MEMBANGUN KEMANDIRIAN EKONOMI SANTRI
MELALUI KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KIAI
( Studi Kasus Pondok Pesantren Putra Miftahul Mubtadiin di Kecamatan Tanjunganom Kabupaten Nganjuk )
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam
Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial ( S.Sos. )
Oleh :
AHMAD MUZAKKI B04212001
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
Penelitian Oleh :
Nama : Ahmad Muzakki
NIM : B04212001
Judul : MEMBANGUN KEMANDIRIAN EKONOMI SANTRI MELALUI
KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KIAI ( Studi Kasus
Pondok Pesantren Putra Miftahul Mubtadiin di Kecamatan
Tanjunganom Kabupaten Nganjuk )
Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh dosen pembimbing untuk
diujikan.
Surabaya, 5 Agustus 2016
Dosen Pembimbing
PENGESAHAN TIM PENGUJI
Skripsi oleh Ahmad Muzakki telah dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi
Surabaya, 05 agustus 2016
Mengesahkan,
Unversitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Dekan,
Dr. Hj. Rr. Suhartini, M.Si NIP. 195801131982032001
Penguji I,
Aun Falestien Faletehan, S.Sos.I, M.Fil.I, MHRM NIP. 198205142005011001
Penguji II,
Drs. H. A. Isa Anshori, M.Si 195304211979031021
Penguji III,
Drs. H. Abd. Rahman Chudlori, M.M. 195111041980031001
Penguji IV,
MOTTO
Tidak Pernah Ada
Cita-Cita
Yang Terlalu Tinggi
Yang Ada Hanyalah
Upaya
Yang Tak Setinggi Cita-Cita
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan pada:
Kiai Pondok Pesantren Miftahul Mubtadiin Nganjuk
Orangtua yang kubanggakan, KH. Moh. Yusuf, Ibu Alfiyah
Sumber kekuatanku, mbak lia, umam, kafa, hakim dan husein.
Segenap keluarga besarku dan almamaterku...
Kata para mahasiswa di kampusku, meneliti atau membuat sebuah
karya besar seperti skripsi ibarat “makan gajah”, sebegitu besarnya
sehingga aku merasa tak akan bisa memakan semuanya, kendala-kendala
seperti mental blok atapun sekedar teknis seperti malas dan sulitnya medan
yang di lalui membuat semuanya seperti tak mungkin bisa terlaksana.
Tapi aku sangat senang karena aku tidak makan gajah itu sendirian,
seiring langkah kaki berjalan, ada orang-orang yang mmbantu
menghabiskan gajah sehingga bisa habis dan tak tersisa.
Ucapan terimakasih tiada terkira kepada orangtua dirumah, Kiai di
pondok pesantren miftahul mubtadiin para guru, ustadz yang selalu
mendoakan sehingga keajaiban-keajaiban sangat aku rasakan dalam proses
penelitian.
Terimakasih kepada orangtua yang selalu percaya dengan
membiarkan aku berkreasi sekuat aku sekarang, memberi fasilitas,
dorongan dan doa yang tiada hentinya.
Terimakasih kepada saudara, kakak dan adik-adikku semua, mbak
paling dalam, karena kalian, aku selalu bertekad menjadi kuat agar bisa
menjadi panutan yang baik dan benar dijalan Allah Swt.
Terimakasih kepada segenap jajaran dosen khususnya dosen
pembimbing bapak Aun FF, yang menunjukkan sikap “aku bisa” dengan
memberi kesempatan tak terhitung jumlahnya, entah kenapa bapak tak
pernah memarahi, menyalahkan, dan hanya mengarahkan, yang membuat
diri ini malu karena sadar sering salah dan akhirnya sering introspeksi diri.
Terimakasih kepada teman-teman MD1 2012, atas kebersamaan
yang melebihi teman, aku merasa seperti berada dalam keluarga saat
bersama kalian, musyawarah, tour, futsal, buka bersama dan hal-hal gila
lainnya yang kita lakukan bersama takkan pernah kulupakan.
Terimakasih kepada segenap mahasiswa manajemen dakwah yang
percaya dan menjadikan aku sebagai ketua umum manajemen dakwah
2015/2016, pengalaman luar biasa bersama kalian sangat membantu dalam
proses pengerjaan skripsi ini.
Terakhir, masih banyak pihak yang belum aku sebut namanya,
PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN
OTIENTAS SKRIPSI
Aku yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Ahmad Muzakki
NIM : B04212001
Prodi : Manajemen Dakwah
Judul : Membangun Kemandirian Ekonomi Santri Melalui
kKepemimpinan Transformasional Kiai ( Studi Kasus Pondok
Pesantren Putra Miftahul Mubtadiin di Kecamatan
TTanjunganom Kabupaten Nganjuk )
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi tersebut belum pernah
diajukan kepada lembaga pendidikan tinggi manapun untuk mendapatkan gelar
akademik apapun.
Skripsi tersebut benar-benar hasil karya mandiri peneliti dan bukan
merupakan jiplakan maupun plagiasi atas karya orang lain.
Peneliti bersedia menanggung semua konsekuensi hukum bila ternyata di
kemudian hari diketahui atau terbukti secara sah dan meyakinkan bahwa skripsi
tersebut merupakan hasil plagiasi.
Surabaya, 05 agustus 2016 Yang membuat pernyataan,
Ahmad Muzakki
ABSTRACT
Ahmad Muzakki, 2016. Pupils Building Economic Independence Through Transformational Leadership Kiai (case study Miftahul mubtadiin boarding school districts tanjunganom Nganjuk)
Keywords: Transformational Leadership, Economic Independence.
The focus of the issues examined in this study is how the manifestation of the efforts of transformational leadership in building economic independence Kiai students?
In answer to these problems used a qualitative approach case study, which is a qualitative research model that is comprehensive, intense, detailed, in-depth and more focused as an attempt to examine the problems or phenomena that are contemporary. Data collection by interview, documentation and observation. Mechanical validity of the data using triangulation techniques.
ABSTRAK
Ahmad Muzakki, 2016. Membangun Kemandirian Ekonomi Santri Melalui Kepemimpinan Transformasional Kiai (studi kasus pondok pesantren miftahul mubtadiin kecamatan tanjunganom nganjuk)
Kata kunci : Kepemimpinan Transformasional, Kemandirian Ekonomi.
Fokus masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah Bagaimana manifestasi dari upaya kepemimpinan transformasional Kiai dalam membangun kemandirian ekonomi santri ?
