• Tidak ada hasil yang ditemukan

Directory UMM :Suara_Muhammadiyah:SM_17_02:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Directory UMM :Suara_Muhammadiyah:SM_17_02:"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Fitnah

Oleh Drs. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.Ag.

DALAM percakapan sehari-hari istilah fitnah digunakan dalam pengertian tuduhan

yang dilontarkan kepada seseorang dengan maksud menjelekkan atau merusak nama

baik orang tersebut, padahal dia tidak pernah melakukan perbuatan buruk

sebagaimana yang dituduhkan itu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pun fitnah

diartikan senada, yaitu perkataan yang bermaksud menjelekkan orang, seperti

menodai nama baik, merugikan kehormatan orang. (1990: 242)

Memfitnah dalam pengertian di atas jelas termasuk perbuatan buruk, bahkan

keji. Fitnah seperti itu dapat berakibat fatal, baik bagi korban fitnah secara pribadi,

maupun bagi keluarga, bahkan masyarakat sekalipun. Karir seseorang bisa hancur

gara-gara fitnah, hubungan suami isteri dapat berantakan akibat fitnah, dan seseorang

dapat menderita seumur hidup karena fitnah. Oleh sebab itu, untuk menunjukkan

bahwa fitnah itu sangat keji, masyarakat menyatakan fitnah itu lebih kejam daripada

pembunuhan. Ungkapan ini sebenarnya terjemahan dari sepotong ayat dalam Surat

Al-Baqarah ayat 191:

م

م ههُولهتهقمَاوو

ث

ه يمحو

م

م ههُومهتهفمققثو

م

م ههُوجهرقخمأ

و وو

ن

م مق

ث

ه يمحو

م

م ك

ه ُوجهروخمأو

ةهنوتمفقلمَاوو

ددش

و أو

ن

و مق

ل

ق تمقولمَا

لووو

م

م ههُولهتقَاقوته

دونمعق

دقجقس

م مولمَا

م

ق َاروح

و لمَا

َّىتتحو

م

م ك

ه ُولهتقَاقويه

هقيفق

ن

م إقفو

م

م ك

ه ُولهتوَاقو

م

م ههُولهتهقمَافو

ك

و لقذوكو

ءهَازوجو

ن

و يرقفقَاك

و لمَا

“Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah

(2)

bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil

Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi

kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang

kafir.” (Q.S. Al-Baqarah 2:191)

Memang benar dalam ayat di atas disebutkan bahwa fitnah itu lebih besar

bahayanya dari pembunuhan, tetapi apakah fitnah yang dimaksud dalam ayat tersebut

sama artinya dengan fitnah yang kita gunakan sehari-hari? Mari kita lihat dalam

konteks apa ayat ini diturunkan.

Sewaktu berada di Makkah, kaum Muslimin sama sekali tidak mendapatkan

kebebasan untuk menjalankan ajaran agama yang mereka yakini. Bahkan mereka

mendapatkan hinaan, cacian, tekanan, sampai kepada teror fisik dari orang-orang

kafir Quraisy. Akhirnya mereka terpaksa hijrah ke Yatsrib yang kemudian populer

dengan sebutan Madinatun Nabi atau al-Madinah al-Munawwarah.. Setelah di

Madinah inilah baru kaum Muslimin diizinkan untuk berperang melawan

orang-orang kafir Mekkah. Pada ayat sebelumnya (2:190), Allah SWT memerintahkan

kepada kaum Muslimin memerangi-pada jalan Allah-orang-orang yang dulu dan

sampai sekarang terus memerangi mereka. Tetapi perang itu harus ada batasnya,

tidak boleh berlebihan. Perang dilancarkan bukanlah atas nama harta, tanah air,

kedudukan, kekuasaan dan semacamnya, apalagi untuk melampiaskan dendam, tetapi

haruslah atas nama Allah, pada jalan Allah, untuk menjamin kebebasan menjalankan

agama Allah atau untuk meninggikan kalimat Allah di atas permukaan bumi ini.

