• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PERENCANAAN INDUSTRI KOMPONEN PERALATAN PENDINGIN RUANG

V.1. Analisis Teknis

V.1.2. Perencanaan Lokasi Industri

Pertimbangan yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah: kondisi lahan, ketersediaan bahan baku, ketersediaan tenaga kerja, kecukupan infrastruktur, rencana tata ruang terkait, pertimbangan pemasaran, dan modal. Lokasi yang dilakukan penilaian adalah:

1. Kawasan Industri Candi Jln. Gatot Subroto, Blok 27 No. 9 Kav. 14, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang, Jawa Tengah

2. Jalan Raya Daendels Km 53 Tuban-Gresik, Kelurahan Sidokelar, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur 62264

3. Jalan Raya Daendels Km. 34 Tuban-Gresik, Kelurahan Wotan, Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik, Jawa Timur 61156

Masing-masing lokasi memiliki kriteria dan kualitas yang layak, namun harus dipilih satu lokasi sebagai lahan untuk industri komponen pendingin. Pemilihan lahan yang tersedia menggunakan dasar pemilihan lokasi industri dengan pembobotan. Terdapat beberapa aspek yang dinilai, lalu masing-masing aspek tersebut diberikan penilaian sesuai kenyataan. Calon lokasi dengan nilai paling tinggi yang akan dipilih sebagai lokasi untuk pengembangan industri komponen refrigerasi ruang muat kapal perikanan. Penjelasan lebih detail mengenai penilaian masing-masing lokasi adalah sebagai berikut:

a. Lokasi Pertama

Gambar V. 5. Lokasi Pertama di Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang

Kawasan Industri Candi yang terletak di Kota Semarang merupakan kawasan

industrial estate yang terkenal di Semarang. Dapat dilihat pada Gambar V.5. bahwa

kawasan yang didirikan khusus untuk aktivitas industri ini membuat akses dan lingkungannya mendukung untuk dilewati truk-truk container dan kendaraan berat lainnya. Kawasan ini juga memiliki jarak yang dekat dengan pelabuhan Tanjung Emas dan jalan raya antar kota. Dapat dilihat peta lokasi pertama pada Gambar V.6. yang ditandai dengan pin merah bahwa kavling tersebut memiliki luas 1297,17 m2. Kavling tersebut terletak diatas kontur tanah yang padat dengan sedikit bebatuan disekitarnya.

Gambar V. 6. Peta Lokasi Pertama di Kota Semarang

Berdasarkan survei yang telah dilakukan pada lokasi pertama yang terletak di

Kawasan Industri Candi Jalan Gatot Subroto, Blok 27 No. 9 Kav. 14, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang, Jawa Tengah maka didapatkan informasi sebagai berikut:

a. Kondisi Lahan

Pertimbangan kondisi lahan dalam penentuan lokasi industri komponen pendingin ruang muat ikan terdiri atas kemampuan lahan dan penggunaan lahan. Keterangan lebih lanjut dijabarkan dalam penjelasan berikut ini:

 Kemampuan Lahan

Kemampuan lahan diperoleh dari kondisi kemiringan yang ada di lokasi. Berdasarkan data tersebut, diperoleh klasifikasi menjadi tiga kelas yaitu kemampuan lahan Rendah (kelas 1) yaitu kemiringan >15%, kemampuan lahan Menengah (kelas 2) yaitu kemiringan 5%-15%, dan kemampuan lahan Tinggi (kelas 3) yaitu kemiringan 0%-5%. Adapun klasifikasi kesesuaian lahan tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel V. 4. Kriteria Kesesuaian Berdasarkan Kemampuan Lahan pada Lokasi Pertama

Kelas Kemampuan Lahan Nilai Faktor Pertimbangan

Rendah (Kelas 1) 1 Rendahnya kemampuan lahan dikarenakan kondisi yang curam dan rawan bencana

