• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEMBANGUN KEMANDIRIAN EKONOMI SANTRI MELALUI KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KIAI : STUDI KASUS PONDOK PESANTREN PUTRA MIFTAHUL MUBTADIIN DI KECAMATAN TANJUNGANOM KABUPATEN NGANJUK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MEMBANGUN KEMANDIRIAN EKONOMI SANTRI MELALUI KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KIAI : STUDI KASUS PONDOK PESANTREN PUTRA MIFTAHUL MUBTADIIN DI KECAMATAN TANJUNGANOM KABUPATEN NGANJUK."

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

MEMBANGUN KEMANDIRIAN EKONOMI SANTRI

MELALUI KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KIAI

( Studi Kasus Pondok Pesantren Putra Miftahul Mubtadiin di Kecamatan Tanjunganom Kabupaten Nganjuk )

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam

Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial ( S.Sos. )

Oleh :

AHMAD MUZAKKI B04212001

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

Penelitian Oleh :

Nama : Ahmad Muzakki

NIM : B04212001

Judul : MEMBANGUN KEMANDIRIAN EKONOMI SANTRI MELALUI

KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KIAI ( Studi Kasus

Pondok Pesantren Putra Miftahul Mubtadiin di Kecamatan

Tanjunganom Kabupaten Nganjuk )

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh dosen pembimbing untuk

diujikan.

Surabaya, 5 Agustus 2016

Dosen Pembimbing

(3)

PENGESAHAN TIM PENGUJI

Skripsi oleh Ahmad Muzakki telah dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi

Surabaya, 05 agustus 2016

Mengesahkan,

Unversitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Dekan,

Dr. Hj. Rr. Suhartini, M.Si NIP. 195801131982032001

Penguji I,

Aun Falestien Faletehan, S.Sos.I, M.Fil.I, MHRM NIP. 198205142005011001

Penguji II,

Drs. H. A. Isa Anshori, M.Si 195304211979031021

Penguji III,

Drs. H. Abd. Rahman Chudlori, M.M. 195111041980031001

Penguji IV,

(4)

MOTTO

Tidak Pernah Ada

Cita-Cita

Yang Terlalu Tinggi

Yang Ada Hanyalah

Upaya

Yang Tak Setinggi Cita-Cita

(5)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan pada:

Kiai Pondok Pesantren Miftahul Mubtadiin Nganjuk

Orangtua yang kubanggakan, KH. Moh. Yusuf, Ibu Alfiyah

Sumber kekuatanku, mbak lia, umam, kafa, hakim dan husein.

Segenap keluarga besarku dan almamaterku...

Kata para mahasiswa di kampusku, meneliti atau membuat sebuah

karya besar seperti skripsi ibarat “makan gajah”, sebegitu besarnya

sehingga aku merasa tak akan bisa memakan semuanya, kendala-kendala

seperti mental blok atapun sekedar teknis seperti malas dan sulitnya medan

yang di lalui membuat semuanya seperti tak mungkin bisa terlaksana.

Tapi aku sangat senang karena aku tidak makan gajah itu sendirian,

seiring langkah kaki berjalan, ada orang-orang yang mmbantu

menghabiskan gajah sehingga bisa habis dan tak tersisa.

Ucapan terimakasih tiada terkira kepada orangtua dirumah, Kiai di

pondok pesantren miftahul mubtadiin para guru, ustadz yang selalu

mendoakan sehingga keajaiban-keajaiban sangat aku rasakan dalam proses

penelitian.

Terimakasih kepada orangtua yang selalu percaya dengan

membiarkan aku berkreasi sekuat aku sekarang, memberi fasilitas,

dorongan dan doa yang tiada hentinya.

Terimakasih kepada saudara, kakak dan adik-adikku semua, mbak

(6)

paling dalam, karena kalian, aku selalu bertekad menjadi kuat agar bisa

menjadi panutan yang baik dan benar dijalan Allah Swt.

Terimakasih kepada segenap jajaran dosen khususnya dosen

pembimbing bapak Aun FF, yang menunjukkan sikap “aku bisa” dengan

memberi kesempatan tak terhitung jumlahnya, entah kenapa bapak tak

pernah memarahi, menyalahkan, dan hanya mengarahkan, yang membuat

diri ini malu karena sadar sering salah dan akhirnya sering introspeksi diri.

Terimakasih kepada teman-teman MD1 2012, atas kebersamaan

yang melebihi teman, aku merasa seperti berada dalam keluarga saat

bersama kalian, musyawarah, tour, futsal, buka bersama dan hal-hal gila

lainnya yang kita lakukan bersama takkan pernah kulupakan.

Terimakasih kepada segenap mahasiswa manajemen dakwah yang

percaya dan menjadikan aku sebagai ketua umum manajemen dakwah

2015/2016, pengalaman luar biasa bersama kalian sangat membantu dalam

proses pengerjaan skripsi ini.

Terakhir, masih banyak pihak yang belum aku sebut namanya,

(7)

PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN

OTIENTAS SKRIPSI

Aku yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Ahmad Muzakki

NIM : B04212001

Prodi : Manajemen Dakwah

Judul : Membangun Kemandirian Ekonomi Santri Melalui

kKepemimpinan Transformasional Kiai ( Studi Kasus Pondok

Pesantren Putra Miftahul Mubtadiin di Kecamatan

TTanjunganom Kabupaten Nganjuk )

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi tersebut belum pernah

diajukan kepada lembaga pendidikan tinggi manapun untuk mendapatkan gelar

akademik apapun.

Skripsi tersebut benar-benar hasil karya mandiri peneliti dan bukan

merupakan jiplakan maupun plagiasi atas karya orang lain.

Peneliti bersedia menanggung semua konsekuensi hukum bila ternyata di

kemudian hari diketahui atau terbukti secara sah dan meyakinkan bahwa skripsi

tersebut merupakan hasil plagiasi.

Surabaya, 05 agustus 2016 Yang membuat pernyataan,

Ahmad Muzakki

(8)
(9)

ABSTRACT

Ahmad Muzakki, 2016. Pupils Building Economic Independence Through Transformational Leadership Kiai (case study Miftahul mubtadiin boarding school districts tanjunganom Nganjuk)

Keywords: Transformational Leadership, Economic Independence.

The focus of the issues examined in this study is how the manifestation of the efforts of transformational leadership in building economic independence Kiai students?

In answer to these problems used a qualitative approach case study, which is a qualitative research model that is comprehensive, intense, detailed, in-depth and more focused as an attempt to examine the problems or phenomena that are contemporary. Data collection by interview, documentation and observation. Mechanical validity of the data using triangulation techniques.

(10)

ABSTRAK

Ahmad Muzakki, 2016. Membangun Kemandirian Ekonomi Santri Melalui Kepemimpinan Transformasional Kiai (studi kasus pondok pesantren miftahul mubtadiin kecamatan tanjunganom nganjuk)

Kata kunci : Kepemimpinan Transformasional, Kemandirian Ekonomi.

Fokus masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah Bagaimana manifestasi dari upaya kepemimpinan transformasional Kiai dalam membangun kemandirian ekonomi santri ?

Dalam menjawab permasalahan tersebut digunakan pendekatan kualitatif studi kasus, yaitu suatu model penelitian kualitatif yang bersifat komprehensif, intens, terperinci, dan mendalam serta lebih diarahkan sebagai upaya untuk menelaah masalah-masalah atau fenomena yang bersifat kontemporer. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, dokumentasi dan observasi. Teknik validitas data menggunakan teknik triangulasi.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah Peran Kiai dalam membentuk karakter mandiri ekonomi santri terwujud pada kegiatan-kegiatan yang ada di dalam pondok. Dari kegiatan-kegiatan yang diadakan dan dilakukan, terdapat poin

yang dapat ditangkap sebagai manifestasi peran kepemimpinan

(11)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN DAN OTIENTAS SKRIPSI ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Definisi Konsep ... 9

F. Sistematika Pembahasan ... 13

BAB II. KEMANDIRIAN EKONOMI DAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL... 16

A. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 16

(12)