Pada ayat 191, Allah SWT memerintahkan kaum Muslimin memerangi

(3)

kaum Muslimin dari Makkah sebelumnya. Pada saat itu kaum Muslimin diizinkan

memerangi orang-orang kafir Mekkah di mana saja dijumpai kecuali di Masjid

Haram. Yang diperangi hanyalah orang-orang kafir yang mengangkat senjata dan

juga memerangi kaum Muslimin, tidak boleh meluas dengan juga memerangi siapa

saja orang-orang kafir yang ditemui. Orang-orang kafir yang tidak melawan, yang

mau berdamai, tidak membahayakan bagi dakwah Islam seperti kaum perempuan,

anak-anak, orang-orang tua, para ahli ibadah yang kerjanya hanya semata-mata

beribadah, tidak boleh diperangi.

Setelah perintah perang total dan pengusiran terhadap orang-orang kafir yang

memusuhi dan memerangi serta mengusir umat Islam pada ayat di atas, barulah Allah

SWT langsung menyebutkan bahwa fitnah itu lebih berbahaya dari pada

pembunuhan. Dari konteks ayat jelas yang dimaksud dengan fitnah di sini bukanlah

fitnah seperti yang kita gunakan dalam percakapan sehari-hari. Tapi fitnah itu

menyangkut sikap orang-orang kafir terhadap Islam dan umatnya. Menurut Sayyid

Quthub (I:189), yang dimaksud dengan fitnah dalam ayat ini adalah fitnah terhadap

agama Islam dan umatnya, baik berupa ancaman, tekanan dan teror secara fisik,

maupun berupa sistem yang merusak, menyesatkan dan menjauhkan umat manusia

dari sistem Allah . Sistem komunis dengan idologi ateis menurut Sayyid Quthub

termasuk salah satu contoh fitnah terhadap agama yang boleh diperangi. Semua

sistem yang mengharamkan pengajaran agama dan membolehkan pengajaran

ateisme, sistem yang menghalalkan semua yang diharamkan Allah seperti zina dan

minuman keras dan sebaliknya menganggap buruk semua keutamaan yang diajarkan

(4)

agama yang diayakininya adalah fitnah terhadap agama. Fitnah seperti itulah,

menurut Sayyid Quthub yang lebih berbahaya daripada pembunuhan.

Dalam ayat lain fitnah terhadap agama dan kebebasan beragama itu disebut

juga oleh Allah sebagai fitnah yang lebih besar dari pembunuhan. Allah SWT

berfirman:

ك

و نوُولهأوس

م يو

ن

ق ع

و

رقهمش

ت لَا

م

ق َاروح

و لمَا

ل

ل َاتوقق

هقيفق

ل

م قه

ل

ل َاتوقق

هقيفق

رليبقكو

ددص

و وو

ن

م ع

و

ل

ق يبقس

و

هقلتلَا

رلفمكهوو

هقبق

دقجقس

م مولمَاوو

م

ق َاروح

و لمَا

ج

ه َاروخمإقوو

هقلقهمأو

ههنممق

رهبوكمأو

دونمعق

هقلتلَا

ةهنوتمفقلمَاوو

رهبوكمأو

ن

و مق

ل

ق تمقولمَا

لووو

ن

و ُولهَازويو

م

م ك

ه نوُولهتقَاقويه

َّىتتحو

م

م ك

ه وددرهيو

ن

م ع

و

م

م ك

ه نقيدق

ن

ق إق

َاُوع

ه َاط

و توس

م َا

ن

م مووو

دمدقتورميو

م

م ك

ه نممق

ن

م ع

و

هقنقيدق

ت

م مهيوفو

ُووههوو

رلفقَاكو

ك

و ئقلووأهفو

ت

م ط

و بقحو

م

م ههلهَاموع

م أو

ِيفق

َايونمددلَا

ةقروخقلمَاوو

ك

و ئقلووأهوو

ب

ه َاح

و ص

م أ

و

رقَانتلَا

م

م هه

َاهويفق

ن

و ودهلقَاخو

“Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram.

Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi

(manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam

dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan

berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak

henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari

agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad

di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah

yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka,

(5)

Ayat ini lebih menegaskan lagi bahwa fitnah yang lebih besar daripada

pembunuhan itu adalah fitnah terhadap Islam dan umatnya. Sekalipun perang dalam

bulan Haram itu dosa besar, tetapi menghalang-halangi orang menegakkan agama

Allah lebih besar lagi dosanya, lebih besar daripada pembunuhan itu sendiri. Ayat ini

turun dilatarbelakangi oleh sebuah peristiwa yang terjadi sebelum Perang Badar

Kubra. Waktu itu Rasulullah SAW menugaskan Abdullah bin Jahasy Radhiyallahu

‘Anhu memimpin sebuah pasukan kecil beranggotakan delapan orang muhajirin

untuk berpatroli. Mereka membawa sebuah perintah tertulis dan tertutup dari Nabi

yang tidak boleh dibuka kecuali setelah menempuh perjalanan dua malam. Setelah

dibuka, tertulis dalam surat itu: “Jika engkau melihat suratku ini, maka teruskanlah

pejalanan sampai Nakhlah—terletak antara Makkah dan Thaif. Dari sana engkau

intip gerak gerik orang-orang Quraisy dan memberitahukannya kepada kami…

Jangan paksa siapapun untuk pergi bersamamu”. Setelah membaca perintah itu,

Abdullah bin Jahasy mengatakan: “Sam’an wa tha’atan”. Kemudian dia berkata

kepada para sahabat yang lain: “Rasulullah SAW telah memerintahkan kepadaku

untuk meneruskan perjalanan ke Nakhlah untuk mengintai gerak-gerik orang-orang

Quraisy. Saya dilarang untuk memaksa kalian ikut bersamaku. Oleh sebab itu

barangsiapa di antara kalian yang ingin mati syahid, mari kita pergi bersama. Jika

tidak silahkan kembali. Saya akan tetap pergi berdasarkan perintah Rasulullah SAW.”

Lalu Abdullah bin Jahasy berangkat. Ternyata langkahnya diikuti semua sahabatnya,

dan tidak seorangpun yang kembali. Dalam perjalanan menuju Hijaz, onta milik

Sa’ad bin Abi Waqash dan ‘Utbah bin Ghazwan tersesat jalan sehingga keduanya

(6)

di Nakhlah, lewatlah kafilah onta orang-orang Quraisy membawa perdagangan.

Dalam kafilah itu ada ‘Amru bin al-Hadhrami dan tiga orang lainnya. Pasukan kecil

Abdullah bin Jahasy membunuh ‘Amru bin al-Hadhrami dan menawan dua orang

kawannya. Yang satu orang lagi lari. Onta dan harta bawaan mereka diambil sebagai

rampasan perang. Para sahabat Nabi ini mengira hari itu adalah hari terakhir bulan

Jumadil Akhirah, ternyata hari itu sudah tanggal satu Rajab, berarti sudah memasuki

bulan-bulan yang diharamkan berperang. Setelah sampai kembali di Madinah dengan

membawa dua orang tawanan dan rampasan perang, Rasulullah menegur: “Aku tidak

memerintahkan kepada kalian untuk berperang pada bulan Haram”. Rasulullah

enggan menerima tawanan dan rampasan perang tersebut. Melihat respon Rasulullah

SAW, kaum Muslimin mencela perbuatan Abdullah bin Jahasy dan pasukan kecilnya.

Mereka menduga mereka akan celaka. Orang-rang Quraisy juga berkomentar bahwa

Muhammad dan para sahabatnya telah menghalalkan bulan Haram. Mereka

menumpahkan darah, menawan dan merampas harta pada bulan suci itu.