Menengah (Kelas 2) 2 Kemampuan lahan yang cukup baik, walaupun terletak di tanah yang memiliki kemiringan 5%-15%

Tinggi (Kelas 3) 3 Kemampuan lahan yang baik, dari segi topografi memiliki lahan yang landai, tekstur tanah cocok untuk didirikan bangunan, dan bukan merupakan daerah yang rawan bencana

Berdasarkan hasil peninjauan langsung ke lokasi, didapatkan bahwa kemampuan lahan untuk lokasi Kawasan Industri Candi Jalan Gatot

Subroto, Blok 27 No. 9 Kav. 14, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang, Jawa Tengah tergolong ke dalam Klasifikasi Tinggi (Kelas 3). Hal tersebut

dikarenakan daya dukung calon lokasi yang baik ditinjau dari kontur lahan yang landau, jenis tekstur tanah sedang, dan lokasi terletak di lokasi yang bukan rawan terjadi bencana. Jadi dapat disimpulkan bahwa lokasi pertama

 Penggunaan Lahan

Lahan tempat calon lokasi industri komponen pendingin nantinya akan sangat penting bagi kelancaran proses produksi dan distribusi. Lahan yang telah ada memiliki fungsinya masing-masing. Penggunaan lahan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu: Kawasan Perumahan, Kawasan Industri, dan Kawasan Pelabuhan. Adapun klasifikasi penggunaan lahan tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel V. 5. Kriteria Kesesuaian Berdasarkan Penggunaan Lahan pada Lokasi Pertama

Kelas Kemampuan Lahan Nilai Faktor Pertimbangan

Kawasan Perumahan 1 Calon lokasi yang kurang sesuai untuk didirikan industri komponen pendingin cold storage

Kawasan Industri 2 Calon lokasi yang cukup baik untuk didirikan industri komponen pendingin cold storage

Kawasan Pelabuhan 3 Calon lokasi yang sangat baik untuk didirikan industri komponen pendingin cold storage

Berdasarkan hasil pengamatan langsung ke lokasi, didapatkan bahwa penggunaan lahan untuk lokasi Kawasan Industri Candi Jalan Gatot

Subroto, Blok 27 No. 9 Kav. 14, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang, Jawa Tengah termasuk ke dalam klasifikasi Kawasan Industri yang

merupakan calon lokasi yang cukup baik untuk didirikan industri komponen pendingin cold storage. Jadi dapat disimpulkan bahwa lokasi pertama

bernilai 2.

b. Ketersediaan Bahan Baku

Faktor berikutnya dalam pertimbangan pemilihan lokasi industri adalah ketersediaan bahan baku. Bahan baku merupakan hal penting dan faktor yang mempengaruhi kelancaran kegiatan suatu industri. Variabel yang terkait dengan pembobotan ketersediaan bahan baku untuk lokasi industri komponen cold

storage adalah kuantitas bahan baku, kontinuitas bahan baku, dan jarak bahan

baku tersebut ke lokasi yang akan kita pilih. Ketiganya memiliki keterkaitan namun tidak menutup kemungkinan untuk variabel lain sebagai varaibel yang dominan. Berikut ini merupakan data mengenai perusahaan pengolah baja dan supplier untuk produk polyurethane di sekitar Wilayah Semarang:

Tabel V. 6. Ketersediaan Bahan Baku pada Lokasi Pertama

No. Nama Perusahaan Alamat

1 Semarang Perkasa Stalindo (Pelat

Baja)

Jln. Gatot Subroto Blok B/1, Kawasan Industri Candi, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang

2 PT. Semarang Makmur (Pelat

Baja)