1. Kepemimpinan Transformasional ... 19

2. Teori Kepemimpinan Transformasional ... 20

3. Teori Kemandrian Ekonomi ... 22

4. Perspektif Islam ... 25

BAB III. METODE PENELITIAN... 29

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 29

B. Lokasi Penelitian ... 30

C. Jenis dan Sumber Data ... 31

1. Jenis Data ... 31

2. Sumber Data ... 32

D. Tahap-tahap Penelitian ... 33

E. Teknik Pengumpulan Data ... 38

F. Teknik Validitas Data ... 41

G. Teknik Analisis Data ... 42

BAB IV. MEMBANGUN KEMANDIRIAN EKONOMI SANTRI MELALUI KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KIAI ... 44

A. Gambaran Umum Objek penelitian ... 44

1. Sejarah berdirinya Pondok ... 44

2. Perkembangan pesantren ... 47

3. Visi, Misi dan Tujuan ... 47

4. Pola Pembelajaran ... 49

(13)

6. Materi Pendidikan ... 51

7. Kondisi Pesantren saat penelitian berlangsung ... 54

8. Letak Geografis Pesantren ... 56

9. Struktur Organisasi Institusi ... 58

B. Penyajian Data ... 62

1. Biografi Kiai Pondok Putra ... 62

2. Unit-unit usaha dan Pengembangan Ketrampilan ... 63

3. Pentingnya Niat dalam Melakukan Sesuatu ... 75

4. Menempatkan permasalahan pada ahlinya... 77

5. Kiai ikut bekerja dengan santri ... 81

6. Santri Bisa Karena Terbiasa ... 82

C. Pembahasan Hasil Penelitian (analisis data) ... 84

1. Karakter kemandirian ekonomi di pondok putra ... 85

2. Manifestasi kepemimpinan transformasional Kiai terhadap perkembangan kemandirian ekonomi ... 93

BAB V. PENUTUP ... 103

A. Kesimpulan ... 103

B. Saran dan rekomendasi ... 104

C. Keterbatasan penelitian ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 106

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel.1 materi pendidikan pesantren ... 52

DAFTAR GAMBAR

Gambar.1 bass aviola theory ... 20

Gambar 2 teori kemandirian ekonomi... 23

Gambar 3 denah lokasi pondok ... 57

Gambar 4 sawah pondok akan ditanami padi ... 66

Gambar 5: tanah kosong disekitar pondok ditanami pisang dan aneka tanaman rempah-rempah ... 66

Gambar 6: santri memugar bangunan yang akan di bangun lantai 2 ... 67

Gambar 7: molen, alat pengaduk semen ... 68

Gambar 8: sapi-sapi yang dimiliki pondok ... 69

Gambar 9: tempat makan ampas tahu sapi ... 70

Gambar 10: tahap 1 Kedelai putih sedang digiling ... 71

Gambar 11: tahap 2 penguapan air ... 71

(15)

Gambar 13: tempe yang sedang dalam proses pematangan ... 73

Gambar 14: Sampul Buku rincian keuangan santri anak-anak ... 79

Gambar 15: isi dari buku rincian keuangan santri anak-anak ... 80

Gambar 16: pengurus sedang membagikan uang harian santri ... 81

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sumber daya manusia mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan

sumber daya lainnya karena sumber daya manusia merupakan aset utama

yang menjadi motor penggerak di muka bumi ini, salah satunya di bidang

ekonomi. Sumber daya manusia pada dasarnya sangat dibutuhkan oleh

perusahaan atau organisasi dalam mencapai tujuannya karena perusahaan

tidak mungkin berjalan tanpa adanya peranan dari manusia.1 Oleh sebab

itu, sumber daya manusia perlu memperoleh perhatian khusus.

Salah satu sumber daya manusia yang utama adalah pemimpin.

Kemampuan seorang pemimpin dalam usahanya mengarahkan dan

mengendalikan para anggotanya untuk mencapai tujuan yang sudah

direncanakan sesuai dengan target dari perusahaan sehingga pemimpin dan

anggotanya diharapkan bekerja sama untuk menjalin hubungan yang baik

dalam mewujudkan keberhasilan sebuah perusahaan. Mengingat

pentingnya sumber daya manusia dalam menentukan keberhasilan dan

perkembangan dari suatu perusahaan, maka sudah selayaknya bagi setiap

perusahaan memberikan segala perhatian kepada para anggota sejak dini

dengan cara memilih pemimpin yang sesuai.

Pemimpin dalam melaksanakan tugasnya dalam mencapai tujuan

perusahaan harus mampu untuk mempengaruhi, menggerakkan, dan

1

(17)

2

mengarahkan suatu tindakan pada diri seseorang atau sekelompok orang,

untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu.2 Jika dalam

perusahaan terjadi ketidakseimbangan tujuan antara pemimpin dan

anggota maka akan berdampak pada perkembangan dari perusahaan

tersebut.

Kepemimpinan dengan pendekatan baru sangat dibutuhkan untuk

mendobrak dominasi perkembangan suatu perusahaan, apalagi saat ini

diikuti era pasar bebas yang menyebabkan persaingan antar perusahaan

akan semakin bebas dan itu juga berdampak pada dunia usaha.

Perubahan-perubahan akan terjadi dengan sangat cepat baik di dalam maupun di luar

lingkungan perusahaan sehingga dibutuhkan kepemimpinan transformatif,

yang mampu mengembangkan dan menggerakkan anggota yang inovatif,

mampu memperdayakan staf dan organisasi ke dalam suatu perubahan

cara berpikir dan memahami tentang tujuan organisasi serta membawa ke

perubahan yang terjadi secara berkesinambungan atau terus-menerus

sehingga memudahkan adaptasi terhadap segala perubahan yang akan

terjadi.

Gaya seorang pemimpin menjadi model yang akan ditiru oleh

bawahan. Gaya kepemimpinan yang baik dan benar jika dilaksanakan

dengan konsisten pasti akan meningkatkan keberhasilan dari perusahaan

yang dipimpin. Dengan penerapan gaya kepemimpinan yang sesuai

diharapkan pemimpin mampu mengamati perkembangan dalam

2

(18)

3

perusahan yang dipimpin sehingga dapat memberikan perubahan ke arah

yang lebih baik pada perusahaan dalam segala aspek maupun dalam

pencapaian tujuan perusahaan.

Kepemimpinan yang kuat dibutuhkan untuk menjaga pelaksanaan

pencapaian tujuan organisasi sesuai dengan visi, misi, dan sasaran yang

telah ditetapkan. Salah satu gaya kepemimpinan yang sesuai dalam

menghadapi segala perubahan dan meningkatkan sikap pro-aktif anggota

yang diterapkan pemimpin dalam memimpin bawahannya adalah

kepemimpinan transformasional.

Istilah kepemimpinan transformasional muncul sebagai pendekatan

penting untuk kepemimpinan, dimulai dengan karya klasik oleh sosiolog

politis, James MacGregor Burns yang bertajuk Leadership.3 Menurut

James MacGregor Burns dalam Mohammad Karim, kepemimpinan

transformasional adalah sebuah proses pemimpin dan para bawahannya

berusaha untuk mencapai tingkat moralitas dan motivasi yang lebih

tinggi.4 Dalam arti, pemimpin transformasional mencoba untuk

membangun kesadaran para bawahannya dengan menyerukan cita-cita

yang besar dan moralitas yang tinggi seperti kejayaan, kebersamaan, dan

kemanusiaan. Secara umum hal itu menggambarkan bagaimana pemimpin

bisa memulai, mengembangkan, dan melaksanakan perubahan yang nyata

dalam organisasi. Pemimpin transformasional memberdayakan para

3

Peter G.northouse,2013, Kepemimpinan, Teori, dan Praktek ,PT Indeks, Jakarta: cet. 6, 176.

4

Mohammad Karim, 2010 Pemimpin Transformasional di Lembaga Pendidikan Islam, UINMALIKI

(19)

4

anggotanya dan memupuk mereka secara bergantian sehingga para

anggota bisa mengubah dirinya sebagai pemimpin yang berkualitas.

Bass dan Aviola menyatakan: “seorang pemimpin dapat

mentransformasi bawahannya melalui empat faktor, yaitu Idealized

Influence, Inspirational Motivation, Intellectual Stimulation, dan

Individualized Consideration.5 faktor-faktor tersebut menjelaskan bahwa

kepemimpinan transformasional merupakan kepemimpinan yang

memberikan makna terhadap anggotanya. Makna mempunyai arti bahwa

pemimpin tersebut bukan hanya mengembangkan perusahaan yang

dipimpinnya, akan tetapi juga memberikan dampak terhadap anggotanya

yaitu dengan selalu memberikan kesempatan dan peluang terhadap

anggotanya agar mereka bisa menjadi lebih baik lagi dan bisa mengubah

dirinya sendiri agar bisa semakin maju.

