambar II. 34. Kegiatan Ekonomi pada Pandangan Sistem Produksi ... 39

Gambar II. 35. Siklus Ekonomi Berdasarkan Sifat Perputaran Uang ... 40

Gambar II. 36. Grafik Permintaan Berdasarkan Pola Tren ... 41

Gambar II. 37. Grafik Komponen Permintaan Berdasarkan Pola Musiman ... 42

Gambar II. 38. Grafik Komponen Permintaan Berdasarkan Pola Siklik ... 43

Gambar II. 39. Skema Pembagian Metode Peramalan ... 45

Gambar II. 40. Pola Straight Line ... 54

Gambar II. 41. Pola Aliran Zig-zag ... 54

Gambar II. 42. Pola Aliran U ... 55

Gambar II. 43. Pola Aliran Sudut Ganjil ... 55

Gambar III. 1. Flow Chart Pengerjaan Tugas Akhir ... 66

Gambar III. 2. Tahap Persiapan Penelitian... 67

(15)

Gambar III. 4. Tahap Analisis dan Pembahasan ... 69

Gambar III. 5. Tahap Penarikan Kesimpulan ... 70

Gambar IV. 1. Rak Ikan dalam Ruang Muat Kapal di Kawasan Juwana ... 74

Gambar IV. 2.Ruang Muat Kapal Ikan di Kawasan Juwana... 74

Gambar IV. 3. Pendinginan dengan Es Batu ... 75

Gambar IV. 4. Ruang Muat Kapal Ikan di Pelabuhan Benoa, Bali ... 75

Gambar IV. 5. Ruang Kendali Suhu Pendinginan... 76

Gambar IV. 6. Perusahaan Pembuat Cold Storage ... 76

Gambar IV. 7. Perusahaan Pembuat Kompresor ... 77

Gambar IV. 8. Perusahaan Pembuat Kondensor dan Evaporator... 77

Gambar IV. 9. Grafik Peningkatan Produksi Perikanan Laut ... 81

Gambar IV. 10. Ruangan Cold Storage ... 82

Gambar IV. 11. Grafik Jumlah Kapal Perikanan 2003-2015 ... 86

Gambar IV. 12. Grafik Kapal Ikan 51-100 GT ... 86

Gambar IV. 13. Grafik Kapal Ikan 101-200 GT ... 87

Gambar IV. 14. Grafik Kapal Ikan 201-300 GT ... 87

Gambar IV. 15.Grafik Kapal Ikan 301-500 GT ... 88

Gambar IV. 16. Analisis Tren untuk Peramalan Kapal Ikan Ukuran 50-100 GT ... 89

Gambar IV. 17. Analisis Tren untuk Peramalan Kapal Ikan Ukuran 101-200 GT ... 90

Gambar IV. 18. Analisis Tren untuk Peramalan Kapal Ikan Ukuran 201-300 GT ... 92

Gambar IV. 19. Analisis Tren untuk Peramalan Kapal Ikan Ukuran 201-300 GT ... 93

Gambar V. 1. Jumlah Usaha Perikanan Berdasarkan Provinsi (2013) ... 98

Gambar V. 2. Letak Pelabuhan Perikanan Samudera ... 99

Gambar V. 3. Letak Pelabuhan Perikanan Nasional ... 100

Gambar V. 4. Letak Pelabuhan Perikanan Pantai ... 101

Gambar V. 5. Lokasi Pertama di Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang ... 103

Gambar V. 6. Peta Lokasi Pertama di Kota Semarang ... 103

Gambar V. 7. Jumlah Pekerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kota Semarang (2015) ... 109

Gambar V. 8. Jalan Raya di Dalam Kawasan Industri Candi Semarang ... 113

Gambar V. 9. Rencana Tata Kota untuk Kecamatan Ngaliyan ... 115

Gambar V. 10. Lokasi Kedua di Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan ... 119

Gambar V. 11. Peta Lokasi Kedua ... 120

Gambar V. 12. Jumlah Calon Pekerja di Kabupaten Lamongan (2015) ... 126

Gambar V. 13. Grafik Perkembangan Sarana dan Pemakaian Air di Kabupaten Lamongan ... 129

Gambar V. 14. Akses Jalan Raya pada Lokasi Kedua ... 131

Gambar V. 15. Kepengurusan Ruas Jalan Raya di Kabupaten Lamongan (2015) ... 131

Gambar V. 16. Kondisi Jalan Raya Aspal di Kabupaten Lamongan ... 133

Gambar V. 17. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan Tahun 2011-2031 ... 134

Gambar V. 18. Lokasi Ketiga di Kabupaten Gresik... 138

Gambar V. 19. Peta Lokasi Ketiga di Kabupaten Gresik ... 138

Gambar V. 20. Tingkat Pendidikan Penduduk Kabupaten Gresik (2015) ... 143

Gambar V. 21. Jumlah Pelanggan Telepon Berdasarkan Sumbernya ... 148

Gambar V. 22. Akses Jalan Raya pada Lokasi Ketiga ... 149

Gambar V. 23. Grafik Kondisi Pengerasan Jalan Raya di Kabupaten Gresik Tahun 2015 ... 149

Gambar V. 24. Grafik Kondisi Jalan Raya di Kabupaten Gresik Tahun 2015 ... 150

Gambar V. 25. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gresik ... 151

Gambar V. 26. Rencana Produk Evaporator ... 156

Gambar V. 27. Breakdown Produk Evaporator ... 157

Gambar V. 28. Rencana Produk Air-Cooled Condensor ... 157

(16)

Gambar V. 30. Rencana Produk Water-cooled Condenser ... 158

Gambar V. 31. Desain Produk Water-cooled Condensor ... 159

Gambar V. 32. Breakdown Produk Kondensor ... 159

Gambar V. 33. Rencana Produk Insulasi ... 160

Gambar V. 34. Insulasi Ruang Muat Kapal Ikan ... 160

Gambar V. 35. Breakdown Produk Panel Insulasi ... 161

Gambar V. 36. Alur Proses Pembuatan Komponen Refrigerasi Kapal Ikan ... 162

Gambar V. 37. Gudang Inventari ... 163

Gambar V. 38. Contoh Permintaan Barang Fabrikasi ... 164

Gambar V. 39. Coil Roller ... 165

Gambar V. 40. Proses Pemotongan Pelat ... 165

Gambar V. 41. Proses Penekukan Pelat ... 166

Gambar V. 42. Fin Process ... 167

Gambar V. 43. Tube Process ... 167

Gambar V. 44. Pembuatan Adonan Polyurethane ... 168

Gambar V. 45. Meja Jig ... 168

Gambar V. 46. Proses Cleaning ... 169

Gambar V. 47. Pemasangan Karet Kedap Udara ... 170

Gambar V. 48. Coil Assembly ... 170

Gambar V. 49. U-bend ... 171

Gambar V. 50. Proses Brazing ... 171

Gambar V. 51. Density Test ... 172

Gambar V. 52. Pengelasan Dudukan Condensing Unit ... 174

Gambar V. 53. Pemeriksaan Koneksi Kelistrikan ... 175

Gambar V. 54. Proteksi Kabel ... 176

Gambar V. 55. Packaging ... 178

Gambar V. 56. Personal Computer ... 188

Gambar V. 57. Tampilan Autodesk Fusion 360 ... 189

Gambar V. 58. Tampilan Autodesk AutoCAD 2017 ... 190

Gambar V. 59. Plate Roller ... 192

Gambar V. 60. Mesin Potong Pelat ... 193

Gambar V. 61. Mesin Bending Hidrolik ... 193

Gambar V. 62. Mesin Table Saw ... 194

Gambar V. 63. Abrasive Cutoff Machine ... 195

Gambar V. 64. Mesin Gerinda Tangan ... 196

Gambar V. 65. Pengaduk Polyurethane ... 197

Gambar V. 66. Mesin Bor Meja ... 198

Gambar V. 67. Electric Hand Drilling Machine ... 199

Gambar V. 68. Bench Vice Clamp ... 200

Gambar V. 69. Proses Pencetakan PU Foam ... 200

Gambar V. 70. Meja Jig ... 201

Gambar V. 71. Mesin Ampelas ... 202

Gambar V. 72. Mesin Las SMAW ... 203

Gambar V. 73. Mesin Las Brazing ... 204

Gambar V. 74. Forklift Kapasitas 3 ton ... 205

Gambar V. 75. Manual Stacker ... 206

Gambar V. 76. Overhead Crane ... 206

Gambar V. 77. Spesifikasi Coil Plate ... 212

Gambar V. 78. Rencana Activity Relationship Diagram... 227

(17)