Jln. Simongan 102, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang

3 PT. Raja Besi Jln. Dr. Setiabudi No. 117 Srondol Wetan,

Banyumanik, Kota Semarang

4 Davin Cool Refrigeration Parts Jln. Jendral Sudirman 141A, Kota Semarang

Data diatas didapatkan berdasarkan pengamatan dan pencarian selama melakukan survei. Sementara itu, perusahaan tempat penulis melakukan pengamatan menyuplai bahan baku insulasi yaitu polyurethane dari Surabaya. Jadi hanya bahan baku pelat baja dan material saja yang dapat menunjang industri komponen pendingin di lokasi pertama. Berikut ini adalah pembobotan lokasi berdasarkan kuantitas bahan baku, kontinuitas ketersediaan bahan baku, dan jarak bahan baku:

 Kuantitas Bahan Baku

Jumlah bahan baku yang akan digunakan selama proses produksi sangat penting untuk diperhitungkan dalam perencanaan lokasi industri karena merupakan input kegiatan produksi. Adapun klasifikasi kesesuaian lahan berdasarkan kuantitas bahan baku untuk industri komponen pendingin adalah sebagai berikut:

Tabel V. 7. Ketersediaan Bahan Baku berdasarkan Kuantitas Bahan Baku pada Lo kasi Pertama.

Kuantitas Bahan Baku Nilai Faktor Pertimbangan

Jumlah Bahan Baku Tidak Ada 1 Sama sekali tidak terdapat bahan baku, maka tidak akan mendukung industri komponen pendingin

Jumlah Bahan Baku Terbatas 2 Bahan baku terbatas, namun masih dapat mendukung industri komponen pendingin

Jumlah Bahan Baku Melimpah 3 Bahan baku berlimpah, akan sangat mendukung untuk industri komponen pendingin

Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa jumlah bahan baku pada lokasi pertama adalah terbatas pada baja saja, sementara bahan baku untuk membuat insulasi ruangan pendingin baru ada di Surabaya

 Kontinuitas Bahan Baku

Setelah jumlah bahan baku dapat diperkirakan, ketersediaan bahan baku yang kontinu dan berkelanjutan setiap tahun sangat mendukung industri komponen pendingin. Untuk itulah kontinuitas bahan baku menjadi pertimbangan berikutnya dalam menentukan calon lokasi industri komponen pendingin ruang muat. Analisa yang dipakai untuk pembobotan kontinuitas bahan baku adalah tidak kontinu, kontinuitas menengah, dan kontinuitas tinggi.

Tabel V. 8. Ketersediaan Bahan Baku berdasarkan Kontinuitas Bahan Baku pada Lokasi Pertama

Tingkat Kontinuitas Nilai Faktor Pertimbangan

Tidak Kontinu 1 Ketersediaan bahan baku sama sekali tidak kontinu, tidak cocok untuk lokasi industri komponen pendingin

Kontinuitas Menengah 2 Ketersediaan bahan baku dengan kontinuitas menengah yang masih dapat mendukung proses produksi dalam industri komponen pendingin

Kontinuitas Tinggi 3 Ketersediaan bahan baku dengan kontinuitas tinggi, sangat mendukung proses produksi dalam industri komponen pendingin

Berdasarkan data diatas, lokasi pertama memiliki kriteria kontinuitas bahan baku yang tinggi. Hal ini dikarenakan adanya perusahaan yang memproduksi bahan baku yang dibutuhkan untuk menjalan produksi dalam industri komponen pendingin. Jadi dapat disimpulkan bahwa lokasi

pertama bernilai 3.