Pemimpin transformasional dalam mewujudkan visi dan misinya

selalu mengingatkan terhadap anggotanya akan visi dan misi terhadap

perusahaannya. Selain itu pemimpin juga mampu menggerakkan

keberagaman anggotanya dalam pola pikir untuk dapat mengejar visi dan

misi perusahaan, sehingga pemimpin tersebut sebagai pemersatu dalam

keberagaman anggotanya. Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Swt.

dalam surat al-Hujarat ayat 9

                  5

Mohammad Karim, 2010 Pemimpin Transformasional di Lembaga Pendidikan Islam, UINMALIKI

(20)

5                                   

artinya : “Dan apabila ada dua golongan orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari keduanya berbuatzalim terhadap (golongan) yang lain, maka perangilah (golongan) yang berbuat zalim itu, sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah. Jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil, dan berlakulah adil. Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.”6

Rasulullah dalam menyebarkan agama Islam tidak sendirian

melainkan beliau berjihad dengan para sahabat-sahabatnya. Rasulullah

saw. selalu diperintahkan oleh Allah Swt. untuk berjuang bersama-sama

dengan orang - orang yang beriman. Walaupun Rasulullah saw. sendiri

telah dijanjikan akan mendapatkan pertolongan-Nya dan mendapatkan

kemenangan dalam perjuangan beliau, tetapi dalam praktiknya Allah Swt.

selalu memerintahkan Rasulullah saw. agar berjuang bersama-sama

dengan orang yang beriman.

Dalam kepemimpinan transformasional, pemimpin dan anggota juga

berjuang bersama-sama dalam satu visi dan misi untuk memajukan dan

mengembangkan perusahaan, mereka saling memotivasi dan konsisten

dalam mewujudkan visi-misi tersebut. Pemimpin tidak dapat memajukan

perusahaan sendiri tanpa adanya bantuan dari bawahan, intinya kemajuan

dan berkembangnya dalam suatu perusahaan atau lembaga terletak pada

kekuatan internal dalam perusahaan atau lembaga tersebut, bukan pada

kuat atau lemahnya saingan.

6

(21)

6

Kepemimpinan transformasional juga sering tercermin di wilayah

pondok pesantren. Seorang kiai yang memimpin dalam pondok biasanya

dianut oleh santri karena sang Kiai tersebut telah mengamalkan dan

mempraktekkan ilmu yang diajarkan di pondok sehingga para santri

memiliki antusias untuk belajar dan patuh terhadap ajaran Kiai meski

seringkali ketika mengajarkan tidak didasari dengan sebuah dalil yang

bersumber dari kitab. hal tersebut merupakan cerminan kepemimpinan

transformasional dimana pemimpin adalah orang yang menjalankan visi

dimulai dari dirinya sendiri.

Salah satu pondok pesantren di jawa timur yang menggunakan

kepemimpinan transformasional adalah pondok pesantren miftahul

mubtadiin. Profil pondok tersebut adalah Pondok pesantren Miftahul

mubtadiin, didirikan oleh KH. M. Ghozali Manan pada tahun 1940,

terletak di sebelah tenggara kota Nganjuk, tepatnya di dusun Krempyang,

Kelurahan Tanjunganom, Kecamatan Tanjunganom, Kabupaten Nganjuk.

dalam perkembangannya, setelah KH. Moh. ghozali wafat (tahun 1990),

Pesantren Miftahul Mubtadiin diasuh oleh putra-putra beliau yaitu KH.

Moh. Ridlwan Syaibani sebagai pengasuh pondok putra, KH. Moh.

Hamam Ghozali sebagai pengasuh pondok Putri dan Agus Nur Salim

Ghozali sebagai Dewan pembantu dari keduanya dalam mengelola

pesantren.

Pada periode tersebut, perkembangan pondok pesantren dan unit

(22)

7

signifikan dengan membuka pendidikan madrasah dengan metode

Kurikulum Departemen Agama (Depag) mulai dari tingkat ibtidaiyah

sampai jenjang Aliyah. pada perkembangan selanjutnya, unit pendidikan

bertambah lagi dengan membuka dua pendidikan setelah Aliyah, yaitu

Takhassus/ Forum Kajian Khusus Kitab Kuning (FK4) dan Kampus

Sekolah Tinggi Agama Islam Darussalam (STAIDA).

Kepemimpinan transformasional pondok pesantren Miftahul

mubtadiin tercermin ketika pondok ini mendirikan sebuah lembaga yang

bernama “Lembaga Islam Al-Ghazali (L.I.G.A)”,lembaga tersebut adalah

pusat yang menaungi semua institusi Pendidikan pondok meliputi

madrasah, pondok pesantren Putra, Pondok Pesantren Putri dan

kegiatan-kegiatan lainya yang semuanya di beri keleluasaan untuk mengembangkan

diri tapi tetap bertanggung jawabnya kepada Lembaga Islam Al-ghozali.

sedangkan mengenai kegiatan kewirausahaan, Kiai menyerahkan tanggung

jawab tersebut pada santri-santri senior yang berpengalaman untuk

pengembangan.

Berdasarkan persoalan di atas dapat dikatakan peranan

kepemimpinan adalah faktor dalam kemajuan suatu perusahaan atau

lembaga sekaligus memiliki pengaruh penting dalam kemajuan dan

motivasi seseorang dalam melakukan sesuatu, termasuk kemandirian.

Bertitik tolak pada latar belakang di atas peneliti ingin meneliti

tentang peran gaya pemimpin yang diterapkan di Pondok Pesantren

(23)

8

di pondok tersebut. Dengan demikian peneliti memberi judul pada

penelitian ini dengan judul “Membangun Kemandirian Ekonomi Santri

Melalui Kepemimpinan Transformasional Kiai (Studi Kasus Pondok

Pesantren Putra Miftahul Mubtadiin di Kecamatan Tanjunganom

Kabupaten Nganjuk)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang

diangkat pada penelitian ini adalah bagaimanakah membangun

kemandirian ekonomi santri melalui kepemimpinan transformasional kiai

di pondok pesanten putra miftahul mubtadiin?

C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya kiai dalam membangun

kemandirian ekonomi santri melalui kepemimpinan transformasional di

Pondok Pesantren Putra Miftahul Mubtadiin Nganjuk.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

informasi, penambahan wawasan, dan pengembangan disiplin ilmu

pengetahuan Manajemen dakwah khususnya dalam pengelolaan

manajemen sumber daya manusia terutama yang berhubungan dengan

kepemimpinan yaitu kepemimpinan transformasional. Selain itu,

(24)

9

bagi siapa saja yang akan meneliti lebih lanjut mengenai gaya

kepemimpinan transformasional.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi

kepada Pondok bahwa gaya kepemimpinan transformasional pada

santri akan berpengaruh terhadap perkembangan dari santri tersebut,

sehingga hasil penelitian ini bisa menjadi salah satu sumber

informasi tentang hal apa yang seharusnya dibenahi pada pondok.

E. Definisi Konsep

Untuk menghindari kerancuan di dalam pemahaman maka penulis

merasa perlu untuk memberikan definisi Konsep dari judul skripsi ini, agar

terjadi kesamaan visi antara penulis dan pembaca ataupun penguji yaitu:

1. Kepemimpinan transformasional

Kepemimpinan transformasional merupakan gaya

kepemimpinan yang menciptakan hubungan antara pemimpin dan

anggota untuk meningkatkan motivasi dan moralitas yang lebih

tinggi.7 Maksudnya, kepemimpinan transformasional mengutamakan

pemberian kesempatan dan atau mendorong semua unsur yang ada di

organisasi untuk bekerja atas dasar visi dan misi yang sudah

diciptakan, sehingga semua unsur yang ada di Pondok (Kiai, kepala

pondok dan santri) bersedia dan tanpa paksaan berpartisipasi secara

optimal dalam rangka mencapai tujuan pondok.

7

(25)

10

Kepemimpinan transformasional mempunyai empat perilaku

khusus yaitu yang pertama adalah kepemimpinan komunikasi

maksudnya adalah seorang pemimpin harus pandai berkomunikasi

dengan anggotanya. Yang kedua yaitu kepemimpinan yang kredibel

(kepercayaan) maksudnya adalah pemimpin harus menumbuhkan rasa

kepercayaan terhadap orang-orang yang ada disekitarnya.8 Yang

ketiga adalah kepemimpinan yang peduli, yaitu para pemimpin

transformasional menunjukkan bahwa mereka peduli terhadap orang.