Gambar V. 80. Denah Pabrik Komponen Refrigerasi Kapal Ikan Lantai 1 ... 231

Gambar V. 81. Denah Pabrik Komponen Refrigerasi Kapal Ikan Lantai 2 ... 232

Gambar V. 82. Rencana Aliran Material ... 236

Gambar V. 83. Struktur Organisasi Industri Komponen Refrigerasi Kapal Ikan ... 237

Gambar V. 84. Peralatan Keselamatan untuk Pekerja... 239

Gambar V. 85. Peralatan Keselamatan untuk Operator ... 240

Gambar V. 86. Peralatan Keselamatan untuk Welder ... 240

(18)

DAFTAR TABEL

Tabel II. 1. Hubungan Suhu Pendingin dengan Ketahanan Pengawetan ... 21

Tabel II. 2. Ukuran Pipa Kapiler ... 27

Tabel II. 3. Ketebalan dan Konduktivitas Thermal Bahan Insulasi ... 33

Tabel II. 4. Metode Penentuan Lokasi Industri ... 47

Tabel II. 5. Metode Penentuan Harga Jual ... 57

Tabel II. 6. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pay Back Period ... 60

Tabel II. 7. Kelebihan dan Kekurangan Metode Net Present Value ... 61

Tabel II. 8. Kelebihan dan Kekurangan Metode Internal Rate of Return ... 62

Tabel IV. 1. Jumlah Kapal Ikan Berpendingin di Indonesia (2003-2012) ... 72

Tabel IV. 2. Jumlah Kapal Ikan Berpendingin di Indonesia (2003-2015) ... 73

Tabel IV. 3. Konsumen Potensial untuk Industri Komponen Cold Storage ... 78

Tabel IV. 4. Produksi Perikanan Laut ... 80

Tabel IV. 5. Jumlah Kapal Ikan Ukuran 50-500 GT di Indonesia ... 85

Tabel IV. 6. Hasil Peramalan Kapal Ikan Ukuran 51-100 GT ... 88

Tabel IV. 7. Hasil Peramalan Kapal Ikan Ukuran 101-200 GT ... 90

Tabel IV. 8. Hasil Peramalan Kapal Ikan Ukuran 201-300 GT ... 91

Tabel IV. 9. Hasil Peramalan Kapal Ikan Ukuran 301-500 GT ... 92

Tabel IV. 10. Jumlah Komponen Kapal untuk Setiap Ukuran GT ... 94

Tabel IV. 11. Proyeksi Kebutuhan Insulasi Ruang Muat Tahun 2017-2025 ... 94

Tabel IV. 12. Proyeksi Kebutuhan Kondensor Ruang Muat Tahun 2017-2025 ... 95

Tabel IV. 13. Proyeksi Kebutuhan Evaporator Ruang Muat Tahun 2017-2025 ... 95

Tabel V. 1. Daftar Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) di Indonesia ... 99

Tabel V. 2. Daftar Pelabuhan Perikanan Nasional (PPN) di Indonesia ... 100

Tabel V. 3. Daftar Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) di Pulau Jawa... 101

Tabel V. 4. Kriteria Kesesuaian Berdasarkan Kemampuan Lahan pada Lokasi Pertama ... 104

Tabel V. 5. Kriteria Kesesuaian Berdasarkan Penggunaan Lahan pada Lokasi Pertama ... 105

Tabel V. 6. Ketersediaan Bahan Baku pada Lokasi Pertama ... 106

Tabel V. 7. Ketersediaan Bahan Baku - Kuantitas Bahan Baku pada Lokasi Pertama... 106

Tabel V. 8. Ketersediaan Bahan Baku - Kontinuitas Bahan Baku pada Lokasi Pertama ... 107

Tabel V. 9. Ketersediaan Bahan Baku berdasarkan Jarak Bahan Baku pada Lokasi Pertama ... 108

Tabel V. 10. Data Pencari Kerja di Semarang (2015) ... 108

Tabel V. 11. Jumlah Pekerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kawasan Semarang ... 109

Tabel V. 12. Daftar Sekolah Menengah di Lokasi Pertama ... 110

Tabel V. 13. Kriteria Ketersediaan Tenaga Kerja pada Lokasi Pertama ... 110

Tabel V. 14. Data Jumlah Penggunaan Air PDAM di Kawasan Semarang (2015) ... 111

Tabel V. 15. Kecukupan Air Bersih pada Lokasi Pertama ... 112

Tabel V. 16. Informasi Kelistrikan Kota Semarang (2015) ... 112

Tabel V. 17. Kecukupan Suplai Listrik dan Telepon pada Lokasi Pertama ... 113

Tabel V. 18. Data Proses Pengerasan Jalan Raya Kota Semarang (2015) ... 114

Tabel V. 19. Kondisi Jalan Raya di Wilayah Semarang (2015) ... 114

Tabel V. 20. Kecukupan Jaringan Jalan pada Lokasi Pertama ... 114

Tabel V. 21. Pemilihan Lokasi Berdasarkan Tata Ruang Terkait pada Lokasi Pertama ... 115

Tabel V. 22. Daftar Galangan di Sekitar Kota Semarang ... 116

Tabel V. 23. Permintaan Pasar untuk Komponen Cold Storage ... 117

Tabel V. 24. Pelabuhan Perikanan di Semarang dan Sekitarnya ... 118

Tabel V. 25. Pemilihan Lokasi Berdasarkan Permintaan Pasar pada Lokasi Pertama ... 118

(19)

Tabel V. 27. Kriteria Kesesuaian Berdasarkan Kemampuan Lahan pada Lokasi Kedua ... 121

Tabel V. 28. Kriteria Kesesuaian Berdasarkan Penggunaan Lahan pada Lokasi Kedua ... 122

Tabel V. 29. Ketersediaan Bahan Baku pada Lokasi Kedua ... 122

Tabel V. 30. Ketersediaan Bahan Baku - Kuantitas Bahan Baku pada Lokasi Kedua ... 123

Tabel V. 31. Ketersediaan Bahan Baku - Kontinuitas Bahan Baku pada Lokasi Kedua ... 124

Tabel V. 32. Ketersediaan Bahan Baku berdasarkan Jarak Bahan Baku pada Lokasi Kedua .... 124

Tabel V. 33. Jumlah Pencari Kerja yang Terdaftar di Lamongan (2015) ... 125

Tabel V. 34. Tingkat Pendidikan Pencari Kerja di Lamongan Selama Tahun 2015 ... 125

Tabel V. 35. Daftar SMK dan Perguruan Tinggi di Lamongan ... 126

Tabel V. 36. Kriteria Ketersediaan Tenaga Kerja pada Lokasi Kedua ... 127

Tabel V. 37. Jumlah Pelanggan PDAM Menurut Jenis Konsumen di Kabupaten Lamongan.... 128