 Jarak Bahan Baku

Jarak bahan baku yang dipertimbangkan dalam hal ini adalah jarak antar kecamatan dalam satu kota antara calon lokasi yang ditinjau dengan lokasi penghasil bahan baku. Semakin dekat lokasi yang kita tinjau terhadap lokasi bahan baku, maka semakin mudah juga kita memperoleh bahan baku untuk proses produksi. Kesesuaian lokasi industri komponen pendingin ruang muat berdasarkan jarak bahan baku adalah sebagai berikut:

Tabel V. 9. Ketersediaan Bahan Baku berdasarkan Jarak Bahan Baku pada Lokasi Pertama

Tingkat Kontinuitas Nilai Faktor Pertimbangan

Kecamatan tersebut tidak berbatasan langsung dengan kecamatan penghasil bahan baku

1 Jarak antara calon lokasi industri dengan lokasi penghasil bahan baku adalah jauh

Kecamatan tersebut berbatasan langsung dengan kecamatan penghasil bahan baku

2 Jarak antara calon lokasi industri dengan lokasi penghasil bahan baku cukup dekat

Kecamatan tersebut merupakan kecamatan penghasil bahan baku

3 Jarak antara calon lokasi industri dengan lokasi penghasil bahan baku adalah dekat

Berdasarkan data diatas, kecamatan tersebut berbatasan langsung dengan kecamatan penghasil bahan baku dan terletak di dalam kota yang sama yaitu Kota Semarang. Artinya jarak antara calon lokasi industri komponen pendingin ruang muat kapal ikan ini cukup dekat dengan penghasil bahan baku. Jadi dapat

disimpulkan bahwa lokasi pertama bernilai 2.

c. Ketersediaan Tenaga Kerja

Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia akan menggerakan proses produksi dalam industri komponen pendingin. Penentuan lokasi industri mempertimbangkan ketersediaan tenaga kerja secara kuantitas, seberapa banyak jumlah angkatan kerja yang secara resmi terdaftar sebagai pengangguran atau sedang mencari pekerjaan. Secara kualitas, tenaga kerja juga dipertimbangkan dengan memperhatikan aspek tingkat pendidikan, kemampuan, serta keterampilan yang menjadi kebutuhan industri tersebut. Jumlah penduduk Semarang yang membutuhkan pekerjaan dapat dilihat dari data pencari kerja yang mendaftarkan diri di Kantor Disnakertrans Kota Semarang. Data tersebut dirinci menurut jenis pendidikan pada tahun 2015, dapat dilihat dalam Tabel berikut ini:

Tabel V. 10. Data Pencari Kerja di Semarang (2015)

Tingkat

Pendidikan Pria Wanita Subtotal

SD 3 8 11 SMP 52 73 125 SMA/SMK 172 1136 1308 Diploma 1138 1897 3035 Sarjana 1727 2014 3741 Total 3092 5128 8220

Jumlah calon pekerja berdasarkan pendidikan terakhirnya per tahun 2015 dapat dilihat dalam Tabel V.11. berikut ini:

Tabel V. 11. Jumlah Pekerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kawasan Semarang

Kecamatan

2015

Banyaknya Pekerja menurut Pendidikan (Jiwa)

SD SMP SMA D1- D2- D3 D4 - S1 Mijen 3508 2035 12983 9687 6040 Gunungpati 4135 4217 10587 4468 4785 Banyumanik 8645 10010 23495 16860 25706 Gajahmungkur 603 17454 27714 9211 4732 Smg Selatan 3753 6523 12682 5079 5461 Candisari 1357 8294 16031 9992 6015 Tembalang 19150 27449 31373 6044 7619 Pedurungan 9118 20053 34523 8864 5271 Genuk 11589 10588 16225 4747 4382 Gayamsari 5732 10223 17356 5957 5715 Smg Timur 9844 10734 17043 4512 5438 Smg Utara 13796 13899 30850 5401 5418 Smg Tengah 5265 15068 9692 4468 3665 Smg Barat 10261 20135 32718 12959 10660 Tugu 3520 4487 5714 1506 1455 Ngaliyan 14054 14779 17450 8420 8519 Kota Semarang 124330 195948 316436 118175 110881

(Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016)

Tingkat pendidikan penduduk dari 17 Kecamatan yang ada di Semarang pada Tahun 2015 dapat dilihat pada Gambar V.7 berikut ini:

Gambar V. 7. Jumlah Pekerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kota Semarang (2015)

(Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016)

SD 14% SMP 23% SMA 36% D1- D2- D3 14% D4 - S1 13%

Jumlah Pekerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Semarang SD SMP SMA D1- D2- D3 D4 - S1

Dari grafik diatas, dapat diketahui bahwa lulusan terbanyak untuk penduduk Semarang yang potensial kerja adalah pada jenjang SMA. Hal tersebut dapat menunjang industri komponen pendingin dalam hal ketersediaan tenaga kerja. Tabel V.12. berikut adalah daftar lembaga pendidikan setingkat SMK dan Perguruan Tinggi yang terdapat di Kawasan Semarang:

Tabel V. 12. Daftar Sekolah Menengah di Lokasi Pertama

No. Nama Lembaga Pendidikan Alamat

1 SMK Bagimu Negeriku Jln. Palir Raya No. 66-68, Kota Semarang

2 SMK Bina Nusantara Jln. Kemantren No. 5, Kota Semarang

3 SMK Islamic Centre Baiturrahman Jln. Abdul Rahman Saleh No.285, Kota

Semarang

4 SMK Setiabudhi Semarang Jln. WR. Supratman No. 37, Kota Semarang

5 SMK Nusa Bhakti Semarang Jln. Wologito Barat No. 125, Kembang

Arum, Seamrang Barat, Kota Semarang

6 Universitas Diponegoro Jln. Prof. Soedarto, Tembalang, Kota

Semarang

7 Universitas Negeri Semarang Jln. Taman Siswa, Sekarang, Gunung Pati,

Kota Semarang

8 Politeknik Negeri Semarang Jln. Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang,

Kota Semarang

9 Universitas Dian Nuswantoro Jln. Nakula I No. 5-11, Kota Semarang

10 STIE Pelita Nusantara Jln. Slamet Riyadi No. 40, Gayamsari, Kota

Semarang

11 STIE Totalwin Jln. Kyai Soleh, Randusari, Semarang

Selatan, Kota Semarang

12 STIE Widya Maggala Jln. Sriwijaya 32, Wonodri, Semarang

Selatan, Kota Semarang

(Sumber: Dinas Pendidikan Kota Semarang, 2016)

Berdasarkan data diatas, jumlah penduduk Semarang yang berusia potensial kerja dengan ditambah sarana pendidikan yang memadai, dirasa cukup untuk menghasilkan tenaga kerja yang terampil dan handal sesuai bidangnya. Adapun klasifikasi ketersediaan tenaga kerja adalah sebagai berikut:

Tabel V. 13. Kriteria Ketersediaan Tenaga Kerja pada Lokasi Pertama

Ketersediaan Tenaga Kerja Nilai Faktor Pertimbangan

Ketersediaan Tenaga Kerja Tidak Ada

1 Tidak ada persediaan tenaga kerja sama sekali,

maka tidak mendukung industri komponen pendingin

Ketersediaan Tenaga Kerja Nilai Faktor Pertimbangan

Ketersediaan Tenaga Kerja Terbatas

2 Terbatasnya persediaan tenaga kerja, maka

masih dapat mendukung industri komponen pendingin

Ketersediaan Tenaga Kerja Banyak

3 Ketersediaan tenaga kerja yang sangat

memadai, sangat mendukung untuk industri komponen pendingin

Berdasarkan data tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa ketersediaan tenaga kerja di lokasi pertama berlimpah. Banyaknya ketersediaan calon tenaga kerja yang terdapat di suatu lokasi menandakan bahwa lokasi tersebut cocok untuk didirikan industri komponen pendingin dari segi ketersediaan tenaga kerja. Jadi

dapat disimpulkan bahwa lokasi pertama bernilai 3.