Peduli berarti menghargai keterampilan-keterampilan dan kemampuan

khusus individu-individu lain.9 Yang keempat adalah menciptakan

berbagai peluang, maksudnya adalah pemimpin transformasional

dalam memberikan peluang dan kesempatan terhadap anggotanya

tidak menganggap hal tersebut menjadi tindakan yang beresiko.10

2. Kemandirian Ekonomi

Dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan bahwa arti dari

kemandirian adalah suatu hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa

bergantung pada orang lain. Kemandirian berawal dari kata “mandiri”

yan mendapat awalan ke- dan akhiran –an yang imbuhan tersebut

menjadikannya kata benda. Kemandirian adalah bentuk sikap terhadap

8

Marshal sashkin dan Molly G.sashkin, Prinsip-prinsip Kepemimpinan, Rudolf Hutauruk (Jakarta: Erlangga, 2011), 43.

9

Marshal sashkin dan Molly G.sashkin, Prinsip-prinsip Kepemimpinan, Rudolf Hutauruk (Jakarta: Erlangga, 2011)., 45.

10

(26)

11

objek dimana individu memiliki indepensi yang tidak berpengaruh

pada orang lain.11

Kemandirian adalah kemampuan seseorang dalam bertindak

untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya ataupun keinginannya

tanpa bergantung pada bantuan orang lain, baik dalam aspek emosi,

ekonomi, intelektual dan sosial. Sedangkan kemandirian ekonomi

berarti memiliki kemampuan ekonomi yang produktif. Individu dapat

melakukan kegiatan ekonomi untuk mencari tambahan pemasukan

bagi dirinya sendiri atau keluarga. Hal tersebut dimaksudkan agar

individu dapat memiliki keterampilan hidup guna menolong dirinya

sendiri dan dan tidak bergantung sepenuhnya pada orang lain.

3. Pengertian Kiai

Sebagaimana diketahui kiai adalah simbol yang lekat dalam

agama islam di indonesia yang berasal dari bahasa jawa.12 Istilah kiai

dalam bahasa jawa dipakai untuk tiga jenis gelar yang saling berbeda

yaitu:

a. Kiai dipakai sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang

dianggap keramat. Kiai Garuda Kencana dipakai untuk sebutan

“kereta emas” yang abadi di keraton Yogyakarta.

b. Kiai sebagai gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada

seorang ahli agamaislam yang memiliki atau menjadi pimpinan

pesantren dan mengajar kitab-kitab klasik kepada para santrinya.

11

KBBI, dep pendidikan Nasional 2005

(27)

12

c. Kiai dipakai untuk gelar kehormatan untuk orang tua pada

umumnya.

Dari ketiga pemakaian istilah tersebut diatas yang banyak

dipakai masyarakat adalah yang kedua. Pengertian kiai yang paling

luas dalam indonesia modern adalah pendiri dan pimpinan dari sebuah

pondok pesantren, yang sebagai muslim terpelajar telah mengabdikan

hidupnya demi Allah serta menyebarluaskan dan memperdalam

ajaran-ajaran serta pandangan islam melalui kegiatan pendidikan.13

Kiai sebagai pemimpin masyarakat memiliki sifat-sifat atau

pribadi yang menunjang keberhasilan tugasnya. Adapun sifat-sifat

seorang kiai adalah sebagai berikut:

a. Ikhlas

Dalam menjalankan tugasnya, seorang kiai selalu

mendasarkan perbuatannya kepada keikhlasan yang dilaksanakan

dengan kerelaan tanpa rasa terbebani. Pegabdian seorang kiai

untuk mengembangkan lembaga yang dikelolanya tanpa

mementingkan kepentingan pribadi, merupakan sifat ikhlas timbal

balik antara diri seorang santri dan kiai.14

Pengabdian kiai dalam mendidik santri dan masyarakat

diwarnai oleh nilai keiikhlasan tanpa pamrih hanya karena Allah

semata, sehingga kiai secara tidak langsung memiliki kharismatik

13

Zamakhssyari dhofier, tradisi pesantren hal 55

14

(28)

13

tersendiri yang membuat santri dan masyarakat segan dan akan

dengan sukarela mengikuti ajakan kiai dengan keikhlasan.

b. Berniat Ibadah

Sifat utama yang dimiliki seorang kiai adalah segala sesuatu

perbuatan diniati sebagai ibadah. Konsep “Lillahi ta’ala” dalam

artian tidak menghiraukan kehidupan duniawi (zuhud dunnya)

dipegang teguh oleh seorang kiai dan ditanamkan dalam

masyarakat.

Dengan demikian ketaatan seorang santri kepada kiainya

misalnya, dipandang sebagai suatu manifestasi ketaatan mutlak

bukan berarti meninggalkan aktifitas formal yang memberikan

pengaruh material, akan tetapi mengorientasikan keseluruhan

aktifitas keduniawian kedalam suatu tatanan Ilahiyah.

Kehidupan serba ibadah ini diwujudkan dalam berbagai

bentuk, antara lain: kesadaran untuk berkorban, bekerja keras

untuk kemajuan agama, berlaku adil kepada masyarakat dan

solidaritas yang tinggi.

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika bahasan ini bertujuan untuk menjadikan tulisan ini

tersusun secara sistematis, terarah, dan sesuai dengan bidang kajian yang

diteliti. Penyusunan hasil laporan penelitian dalam bentuk Skripsi ini

(29)

14

Bab pertama Pendahuluan, yang berfungsi untuk memaparkan pola

dasar dari keseluruhan isi Skripsi yang terdiri dari latar belakang yang

memicu timbulnya masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi konsep, dan

sistematika bahasan.

Bab kedua Kajian teoritik, yang mengkaji tentang konsep-konsep yang

bersifat teoritik yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan

variabel yang diteliti, Sehingga dalam bab ini dijelaskan perihal

manajemen program pesantren, dengan penjelasan yang terperinci dalam

beberapa subbab, yaitu; 1) Penelitian terdahulu yang relevan 2) Kerangka

teori tentang kemandirian ekonomi dan kepemimpinan transformasional;

3) Perspektif islam.

Bab ketiga berisi tentang Pendekatan dan jenis penelitian yang

digunakan peneliti dalam penelitian. Dalam bab ini juga dijelaskan dimana

lokasi penelitian, jenis dan sumber data yang dicari oleh peneliti,

tahap-tahap penelitian yang akan dilalui, juga tercakup didalamnya akan

dijelaskan metode yang digunakan peneliti dalam mencari data secara

ilmiah, yakni teknik pengumpulan data, teknik validasi data dan teknik

analisis data.

Bab keempat berisi pembahasan tentang hasil penelitian meliputi

gambaran umum objek penelitian, penyajian data dan analisis data dari

peneliti, dalam bab ini pula peneliti menjelaskan kesesuaian antara teori

(30)

15

Bab kelima Penutup, bab ini dimaksudkan untuk memudahkan bagi

pembaca yang mengambil intisari dari Skripsi, yang berisi kesimpulan,

(31)

BAB II

KEMANDIRIAN EKONOMI DAN KEPEMIMPINAN

TRANSFORMASIONAL

A. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian oleh Ahmad Saifuddin dengan judul “Implementasi

Kepemimpinan Transformasional dalam Meningkatkan Kinerja Guru dan

Anggota di SMA Negeri I Gedangan Sidoarjo” tahun 20091 yang

membahas tentang pengaruh yang diperankan pemimpin transformasional

sehingga meningkatkan kinerja guru dan anggota.

Penelitian ini mempunyai kesamaan dengan penelitian yang akan

dilakukan yaitu kepemimpinan transformasional, sedangkan perbedaannya

terletak pada penelitian yang akan dilakukan mengenai peran

kepemimpinan transformasional terhadap perkembangan kemandirian

ekonomi dan skripsi ini membahas mengenai peningkatan kinerja akibat

dari kepemimpinan transformasional.

Penelitian oleh Wilda Akmala dengan judul “Pengaruh gaya

kepemimpinan transformasional dan transaksional terhadap kinerja

anggota BPRS Jabal Nur Surabaya” tahun 2014, mengenai penggabungan

antara dua gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional yang

diterapkan kepada kinerja anggota serta pengaruh dari gaya kepemimpinan

tersebut.