Tabel V. 38. Perkembangan Sarana dan Pemakaian Air di Kabupaten Lamongan ... 128

Tabel V. 39. Kecukupan Air Bersih pada Lokasi Kedua ... 129

Tabel V. 40. Informasi Kelistrikan Kabupaten Lamongan (2015)... 130

Tabel V. 41. Kecukupan Suplai Listrik dan Telepon pada Lokasi Kedua ... 130

Tabel V. 42. Data Proses Pengerasan Jalan Raya Kabupaten Lamongan Tahun 2015 ... 131

Tabel V. 43. Kecukupan Jaringan Jalan pada Lokasi Kedua ... 133

Tabel V. 44. Pemilihan Lokasi Berdasarkan Tata Ruang Terkait pada Lokasi Kedua ... 135

Tabel V. 45. Daftar Galangan di Kabupaten Lamongan dan Sekitarnya ... 136

Tabel V. 46. Daftar Pelabuhan Perikanan di Lamongan dan Sekitarnya ... 136

Tabel V. 47. Pemilihan Lokasi Berdasarkan Permintaan Pasar pada Lokasi Kedua ... 137

Tabel V. 48. Kriteria Penilaian Lokasi Berdasarkan Harga Tanah ... 137

Tabel V. 49. Kriteria Kesesuaian Berdasarkan Kemampuan Lahan pada Lokasi Ketiga ... 139

Tabel V. 50. Kriteria Kesesuaian Berdasarkan Penggunaan Lahan pada Lokasi Ketiga ... 140

Tabel V. 51. Ketersediaan Bahan Baku pada Lokasi Ketiga ... 141

Tabel V. 52. Daftar SMK dan Perguruan Tinggi di Gresik ... 144

Tabel V. 53. Kriteria Ketersediaan Tenaga Kerja pada Lokasi Ketiga ... 144

Tabel V. 54. Jumlah Pelanggan PDAM - Jenis Konsumen di Kabupaten Gresik Tahun 2015 .. 145

Tabel V. 55. Kecukupan Air Bersih pada Lokasi Ketiga ... 146

Tabel V. 56. Informasi Kelistrikan Kabupaten Gresik (2015) ... 146

Tabel V. 57. Segmentasi Pelanggan Listrik di Kabupaten Gresik ... 147

Tabel V. 58. Jumlah Pelanggan Telepon Berdasarkan Segmentasi Pelanggan Tahun 2015 ... 147

Tabel V. 59. Kecukupan Suplai Listrik dan Telepon pada Lokasi Ketiga ... 148

Tabel V. 60. Kecukupan Jaringan Jalan pada Lokasi Ketiga ... 150

Tabel V. 61. Pemilihan Lokasi Berdasarkan Tata Ruang Terkait pada Lokasi Ketiga ... 151

Tabel V. 62. Daftar Galangan di Kabupaten Gresik dan Sekitarnya ... 152

Tabel V. 63. Daftar Pelabuhan Perikanan di Gresik dan Sekitarnya ... 153

Tabel V. 64. Pemilihan Lokasi Berdasarkan Permintaan Pasar pada Lokasi Ketiga ... 153

Tabel V. 65. Kriteria Penilaian Lokasi Berdasarkan Harga Tanah ... 154

Tabel V. 66. Bobot Calon Lokasi Industri Komponen Pendingin Ruang Muat ... 154

Tabel V. 67. Penilaian Calon Lokasi Industri Komponen Pendingin Ruang Muat Kapal Ikan .. 155

Tabel V. 68. Checklist Tahap Desain Produk - Insulasi Ruang Pendingin ... 179

Tabel V. 69. Checklist Tahap Desain Produk - Kondensor... 180

Tabel V. 70. Checklist Tahap Desain Produk - Evaporator ... 180

Tabel V. 71. Checklist Tahap Produksi – Insulasi Ruang Pendingin ... 181

Tabel V. 72. Checklist Tahap Inspeksi – Insulasi Ruang Pendingin ... 182

Tabel V. 73. Checklist Tahap Produksi – Kondenser... 182

Tabel V. 74. Checklist Tahap Inspeksi – Kondensor ... 183

Tabel V. 75. Checklist Pemasangan Kelistrikan– Kondensor ... 184

(20)

Tabel V. 77. Checklist Tahap Inspeksi – Evaporator ... 185

Tabel V. 78. Checklist Pemasangan Kelistrikan– Evaporator... 186

Tabel V. 79. Spesifikasi CPU ... 188

Tabel V. 80. Spesifikasi Monitor ... 189

Tabel V. 81. Spesifikasi Autodesk Fusion 360 ... 189

Tabel V. 82. Spesifikasi Autodesk AutoCAD 2017 ... 190

Tabel V. 83. Spesifikasi Mesin Rol ... 192

Tabel V. 84. Spesifikasi Mesin Potong ... 193

Tabel V. 85. Spesifikasi Mesin Bending Hidrolik ... 194

Tabel V. 86. Spesifikasi Table Saw ... 194

Tabel V. 87. Spesifikasi Abrasive Cutoff Machine ... 195

Tabel V. 88. Spesifikasi Mesin Geringa Tangan... 196

Tabel V. 89. Spesifikasi Mixer Polyurethane ... 197

Tabel V. 90. Spesifikasi Mesin Bor Meja ... 198

Tabel V. 91. Spesifikasi Electric Hand Drill ... 199

Tabel V. 92. Spesifikasi Vice Clamp ... 200

Tabel V. 93. Spesifikasi Meja Jig ... 201

Tabel V. 94. Spesifikasi Mesin Ampelas ... 202

Tabel V. 95. Spesifikasi Mesin Las SMAW... 203

Tabel V. 96. Spesifikasi Mesin Brazing Weld... 204

Tabel V. 97. Spesifikasi Stacker Manual ... 206

Tabel V. 98. Spesifikasi Overhead Crane ... 207

Tabel V. 99. Waktu untuk Penyelesaian Desain Insulasi ... 210

Tabel V. 100. Waktu untuk Penyelesaian Desain Kondensor ... 210

Tabel V. 101. Waktu untuk Penyelesaian Desain Evaporator ... 211

Tabel V. 102. Identifikasi Bahan Baku ... 212

Tabel V. 103. Spesifikasi Coil Plate (Roll) ... 212

Tabel V. 104. Jumlah Produksi Tahun 2022 ... 212

Tabel V. 105. Konsumsi Coil Plate untuk Produksi ... 213

Tabel V. 106. Jumlah Material Coil Plate untuk Setiap Produk per Tahun... 213

Tabel V. 107. Konsumsi Pipa Tembaga ... 214

Tabel V. 108. Konsumsi Kabel ... 219

Tabel V. 109. Rekapitulasi Pekerja di Workshop ... 220

Tabel V. 110. Rencana Jadwal Produksi Panel Insulasi ... 221

Tabel V. 111. Rencana Jadwal Produksi Kondensor ... 222

Tabel V. 112. Rencana Jadwal Produksi Evaporator ... 224

Tabel V. 113. Aktivitas dalam Industri Komponen Refrigerasi... 226

Tabel V. 114. Daftar Area beserta Pekerjaannya ... 228

Tabel V. 115. Luas Ruangan dalam Industri Komponen Refrigerasi ... 229

Tabel V. 116. Biaya Pembelian Tanah ... 242

Tabel V. 117. Biaya Pembangunan Lantai 1 ... 242

Tabel V. 118. Biaya Pembangunan Lantai 2 ... 243

Tabel V. 119. Biaya Pemasangan Instalasi Industri ... 243

Tabel V. 120. Biaya Peralatan Desain ... 244

Tabel V. 121. Biaya Peralatan Angkut ... 244

Tabel V. 122. Biaya Peralatan Manual... 244

Tabel V. 123. Biaya Mesin Produksi ... 245

Tabel V. 124. Biaya Pembelian Keperluan Kantor ... 245

Tabel V. 125. Biaya Perlengkapan Keselamatan ... 246

(21)