d. Kecukupan Infrastruktur

Pertimbangan selanjutnya untuk menentukan pembobotan calon lokasi industri komponen pendingin ruang muat adalah kecukupan infrastruktur untuk calon lokasi industri komponen pendingin. Infrastruktur penunjang pada penelitian ini adalah air bersih, listrik, jaringan telepon, dan akses jalan raya. Berikut adalah pembobotan untuk masing-masing aspek pertimbangan:

 Kecukupan Air Bersih

Proses pembuatan komponen pendingin kapal yang salah satunya membutuhkan air bersih untuk proses pengecoran insulasi membuat kecukupan air bersih patutu dipertimbangkan. Air bersih ditinjau dari ketersediaan PDAM maupun air tanah pada daerah tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan analisa terkait kecukupan air bersih. Berikut adalah data penggunaan air bersih di Kota Semarang, meliputi jumlah pelanggan, jumlah volume pemakaian air, dan penjualan air oleh PDAM:

Tabel V. 14. Data Jumlah Penggunaan Air PDAM di Kawasan Semarang (2015)  N o Uraian 2013 2014 2015 1 Jumlah Pelanggan 144.626 152.014 160.427 2 Pemakaian Air (m3) 43.162.544 44.488.536 45.996.714 3 Penjualan Air (Rp) 156.163.337.640 163.453.646.690 170.330.479.455

Data tersebut memaparkan jumlah yang ada sampai tahun 2015. Adapun klasifikasi kesesuaian lokasi berdasarkan kecukupan air bersih adalah sebagai berikut:

Tabel V. 15. Kecukupan Air Bersih pada Lokasi Pertama

Kecukupan Air Bersih Nilai Faktor Pertimbangan

Tidak Memadai 1 Tidak terlayaninya kecukupan air bersih untuk mendukung industri komponen pendingin

Memadai 3 Suplai Air bersih yang sudah memadai dapat mendukung industri komponen pendingin kapal

Dari data pada Tabel V.14. dapat disimpulkan bahwa pasokan air bersih di kawasan Semarang terutama Kecamatan Ngaliyan adalah memadai dan terlayani dengan baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa lokasi pertama

bernilai 3.

 Kecukupan Listrik dan Telepon

Operasional suatu industri didukung penuh oleh suplai listrik yang cukup untuk menggerakan peralatan dan mesin industri serta penerangan. Selain itu jaringan telepon untuk sebuah industri juga sangat penting untuk komunukasi jarak jauh. Oleh karena itu dibutuhkan analisa terkait kecukupan listrik dan telepon. Berikut adalah data mengenai listrik yang terpasang, listrik yang tersambung, dan distribusi listrik ditinjau dari jumlah kWh yang terjual:

Tabel V. 16. Informasi Kelistrikan Kota Semarang (2015)

No Uraian 2013 2014 2015

1 Jumlah Pelanggan 411.575 1.324.677 1.324.677

2 Daya Tersambung (kWh) 1.097.490.457 2.269.871.857 2.269.871.857

3 Listrik yang Terjual (kWh) 205.881.082 4.586.648.043 4.586.648.043

Total 1.303.783.114 6.857.844.577 6.857.844.577

(Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016)

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa lokasi pertama sudah mendapat distribusi listrik yang memadai. Hal tersebut menguntungkan untuk lokasi pertama dan menjadi nilai tambah untuk aspek pembobotan ketersediaan suplai listrik. Klasifikasi kesesuaian lokasi berdasarkan kecukupan listrik dan telepon adalah sebagai berikut:

Tabel V. 17. Kecukupan Suplai Listrik dan Telepon pada Lokasi Pertama

Kecukupan Suplai Listrik dan Telepon

Nilai Faktor Pertimbangan

Tidak Memadai 1 Tidak terlayaninya kecukupan listrik dan telepon untuk mendukung industri komponen pendingin

Memadai 3 Suplai listrik yang sudah memadai dapat mendukung industri komponen pendingin kapal

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa kecukupan suplai listrik dan akses telepon di lokasi pertama terlayani dengan baik. Jadi dapat

disimpulkan bahwa lokasi pertama bernilai 3.