Dalam menjawab permasalahan tersebut digunakan pendekatan kualitatif studi kasus, yaitu suatu model penelitian kualitatif yang bersifat komprehensif, intens, terperinci, dan mendalam serta lebih diarahkan sebagai upaya untuk menelaah masalah-masalah atau fenomena yang bersifat kontemporer. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, dokumentasi dan observasi. Teknik validitas data menggunakan teknik triangulasi.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah Peran Kiai dalam membentuk karakter mandiri ekonomi santri terwujud pada kegiatan-kegiatan yang ada di dalam pondok. Dari kegiatan-kegiatan yang diadakan dan dilakukan, terdapat poin
yang dapat ditangkap sebagai manifestasi peran kepemimpinan
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN DAN OTIENTAS SKRIPSI ... vii
ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Definisi Konsep ... 9
F. Sistematika Pembahasan ... 13
BAB II. KEMANDIRIAN EKONOMI DAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL... 16
A. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 16
1. Kepemimpinan Transformasional ... 19
2. Teori Kepemimpinan Transformasional ... 20
3. Teori Kemandrian Ekonomi ... 22
4. Perspektif Islam ... 25
BAB III. METODE PENELITIAN... 29
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 29
B. Lokasi Penelitian ... 30
C. Jenis dan Sumber Data ... 31
1. Jenis Data ... 31
2. Sumber Data ... 32
D. Tahap-tahap Penelitian ... 33
E. Teknik Pengumpulan Data ... 38
F. Teknik Validitas Data ... 41
G. Teknik Analisis Data ... 42
BAB IV. MEMBANGUN KEMANDIRIAN EKONOMI SANTRI MELALUI KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KIAI ... 44
A. Gambaran Umum Objek penelitian ... 44
1. Sejarah berdirinya Pondok ... 44
2. Perkembangan pesantren ... 47
3. Visi, Misi dan Tujuan ... 47
4. Pola Pembelajaran ... 49
6. Materi Pendidikan ... 51
7. Kondisi Pesantren saat penelitian berlangsung ... 54
8. Letak Geografis Pesantren ... 56
9. Struktur Organisasi Institusi ... 58
B. Penyajian Data ... 62
1. Biografi Kiai Pondok Putra ... 62
2. Unit-unit usaha dan Pengembangan Ketrampilan ... 63
3. Pentingnya Niat dalam Melakukan Sesuatu ... 75
4. Menempatkan permasalahan pada ahlinya... 77
5. Kiai ikut bekerja dengan santri ... 81
6. Santri Bisa Karena Terbiasa ... 82
C. Pembahasan Hasil Penelitian (analisis data) ... 84
1. Karakter kemandirian ekonomi di pondok putra ... 85
2. Manifestasi kepemimpinan transformasional Kiai terhadap perkembangan kemandirian ekonomi ... 93
BAB V. PENUTUP ... 103
A. Kesimpulan ... 103
B. Saran dan rekomendasi ... 104
C. Keterbatasan penelitian ... 104
DAFTAR PUSTAKA ... 106
DAFTAR TABEL
Tabel.1 materi pendidikan pesantren ... 52
DAFTAR GAMBAR
Gambar.1 bass aviola theory ... 20Gambar 2 teori kemandirian ekonomi... 23
Gambar 3 denah lokasi pondok ... 57
Gambar 4 sawah pondok akan ditanami padi ... 66
Gambar 5: tanah kosong disekitar pondok ditanami pisang dan aneka tanaman rempah-rempah ... 66
Gambar 6: santri memugar bangunan yang akan di bangun lantai 2 ... 67
Gambar 7: molen, alat pengaduk semen ... 68
Gambar 8: sapi-sapi yang dimiliki pondok ... 69
Gambar 9: tempat makan ampas tahu sapi ... 70
Gambar 10: tahap 1 Kedelai putih sedang digiling ... 71
Gambar 11: tahap 2 penguapan air ... 71
Gambar 13: tempe yang sedang dalam proses pematangan ... 73
Gambar 14: Sampul Buku rincian keuangan santri anak-anak ... 79
Gambar 15: isi dari buku rincian keuangan santri anak-anak ... 80
Gambar 16: pengurus sedang membagikan uang harian santri ... 81
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sumber daya manusia mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan
sumber daya lainnya karena sumber daya manusia merupakan aset utama
yang menjadi motor penggerak di muka bumi ini, salah satunya di bidang
ekonomi. Sumber daya manusia pada dasarnya sangat dibutuhkan oleh
perusahaan atau organisasi dalam mencapai tujuannya karena perusahaan
tidak mungkin berjalan tanpa adanya peranan dari manusia.1 Oleh sebab
itu, sumber daya manusia perlu memperoleh perhatian khusus.
Salah satu sumber daya manusia yang utama adalah pemimpin.
Kemampuan seorang pemimpin dalam usahanya mengarahkan dan
mengendalikan para anggotanya untuk mencapai tujuan yang sudah
direncanakan sesuai dengan target dari perusahaan sehingga pemimpin dan
anggotanya diharapkan bekerja sama untuk menjalin hubungan yang baik
dalam mewujudkan keberhasilan sebuah perusahaan. Mengingat
pentingnya sumber daya manusia dalam menentukan keberhasilan dan
perkembangan dari suatu perusahaan, maka sudah selayaknya bagi setiap
perusahaan memberikan segala perhatian kepada para anggota sejak dini
dengan cara memilih pemimpin yang sesuai.
Pemimpin dalam melaksanakan tugasnya dalam mencapai tujuan
perusahaan harus mampu untuk mempengaruhi, menggerakkan, dan
1
2
mengarahkan suatu tindakan pada diri seseorang atau sekelompok orang,
untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu.2 Jika dalam
perusahaan terjadi ketidakseimbangan tujuan antara pemimpin dan
anggota maka akan berdampak pada perkembangan dari perusahaan
tersebut.
Kepemimpinan dengan pendekatan baru sangat dibutuhkan untuk
mendobrak dominasi perkembangan suatu perusahaan, apalagi saat ini
diikuti era pasar bebas yang menyebabkan persaingan antar perusahaan
akan semakin bebas dan itu juga berdampak pada dunia usaha.
Perubahan-perubahan akan terjadi dengan sangat cepat baik di dalam maupun di luar
lingkungan perusahaan sehingga dibutuhkan kepemimpinan transformatif,
yang mampu mengembangkan dan menggerakkan anggota yang inovatif,
mampu memperdayakan staf dan organisasi ke dalam suatu perubahan
cara berpikir dan memahami tentang tujuan organisasi serta membawa ke
perubahan yang terjadi secara berkesinambungan atau terus-menerus
sehingga memudahkan adaptasi terhadap segala perubahan yang akan
terjadi.
Gaya seorang pemimpin menjadi model yang akan ditiru oleh
bawahan. Gaya kepemimpinan yang baik dan benar jika dilaksanakan
dengan konsisten pasti akan meningkatkan keberhasilan dari perusahaan
yang dipimpin. Dengan penerapan gaya kepemimpinan yang sesuai
diharapkan pemimpin mampu mengamati perkembangan dalam
2
3
perusahan yang dipimpin sehingga dapat memberikan perubahan ke arah
yang lebih baik pada perusahaan dalam segala aspek maupun dalam
pencapaian tujuan perusahaan.
Kepemimpinan yang kuat dibutuhkan untuk menjaga pelaksanaan
pencapaian tujuan organisasi sesuai dengan visi, misi, dan sasaran yang
telah ditetapkan. Salah satu gaya kepemimpinan yang sesuai dalam
menghadapi segala perubahan dan meningkatkan sikap pro-aktif anggota
yang diterapkan pemimpin dalam memimpin bawahannya adalah
kepemimpinan transformasional.