Tabel V. 127. Rencana Gaji Karyawan Industri Komponen Refrigerasi Kapal Ikan ... 248

Tabel V. 128. Tagihan Bulanan... 249

Tabel V. 129. Perhitungan Bahan Baku Insulasi Ruang Muat Kapal Ikan ... 250

Tabel V. 130. Biaya Aksesoris untuk Insulasi ... 250

Tabel V. 131. Bahan Baku Pembuatan Kondensor ... 250

Tabel V. 132. Biaya Aksesoris Kondensor ... 251

Tabel V. 133. Biaya Electrical untuk Produk Kondensor ... 251

Tabel V. 134. Biaya Bahan Baku Pembuatan Evaporator ... 252

Tabel V. 135. Biaya Aksesoris Evaporator ... 252

Tabel V. 136. Biaya Komponen Electrical untuk Evaporator ... 253

Tabel V. 137. Target Produksi Industri Komponen Refrigerasi Kapal Ikan ... 256

Tabel V. 138. Daftar Harga Jual Produk ... 256

Tabel V. 139. Rencana Pendapatan dari Produksi Tahun 2016-2025 ... 257

Tabel V. 140. Revenue dan Nilai Perbaikan Komponen Refrigerasi ... 258

Tabel V. 141. Rencana Pendapatan dari Reparasi Tahun 2016-2025 ... 258

Tabel V. 142. Rekapitulasi Arus Kas ... 259

Tabel V. 143. Penilaian Investasi Industri ... 259

Tabel V. 144. Perusahaan Lokal Pembuat Komponen Refrigerasi ... 260

Tabel V. 145. Perusahaan Internasional Pembuat Komponen Refrigerasi ... 261

Tabel V. 146. Perbandingan Harga Water Cooled Condeser... 261

(22)
(23)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Penanganan ikan setelah penangkapan di laut mempunyai peranan penting untuk memperoleh nilai jual ikan yang maksimal. Tahap penanganan ini menentukan nilai jual dan langkah selanjutnya dalam pemrosesan hasil tangkapan. Tingkat kesegaran ikan dari laut dipengaruhi oleh penanganan yang tepat dan fasilitas pendukung yang ada dalam ruang muat kapal penangkap ikan. Ikan segar adalah ikan yang masih memiliki sifat asli seperti ikan yang masih hidup seperti bau, tekstur, dan rasanya. Berbagai faktor yang mempengaruhi perubahan bentuk bau dan terkstur ikan dapat di minimalisir dengan mengawetkan ikan di dalam ruang penyimpanan bersuhu rendah. Oleh karena itu setelah ikan ditangkap di tengah laut, sesegera mungkin untuk diawetkan di dalam pendingin. Proses pendinginan ikan juga memiliki berbagai macam cara, antara lain menggunakan Es Batu, air laut yang didinginkan, dan menggunakan refrigeran di dalam condensing unit. Guna memenuhi kebutuhan pengawetan tersebut, kapal-kapal penangkap ikan dilengkapi dengan alat pendingin mekanik pada ruang muatnya untuk menjaga kesegaran hasil tangkapan.

Pembangunan kapal ikan juga semakin banyak dilakukan seiring dengan dukungan pemerintah melalui Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2005 tentang Asas Cabotage yang mengharuskan transportasi yang digunakan untuk logistik di Indonesia menggunakan kapal-kapal berbendera Indonesia. Seiring dengan permintaan yang meningkat tersebut, keharusan untuk menyelesaikan suatu project dengan cepat menjadi suatu keharusan. Sayangnya hampir semua galangan di Indonesia memiliki masalah pada sulitnya mendapatkan suplai perlengkapan komponen kapal ikan. Ada juga masalah pada distribusi komponen yang memakan waktu berminggu-minggu. Hal tersebut menimbulkan banyak sekali idle time pada proses pembangunan kapal baru.

Ketergantungan akan barang impor ini membuat industri perkapalan menjadi kurang berkembang. Padahal apabila dibandingkan dengan industri perkapalan di luar negeri, mereka mampu menyokong sembilan puluh persen bahan baku termasuk komponen kapal dari industri lokal (Kompas, 2015). Hal tersebut disebabkan salah satunya karena kemampuan industri penunjang dan pendukung nasional yang masih rendah. Sebagian negara yang menguasai industri galangan dunia adalah negara yang memiliki ketersediaan terhadap industri penunjang komponen kapal. Pemerintah Indonesia seharusnya tidak setengah-setengah dalam mendukung

(24)

industri pembangunan kapal. Pemerintah tentunya bisa memainkan perannya selaku pembuat kebijakan. Salah satunya bisa untuk mengurangi atau mentiadakan pajak dari impor material dari luar negeri. Pemerintah juga bisa membuat industri khusus komponen kapal dalam negeri atau setidaknya mengusahakan investor untuk industri komponen ini (Kompas, 2015).

Salah satu industri penunjang dan pendukung komponen kapal adalah industri peralatan pendingin khusus kapal. Industri penunjang ini belum mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Kebanyakan kapal yang dibangun menggunakan peralatan pendingin yang ditujukan untuk pemukiman dan perkantoran yang notabene dicipatakan hanya untuk mengkondisilkan udara yang terdapat manusia di dalamnya. Terdapat spesifikasi yang lebih detil untuk pendingin kapal dikarena peralatan pendingin ini turut menjaga komponen lain yang terdapat di dalam kapal agar tidak mengalami suhu yang berlebihan dengan cara mengkondisikan suhu udara. Dengan adanya industri penunjang peralatan pendingin kapal di Indonesia, diharapkan dapat mendukung industri galangan kapal di Indonesia, salah satu diantaranya mengurangi biaya produksi kapal sehingga dapat meningkatkan daya saing terhadap industri pembuatan kapal luar negeri.

Gambar I. 1. Presentase Usaha Penangkapan Ikan menurut Bentuk Penjualan dan Jenis Kapal

(Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014)

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik dalam Gambar1.1. tersebut, lebih dari 80 persen rumah tangga usaha penangkapan ikan menjual hasil produksinya dalam bentuk segar. Terutama kapal motor dan perahu motor di laut serta kapal motor di perairan umum. Dengan rincian kapal motor dan perahu motor di laut masing-masing 86,14% dan 91,86%, sedangkan kapal motor dan perahu motor di perairan umum masing-masing 81,77% dan 58,40%. Ikan-ikan segar yang digunakan untuk diolah ini tidak lain didapatkan dari proses pengawetan di atas kapal sesaat setelah penangkapan di laut. Aspek lainnya adalah ketika ikan-ikan hasil tangkapan tidak langsung laku terjual, cold storage yang dibangun di pelabuhan perikanan dapat menjadi tempat penyimpanan untuk jangka waktu yang panjang. Menurut salah satu pedagang ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Lamongan, perlunya cold storage dalam industri perikanan

(25)

adalah dapat mempersiapkan apabila terjadi musim paceklik ikan sebab produk yang sudah disimpan di dalam ruangan pendingin dapat tahan berbulan-bulan lamanya.

Para nelayan dan penjual ikan di pelabuhan perikanan mengeluhkan peralatan pendingin yang mereka gunakan sekarang ini masih tradisional yaitu ikan-ikan dimasukkan ke dalam kotak plastik lalu diberi balok es batu. Untuk kapal ikan sendiri, nelayan biasanya masih menggunakan balok es untuk menjaga kesegaran ikan. Namun karena suhu di lautan yang cukup panas, balok-balok es tersebut cepat mencair. Ikan yang lama terendam air pun akan turun dalam aspek kualitas dan harga.