 Kecukupan Akses Jalan Raya

Gambar V. 8. Jalan Raya di Dalam Kawasan Industri Candi Semarang

Akses jalan raya diperlukan dalam aktivitas industri untuk keperluan logistik dan transportasi bahan baku serta produk jadi. Kecukupan jaringan jalan raya yang baik dapat mendukung proses proses industri komponen pendingin kapal ikan. Kendaraan yang digunakan untuk alat transportasi juga memerlukan akses yang layak. Menurut Badan Pusat Statistik (2016), panjang jalan di seluruh wilayah kota Semarang mencapai 2.785,28 km. Dimana bila diliaht dari jenis permukaannya, 1.885,28 km sudah diaspal. Sementara dari kondisinya 56,63% dalam keadaan baik, 26,57% dalam keadaan sedang, dan 16.8% dalam keadaan rusak. Berikut ini adalah data proses pengerasan jalan raya di wilayah Semarang:

Tabel V. 18. Data Proses Pengerasan Jalan Raya Kota Semarang (2015)

Jenis Permukaan Jalan Raya

Status Jalan (km)

Nasional Provinsi Kab/Kota/Lokal Jumlah/Total

Aspal 68,12 27,16 1.745,00 1.840,28

Kerikil 0,00 0,00 83,00 83,00

Tanah 0,00 0,00 171,00 171,00

Tidak dirinci 0,00 0,00 691,00 691,00

JUMLAH 68,12 27,16 2.690,00 2.785,28

(Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016)

Dari data proses pengerasan jalan raya yang telah dipaparkan tersebut, kondisi ruas jalan masing-masing dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel V. 19. Kondisi Jalan Raya di Wilayah Semarang (2015)

Kondisi Jalan

Status Jalan (km)

Nasional Provinsi Kab/Kota/Lokal Jumlah/Total

Baik 68,12 27,16 1.433,00 1.528,28

Sedang 0,00 0,00 767,00 767,00

Rusak 0,00 0,00 351,00 351,00

Rusak Berat 0,00 0,00 139,00 139,00

JUMLAH 68,12 27,16 2.690,00 2.785,28

(Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016)

Klasifikasi kesesuaian lokasi berdasarkan kecukupan jaringan jalan raya adalah sebagai berikut ini:

Tabel V. 20. Kecukupan Jaringan Jalan pada Lokasi Pertama

Kecukupan Jaringan Jalan Nilai Faktor Pertimbangan

Akses jalan tidak memadai 1 Akses jalan yang tidak memadai dari segi kondisi jalan dan ketersediaan ruas jalan raya

Akses jalan memadai 3 Akses jalan yang memadai dari segi kondisi jalan dan ketersediaan ruas jalan raya

Berdasarkan data yang tersedia dan kondisi jalan raya dalam Tabel V.19., dapat disimpulkan bahwa ketersediaan jaringan jalan raya untuk lokasi pertama adalah memadai dan layak untuk digunakan. Jadi dapat

disimpulkan bahwa lokasi pertama bernilai 3.

e. Rencana Tata Ruang Terkait Penentuan Lokasi

Menentukan lokasi yang akan didirikan industri komponen pendingin ruang muat kapal ikan harus menyesuaikan rencana tata ruang pada lokasi yang akan dipilih. Rencana tata ruang dalam suatu wilayah akan menentukan rencana

pengembangan suatu wilayah. Jadi di masa yang akan datang tidak akan terjadi hal-hal yang menyulitkan seperti wilayah industri yang berubah fungsi menjadi area perumahan atau area pendidikan.