Istilah kepemimpinan transformasional muncul sebagai pendekatan
penting untuk kepemimpinan, dimulai dengan karya klasik oleh sosiolog
politis, James MacGregor Burns yang bertajuk Leadership.3 Menurut
James MacGregor Burns dalam Mohammad Karim, kepemimpinan
transformasional adalah sebuah proses pemimpin dan para bawahannya
berusaha untuk mencapai tingkat moralitas dan motivasi yang lebih
tinggi.4 Dalam arti, pemimpin transformasional mencoba untuk
membangun kesadaran para bawahannya dengan menyerukan cita-cita
yang besar dan moralitas yang tinggi seperti kejayaan, kebersamaan, dan
kemanusiaan. Secara umum hal itu menggambarkan bagaimana pemimpin
bisa memulai, mengembangkan, dan melaksanakan perubahan yang nyata
dalam organisasi. Pemimpin transformasional memberdayakan para
3
Peter G.northouse,2013, Kepemimpinan, Teori, dan Praktek ,PT Indeks, Jakarta: cet. 6, 176.
4
Mohammad Karim, 2010 Pemimpin Transformasional di Lembaga Pendidikan Islam, UINMALIKI
4
anggotanya dan memupuk mereka secara bergantian sehingga para
anggota bisa mengubah dirinya sebagai pemimpin yang berkualitas.
Bass dan Aviola menyatakan: “seorang pemimpin dapat
mentransformasi bawahannya melalui empat faktor, yaitu Idealized
Influence, Inspirational Motivation, Intellectual Stimulation, dan
Individualized Consideration.5 faktor-faktor tersebut menjelaskan bahwa
kepemimpinan transformasional merupakan kepemimpinan yang
memberikan makna terhadap anggotanya. Makna mempunyai arti bahwa
pemimpin tersebut bukan hanya mengembangkan perusahaan yang
dipimpinnya, akan tetapi juga memberikan dampak terhadap anggotanya
yaitu dengan selalu memberikan kesempatan dan peluang terhadap
anggotanya agar mereka bisa menjadi lebih baik lagi dan bisa mengubah
dirinya sendiri agar bisa semakin maju.
Pemimpin transformasional dalam mewujudkan visi dan misinya
selalu mengingatkan terhadap anggotanya akan visi dan misi terhadap
perusahaannya. Selain itu pemimpin juga mampu menggerakkan
keberagaman anggotanya dalam pola pikir untuk dapat mengejar visi dan
misi perusahaan, sehingga pemimpin tersebut sebagai pemersatu dalam
keberagaman anggotanya. Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Swt.
dalam surat al-Hujarat ayat 9
5
Mohammad Karim, 2010 Pemimpin Transformasional di Lembaga Pendidikan Islam, UINMALIKI
5
artinya : “Dan apabila ada dua golongan orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari keduanya berbuatzalim terhadap (golongan) yang lain, maka perangilah (golongan) yang berbuat zalim itu, sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah. Jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil, dan berlakulah adil. Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.”6
Rasulullah dalam menyebarkan agama Islam tidak sendirian
melainkan beliau berjihad dengan para sahabat-sahabatnya. Rasulullah
saw. selalu diperintahkan oleh Allah Swt. untuk berjuang bersama-sama
dengan orang - orang yang beriman. Walaupun Rasulullah saw. sendiri
telah dijanjikan akan mendapatkan pertolongan-Nya dan mendapatkan
kemenangan dalam perjuangan beliau, tetapi dalam praktiknya Allah Swt.
selalu memerintahkan Rasulullah saw. agar berjuang bersama-sama
dengan orang yang beriman.
Dalam kepemimpinan transformasional, pemimpin dan anggota juga
berjuang bersama-sama dalam satu visi dan misi untuk memajukan dan
mengembangkan perusahaan, mereka saling memotivasi dan konsisten
dalam mewujudkan visi-misi tersebut. Pemimpin tidak dapat memajukan
perusahaan sendiri tanpa adanya bantuan dari bawahan, intinya kemajuan
dan berkembangnya dalam suatu perusahaan atau lembaga terletak pada
kekuatan internal dalam perusahaan atau lembaga tersebut, bukan pada
kuat atau lemahnya saingan.
6
6
Kepemimpinan transformasional juga sering tercermin di wilayah
pondok pesantren. Seorang kiai yang memimpin dalam pondok biasanya
dianut oleh santri karena sang Kiai tersebut telah mengamalkan dan
mempraktekkan ilmu yang diajarkan di pondok sehingga para santri
memiliki antusias untuk belajar dan patuh terhadap ajaran Kiai meski
seringkali ketika mengajarkan tidak didasari dengan sebuah dalil yang
bersumber dari kitab. hal tersebut merupakan cerminan kepemimpinan
transformasional dimana pemimpin adalah orang yang menjalankan visi
dimulai dari dirinya sendiri.
Salah satu pondok pesantren di jawa timur yang menggunakan
kepemimpinan transformasional adalah pondok pesantren miftahul
mubtadiin. Profil pondok tersebut adalah Pondok pesantren Miftahul
mubtadiin, didirikan oleh KH. M. Ghozali Manan pada tahun 1940,
terletak di sebelah tenggara kota Nganjuk, tepatnya di dusun Krempyang,
Kelurahan Tanjunganom, Kecamatan Tanjunganom, Kabupaten Nganjuk.
dalam perkembangannya, setelah KH. Moh. ghozali wafat (tahun 1990),
Pesantren Miftahul Mubtadiin diasuh oleh putra-putra beliau yaitu KH.
Moh. Ridlwan Syaibani sebagai pengasuh pondok putra, KH. Moh.
Hamam Ghozali sebagai pengasuh pondok Putri dan Agus Nur Salim
Ghozali sebagai Dewan pembantu dari keduanya dalam mengelola
pesantren.
Pada periode tersebut, perkembangan pondok pesantren dan unit
7
signifikan dengan membuka pendidikan madrasah dengan metode
Kurikulum Departemen Agama (Depag) mulai dari tingkat ibtidaiyah
sampai jenjang Aliyah. pada perkembangan selanjutnya, unit pendidikan
bertambah lagi dengan membuka dua pendidikan setelah Aliyah, yaitu
Takhassus/ Forum Kajian Khusus Kitab Kuning (FK4) dan Kampus
Sekolah Tinggi Agama Islam Darussalam (STAIDA).
Kepemimpinan transformasional pondok pesantren Miftahul
mubtadiin tercermin ketika pondok ini mendirikan sebuah lembaga yang
bernama “Lembaga Islam Al-Ghazali (L.I.G.A)”,lembaga tersebut adalah
pusat yang menaungi semua institusi Pendidikan pondok meliputi
madrasah, pondok pesantren Putra, Pondok Pesantren Putri dan
kegiatan-kegiatan lainya yang semuanya di beri keleluasaan untuk mengembangkan
diri tapi tetap bertanggung jawabnya kepada Lembaga Islam Al-ghozali.
sedangkan mengenai kegiatan kewirausahaan, Kiai menyerahkan tanggung
jawab tersebut pada santri-santri senior yang berpengalaman untuk
pengembangan.