Orang-orang Yahudi pun memberikan komentar negatif. Menyikapi keadaan ini Allah SWT

menurunkan ayat 217 Surat Al-Baqarah ini. Memang berperang dalam bulan Haram

adalah dosa besar, tetapi tindakan orang-orang kafir Quraisy menghalang-halangi

orang-orang Islam memasuki Masjid Haram dan mengusir penduduk Makkah dari

negeri mereka adalah dosa yang lebih besar lagi. Lebih besar dari pada pembunuhan.

Itulah yang diistilahkan oleh Al-Qur’an dalam ayat ini dengan fitnah. Setelah turun

ayat ini berhentilah celaaan terhadap Abdullah bin Jahasy dan anggota pasukannya.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa selama ini kita telah salah kaprah

(7)

daripada pembunuhan. Karena kata fitnah dalam dua ayat yang telah dikutip di atas

sama sekali tidaklah dalam pengertian yang selama ini kita pahami. Walaupun dalam

kasus-kasus tertentu ada fitnah (dalam arti mejelekkan atau merusak nama baik orang

lain) yang akibatnya lebih fatal dan parah daripada pembunuhan, tetapi tetaplah ayat

tersebut tidak tepat dijadikan rujukan pembenar kesimpulan tersebut. Lalu apa istilah

yang digunakan oleh Al-Qur’an untuk fitnah yang berarti merusak nama baik orang

tersebut?

Menurut pemahaman penulis, istilah yang digunakan oleh Al-Qur’an untuk

menunjukkan perbuatan buruk menuduh dan menjelekkan orang lain tanpa dasar

dengan tujuan merusak nama baiknya, adalah ifkun seperti pada ayat berikut ini:

ن

ت إق

ن

و يذقلتَا

َاوءهَاجو

ك

ق فملم

ق َابق

ةلبوص

م ع

ه

م

م ك

ه نممق

لو

ههُوبهس

و ح

م تو

َاررشو

م

م ك

ه لو

ل

م بو

ُووهه

رليمخو

م

م ك

ه لو

ل

ل ك

ه لق

ئ

ل رقممَا

م

م ههنممق

َامو

ب

و س

و توك

م َا

ن

و مق

م

ق ثملم

ق َا

ِيذقلتَاوو

َّىلتُووتو

ههروبمكق

م

م ههنممق

ههلو

ب

ل َاذوع

و

م

ل يظ

ق ع

و

“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari

golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu

bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan

dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian

yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar. ” (Q.S.

An-Nur 24:11)

Ifkun artinya berita bohong. Dalam konteks ayat ini, berita bohong itu adalah

(8)

Sumber

:

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengukuran efektivitas bentuk-bentuk promosi pada Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta menunjukkan bahwa efektivitas media promosi dinilai efektif

[r]

Dengan diperbaharuinya kemasan Khakikakiku, diharapkan dapat membantu memecahkan permasalahan dalam hal pengidentifikasian produk, distribusi, praktis/mudah digunakan oleh

7 Belanja Hibah kepada Dewan Paroki Gereja Katholik (7 lokasi Klaten)

Preparasi yang menghasilkan kadar fosfat terlarut yang tertinggi adalah super fosfat yang di tambah asam organik dan larutan urea lalu dididihkan selama 5 menit.. Kata Kunci:

Tidak hanya gebyok, saya mendapatkan banyak mendengar cerita dari "arga mengenai cerita kali 1engek, maupun cerita tokoh!tokoh yang kini makamnya berada di

Belanja jasa konsultan perencanaan Teknis Pembangunan Gedung Laboratorium Komputer SMAN 1 Kec. Bunguran

Pada Mata kuliah Basis Data 1 diperuntukkan pada perncangan ERD dan Normalisasi, sedangkan pada Basis Data 2 yang merupakan lanjutan dari Basis Data 1 yang mana