Sistem pendinginan dengan balok es tersebut dirasa kurang efektif dan mengeluarkan banyak biaya jika semakin lama digunakan. Terlebih lagi ketika semakin lama ikan disimpan di dalam kotak penyimpanan berisi es batu tersebut, es batu akan banyak yang mencair dan ikan yang terendam air malah akan semakin cepat mengalami proses pembusukan. Jadi dilihat dari sisi kebutuhan dalam pengolahan ikan, industri komponen pendingin ruang muat kapal ikan dirasa perlu untuk dikembangkan lebih lanjut guna memenuhi kebutuhan dan menjaga kelangsungan industri perkapalan di Indonesia. Tidak hanya untuk pemasangan di palka kapal ikan, tapi juga dapat menjadi cold storage untuk ikan-ikan hasil tangkapan di Pelabuhan Perikanan Nasional.

Oleh karena itu dilakukanlah penelitian berikut ini yang menitikberatkan pada perencanaan industri yang akan memproduksi komponen pendingin untuk palka kapal ikan. Komponen yang diproduksi nantinya juga akan dapat digunakan untuk cold storage yang menyimpan ikan di pelabuhan perikanan untuk keperluan penyimpanan disaat ikan-ikan tidak langsung laku terjual.

I.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Berapa kebutuhan komponen peralatan pendingin untuk ruang muat kapal ikan di Indonesia?

2. Bagaimana analisis teknis pembangunan industri komponen pendingin kapal ikan di Indonesia?

3. Bagaimana analisis ekonomis pembangunan industri komponen pendingin kapal ikan di Indonesia?

I.3. Batasan Masalah

(26)

1. Komponen pendingin ruang muat kapal perikanan yang menjadi objek penelitian adalah panel insulasi, kondensor, dan evaporator pada kapal ikan ukuran 50-500 GT di Indonesia.

2. Harga material, peralatan, dan mesin industri disesuaikan dengan harga pasar dan/atau standar yang digunakan di Indonesia.

3. Perusahaan yang menjadi tempat penelitian adalah PT. Koronka Nusantara Semarang dan Galangan Kapal Ikan CV. Sumber Makmur, Juwana, Jawa Tengah

4. Penelitian tidak menganalisa dampak refrigeran terhadap lingkungan

5. Penelitian tidak menghitung beban pendinginan untuk ruang muat kapal ikan

6. Survei kondisi saat ini penggunaan komponen pendingin ruang palka kapal ikan dilakukan di sepanjang jalur Pantai Utara Pulau Jawa dari Surabaya sampai ke Kabupaten Pati, Kecamatan Juwana, Provinsi Jawa Tengah

7. Faktor eksternal seperti kondisi perekonomian, politik, dan sosial diasumsikan dalam

keadaan stabil.

8. Kurs Dollar terhadap Rupiah saat penelitian dilaksanakan adalah 13.000 pada tanggal

20 Oktober 2016 (tanpa pembulatan).

I.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Melakukan estimasi permintaan komponen pendingin ruang muat kapal ikan di Indonesia tahun 2017 – 2025

2. Melakukan analisis teknis pembangunan industri komponen pendingin kapal ikan di Indonesia

3. Melakukan analisis ekonomis pembangunan industri komponen pendingin kapal ikan di Indonesia.

I.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan untuk dapat memberikan manfaat bagi orang-orang di sekitar. Manfaat yang dihasilkan dapat ditujukan untuk akademisi dan praktisi di bidang perkapalan khususnya industri perkapalan.

I.5.1. Manfaat Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi akademisi yang membutuhkan informasi mengenai industri perkapalan khususnya di bidang refrigerasi kapal ikan:

(27)

2. Memberikan informasi proses pembuatan komponen pendingin untuk cold storage baik untuk di ruang muat kapal ikan maupun untuk pengawetan ikan di darat

3. Memberikan informasi saat ini mengenai proses pengawetan ikan yang dilakukan di Pesisir Utara pulau Jawa

4. Memberikan informasi saat ini mengenai industri komponen pendingin ruang palka kapal ikan di Indonesia

I.5.2. Manfaat Bagi Praktisi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi praktisi yang membutuhkan informasi saat ini mengenai keadaan industri komponen kapal di bidang refrigerasi kapal ikan:

1. Memberikan informasi mengenai jumlah investasi untuk industri komponen cold

storage kapal perikanan di Indonesia

2. Memberikan informasi mengenai rencana teknis pengembangan industri komponen

cold storage kapal perikanan di Indonesia

3. Memberikan usulan-usulan untuk membantu memajukan industri perkapalan dalam negeri

I.6. Hipotesis

Industri komponen pendingin ruang muat kapal ikan ini layak dibangun di Indonesia karena mampu menjadi penunjang dan pendukung industri pembangunan kapal ikan dan mempercepat realisasi negara Indonesia sebagai poros maritim

I.7. Sistematika Penulisan

Laporan Tugas Akhir ini terdiri dari 6 Bab. Masing-masing bab berisi pemaparan hasil penelitian yang dijabarkan sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini berisi uraian secara umum dan singkat meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, hipotesis, batasan masalah dan sistematika penulisan dari Tugas Akhir yang sedang disusun.

BAB II: STUDI LITERATUR

Bab ini berisi penjelasan tentang berbagai referensi dan teori yang terkait dengan judul penelitian yang meliputi berbagai macam metode pendinginan dan pengawetan ikan, komponen penunjang sistem refrigerasi, teori peramalan industri, teori perencanaan fasilitas manufaktur, teori investasi, dan referensi penelitian lain.

(28)

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi langkah-langkah yang dilakukan selama penelitian, mulai dari tahap persiapan, tahap pengambilan data, tahap pengolahan data, sampai penyusunan laporan penelitian, sehingga nantinya didapatkan kesimpulan

BAB IV: SURVEI KONDISI SAAT INI INDUSTRI REFRIGERASI

Bab ini berisi laporan kondisi saat ini dari industri refrigerassi di Indonesia, kegiatan survei yang telah dilakukan selama penyusunan laporan Tugas Akhir, penjabaran data yang didapat dari hasil survei, dan peramalan jumlah kapal ikan di Indonesia Tahun 2016-2025

BAB V: PERENCANAAN INDUSTRI KOMPONEN PENDINGIN RUANG MUAT KAPAL IKAN

Bab ini berisi pembahasan permasalahan mengenai analisis teknis dan analisis ekonomis untuk mendirikan industri komponen pendingin ruanng muat kapal ikan di Indonesia BAB VI: KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan serta rekomendasi dan saran untuk penelitian selanjutnya.

(29)

BAB II

STUDI LITERATUR

II.1. Gambaran Umum Industri Perkapalan

Industri perkapalan dipengaruhi oleh berbagai macam faktor sehingga komposisi pangsa pasar negara penghasil kapal di tingkat dunia berubah pesat. Banyak galangan yang memfokuskan pekerjaannya pada produk kapal tertentu saja. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah proses pengerjaan dan menghasilkan produk yang berkualitas dalam waktu sesuai kontrak kerja. Penguasaan teknologi, tenaga kerja yang terampil dan efisien, dukungan kebijakan pemerintah terhadap galangan kapal, dan gejolak komoditi termasuk harga minyak sangat besar pengaruhnya terhadap kelangsungan hidup dari industri perkapalan.

Industri perkapalan merupakan industri yang memiliki keterkaitan dengan industri lain sebagai penunjang dan pendukung dalam bidang kelautan dan kemaritiman. Sebagai contoh industri pelat baja, industri mesin kapal, industri peralatan tangkap untuk kapal ikan, industri baling-baling kapal, industri cat kapal, serta industri konsol untuk pengaturan pusat pada sistem perkapalan.