Berdasarkan persoalan di atas dapat dikatakan peranan
kepemimpinan adalah faktor dalam kemajuan suatu perusahaan atau
lembaga sekaligus memiliki pengaruh penting dalam kemajuan dan
motivasi seseorang dalam melakukan sesuatu, termasuk kemandirian.
Bertitik tolak pada latar belakang di atas peneliti ingin meneliti
tentang peran gaya pemimpin yang diterapkan di Pondok Pesantren
8
di pondok tersebut. Dengan demikian peneliti memberi judul pada
penelitian ini dengan judul “Membangun Kemandirian Ekonomi Santri
Melalui Kepemimpinan Transformasional Kiai (Studi Kasus Pondok
Pesantren Putra Miftahul Mubtadiin di Kecamatan Tanjunganom
Kabupaten Nganjuk)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang
diangkat pada penelitian ini adalah bagaimanakah membangun
kemandirian ekonomi santri melalui kepemimpinan transformasional kiai
di pondok pesanten putra miftahul mubtadiin?
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya kiai dalam membangun
kemandirian ekonomi santri melalui kepemimpinan transformasional di
Pondok Pesantren Putra Miftahul Mubtadiin Nganjuk.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
informasi, penambahan wawasan, dan pengembangan disiplin ilmu
pengetahuan Manajemen dakwah khususnya dalam pengelolaan
manajemen sumber daya manusia terutama yang berhubungan dengan
kepemimpinan yaitu kepemimpinan transformasional. Selain itu,
9
bagi siapa saja yang akan meneliti lebih lanjut mengenai gaya
kepemimpinan transformasional.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi
kepada Pondok bahwa gaya kepemimpinan transformasional pada
santri akan berpengaruh terhadap perkembangan dari santri tersebut,
sehingga hasil penelitian ini bisa menjadi salah satu sumber
informasi tentang hal apa yang seharusnya dibenahi pada pondok.
E. Definisi Konsep
Untuk menghindari kerancuan di dalam pemahaman maka penulis
merasa perlu untuk memberikan definisi Konsep dari judul skripsi ini, agar
terjadi kesamaan visi antara penulis dan pembaca ataupun penguji yaitu:
1. Kepemimpinan transformasional
Kepemimpinan transformasional merupakan gaya
kepemimpinan yang menciptakan hubungan antara pemimpin dan
anggota untuk meningkatkan motivasi dan moralitas yang lebih
tinggi.7 Maksudnya, kepemimpinan transformasional mengutamakan
pemberian kesempatan dan atau mendorong semua unsur yang ada di
organisasi untuk bekerja atas dasar visi dan misi yang sudah
diciptakan, sehingga semua unsur yang ada di Pondok (Kiai, kepala
pondok dan santri) bersedia dan tanpa paksaan berpartisipasi secara
optimal dalam rangka mencapai tujuan pondok.
7
10
Kepemimpinan transformasional mempunyai empat perilaku
khusus yaitu yang pertama adalah kepemimpinan komunikasi
maksudnya adalah seorang pemimpin harus pandai berkomunikasi
dengan anggotanya. Yang kedua yaitu kepemimpinan yang kredibel
(kepercayaan) maksudnya adalah pemimpin harus menumbuhkan rasa
kepercayaan terhadap orang-orang yang ada disekitarnya.8 Yang
ketiga adalah kepemimpinan yang peduli, yaitu para pemimpin
transformasional menunjukkan bahwa mereka peduli terhadap orang.
Peduli berarti menghargai keterampilan-keterampilan dan kemampuan
khusus individu-individu lain.9 Yang keempat adalah menciptakan
berbagai peluang, maksudnya adalah pemimpin transformasional
dalam memberikan peluang dan kesempatan terhadap anggotanya
tidak menganggap hal tersebut menjadi tindakan yang beresiko.10
2. Kemandirian Ekonomi
Dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan bahwa arti dari
kemandirian adalah suatu hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa
bergantung pada orang lain. Kemandirian berawal dari kata “mandiri”
yan mendapat awalan ke- dan akhiran –an yang imbuhan tersebut
menjadikannya kata benda. Kemandirian adalah bentuk sikap terhadap
8
Marshal sashkin dan Molly G.sashkin, Prinsip-prinsip Kepemimpinan, Rudolf Hutauruk (Jakarta: Erlangga, 2011), 43.
9
Marshal sashkin dan Molly G.sashkin, Prinsip-prinsip Kepemimpinan, Rudolf Hutauruk (Jakarta: Erlangga, 2011)., 45.
10
11
objek dimana individu memiliki indepensi yang tidak berpengaruh
pada orang lain.11
Kemandirian adalah kemampuan seseorang dalam bertindak
untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya ataupun keinginannya
tanpa bergantung pada bantuan orang lain, baik dalam aspek emosi,
ekonomi, intelektual dan sosial. Sedangkan kemandirian ekonomi
berarti memiliki kemampuan ekonomi yang produktif. Individu dapat
melakukan kegiatan ekonomi untuk mencari tambahan pemasukan
bagi dirinya sendiri atau keluarga. Hal tersebut dimaksudkan agar
individu dapat memiliki keterampilan hidup guna menolong dirinya
sendiri dan dan tidak bergantung sepenuhnya pada orang lain.
3. Pengertian Kiai
Sebagaimana diketahui kiai adalah simbol yang lekat dalam
agama islam di indonesia yang berasal dari bahasa jawa.12 Istilah kiai
dalam bahasa jawa dipakai untuk tiga jenis gelar yang saling berbeda
yaitu:
a. Kiai dipakai sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang
dianggap keramat. Kiai Garuda Kencana dipakai untuk sebutan
“kereta emas” yang abadi di keraton Yogyakarta.
b. Kiai sebagai gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada
seorang ahli agamaislam yang memiliki atau menjadi pimpinan
pesantren dan mengajar kitab-kitab klasik kepada para santrinya.
11
KBBI, dep pendidikan Nasional 2005
12
c. Kiai dipakai untuk gelar kehormatan untuk orang tua pada
umumnya.
Dari ketiga pemakaian istilah tersebut diatas yang banyak
dipakai masyarakat adalah yang kedua. Pengertian kiai yang paling
luas dalam indonesia modern adalah pendiri dan pimpinan dari sebuah
pondok pesantren, yang sebagai muslim terpelajar telah mengabdikan
hidupnya demi Allah serta menyebarluaskan dan memperdalam
ajaran-ajaran serta pandangan islam melalui kegiatan pendidikan.13
Kiai sebagai pemimpin masyarakat memiliki sifat-sifat atau
pribadi yang menunjang keberhasilan tugasnya. Adapun sifat-sifat
seorang kiai adalah sebagai berikut:
a. Ikhlas
Dalam menjalankan tugasnya, seorang kiai selalu
mendasarkan perbuatannya kepada keikhlasan yang dilaksanakan
dengan kerelaan tanpa rasa terbebani. Pegabdian seorang kiai
untuk mengembangkan lembaga yang dikelolanya tanpa
mementingkan kepentingan pribadi, merupakan sifat ikhlas timbal
balik antara diri seorang santri dan kiai.14
Pengabdian kiai dalam mendidik santri dan masyarakat
diwarnai oleh nilai keiikhlasan tanpa pamrih hanya karena Allah
semata, sehingga kiai secara tidak langsung memiliki kharismatik
13
Zamakhssyari dhofier, tradisi pesantren hal 55
14
13
tersendiri yang membuat santri dan masyarakat segan dan akan
dengan sukarela mengikuti ajakan kiai dengan keikhlasan.
b. Berniat Ibadah
Sifat utama yang dimiliki seorang kiai adalah segala sesuatu
perbuatan diniati sebagai ibadah. Konsep “Lillahi ta’ala” dalam
artian tidak menghiraukan kehidupan duniawi (zuhud dunnya)
dipegang teguh oleh seorang kiai dan ditanamkan dalam
masyarakat.