1

(32)

17

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada gaya

kepemimpinan yang akan diteliti yaitu peneliti hanya membatasi satu gaya

kepemimpinan yaitu gaya kepemimpinan transformasional.

Penelitian oleh Ria Duwin Andayani dengan judul “Model

Kepemimpinan Transformasional di Telkom Divre Jawa Timur” tahun

2011.2 Skripsi ini membahas mengenai deskripsi tentang gaya

kepemimpinan transformasional di Telkom Divre Jawa Timur.

Penelitian ini mempunyai kesamaan dengan penelitian yang akan

dilakukan yaitu mengenai kepemimpinan transformasional akan tetapi

dalam penelitian tersebut meneliti tentang deskripsi atau paparan

mengenai model dari kepemimpinan transformasional di perusahaan

tersebut. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan adalah mengenai

impact dari kepemimpinan transformasional terhadap perkembangan

kemandirian seseorang.

Selanjutnya penelitian oleh Hanif Ashar dengan judul “Hubungan

Kepemimpinan Transformasional dan Komitmen Organisasi dengan

Organizational Citizenship Behaviour Guru MIN 22 Sugihwaras

Bojonegoro” tahun 2014.3

penelitian ini membahas mengenai keterkaitan

antara kepemimpinan transformasional dan komitmen organisasi dengan

Organizational Citizenship Behaviour.

2

Ria Duwin Andayani, 2011“Model Kepemimpinan Transformasional Di Telkom Divre jawa Timur

Skripsi--UIN Sunan Ampel, Surabaya,hal. 10.

3

(33)

18

Penelitian dari Hanif Ashar memiliki persamaan dengan penelitian

yang akan dilakukan yaitu tentang kepemimpinan transformasional akan

tetapi penelitian tersebut mempunyai perbedaan yang terletak pada objek.

Terakhir, penelitian oleh Ebah Suayibah dengan judul

“pemberdayaan ekonomi santri melalui penanaman jamur tiram” pada

2009. Persamaan penelitian ini terletak pada upaya peneliti untuk

mengetahui bagaimana upaya pondok dalam membentuk santri menjadi

mandiri atau berdaya secara ekonomi.

Perbedaan pada penelitian ini adalah pada penelitian Ebah berfokus

pada upaya-upaya yang dilakukan, sedangkan pada penelitian ini, peneliti

berfokus pada bagaimana peran kiai sebagai model yang ditiru santri untuk

hidup secara mandiri.

Berdasarkan atas penelitian tersebut menurut hemat penyusun,

skripsi yang akan ditulis ini belum pernah diteliti, karena dalam skripsi ini

lebih menekankan kepada gaya kepemimpinan transformasional kiai

dalam pengembangan kemandirian ekonomi di Pondok Pesantren dan

dengan melihat titik perbedaan itulah, maka penelitian ini dilakukan

dengan lebih mendalam ke sisi pengaruh dari pemimpin pondok / Kiai

(kepemimpinan) sebagai model yang dititu dan akhirnya akan berpengaruh

terhadap kemandirian ekonomi santri.

B. Kerangka Teori

Istilah kerangka teori identik dengan paradigma atau kerangka berpikir

(34)

19

kajian penelitian.4 Adanya kerangka teoritik bisa bermanfaat untuk

membuat penelitian menjadi fokus, terarah, dan tidak melebar ke

mana-mana. Kerangka teoritik dibangun berdasarkan konsep atau teori dari

bebagai pendapat para ahli yang kemudian diterjemahkan ke wilayah

empirik sehingga bisa diimplementasikan di dalam penelitian.

1. Kepemimpinan Transformasional

Kepemimpinan Transformasional adalah sebuah gaya

kepemimpinan yang mengutamakan pemenuhan terhadap tingkatan

tertinggi dari hirarki maslow yakni kebutuhan akan harga diri dan

aktualisasi diri. Kepemimpinan transformasional inilah yang

sungguh-sungguh diartikan sebagai kepemimpinan yang sejati karena

kepemimpinan ini sungguh bekerja menuju sasaran pada tindakan

mengarahkan organisasi kepada suatu tujuan yang tidak pernah diraih

sebelumnya.5

Menurut Bass mendefinisikan bahwa kepemimpinan

transformasional sebagai pemimpin yang mempunyai kekuatan untuk

mempengaruhi bawahan dengan cara-cara tertentu Dengan penerapan

kepemimpinan transformasional bawahan akan merasa dipercaya,

dihargai, loyal dan respek kepada pimpinannya. Pada akhirnya

bawahan akan termotivasi untuk melakukan lebih dari yang

diharapkan. Sedangkan menurut O’Leary, kepemimpinan

4

Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel, Panduan skripsi manajemen dakwah (Surabaya: Fakultas Dakwah, 2011), 17

5

(35)

20

transformasional adalah gaya kepemimpinan yang digunakan oleh

seseorang manajer bila ia ingin suatu kelompok melebarkan batas dan

memiliki kinerja melampaui status quo atau mencapai serangkaian

sasaran organisasi yang sepenuhnya baru.

Kepemimpinan transformasional pada prinsipnya memotivasi

bawahan untuk berbuat lebih baik dari apa yang bisa dilakukan,

dengan kata lain dapat meningkatkan kepercayaan atau keyakinan diri

bawahan yang akan berpengaruh terhadap peningkatan kinerja.

2. Teori tentang Kepemimpinan Transformasional

Bernard M. Bass menjelaskan tentang teori dalam Kepemimpinan

Transformasional. dia mengatakan bahwa kepemimpinan

transformasional memiliki 4 aspek, yaitu: idealis, memotivasi,

menstimulasi, memahami individu.6

[image:35.595.134.512.247.699.2]

Gambar 1: bass aviola theory

6

(36)

21

a. Idealized Influence (or charismatic influence)

Idealized influence mempunyai makna bahwa seorang

pemimpin transformasional harus kharisma yang mampu

“menyihir” bawahan untuk bereaksi mengikuti pimpinan. Dalam

bentuk konkrit, kharisma ini ditunjukan melalui perilaku

pemahaman terhadap visi dan misi organisasi, mempunyai

pendirian yang kukuh, komitmen dan konsisten terhadap setiap

keputusan yang telah diambil, dan menghargai bawahan. Dengan

kata lain, pemimpin transformasional menjadi role model yang

dikagumi, dihargai, dan diikuti oleh bawahannya.

b. Inspirational Motivation

Inspirational motivation berarti karakter seorang pemimpin

yang mampu menerapkan standar yang tinngi akan tetapi

sekaligus mampu mendorong bawahan untuk mencapai standar

tersebut. Karakter seperti ini mampu membangkitkan optimisme

dan antusiasme yang tinggi dari pawa bawahan. Dengan kata lain,

pemimpin transformasional senantiasa memberikan inspirasi dan

memotivasi bawahannya.

c. Intellectual Stimulation

Intellectual stimulation karakter seorang pemimpin

transformasional yang mampu mendorong bawahannya untuk

menyelesaikan permasalahan dengan cermat dan rasional. Selain

(37)

22

baru yang lbih efektif dalam menyelesaikan masalah. Dengan

kata lain, pemimpin transformasional mampu mendorong

(menstimulasi) bawahan untuk selalu kreatif dan inovatif.

d. Individualized Consideration

Individualized consideration berarti karakter seorang

pemimpin yang mampu memahami perbedaan individual para

bawahannya. Dalam hal ini, pemimpin transformasional mau dan

mampu untuk mendengar aspirasi, mendidik, dan melatih

bawahan. Selain itu, seorang pemimpin transformasional mampu

melihat potensi prestasi dan kebutuhan berkembang para

bawahan serta memfasilitasinya. Dengan kata lain, pemimpin

transformasional mampu memahami dan menghargai bawahan

berdasarkan kebutuhan bawahan dan memperhatikan keinginan

berprestasi dan berkembang para bawahan.