Indonesia sebagai negara yang memiliki luas lautan lebih besar daripada daratan sedang mengusahakan kiprahnya di dunia perkapalan dengan memperbanyak jumlah kapal yang beroperasi di wilayah perairan Indonesia. Kapal berbagai ukuran yang dibuat dari berbagai bahan dasar pun sudah mulai banyak beroperasi di wilayah kedaulatan Republik Indonesia. Galangan-galangan di Indonesia juga sudah mulai memperluas pasarnya sampai ke mancanegara guna menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim dunia. Untuk menunjang hal ini, banyak juga industri-industri penunjang yang bermunculan untuk ikut menyokong pembangunan kapal dari galangan setempat. Kemunculan industri-industri penunjang ini juga membantu galangan dari Indonesia untuk semakin menghargai produk dalam negeri. Dengan begitu, pembangunan kapal yang biasanya terhambat oleh pasokan komponen yang datang terlambat karena impor dari luar negeri pun dapat dikurangi dengan menggantinya ke komponen dalam negeri (Kompas, 2015).

Negara-negara Eropa Timur seperti Polandia dan Ukraina yang telah memasuki pasar Internasional sebelumnya saat ini semakin memperkokoh posisinya dalam waktu-waktu dekat ini. Demikian halnya dengan Korea Selatan dan Jepang yang banyak membangun kapal-kapal Container dan Tanker berukuran besar. Industri kapal di negara bekas Jerman Timur yang selanjutnya bergabung dengan Jerman Barat juga semakin menambah pasokan kapal terhadap pasar. Cina dengan tenaga kerja murah juga semakin memperkuat posisinya di pasar Internasional

(30)

untuk kapal curah dan muatan umum. Di samping itu, negara-negara dalam lingkup ASEAN juga semakin bersiap diri di industri perkapalan. Thailand dan Malaysia muncul sebagai pemain yang cukup handal sementara Singapore semakin mengkhususkan diri dalam usaha perbaikan dan pemeliharaan kapal.

Pada saat yang sama, galangan kapal di Indonesia semakin menguasai teknologi pembangunan kapal. Hal ini diperlihatkan dengan kemampuan untuk membuat kapal-kapal yang lebih besar seperti Tanker 17.500 DWT di Batam dan Jakarta. Pada saaat bersamaan, galangan di tanah air juga menerobos pasar Internasional dengan kepercayaan pada pemilik kapal di Inggris, Jerman, dan Belanda yang memesan kapal jenis curah dan reefer vessel. Tidak ketinggalan juga kapal perang pesanan Filipina yang dikerjakan oleh PT. PAL Surabaya.

II.1.1. Kelemahan Industri Perkapalan

Industri perkapalan sebagai sarana penunjang transportasi dan logistik di negara kepulauan seperti Indonesia menjadi lahan bisnis yang mempunyai prospek yang jelas. Karena dalam perkembangannya, sektor perkapalan turut membantu perkembangan realisasi negara Indonesia menjadi Negara Maritim yang sebenarnya. Namun secara keseluruhan, untuk dapat bertahan dalam market competition bagi industri perkapalan adalah suatu hal yang sangat penting. Dukungan dari berbagai pihak dan elemen pemerintahan sangat dibutuhkan untuk membuat industri ini terus berjalan. Hal ini tidak hanya dibutuhkan oleh galangan-galangan kelas kecil dan menengah saja, namun juga pada galangan pembuat kapal-kapal besar dan modern di Indonesia. Bila dibandingkan dengan negara-negara lain dalam hal suku bunga untuk peminjaman modal usaha di Indonesia berkisar dari 10%-14%, sedangkan negara-negara dengan basis maritim memberikan insentif kepada Praktisi Industri dengan suku bunga rendah di bawah 5%. Kesulitan didalam pendanaan ini juga merupakan salah satu penyebab kelesuan Industri Perkapalan Indonesia.

Seiring dengan berkembangnya teknologi dalam dunia perancangan kapal, membawa dampak pada tingkat kecepatan dan ketelitian dalam desain serta analisis perancangan kapal, baik itu kapal ikan maupun kapal niaga lainnya. Tuntutan owner requirements yang diminta oleh calon pemilik kapal menjadi lebih tinggi. Hal ini berdampak pada galangan dan desainer kapal yang kesulitan untuk memenuhi permintaan dikarenakan keterbatasan pada peralatan produksi yang mencakup software dan hardware. Kurangnya anggaran yang ada pada perusahaan membuat masalah seperti itu semakin sulit untuk diatasi. Dampaknya kemudian keterlambatan dalam hal desain dan produksi kapal yang juga membuat pihak galangan terkena denda.

(31)

Kendala lainnya adalah ketersediaan komponen kapal yang 65% merupakan produk-produk dari luar negeri menyebabkan kapal buatan dalam negeri lebih mahal 10%-30% dibandingkan dengan kapal buatan luar negeri. Waktu pengerjaan juga menjadi lebih panjang dikarenakan proses menunggu komponen tersebut datang ke lokasi pembuatan kapal. Padahal dikatakan dalam harian Tempo, 2015, pemerintah juga telah mengeluarkan kebijakan yang mengatakan bahwa pemerintah tidak memungut PPN untuk alat transportasi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2015 tentang impor dan penyerahan alat angkutan tertentu dan penyerahan jasa kena pajak. Pemerintah tidak akan memungut PPN untuk transportasi kapal laut, pesawat terbang, dan kereta api, termasuk suku cadangnya. Akan tetapi, ketidakpastian kondisi ekonomi Indonesia dengan semakin merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika yang pernah mencapai Rp 14.811 pada beberapa waktu yang lalu. Oleh karena itu, jika hanya mengandalkan komponen-komponen impor Industri Perkapalan sulit untuk berkembang dan bersaing dengan galangan luar negeri yang telah mampu menciptakan industri komponen kapalnya sendiri untuk memenuhi kebutuhan industri negaranya.

II.1.2. Peluang dan Tantangan Industri Perkapalan

Peluang dalam industri perkapalan khususnya di Negara Indonesia ini termasuk yang mempunyai masa depan di bidang kemaritiman yang jelas. Karena dari segi geografis sendiri, negara kepulauan yang terdiri dari 17.667 pulau dan memiliki luas lautan mencapai 3.257.483 km2 dan belum termasuk perairan ZEE. Apabila ditambah dengan luas perairan ZEE, maka

luas perairan Indonesia menjadi sekitar 7,9 Juta km2 atau 81% dari luas keseluruhan wilayah Indonesia (Ginting, 2003).

Dari jumlah itu sudah bisa diperkirakan betapa banyaknya potensi bisnis dari perairan Indonesia dari sektor transportasi sampai sektor perikanan. Ditambah lagi visi pemerintah saat ini yang menjadikan “Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia” lewat salah satu kebijakannya mengeluarkan larangan institusi-institusi di bawah pemerintah untuk membeli kapal baru dari galangan luar negeri. Kebijakan tersebut berimbas pada produsen kapal-kapal di Indonesia yang kemudian berlomba-lomba membuat kapal dengan kualitas yang tidak kalah dari kapal buatan luar negeri, namun dengan harga yang lebih terjangkau dan rasional. Hal ini kemudian memberikan tantangan baru untuk produsen komponen kapal yang beroperasi di Indonesia. Dengan banyaknya jenis kapal yang berlayar di perairan Indonesia, mereka dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan untuk negaranya sendiri. Dari mulai industri komponen untuk kapal penumpang, kapal kargo, sampai kapal penangkap ikan.

(32)

Ditambah lagi penanangan agenda pembuatan “Sistem Tol Laut” oleh pemerintah yang bertujuan sebagai sarana konektivitas pengiriman logistik dan orang dari pulau satu ke pulau lainnya mengakibatkan peningkatan pada permintaan pembangunan kapal baru di galangan Indonesia. Tantangan inilah yang kemudian membuat investasi pada industri komponen kapal merupakan hal yang mempunyai prospek jelas ke depannya.

Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (DJPT) memprioritaskan pembangunan kapal perikanan dalam kegiatan 2016. Menurut pemaparan KKP melalui websitenya, kapal-kapal yang akan dibuat mulai tahun 2016 berjumlah 3.325 unit dengan rincian sebagai berikut:

1. Kapal penangkap ukuran < 5 GT sebanyak 1.020 unit 2. Kapal penangkap ukuran 5 GT sebanyak 1.000 unit 3. Kapal penangkap ukuran 10 GT sebanyak 1.000 unit 4. Kapal penangkap ukuran 20 GT sebanyak 250 unit 5. Kapal penangkap ukuran 30 GT sebanyak 30 unit

6. Kapal penangkap ukuran 30 GT dengan pendingin sebanyak 30 unit

Sementara ini, kapal ikan bermotor yang beroperasi di perairan Indonesia sejak tahun 2000 sampai 2013 sudah mencapai 226.573 unit dari berbagai ukuran GT kapal. Jumlahnya yang meningkat setiap tahun membuat kebutuhan akan komponen kapal ikan turut berkembang. Data jumlah kapal ikan bermotor yang beroperasi di perairan Indonesia tersebut dapat dilihat pada Lampiran, sementara peningkatannya dapat dilihat dalam grafik berikut ini:

Gambar II. 1. Grafik Jumlah Kapal Ikan Bermotor di Indonesia

(sumber: Badan Pusat Statistik, 2016)

0 50.000 100.000 150.000 200.000 250.000 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 Ju ml ah K ap al Tahun

(33)

Gambar II.1. menjelaskan peningkatan jumlah kapal ikan bermotor di Indonesia yang meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini menjadi dampak dari peningkatan hasil perikanan laut yang membutuhkan armada lebih banyak untuk menangani hasil tangkapan ikan.

II.1.3. Hubungan Industri Perkapalan dengan Industri Komponen

Industri perkapalan adalah industri yang tidak semata-mata berdiri dan bergerak sendiri. Terdapat sebuah sistem yang membantu dan mendukung industri ini agar tetap berjalan dan dapat menghasilkan keuntungan. Industri perkapalan mempunyai keterkaitan yang erat dengan industri-industri lainnya (industri pendukung dan industri penunjang di bidang perkapalan) di dalam membangun suatu kapal. Berikut ini adalah diagram keterkaitan industri perkapalan dengan industri pendukung dan penunjang

Gambar II. 2. Keterkaitan Industri Perkapalan

Diagram pada Gambar II. 2. menerangkan keterkaitan antara industri pendukung dan penunjang perkapalan terhadap industri perkapalan. Kebutuhan kapal yang menuntut industri perkapalan untuk menghasilkan kapal-kapal baru membuat kebutuhan akan industri penunjang dan industri pendukung perkapalan meningkat. Hal ini didasarkan pada kebutuhan industri perkapalan untuk menghasilkan produk kapal dengan mutu yang tinggi dan pengerjaan yang selesai tepat waktu sesuai dengan rencana.

Pada gambar tersebut, terlihat bahwa yang terpenting adalah adanya tingkat kebutuhan terhadap unit kapal, karena hal tersebut yang menggerakan industri perkapalan untuk terus menghasilkan produk kapal. Pada tahun 1980-an, Pemerintah Indonesia telah membuat suatu kebijakan berkaitan dengan kapal niaga apapun yang telah berusia 25 tahun untuk dilakukan

scrapping (dibesituakan) dengan tujuan sebagai peremajaan kapal dan regenerasi armada

perkapalan Indonesia. Hal ini tentunya berimbas pada permintaan pembuat kapal baru guna menggantikan armada kapal yang sebelunya telah dilakukan scrapping. Harapannya adalah

INDUSTRI PERKAPALAN Industri Penunjang

Produk

Kapal

Industri Pendukung Kebutuhan Unit Kapal

(34)

industri perkapalan Indonesia akan lebih “aktif” dan “hidup”. Namun kebijakan ini juga tidak berjalan lancar seperti yang direncanakan karena faktor penghematan finansial pemilik kapal. Industri perkapalan merupakan industri yang memiliki struktur yang kompleks dibandingkan dengan industri lainnya, karena menyangkut unsur keselamatan penumpang, keamanan kargo, keamanan muatan, dan faktor lingkungan. Selain itu industri yang membutuhkan investasi besar ini juga termasuk dalam industri yang padat modal namun memakan waktu yang lama dalam pengembaliannya sehingga mengakibatkan investor jadi berfikir dua kali untuk terjun ke dalam bisnis ini. Dilain pihak, industri perkapalan juga sangat memerlukan adanya campur tangan investor untuk tetap dapat melakukan aktivitas dan pergerakan.

Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk tetap dapat membuat industri perkapalan ini tetap bergerak dengan investor adalah mempertimbangkan aspek investasi pada industri penunjang dan industri pendukung perkapalan. Disamping modalnya yang tidak setinggi industri perkapalan yang sesungguhnya, waktu pengembalian modal (hal yang dapat dilakukan untuk tetap dapat membuat industri perkapalan ini tetap bergerak dengan investor adalah mempertimbangkan aspek investasi pada industri penunjang dan industri pendukung perkapalan. Selain modalnya yang tidak setinggi industri perkapalan yang sesungguhnya, waktu pengembalian modal (payback period) bisnis ini yang lebih singkat layak dijadikan pertimbangan.

II.1.4. Klasifikasi Industri Penunjang Perkapalan

Galangan sebagai perusahaan utama yang membangun bangunan kapal tidak dapat mengerjakan pekerjaannya dengan berdiri sendiri. Dibutuhkan perusahaan lain yang menunjang pekerjaa galangan tersebut terutama sebagai penyedia komponen. Supplier atau pemasok komponen merupakan salah satu bagian penting dari proses produksi sebuah kapal, terutama kapal penangkap ikan. Dari industri penunjang tersebut galangan dapat menentukan pilihan produk-produk komponen kapal yang akan digunakan untuk pembangunan kapal. Juga dapat mempercepat proses pembangunan kapal tepat sesuai pada waktunya.

Peranan industri penunjang komponen kapal ini dapat berupa industri manufaktur langsung yang membuat produk komponen kapal, maupun agen dari suatu industri di luar negeri yang memasarkan produknya. Agen komponen ini dapat menawarkan produk impor beserta layanan perawatan berkesinambungan untuk produk yang telah dipasarkan. Sedangkan industri manufaktur komponen kapal membuat langsung produk yang diinginkan dan

(35)

memasarkannya langsung kepada calon pembeli untuk dapat langsung melakukan aktivitas jual-beli.

Untuk melihat besar kecilnya suatu industri penunjang dapat ditentukan dari penggolongan industri menurut Badan Pusat Statistik. Mereka menggunakan jumlah pekerja dalam suatu badan usaha sebagai kriteria untuk mengklasifikasikan ukuran suatu industri. Penggolongan industri menurut Badan Pusat Statistik tersebut adalah sebagai berikut:

1. Industri Besar: Industri yang mempekerjakan 100 orang pekerja atau lebih 2. Industri Menengah: Industri yang mempekerjakan 20 sampai 99 orang pekerja 3. Industri Kecil: Industri yang mempekerjakan 5 sampai 19 orang pekerja

4. Industri Rumah Tangga: Industri yang mempekerjakan 1 sampai 4 orang pekerja

II.1.5. Pelabuhan Perikanan

Pelabuhan perikanan adalah suatu kawasan perikanan yang berfungsi sebagai tempat berlabuhnya kapal perikanan, tempat pendaratan ikan, tempat pemasaran, tempat pelaksanaan pembinaan mutu hasil perikanan, tempat pengumpulan data tangkapan, tempat pelaksanaan penyuluhan serta pengembangan masyarakat nelayan, dan tempat untuk memperlancar operasional kapal perikanan (Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 2005)

Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 16/MEN/2006 tentang Pelabuhan Perikanan, klasifikasi besar/kecilnya skala usaha pelabuhan perikanan dibedakan menjadi empat tipe pelabuhan, yaitu:

1. Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS)

Pelabuhan perikanan yang diperuntukkan bagi kapal perikanan yang dioperasikan di perairan samudera yang lazim digolongkan ke dalam armada perikanan jarak jauh sampai ke perairan laut teritorial, Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI), dan laut lepas. 2. Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)

Pelabuhan perikanan yang diperuntukkan bagi kapal ikan yang beroperasi di perairan Nusantara yang lazim digolongkan ke dalam armada perikanan jarak sedang sampai ke perairan ZEEI dan laut teritorial.

3. Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)

Pelabuhan perikanan yang diperuntukkan bagi kapal ikan yang beroperasi di perairan pantai/pedalaman, perairan kepulauan, dan laut territorial.

4. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)

Diperuntukkan bagi kapal perikanan yang beroperasi di perairan pedalaman untuk sekedar mendaratkan ikan lalu kembali melaut.

(36)

II.2. Ruang Muat Kapal Ikan

Gambar II. 3. Ruang Muat Kapal Penangkap Ikan

Kapal ikan dalam pengertian penangkapan untuk usaha perikanan cukup banyak jenisnya. Ada kapal penangkap ikan (fishing vessel/catcher), kapal pengangkut ikan (fish carrier) yang khusus mengangkut hasil kumpulan tangkapan ikan seperti pada Gambar II.3, kapal pengangkut muatan umum (general cargo liner) yang juga mempunyai palka khusus untuk hasil perikanan, dan kapal pabrik ikan (fish factory ship).

Kapal pengangkut ikan biasanya digunakan untuk mengumpulkan muatan dan angkutan hasil tangkapan dari kapal penangkap ikan (catcher). Kapal pabrik yang besar bergerak sampai beberapa bulan di samudera menjalankan tugasnya sebagai tempat pengolahan ikan sampai bentuk olahan yang siap untuk dikonsumsi. Selain itu, kapal pabrik juga bertugas untuk memanfaatkan hasil sampingan dan limbah sisa olahan ikan yang sebagian berasal dari bahan mentah menjadi bahan tepung ikan. (Ilyas, 1993)

Ruang muat dalam kapal merupakan hal yang paling penting dalam bisnis perkapalan karena disitulah sumber pendapatan sebuah kapal pengangkut ditentukan. Ruang muat menampung benda-benda yang akan diantar dari satu tempat ke tempat lain. Dari situlah biaya pengangkutan akan dibebankan kepada penyewa kapal dan pihak pemilik kapal yang akan mendapat keuntungannya.

Kapal ikan dibangun untuk melakukan penangkapan ikan di tengah laut. Hasil tangkapan yang telah diangkat dari jaring lantas dimasukkan ke dalam ruang muat untuk kemudian diangkut menuju ke pelabuhan. Jarak antara lokasi penangkapan ikan dengan pelabuhan ikan yang cukup jauh mengharuskan nelayan mengawetkan ikan hasil tangkapannya. Hal ini dilakukan agar ikan yang baru saja ditangkap dari laut tetap dalam keadaan segar sampai di Pelabuhan Perikanan. Ikan dalam kondisi segar memiliki harga yang tinggi saat dijual di tempat pelelangan ikan. Tentunya hal ini akan memberikan keuntungan untuk para nelayan dan pemilik kapal.

(37)

II.2.1. Tipe Pendinginan Ruang Muat

Berdasarkan karakteristik kapal ikan untuk beberapa sampel daerah di Pulau Jawa, maka pendingin ruang muat kapal penangkap ikan yang berukuran >30 GT dapat digolongkan ke dalam tiga jenis:

1. Pendinginan dengan Balok Es

2. Pendinginan dengan Condensing Unit 3. Pendinginan dengan Es Curah

Masing-masing tipe tersebut memiliki karakteristiknya masing-masing sesuai dengan tempat digunakan dan kapasitas ruang muat yang ada. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing tipe pendinginan ruang muat:

 Pendinginan dengan Balok Es

Gambar II. 4. Balok Es (Sumber: Bayu, 2016)

Balok es yang dimaksud adalah hasil pembekuan air berbentuk balok berukuran kurang lebih 800 x 350 x 350 milimeter yang dilakukan di pelabuhan perikanan untuk keperluan pembekuan ikan tangkap dari kapal perikanan. Balok es dijual kepada nelayan untuk pasokan bahan pendingin selama durasi pelayaran tertentu. Berikut ini adalah kelebihan dan kelemahan Balok Es untuk pendinginan palka ikan:

Kelebihan:

1. Harga yang terjangkau oleh nelayan

2. Bentuknya yang praktis mempermudah dalam penggunaan karena hanya tinggal dipecahkan dengan palu lalu dimasukkan ke ruang muat bersama ikan hasil tangkapan

3. Mudah didapatkan apabila stoknya habis

Kekurangan:

(38)

2. Apabila ruang muat kapal ikan belum penuh dengan hasil tangkapan namun es batunya sudah habis, maka pelayaran harus segera dihentikan untuk mencegah ikannya membusuk

3. Membutuhkan ruang khusus dalam lambung kapal untuk menyimpan stok  Pendinginan dengan Condensing Unit

Gambar II. 5. Condensing Unit

Pendinginan jenis ini mengadaptasi sistem pendinginan pada penyimpanan beku di darat. Terdapat evaporator yang melakukan pertukaran udara dingin di dalam ruangan pendingin dan condensing unit yang terdiri dari pipa kapiler dan kondensor untuk melakukan pembuangan panas keluar dari sistem pendingin. Refrigeran yang berperan sebagai obat pendingin, yaitu pembawa suhu panas dari ruangan pendingin, dipompa ke dalam sistem pendingin oleh kompresor. Hal ini dimaksudkan agar siklus pendinginan berjalan lancar dan dapat terjadi pertukaran udara panas dan dingin dari dalam cold

storage ke lingkungan. Berikut ini adalah kelebihan dan kelemahan Condensing Unit

untuk pendinginan palka ikan:

Kelebihan:

1. Dapat mendinginkan hasil tangkapan ikan sampai 4 bulan

2. Memperpanjang durasi pelayaran guna mendapatkan hasil tangkapan yang lebih banyak

3. Lebih efektif dari segi penyimpanan, karena dalam ruang muat hanya terdapat ikan saja yang disusun dalam rak khusus

Kekurangan:

1. Memakan biaya perawatan yang lebih tinggi dari es batu

2. Saat terjadi kebocoran pipa pendingin, refrigeran yang ada didalamnya akan cepat habis dan harus dilakukan reparasi di galangan

3. Dibutuhkan proses defrosting untuk membersihkan pipa evaporator dari bunga es setelah pemakaian

Gambar

Tabel IV. 2. Jumlah Kapal Ikan Berpendingin di Indonesia (2003-2015)  Tahun  50 - 100  GT  100 -  200 GT  200 -  300 GT  300 -  500 GT  2003  1.698  1.373  229  132  2004  1.740  1.415  251  121  2005  2.160  1.835  201  124  2006  1.926  1.601  218  132
Gambar IV. 9. Grafik Peningkatan Produksi Perikanan Laut   (Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016
Gambar IV. 17. Scatter Plot untuk Peramalan Kapal Ikan Ukuran 101-200 GT
Gambar IV. 18. Scatter Plot untuk Peramalan Kapal Ikan Ukuran 201-300 GT
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari pengujian ini adalah menemukan komposisi campuran FRP yang sesuai untuk kapal ikan dan memenuhi sifat mekanik yang disyaratkan oleh BKI, serta campuran FRP