Dengan demikian ketaatan seorang santri kepada kiainya
misalnya, dipandang sebagai suatu manifestasi ketaatan mutlak
bukan berarti meninggalkan aktifitas formal yang memberikan
pengaruh material, akan tetapi mengorientasikan keseluruhan
aktifitas keduniawian kedalam suatu tatanan Ilahiyah.
Kehidupan serba ibadah ini diwujudkan dalam berbagai
bentuk, antara lain: kesadaran untuk berkorban, bekerja keras
untuk kemajuan agama, berlaku adil kepada masyarakat dan
solidaritas yang tinggi.
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika bahasan ini bertujuan untuk menjadikan tulisan ini
tersusun secara sistematis, terarah, dan sesuai dengan bidang kajian yang
diteliti. Penyusunan hasil laporan penelitian dalam bentuk Skripsi ini
14
Bab pertama Pendahuluan, yang berfungsi untuk memaparkan pola
dasar dari keseluruhan isi Skripsi yang terdiri dari latar belakang yang
memicu timbulnya masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi konsep, dan
sistematika bahasan.
Bab kedua Kajian teoritik, yang mengkaji tentang konsep-konsep yang
bersifat teoritik yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan
variabel yang diteliti, Sehingga dalam bab ini dijelaskan perihal
manajemen program pesantren, dengan penjelasan yang terperinci dalam
beberapa subbab, yaitu; 1) Penelitian terdahulu yang relevan 2) Kerangka
teori tentang kemandirian ekonomi dan kepemimpinan transformasional;
3) Perspektif islam.
Bab ketiga berisi tentang Pendekatan dan jenis penelitian yang
digunakan peneliti dalam penelitian. Dalam bab ini juga dijelaskan dimana
lokasi penelitian, jenis dan sumber data yang dicari oleh peneliti,
tahap-tahap penelitian yang akan dilalui, juga tercakup didalamnya akan
dijelaskan metode yang digunakan peneliti dalam mencari data secara
ilmiah, yakni teknik pengumpulan data, teknik validasi data dan teknik
analisis data.
Bab keempat berisi pembahasan tentang hasil penelitian meliputi
gambaran umum objek penelitian, penyajian data dan analisis data dari
peneliti, dalam bab ini pula peneliti menjelaskan kesesuaian antara teori
15
Bab kelima Penutup, bab ini dimaksudkan untuk memudahkan bagi
pembaca yang mengambil intisari dari Skripsi, yang berisi kesimpulan,
BAB II
KEMANDIRIAN EKONOMI DAN KEPEMIMPINAN
TRANSFORMASIONAL
A. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian oleh Ahmad Saifuddin dengan judul “Implementasi
Kepemimpinan Transformasional dalam Meningkatkan Kinerja Guru dan
Anggota di SMA Negeri I Gedangan Sidoarjo” tahun 20091 yang
membahas tentang pengaruh yang diperankan pemimpin transformasional
sehingga meningkatkan kinerja guru dan anggota.
Penelitian ini mempunyai kesamaan dengan penelitian yang akan
dilakukan yaitu kepemimpinan transformasional, sedangkan perbedaannya
terletak pada penelitian yang akan dilakukan mengenai peran
kepemimpinan transformasional terhadap perkembangan kemandirian
ekonomi dan skripsi ini membahas mengenai peningkatan kinerja akibat
dari kepemimpinan transformasional.
Penelitian oleh Wilda Akmala dengan judul “Pengaruh gaya
kepemimpinan transformasional dan transaksional terhadap kinerja
anggota BPRS Jabal Nur Surabaya” tahun 2014, mengenai penggabungan
antara dua gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional yang
diterapkan kepada kinerja anggota serta pengaruh dari gaya kepemimpinan
tersebut.
1
17
Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada gaya
kepemimpinan yang akan diteliti yaitu peneliti hanya membatasi satu gaya
kepemimpinan yaitu gaya kepemimpinan transformasional.
Penelitian oleh Ria Duwin Andayani dengan judul “Model
Kepemimpinan Transformasional di Telkom Divre Jawa Timur” tahun
2011.2 Skripsi ini membahas mengenai deskripsi tentang gaya
kepemimpinan transformasional di Telkom Divre Jawa Timur.
Penelitian ini mempunyai kesamaan dengan penelitian yang akan
dilakukan yaitu mengenai kepemimpinan transformasional akan tetapi
dalam penelitian tersebut meneliti tentang deskripsi atau paparan
mengenai model dari kepemimpinan transformasional di perusahaan
tersebut. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan adalah mengenai
impact dari kepemimpinan transformasional terhadap perkembangan
kemandirian seseorang.
Selanjutnya penelitian oleh Hanif Ashar dengan judul “Hubungan
Kepemimpinan Transformasional dan Komitmen Organisasi dengan
Organizational Citizenship Behaviour Guru MIN 22 Sugihwaras
Bojonegoro” tahun 2014.3
penelitian ini membahas mengenai keterkaitan
antara kepemimpinan transformasional dan komitmen organisasi dengan
Organizational Citizenship Behaviour.
2
Ria Duwin Andayani, 2011“Model Kepemimpinan Transformasional Di Telkom Divre jawa Timur”
Skripsi--UIN Sunan Ampel, Surabaya,hal. 10.
3
18
Penelitian dari Hanif Ashar memiliki persamaan dengan penelitian
yang akan dilakukan yaitu tentang kepemimpinan transformasional akan
tetapi penelitian tersebut mempunyai perbedaan yang terletak pada objek.
Terakhir, penelitian oleh Ebah Suayibah dengan judul
“pemberdayaan ekonomi santri melalui penanaman jamur tiram” pada
2009. Persamaan penelitian ini terletak pada upaya peneliti untuk
mengetahui bagaimana upaya pondok dalam membentuk santri menjadi
mandiri atau berdaya secara ekonomi.
Perbedaan pada penelitian ini adalah pada penelitian Ebah berfokus
pada upaya-upaya yang dilakukan, sedangkan pada penelitian ini, peneliti
berfokus pada bagaimana peran kiai sebagai model yang ditiru santri untuk
hidup secara mandiri.
Berdasarkan atas penelitian tersebut menurut hemat penyusun,
skripsi yang akan ditulis ini belum pernah diteliti, karena dalam skripsi ini
lebih menekankan kepada gaya kepemimpinan transformasional kiai
dalam pengembangan kemandirian ekonomi di Pondok Pesantren dan
dengan melihat titik perbedaan itulah, maka penelitian ini dilakukan
dengan lebih mendalam ke sisi pengaruh dari pemimpin pondok / Kiai
(kepemimpinan) sebagai model yang dititu dan akhirnya akan berpengaruh
terhadap kemandirian ekonomi santri.