Gambar V. 9. Rencana Tata Kota untuk Kecamatan Ngaliyan

(Sumber: Peraturan Daerah Kota Semarang, 2011)

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang Tahun 2011-2031 pada Gambar V.9. lokasi pertama yang terletak di Kecamatan Ngaliyan (lingkaran putih) akan dikembangkan menjadi kawasan industri. Hal ini dapat menguntungkan karena lokasi yang ditinjau menjadi semakin layak untuk dijadikan industri komponen pendingin. Pertimbangan selanjutnya dalam rencana tata ruang terkait lokasi pertama adalah SSWP. Sub Satuan Wilayah Pengembangan (SSWP) dalam suatu kawasan dibagi kedalam empat jenis, yaitu Wilayah Pertanian, Wilayah Peternakan, Wilayah Industri, dan Wilayah Pelabuhan. Klasifikasi kesesuaian lokasi berdasarkan tata ruang adalah sebagai berikut:

Tabel V. 21. Pemilihan Lokasi Berdasarkan Tata Ruang Terkait pada Lokasi Pertama

Rencana Tata Ruang Terkait Nilai Faktor Pertimbangan

SSWP 1 untuk wilayah Pertanian 1 Arahan pengembangan tidak sesuai untuk industri komponen pendingin

SSWP 2 untuk wilayah Peternakan 1 Arahan pengembangan tidak sesuai untuk industri komponen pendingin

SSWP 3 untuk wilayah Industri 3 Arahan pengembangan sesuai untuk industri komponen pendingin

Rencana Tata Ruang Terkait Nilai Faktor Pertimbangan

SSWP 4 untuk wilayah Pelabuhan 3 Arahan pengembangan sangat sesuai untuk industri komponen pendingin

Nilai indikator hanya ada dua pembobotan, 1 untuk lokasi yang tidak sesuai untuk industri komponen pendingin ruang muat ikan dan 3 untuk lokasi yang sesuai untuk industri komponen refrigerasi kapal ikan. Hal ini dikarenakan kriteria kecocokan lokasi berdasarkan rencana tata ruang hanya dapat ditentukan dengan tidak cocok dan cocok saja, jadi tidak ada nilai 2 (cukup cocok) dalam pembobotan.

Berdasarkan data dalam Gambar V.9. menunjukkan lokasi pertama yang terletak di kawasan Ngaliyan, Kota Semarang masuk ke dalam SSWP 3 yang merupakan kawasan untuk pengembangan industri dan sesuai untuk industri komponen pendingin. Jadi dapat disimpulkan bahwa lokasi pertama

bernilai 3.

f. Pemasaran

Pemasaran hasil produk dari industri komponen pendingin diperlukan untuk dapat meraih keuntungan. Untuk dapat melakukan pemasaran, perlu diketahui permintaan pasar di sekitar lokasi yang akan dipilih. Pertimbangan berikut ini menjadi bahan pembobotan untuk menentukan kelayakan lokasi yang akan didirikan industri komponen pendingin:

 Galangan Kapal Ikan

Berikut ini adalah daftar galangan kapal pembuat kapal perikanan yang membutuhkan pasokan komponen pendingin dan terdapat di Wilayah Semarang dan sekitarnya:

Tabel V. 22. Daftar Galangan di Sekitar Kota Semarang

No. Nama Galangan Alamat

1 CV. Ginantos Putera Jateng Jln. RE. Martadinata Gg. Tongkol, Milingan, Batang

2 CV. Sumber Makmur Jln. Juwana—Rembang km. 8, Desa Bumimulyo,

Kabupaten Pati

3 CV. Bersaudara Jln. Juwana—Rembang km. 8, Desa Bumimulyo,

Kabupaten Pati

4 Kodja Bahari (Persero) Jln. Asahan No. 3 (Pelabuhan), Kota Semarang

5 PT. Yasa Wahana Tirta Samudera Jln. Deli No. 17, Kota Semarang

 Permintaan Pasar Industri Komponen Pendingin Cold Storage

Komponen pendingin yang akan diproduksi tentunya akan dibutuhkan oleh

Dokumen terkait