3. Teori tentang Kemandirian Ekonomi

Kemandirian adalah kemampuan untuk bertindak berdasarkan

pertimbangan sendiri dan bertanggung jawab atas tindakan tersebut.

kemandirian juga diartikan sebagai kemampuan untuk membuat

keputusan dan mengatur hidup sendiri tanpa ketergantungan

berlebihan terhadap orang lain. Kemandirian tidak dapat selesai pada

satu tahap kehidupan, melainkan akan terus berkembang di dalam

(38)

23

Benny Susetyo menjelaskan bahwa seseorang dikatakan mandiri

[image:38.595.128.501.173.530.2]

secara ekonomi apabila memiliki 5 aspek:7

Gambar 2: teori kemandirian ekonomi

a. Bebas hutang konsumtif

Ada dua jenis hutang jika dilihat dari kegunaannya. Pertama,

hutang produktif, yaitu hutang yang dibelanjakan untuk kebutuhan

yang dapat menambah penghasilan seseorang. Misalnya, untuk

memulai usaha, untuk membeli tanah, untuk sekolah dan

semacamnya.

Kedua, hutang konsumtif, yaitu hutang yang dibelanjakan untuk

kebutuhan yang tidak menambah penghasilan, misalnya membeli hp

atau mobil untuk mengikuti gaya hidup.

7

(39)

24

b. Memiliki Keyakinan dalam bisnis

Seseorang yang memiliki keyakinan berarti tidak mudah

terpancing untuk berbelok dalam bisnisnya, baik ketika bisnisnya

merosot atau sedang sepi. Dia akan terus mencari cara bagaimana

menimbun jurang lalu membangun sebuah bukit. Dia akan selalu

memantau bisnisnya sehingga tidak membeli barang yang dinilai

kurang penting.

c. Memiliki investasi

Investasi adalah menanamkan suatu modal dengan harapan

nantinya akan bertumbuh, modal bisa apapun termasuk uang, tenaga,

pikiran dan lain sebagainya. Seseorang yang memiliki investasi

dinilai memiliki pandangan yang jauh kedepan, yaitu melihat

bagaimana hasil akhir dari proses suatu usaha dari bagaimana usaha

tersebut telah berjalan. Bahkan kegagalan dari sebuah investasi akan

tetap memberikan keuntungan, yaitu membuat pandangan seorang

investor semakin tajam.

d. Mampu mengelola arus kas uang (cash flow)

Arus kas uang adalah aliran dana masuk dan aliran dana keluar

seseorang. Aliran dana masuk biasanya disebut pendapatan dan

aliran dana keluar disebut pengeluaran atau pembelanjaan. Sebuah

arus kas (cashflow) dinilai baik apabila pengeluaran seseorang lebih

kecil daripada pendapatannya sehingga sisanya bisa ditabung atau di

(40)

25

lebih besar dari pada pendapatannya sehingga untuk memenuhi

pengeluaran tersebut, dia akan mencari pinjaman atau menjual

asetnya.

e. Siap mental terhadap gangguan finansial

Kesiapan fisik seseorang dalam bisnis seperti memiliki modal,

pengalaman, tabungan, atau asuransi adalah penting. Namun aspek

mental terbukti lebih mendominasi dalam kesuksesan seseorang

dalam kemandirian ekonomi. Jatuh dan bangun dalam usaha akan

menjadi kepastian dalam kehidupan, mereka yang memiliki mental

bangkit dari setiap jatuh akan membuat seseorang lebih cepat

berhasil daripada orang yang belum memilikinya, karena seperti

krisis atau ditinggal seseorang yang dicintai terbukti mampu

menjatuhkan bisnis yang sudah kuat.

4. Perspektif Islam (sub-bab khusus)

Kemandirian ekonomi mendapat perhatian yang tak kalah penting

dalam ajaran agama islam. seorang muslim wajib berusaha dengan

mencari nafkah yang halal. Dengan nafkah tersebut, dia dapat

menghidupi dirinya dan keluarganya, ia juga dapat memberikan manfaat

kepada orang lain. Seorang muslim tidak boleh menggantungkan

hidupnya kepada orang lain. Karena hidup dengan bergantung kepada

orang lain merupakan kehinaan.

Allah dan RasulNya menganjurkan umat Islam untuk berusaha dan

(41)

26

tidaklah tercela. Hal tersebut juga dicontohkan oleh Para nabi dan rasul

terdahulu yang juga bekerja dan berusaha untuk menghidupi diri dan

keluarganya.

Allah berfirman dalam surah al jumuah:

                          

Artinya: maka apabila shalat telah selesai dikerjakan, bertebaranlah kamu sekalian dimuka bumi dan carilah rezeki karunia Allah. (al – jumuah: 10)

Ayat tersebut menjelaskan tentang pentingnya seorang muslim

untuk bekerja. Hal tersebut menjadi lebih jelas karena perintah bekerja

diberikan setelah sholat, hal tersebut memberi arti bahwa bekerja

merupakan suatu kemuliaan, karena makan dari hasil jerih payah sendiri

adalah terhormat dan nikmat, sedangkan makan dari hasil jerih payah

orang lain merupakan kehidupan yang hina.

Selain bekerja, sosok pemimpin juga diperlukan dalam proses

menuju kemandirian ekonomi seseorang. Pemimpin adalah motor

penggerak untuk melakukan suatu perubahan dan sebagai nahkoda untuk

membimbing dan mengarahkan agar tidak tersesat di dalam jalan yang

tidak diridai oleh Allah Swt. Kepemimpinan dalam Islam adalah

kepemimpinan yang selalu memberikan tauladan kepada pengikutnya

tidak hanya dengan ucapan tetapi juga dengan tindakan yang nyata.

Hal itu sesuai dalam surat al-Ahzab ayat 21:

(42)

27

  

artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.8

Islam mempunyai seorang pemimpin yang menjadi tauladan bagi

pemimpin- pemimpin yang lain yaitu Nabi Muhammad saw. Beliau telah

berhasil membawa agama Islam menjadi agama yang rahmatan

lil’alamin,

Walaupun banyak rintangan yang dialami oleh beliau seperti dicaci

maki, dilempari kotoran bahkan dimusuhi oleh keluarganya sendiri akan

tetapi, beliau tetap berpegang teguh untuk menyiarkan agama Islam dan

hasilnya Islam menjadi agama yang paling banyak dianut diseluruh

dunia.

Pemimpin transformasional dalam mewujudkan visi dan misinya

selalu menjadi orang terdepan dalam melakukan sesuatu dengan ibda’

binafsik (memulai dari diri sendiri). Sehingga pemimpin bias menjadi

tauladan bagi para anggotanya untuk menginspirasi dan memotivasi. Hal

ini sudah dicontohkan oleh nabi Muhammad saw. Sejak dalam

dakwahnya selalu memberikan contoh terhadap kaumnya, agar bias

menganut apa yang dicontohkan oleh beliau.

Selanjutnya kepemimpinan dalam Islam adalah pemimpin sebagai

pemuka dan memberikan arah. Penjelasan ini sebagaimana di dalam

firman Allah Swt. surat ali-Imran ayat: 104

8

(43)

28                           



Artinya: “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang berbuat makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung ”.9

Ayat tersebut menjelaskan bahwa menjadi pemimpin diharapkan

dapat mengarahkan kepada anggotanya agar menjadi lebih baik sehingga

pemimpin mampu memberikan contoh perbuatan baik misalnya datang

tepat waktu ketika masuk kerja, ramah terhadap pelanggan atau selalu

berjamaah ketika waktu sholat, dan jujur dalam melakukan pekerjaan.

Pemimpin diharapkan dapat memberikan arahan secara langsung

kepada anggota. Pemimpin selalu berusaha hadir dalam setiap

kesempatan untuk berkumpul bersama dengan anggota sehingga

pemimpin dapat memberikan perhatian dan arahan secara individu

terhadap anggotanya agar menjadi lebih baik lagi. Pemimpin

transformasional percaya akan kemampuan para anggotanya sehingga tak

jarang pemimpin memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk

melakukan hal baru yang sesuai dengan kemampuan dan keahlian dari

anggotanya.