B. Kerangka Teori
Istilah kerangka teori identik dengan paradigma atau kerangka berpikir
19
kajian penelitian.4 Adanya kerangka teoritik bisa bermanfaat untuk
membuat penelitian menjadi fokus, terarah, dan tidak melebar ke
mana-mana. Kerangka teoritik dibangun berdasarkan konsep atau teori dari
bebagai pendapat para ahli yang kemudian diterjemahkan ke wilayah
empirik sehingga bisa diimplementasikan di dalam penelitian.
1. Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan Transformasional adalah sebuah gaya
kepemimpinan yang mengutamakan pemenuhan terhadap tingkatan
tertinggi dari hirarki maslow yakni kebutuhan akan harga diri dan
aktualisasi diri. Kepemimpinan transformasional inilah yang
sungguh-sungguh diartikan sebagai kepemimpinan yang sejati karena
kepemimpinan ini sungguh bekerja menuju sasaran pada tindakan
mengarahkan organisasi kepada suatu tujuan yang tidak pernah diraih
sebelumnya.5
Menurut Bass mendefinisikan bahwa kepemimpinan
transformasional sebagai pemimpin yang mempunyai kekuatan untuk
mempengaruhi bawahan dengan cara-cara tertentu Dengan penerapan
kepemimpinan transformasional bawahan akan merasa dipercaya,
dihargai, loyal dan respek kepada pimpinannya. Pada akhirnya
bawahan akan termotivasi untuk melakukan lebih dari yang
diharapkan. Sedangkan menurut O’Leary, kepemimpinan
4
Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel, Panduan skripsi manajemen dakwah (Surabaya: Fakultas Dakwah, 2011), 17
5
20
transformasional adalah gaya kepemimpinan yang digunakan oleh
seseorang manajer bila ia ingin suatu kelompok melebarkan batas dan
memiliki kinerja melampaui status quo atau mencapai serangkaian
sasaran organisasi yang sepenuhnya baru.
Kepemimpinan transformasional pada prinsipnya memotivasi
bawahan untuk berbuat lebih baik dari apa yang bisa dilakukan,
dengan kata lain dapat meningkatkan kepercayaan atau keyakinan diri
bawahan yang akan berpengaruh terhadap peningkatan kinerja.
2. Teori tentang Kepemimpinan Transformasional
Bernard M. Bass menjelaskan tentang teori dalam Kepemimpinan
Transformasional. dia mengatakan bahwa kepemimpinan
transformasional memiliki 4 aspek, yaitu: idealis, memotivasi,
menstimulasi, memahami individu.6
[image:35.595.134.512.247.699.2]
Gambar 1: bass aviola theory
6
21
a. Idealized Influence (or charismatic influence)
Idealized influence mempunyai makna bahwa seorang
pemimpin transformasional harus kharisma yang mampu
“menyihir” bawahan untuk bereaksi mengikuti pimpinan. Dalam
bentuk konkrit, kharisma ini ditunjukan melalui perilaku
pemahaman terhadap visi dan misi organisasi, mempunyai
pendirian yang kukuh, komitmen dan konsisten terhadap setiap
keputusan yang telah diambil, dan menghargai bawahan. Dengan
kata lain, pemimpin transformasional menjadi role model yang
dikagumi, dihargai, dan diikuti oleh bawahannya.
b. Inspirational Motivation
Inspirational motivation berarti karakter seorang pemimpin
yang mampu menerapkan standar yang tinngi akan tetapi
sekaligus mampu mendorong bawahan untuk mencapai standar
tersebut. Karakter seperti ini mampu membangkitkan optimisme
dan antusiasme yang tinggi dari pawa bawahan. Dengan kata lain,
pemimpin transformasional senantiasa memberikan inspirasi dan
memotivasi bawahannya.
c. Intellectual Stimulation
Intellectual stimulation karakter seorang pemimpin
transformasional yang mampu mendorong bawahannya untuk
menyelesaikan permasalahan dengan cermat dan rasional. Selain
22
baru yang lbih efektif dalam menyelesaikan masalah. Dengan
kata lain, pemimpin transformasional mampu mendorong
(menstimulasi) bawahan untuk selalu kreatif dan inovatif.
d. Individualized Consideration
Individualized consideration berarti karakter seorang
pemimpin yang mampu memahami perbedaan individual para
bawahannya. Dalam hal ini, pemimpin transformasional mau dan
mampu untuk mendengar aspirasi, mendidik, dan melatih
bawahan. Selain itu, seorang pemimpin transformasional mampu
melihat potensi prestasi dan kebutuhan berkembang para
bawahan serta memfasilitasinya. Dengan kata lain, pemimpin
transformasional mampu memahami dan menghargai bawahan
berdasarkan kebutuhan bawahan dan memperhatikan keinginan
berprestasi dan berkembang para bawahan.
3. Teori tentang Kemandirian Ekonomi
Kemandirian adalah kemampuan untuk bertindak berdasarkan
pertimbangan sendiri dan bertanggung jawab atas tindakan tersebut.
kemandirian juga diartikan sebagai kemampuan untuk membuat
keputusan dan mengatur hidup sendiri tanpa ketergantungan
berlebihan terhadap orang lain. Kemandirian tidak dapat selesai pada
satu tahap kehidupan, melainkan akan terus berkembang di dalam
23
Benny Susetyo menjelaskan bahwa seseorang dikatakan mandiri
[image:38.595.128.501.173.530.2]secara ekonomi apabila memiliki 5 aspek:7
Gambar 2: teori kemandirian ekonomi
a. Bebas hutang konsumtif
Ada dua jenis hutang jika dilihat dari kegunaannya. Pertama,
hutang produktif, yaitu hutang yang dibelanjakan untuk kebutuhan
yang dapat menambah penghasilan seseorang. Misalnya, untuk
memulai usaha, untuk membeli tanah, untuk sekolah dan
semacamnya.
Kedua, hutang konsumtif, yaitu hutang yang dibelanjakan untuk
kebutuhan yang tidak menambah penghasilan, misalnya membeli hp
atau mobil untuk mengikuti gaya hidup.
7
24
b. Memiliki Keyakinan dalam bisnis
Seseorang yang memiliki keyakinan berarti tidak mudah
terpancing untuk berbelok dalam bisnisnya, baik ketika bisnisnya
merosot atau sedang sepi. Dia akan terus mencari cara bagaimana
menimbun jurang lalu membangun sebuah bukit. Dia akan selalu
memantau bisnisnya sehingga tidak membeli barang yang dinilai
kurang penting.
c. Memiliki investasi
Investasi adalah menanamkan suatu modal dengan harapan
nantinya akan bertumbuh, modal bisa apapun termasuk uang, tenaga,
pikiran dan lain sebagainya. Seseorang yang memiliki investasi
dinilai memiliki pandangan yang jauh kedepan, yaitu melihat
bagaimana hasil akhir dari proses suatu usaha dari bagaimana usaha
tersebut telah berjalan. Bahkan kegagalan dari sebuah investasi akan
tetap memberikan keuntungan, yaitu membuat pandangan seorang
investor semakin tajam.
d. Mampu mengelola arus kas uang (cash flow)
Arus kas uang adalah aliran dana masuk dan aliran dana keluar
seseorang. Aliran dana masuk biasanya disebut pendapatan dan
aliran dana keluar disebut pengeluaran atau pembelanjaan. Sebuah
arus kas (cashflow) dinilai baik apabila pengeluaran seseorang lebih
kecil daripada pendapatannya sehingga sisanya bisa ditabung atau di
25
lebih besar dari pada pendapatannya sehingga untuk memenuhi
pengeluaran tersebut, dia akan mencari pinjaman atau menjual
asetnya.
e. Siap mental terhadap gangguan finansial
Kesiapan fisik seseorang dalam bisnis seperti memiliki modal,
pengalaman, tabungan, atau asuransi adalah penting. Namun aspek
mental terbukti lebih mendominasi dalam kesuksesan seseorang
dalam kemandirian ekonomi. Jatuh dan bangun dalam usaha akan
menjadi kepastian dalam kehidupan, mereka yang memiliki mental
bangkit dari setiap jatuh akan membuat seseorang lebih cepat
berhasil daripada orang yang belum memilikinya, karena seperti
krisis atau ditinggal seseorang yang dicintai terbukti mampu
menjatuhkan bisnis yang sudah kuat.
4. Perspektif Islam (sub-bab khusus)
Kemandirian ekonomi mendapat perhatian yang tak kalah penting
dalam ajaran agama islam. seorang muslim wajib berusaha dengan
mencari nafkah yang halal. Dengan nafkah tersebut, dia dapat
menghidupi dirinya dan keluarganya, ia juga dapat memberikan manfaat
kepada orang lain. Seorang muslim tidak boleh menggantungkan
hidupnya kepada orang lain. Karena hidup dengan bergantung kepada
orang lain merupakan kehinaan.
Allah dan RasulNya menganjurkan umat Islam untuk berusaha dan
26
tidaklah tercela. Hal tersebut juga dicontohkan oleh Para nabi dan rasul
terdahulu yang juga bekerja dan berusaha untuk menghidupi diri dan
keluarganya.
Allah berfirman dalam surah al jumuah:
Artinya: maka apabila shalat telah selesai dikerjakan, bertebaranlah kamu sekalian dimuka bumi dan carilah rezeki karunia Allah. (al – jumuah: 10)
Ayat tersebut menjelaskan tentang pentingnya seorang muslim
untuk bekerja. Hal tersebut menjadi lebih jelas karena perintah bekerja
diberikan setelah sholat, hal tersebut memberi arti bahwa bekerja
merupakan suatu kemuliaan, karena makan dari hasil jerih payah sendiri
adalah terhormat dan nikmat, sedangkan makan dari hasil jerih payah
orang lain merupakan kehidupan yang hina.
Selain bekerja, sosok pemimpin juga diperlukan dalam proses
menuju kemandirian ekonomi seseorang. Pemimpin adalah motor
penggerak untuk melakukan suatu perubahan dan sebagai nahkoda untuk
membimbing dan mengarahkan agar tidak tersesat di dalam jalan yang
tidak diridai oleh Allah Swt. Kepemimpinan dalam Islam adalah
kepemimpinan yang selalu memberikan tauladan kepada pengikutnya
tidak hanya dengan ucapan tetapi juga dengan tindakan yang nyata.
Hal itu sesuai dalam surat al-Ahzab ayat 21:
27
artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.8
Islam mempunyai seorang pemimpin yang menjadi tauladan bagi
pemimpin- pemimpin yang lain yaitu Nabi Muhammad saw. Beliau telah
berhasil membawa agama Islam menjadi agama yang rahmatan
lil’alamin,
Walaupun banyak rintangan yang dialami oleh beliau seperti dicaci
maki, dilempari kotoran bahkan dimusuhi oleh keluarganya sendiri akan
tetapi, beliau tetap berpegang teguh untuk menyiarkan agama Islam dan
hasilnya Islam menjadi agama yang paling banyak dianut diseluruh
dunia.
Pemimpin transformasional dalam mewujudkan visi dan misinya
selalu menjadi orang terdepan dalam melakukan sesuatu dengan ibda’
binafsik (memulai dari diri sendiri). Sehingga pemimpin bias menjadi
tauladan bagi para anggotanya untuk menginspirasi dan memotivasi. Hal
ini sudah dicontohkan oleh nabi Muhammad saw. Sejak dalam
dakwahnya selalu memberikan contoh terhadap kaumnya, agar bias
menganut apa yang dicontohkan oleh beliau.
Selanjutnya kepemimpinan dalam Islam adalah pemimpin sebagai
pemuka dan memberikan arah. Penjelasan ini sebagaimana di dalam
firman Allah Swt. surat ali-Imran ayat: 104
8
28
Artinya: “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang berbuat makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung ”.9
Ayat tersebut menjelaskan bahwa menjadi pemimpin diharapkan
dapat mengarahkan kepada anggotanya agar menjadi lebih baik sehingga
pemimpin mampu memberikan contoh perbuatan baik misalnya datang
tepat waktu ketika masuk kerja, ramah terhadap pelanggan atau selalu
berjamaah ketika waktu sholat, dan jujur dalam melakukan pekerjaan.
Pemimpin diharapkan dapat memberikan arahan secara langsung
kepada anggota. Pemimpin selalu berusaha hadir dalam setiap
kesempatan untuk berkumpul bersama dengan anggota sehingga
pemimpin dapat memberikan perhatian dan arahan secara individu
terhadap anggotanya agar menjadi lebih baik lagi. Pemimpin
transformasional percaya akan kemampuan para anggotanya sehingga tak
jarang pemimpin memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk
melakukan hal baru yang sesuai dengan kemampuan dan keahlian dari
anggotanya.