9

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang

mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang

sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang

tampak. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada

generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna. 1

Sesuai dengan judul penelitian yaitu “Membangun Kemandirian

Ekonomi Santri melalui Kepemimpinan Transformasional Kiai” , maka

peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Secara bahasa kualitatif

berarti meninjau berdasarkan mutu.2 Patton medeskripsikan metode

penelitian kualitatif, sebagaimana dikutip oleh Rulam Ahmadi, bahwa:

“Metode penelitian kualitatif adalah untuk memahami fenomena yang sedang terjadi secara alamiah (natural) dalam keadaan-keadaan yang sedang terjadi secara alamiah. Konsep ini lebih menekankan pentingnya sifat data yang diperoleh oleh penelitian kualitatif, yakni data alamiah. Data alamiah ini utamanya diperoleh dari hasil ungkapan langsung dari subjek peneliti”. 3

Dengan menggunakan metode kualitatif, maka data yang di dapat

akan lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna sehingga

tujuan penelitian dapat dicapai. Dengan metode kualitatif, maka akan

1

Sugiono, 2015, Memahami Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung, hal. 3

2

Bambang Murhiyanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Victory Inti Cipta, hal. 275

3

(45)

30

dapat diperoleh data yang lebih tuntas, pasti, sehingga memiliki

kredibilitas yang tinggi.4

Sedangkan metode kuantitatif, hanya bisa diteliti beberapa variabel

saja, sehingga seluruh permasalahan yang telah dirumuskan tidak akan

terjawab dengan metode kuantitatif. Dengan metode kuantitatif tidak dapat

ditemukan data yang bersifat proses kerja, perkembangan suatu kegiatan,

deskripsi yang luas dan mendalam, perasaan, norma, keyakinan, sikap

mental, etos kerja dan budaya yang dianut seseorang maupun sekelompok

orang dalam lingkungan kerjanya. Dengan metode kuantitatif hanya dapat

digali fakta-fakta yang bersifat empirik dan terukur. Fakta-fakta yang tidak

tampak oleh indera akan sulit diungkapkan.5

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian Studi kasus,

karena sesuai dengan judul tersebut, peneliti ingin mengetahui bagaimana

proses yang dilakukan pemimpin, dalam hal ini seorang Kiai di pondok

pesantren putra dalam membangun kemandirian ekonomi santrinya dan

Studi kasus dipilih karena adanya faktor khusus yaitu terdapat unit usaha

perekonomian yang berupa: peternakan sapi, pertanian, industri tahu,

koperasi bengkel, koperasi buku dan kitab dalam proses pembelajaran

yang mana tidak terdapat pada pondok lain.

B. Lokasi Penelitian

Dalam sasaran penelitian ini, ada dua hal yang akan dijelaskan yaitu

mengenai objek penelitian dan wilayah penelitian. Objek yang akan dituju

4

Sugiono, 2015, Memahami Penelitian Ku alitatif, Alfabeta, Bandung, hal. 181

5

(46)

31

dalam penelitian ini adalah masalah yang berkaitan dengan kepemimpinan

transformasional dan karakter kemandirian ekonomi santri yang ada di

pondok. Sedangkan lokasi yang dijadikan objek atau sasaran dalam

penelitian ini adalah Pondok pesantren putra miftahul mubtadiin di

kecamatan tanjunganom kabupaten nganjuk.

C. Jenis dan Sumber Data

Data untuk suatu penelitian dapat dikumpulkan dari berbagai

sumber. Sumber data dibedakan atas sumber data primer dan sekunder.

Peneliti diharapkan mampu memahami dan mengidentifikasi sumber data

yang akan dapat memudahkan peneliti untuk memilih metode

pengumpulan data yang tepat guna dan hasil guna dan memudahkan

melakukan pengumpulan data.6 Untuk itu jenis dan sumber data dalam

penelitian ini, sebagai berikut:

1. Jenis Data

a. Primer

Data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dari subjek

peneliti dengan menggunakan alat pengukur atau alat

pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi

yang dicari.7 Yang termasuk di dalam data primer yaitu subjek

atau orang dan tempat. Adapun yang menjadi data primer dalam

penelitian ini adalah Kiai, kepala pondok miftahul mubtadiin serta

6

Ulber Silalahi, 2010, Metode Penelitian Sosial, PT Refika Aditama, Bandung, hal. 289

7

(47)

32

jajaran pengurus yang datanya didapat dengan melalui wawancara

secara langsung.

b. Sekunder

Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan dari

tangan kedua atau sumber-sumber lain yang telah tersedia

sebelum penelitian dilakukan. 8

Data yang diambil dan diperoleh dari bahan pustaka yaitu

mencari data atau informasi, yang berupa benda-benda tertulis

seperti buku-buku, internet, dokumen dan karya tulis ilmiah.9

Data sekunder tersebut merupakan data pendukung atau sebagai

data pelengkap dari data primer. Data yang termasuk ke dalam

data sekunder yaitu, data yang diperoleh dari bahan-bahan

literatur yang berkaitan dengan kepemimpinan pada pondok

pesantren miftahul mubtadiin.

2. Sumber Data

Informan sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah

berdasarkan pada asas subjek yang menguasai permasalahan, memiliki

data, dan bersedia memberikan informasi lengkap dan akurat. Teknik

pemilihan informan dengan cara purposive. Purposive adalah

menentukan subjek atau objek sesuai tujuan. Dengan menggunakan

pertimbangan pribadi yang sesuai dengan topik peneliti, peneliti

memilih subjek/objek sebagai unit analisis.

8

Ulber Silalahi, 2010, Metode Penelitian Sosial, PT Refika Aditama, Bandung, hal, 291

9

(48)

33

Berikut adalah daftar informan atau sumber data dalam

penelitian ini

a. Kiai Pondok Pesantren Putra Pondok Pesantren mintahul

Mubtadiin

b. Kepala Pondok Putra Miftahul Mubtadiin

c. Pengurus pondok bagian perekonomian

d. Pengurus pondok putra anak-anak

Daftar diatas adalah orang-orang yang dinilai peneliti mampu

memberi penjelasan tentang kepemimpinan transformasional kiai dan

karakter kemandirian ekonomi santri di pondok pesantren putra.

Daftar tersebut bersifat tidak tetap tergantung pada situasi dan kondisi

yang terjadi dilapangan nanti.

D. Tahap-Tahap Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini,peneliti menggunakan

tahap-tahap penelitian menurut Lexy J. Moleong, tahap-tahap-tahap-tahap sebagai berikut:

1. Tahap Pralapangan

Ada berapa kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti, pada

tahap pralapangan atara lain:

a. Menyusun rancangan penelitian

Penyusunan rancangan penelitian adalah berupa usulan

penelitian yang diajukan kepada ketua prodi manajemen dakwah,

(49)

34

di lapangan, problematika yang berisi tentang permasalahan yang

diangkat dalam penelitian.

Setelah rancangan itu disetujui oleh ketua prodi, selanjutnya

peneliti membuat proposal penelitian. Setelah menyusun

prosposal, selanjutnya peneliti memilih tempat yakni Pondok

Pesantren Putra Miftahul Mubtadiin Nganjuk sebagai objek

penelitian, kemudian mengurus perizinan, mengamati dan menilai

lapangan, memilih informan sebagai salah satu smber data primer,

dan menyiapkan perlengkapan penelitian.

b. Memilih lapangan penelitian

Adapun lapangan penelitian yang dipilih oleh peneliti

adalah Pondok pesantren miftahul mubtadiin nganjuk. Sebelum

melakukan penelitian peneliti terlebih dahulu melakukan

penggalian data infomasi tentang objek penelitian yang akan

diteliti. Kemudian ada ketertarikan yang timbul dalam diri

peneliti untuk dijadikan objek penelitian, karena di rasa sesuai

dengan disiplin ilmu peneliti selama ini.

c. Mengatur perizinan

Pada tahap ini, peneliti mengurus perizinan pada fakultas

dakwah dan ilmu komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya,

kemudian diserahkan kepada pimpinan Pondok Pesantren Putra

(50)

35

menggali data tentang karakter kemandirian ekonomi yang ada di

pondok pesantren dan kepemimpinan transformasional kiai.

d. Menjajaki dan memilih lapangan

Tahap ini, belum sampai pada menyikapi bagaimana

peneliti masuk kedalam lapangan, dalam arti peneliti belum

memulai mengumpulkan data yang sebenarnya akan diteliti. Pada

tahap ini, peneliti barulah memulai berorientasi lapangan, akan

tetapi pada hal tertentu peneliti memulai keadaan lapangan itu

sendiri, seperti menanyakan hal-hal yang ringan.

Peneliti terlebih dahulu melakukan penelitian lapangan

terhadap objek yang dijadikan bahan penelitian. Dengan

pertimbangan bahwa objek tersebut belum ada yang meneliti, dan

memiliki hal yang menarik untuk dijadikan objek penelitian. Serta

dengan pertimbangan bahwa objek tersebut juga relevan, jika

dibedakan dari sudut disiplin keilmuan.

e. Memilih dan memanfaatkan informan

Usaha untuk memilih dan memanfaatkan informan adalah

dengan cara melalui keterangan orang yang berwenang yaitu Kiai

Pondok pesantren Putra, Pengurus Putra, meliputi Ketua Pengurus

dan jajarannya dan para santri yang bersangkutan.

f. Menyiapkan perlengkapan penelitian

Untuk kelancaran jalannya penelitian, maka peneliti

(51)

36

tetapi dalam konteks upaya mengumpulkan data atau informan

dan objek yang diteliti, peneliti menggunakan alat bantu berupa

alat tulis menulis dan tape recorder dan audio visual.

g. Etika penelitian

Peneliti harus menjaga etika saat melaksanakan penelitian,

karena hal ini menyangkut hubungan dengan orang lain.

Hendaknya, dilaksanakan secara baik agar terjadi hubungan sosial

yang baik serta mudah mendapatkan data yang diinginkan

peneliti. Dengan dijaganya etika diharapkan terciptanya suatu

kerjasama yang menyenangkan.

2. Tahap lapangan

Setelah tahap pra lapangan terlampaui maka tahap selanjutnya

adalah tahap lapangan yang meliputi:

a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri

Untuk memasuki pekerjaan tahap lapangan, peneliti harus

memahami latar belakang penelitian terlebih dahulu. Selain itu,

peneliti juga harus mempersiapkan dirinya, baik secara fisik

maupun mental serta tidak melupakan etika.

Peneliti menjelaskan pada informan bahwa, penelitian yang

berjudul “Membangun kemandirian ekonomi santri melalui

kepemimpinan transformasional kiai” ini menggali data tentang

bagaimana peran kepemimpinan tersebut pada para kemandirian

(52)

37

b. Memasuki lapangan

Dalam lapangan penelitian, peneliti memposisikan diri dalam

lingkungan objek penelitian dengan cara menggali keakraban,

membaur dengan santri, dan turut serta dalam kegiatan santri

seperti membantu proses di pabrik tahu, peternakan dan kerja

bakti.

c. Berperan serta sambil mengumpulkan data

Peranan peneliti pada lokasi penelitian memang harus

dibatasi dan terjadwal. Jadwal penelitian hendaknya, telah

disusun secara tepat, hati-hati dan luwes. Karena untuk

mengantisipasi keadaan lapangan yang susah untuk diramal.

Namun, tidak menuntut kemungkinan apabila informan memiliki

waktu luang, peneliti dapat melakukan pengumpulan data. Maka,

peneliti dapat terlibat langsung dalam lokasi penelitian, serta

mengumpulkan dan mencatat data yang diperlukan yang

kemudian dianalisa secara intensif.

3. Tahap analisa

Dalam tahap ini, setelah peneliti berhasil mendapatkan data atau

informasi dari informan, langkah yang diambil adalah melakukan

transkip data hasil wawancara dan melakukan kode sesuai dengan

tema yang diteliti.

Setelah itu peneliti menyajikannya secara utuh data yang

(53)

38

hal-hal yang berkaitan dengan lokasi penelitian. Kemudian, peneliti

melakukan analisis data dari data-data yang telah diperoleh peneliti.10

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak

akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.11

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan

data, yaitu:

1. Observasi

Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data dalam

penelitian apapun, termasuk penelitian kualitatif, dan digunakan untuk

memperoleh informasi atau data sebagaimana tujuan penelitian.

Observasi digunakan untuk mengumpulkan beberapa informasi

atau data yang berhubungan dengan ruang (tempat), pelaku, kegiatan,

objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Salah

satu peranan pokok dalam melakukan observasi adalah untuk

menemukan interaksi yang kompleks dengan latar belakang yang

alami.12

Jika partisipasi pasif menduduki peranan di dalam situasi sosial,

itu hanya merupakan orang yang berdiri di dekatnya, penonton atau

10

Lexy.J.Moleong, 2009, Metode Penelitian Kualitatif, PT.Remaja Rosda Karya, Bandung, hal. 127-148

11

Sugiono, 2015, Memahami Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung, hal. 62

12

(54)

39

pemerhati, atau orang yang luntang lantung.13 Peneliti bisa melakukan

pengamatan melalui berdiri dan melihat dari dekat apa yang sedang

dilakukan kelompok masyarakat atau subjek peneliti lakukan.

Dalam teknik observasi ini peneliti melihat dan mengamati

sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang

terjadi pada keadaan yang sebenarnya. Observasi dilakukan oleh

peneliti terhadap kondisi pesantren sekaligus perkembangannya.

Data yang diambil oleh peneliti dalam observasi di pondok

pesantren putra meliputi:

a. Ruang (tempat) dimana santri belajar kemandirian ekonomi,

meliputi peternakan, pabrik tahu dan tempe, menjadi pengrajin

dan tukang dan lain sebagainya.

b. Pelaku, meliputi Kiai, pengurus dan santri yang mengikuti

latihan kemandirian ekonomi.

c. Waktu, meliputi berapa lama proses belajar menjadi mandiri

secara ekonomi serta kapan ajaran tersebut diberikan.

d. Perasaan yang menunjukkan sikap santri terhadap kiai,

begitupun sebaliknya serta bagaimana sikap mereka selama

mendapat ajaran kemandirian ekonomi.

2. Wawancara

Wawancara adalah satu peristiwa umum dalam kehidupan sosial

sebab ada banyak bentuk berbeda dari wawancara. Metode wawancara

13

(55)

40

merupakan metode yang digunakan untuk mengumpulkan data atau

keterangan lisan dari seseorang yang disebut responden melalui suatu

percakapan yang sistematis dan terorganisasi. Hasil percakapan

tersebut dicatat atau direkam oleh pewawancara.14

Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian

terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya.

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara mendalam dan tidak terstruktur kepada subjek penelitian

dengan pedoman yang telah di buat.

Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan

untuk tujuan penelitian dan cara tanya jawab sambil bertatap muka

antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai,

dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di

mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial

yang relatif lama.15

Data yang di inginkan peneliti dalam wawancara kepada para

narasumber adalah:

a. Karakter kemandirian ekonomi di pondok pesantren putra.

b. Peran kepemimpinan transformasional kiai terhadap kemandirian

ekonomi santri

c. Upaya yang dilakukan kiai dalam mewujudkan kemandirian

ekonomi

14

Ulber Silalahi, 2010, Metode Penelitian Sosial, PT Refika Aditama, Bandung, hal. 312

15

(56)

41

3. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya

barang-barang tertulis. Dokumentasi berarti cara mengumpulkan data dengan

mencatat data-data yang sudah ada.16 Dokumentasi merupakan metode

penunjang dari metode obse

Gambar

Gambar 14: Sampul Buku rincian keuangan santri anak-anak ...................
Gambar 1: bass aviola theory
Gambar 2: teori kemandirian ekonomi
Tabel 1: materi pendidikan pesantren
+7

Referensi

Dokumen terkait

Meningkatnya pemahaman para anggota Pokdakan Mina Makmur Abadi dan Pokdakan Siwarak Mina Sejahtera mengenai teknologi pembenihan ikan nila yang baik dan produksi benih monosek

Penelitian mengenai relasi petanda dan penanda dalam ungkapan tradisional masyarakat Kerinci dari perspektif semiotika bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan yang

Syed Muhammad Naquib Al-Attas dalam displin filsafat Islam yang menyentuh berbagai disiplin ilmu agama, pendidikan dan sains termasuk diantaranya yang terbaik dan

Kondisi oseanografi di lokasi-lokasi budidaya rumput laut di Kabupaten Sumba Timur masih berada dalam batas toleransi untuk pertumbuhan dan perkembangan Kappaphycus

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat patogenisitas dan leukosit total ikan lele dumbo ( C. gariepinus ) yang telah diinfeksi Isolat bakteri K14 dengan

Untuk mengetahui jenis-jenis kesulitan belajar yang dialami siswa maka dapat diketahui dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal. Oleh

1) Perdarahan tanpa nyeri.. 3) Warna perdarahan merah segar. 4) Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah. 6) Waktu pergeseran saat hamil. 8) Rasa tidak

Hasil penelitian ini adalah (1) struktur yang membangun novel Kenanga meliputi tema sebuah perjalanan hidup yang sangat kompleks baik dari segi kebudayaan,