9
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang
mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang
sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang
tampak. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada
generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna. 1
Sesuai dengan judul penelitian yaitu “Membangun Kemandirian
Ekonomi Santri melalui Kepemimpinan Transformasional Kiai” , maka
peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Secara bahasa kualitatif
berarti meninjau berdasarkan mutu.2 Patton medeskripsikan metode
penelitian kualitatif, sebagaimana dikutip oleh Rulam Ahmadi, bahwa:
“Metode penelitian kualitatif adalah untuk memahami fenomena yang sedang terjadi secara alamiah (natural) dalam keadaan-keadaan yang sedang terjadi secara alamiah. Konsep ini lebih menekankan pentingnya sifat data yang diperoleh oleh penelitian kualitatif, yakni data alamiah. Data alamiah ini utamanya diperoleh dari hasil ungkapan langsung dari subjek peneliti”. 3
Dengan menggunakan metode kualitatif, maka data yang di dapat
akan lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna sehingga
tujuan penelitian dapat dicapai. Dengan metode kualitatif, maka akan
1
Sugiono, 2015, Memahami Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung, hal. 3
2
Bambang Murhiyanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Victory Inti Cipta, hal. 275
3
30
dapat diperoleh data yang lebih tuntas, pasti, sehingga memiliki
kredibilitas yang tinggi.4
Sedangkan metode kuantitatif, hanya bisa diteliti beberapa variabel
saja, sehingga seluruh permasalahan yang telah dirumuskan tidak akan
terjawab dengan metode kuantitatif. Dengan metode kuantitatif tidak dapat
ditemukan data yang bersifat proses kerja, perkembangan suatu kegiatan,
deskripsi yang luas dan mendalam, perasaan, norma, keyakinan, sikap
mental, etos kerja dan budaya yang dianut seseorang maupun sekelompok
orang dalam lingkungan kerjanya. Dengan metode kuantitatif hanya dapat
digali fakta-fakta yang bersifat empirik dan terukur. Fakta-fakta yang tidak
tampak oleh indera akan sulit diungkapkan.5
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian Studi kasus,
karena sesuai dengan judul tersebut, peneliti ingin mengetahui bagaimana
proses yang dilakukan pemimpin, dalam hal ini seorang Kiai di pondok
pesantren putra dalam membangun kemandirian ekonomi santrinya dan
Studi kasus dipilih karena adanya faktor khusus yaitu terdapat unit usaha
perekonomian yang berupa: peternakan sapi, pertanian, industri tahu,
koperasi bengkel, koperasi buku dan kitab dalam proses pembelajaran
yang mana tidak terdapat pada pondok lain.
B. Lokasi Penelitian
Dalam sasaran penelitian ini, ada dua hal yang akan dijelaskan yaitu
mengenai objek penelitian dan wilayah penelitian. Objek yang akan dituju
4
Sugiono, 2015, Memahami Penelitian Ku alitatif, Alfabeta, Bandung, hal. 181
5
31
dalam penelitian ini adalah masalah yang berkaitan dengan kepemimpinan
transformasional dan karakter kemandirian ekonomi santri yang ada di
pondok. Sedangkan lokasi yang dijadikan objek atau sasaran dalam
penelitian ini adalah Pondok pesantren putra miftahul mubtadiin di
kecamatan tanjunganom kabupaten nganjuk.
C. Jenis dan Sumber Data
Data untuk suatu penelitian dapat dikumpulkan dari berbagai
sumber. Sumber data dibedakan atas sumber data primer dan sekunder.
Peneliti diharapkan mampu memahami dan mengidentifikasi sumber data
yang akan dapat memudahkan peneliti untuk memilih metode
pengumpulan data yang tepat guna dan hasil guna dan memudahkan
melakukan pengumpulan data.6 Untuk itu jenis dan sumber data dalam
penelitian ini, sebagai berikut:
1. Jenis Data
a. Primer
Data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dari subjek
peneliti dengan menggunakan alat pengukur atau alat
pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi
yang dicari.7 Yang termasuk di dalam data primer yaitu subjek
atau orang dan tempat. Adapun yang menjadi data primer dalam
penelitian ini adalah Kiai, kepala pondok miftahul mubtadiin serta
6
Ulber Silalahi, 2010, Metode Penelitian Sosial, PT Refika Aditama, Bandung, hal. 289
7
32
jajaran pengurus yang datanya didapat dengan melalui wawancara
secara langsung.
b. Sekunder
Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan dari
tangan kedua atau sumber-sumber lain yang telah tersedia
sebelum penelitian dilakukan. 8
Data yang diambil dan diperoleh dari bahan pustaka yaitu
mencari data atau informasi, yang berupa benda-benda tertulis
seperti buku-buku, internet, dokumen dan karya tulis ilmiah.9
Data sekunder tersebut merupakan data pendukung atau sebagai
data pelengkap dari data primer. Data yang termasuk ke dalam
data sekunder yaitu, data yang diperoleh dari bahan-bahan
literatur yang berkaitan dengan kepemimpinan pada pondok
pesantren miftahul mubtadiin.
2. Sumber Data
Informan sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah
berdasarkan pada asas subjek yang menguasai permasalahan, memiliki
data, dan bersedia memberikan informasi lengkap dan akurat. Teknik
pemilihan informan dengan cara purposive. Purposive adalah
menentukan subjek atau objek sesuai tujuan. Dengan menggunakan
pertimbangan pribadi yang sesuai dengan topik peneliti, peneliti
memilih subjek/objek sebagai unit analisis.
8
Ulber Silalahi, 2010, Metode Penelitian Sosial, PT Refika Aditama, Bandung, hal, 291
9
33
Berikut adalah daftar informan atau sumber data dalam
penelitian ini
a. Kiai Pondok Pesantren Putra Pondok Pesantren mintahul
Mubtadiin
b. Kepala Pondok Putra Miftahul Mubtadiin
c. Pengurus pondok bagian perekonomian
d. Pengurus pondok putra anak-anak
Daftar diatas adalah orang-orang yang dinilai peneliti mampu
memberi penjelasan tentang kepemimpinan transformasional kiai dan
karakter kemandirian ekonomi santri di pondok pesantren putra.
Daftar tersebut bersifat tidak tetap tergantung pada situasi dan kondisi
yang terjadi dilapangan nanti.
D. Tahap-Tahap Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini,peneliti menggunakan
tahap-tahap penelitian menurut Lexy J. Moleong, tahap-tahap-tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tahap Pralapangan
Ada berapa kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti, pada
tahap pralapangan atara lain:
a. Menyusun rancangan penelitian
Penyusunan rancangan penelitian adalah berupa usulan
penelitian yang diajukan kepada ketua prodi manajemen dakwah,
34
di lapangan, problematika yang berisi tentang permasalahan yang
diangkat dalam penelitian.
Setelah rancangan itu disetujui oleh ketua prodi, selanjutnya
peneliti membuat proposal penelitian. Setelah menyusun
prosposal, selanjutnya peneliti memilih tempat yakni Pondok
Pesantren Putra Miftahul Mubtadiin Nganjuk sebagai objek
penelitian, kemudian mengurus perizinan, mengamati dan menilai
lapangan, memilih informan sebagai salah satu smber data primer,
dan menyiapkan perlengkapan penelitian.
b. Memilih lapangan penelitian
Adapun lapangan penelitian yang dipilih oleh peneliti
adalah Pondok pesantren miftahul mubtadiin nganjuk. Sebelum
melakukan penelitian peneliti terlebih dahulu melakukan
penggalian data infomasi tentang objek penelitian yang akan
diteliti. Kemudian ada ketertarikan yang timbul dalam diri
peneliti untuk dijadikan objek penelitian, karena di rasa sesuai
dengan disiplin ilmu peneliti selama ini.
c. Mengatur perizinan
Pada tahap ini, peneliti mengurus perizinan pada fakultas
dakwah dan ilmu komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya,
kemudian diserahkan kepada pimpinan Pondok Pesantren Putra
35
menggali data tentang karakter kemandirian ekonomi yang ada di
pondok pesantren dan kepemimpinan transformasional kiai.
d. Menjajaki dan memilih lapangan
Tahap ini, belum sampai pada menyikapi bagaimana
peneliti masuk kedalam lapangan, dalam arti peneliti belum
memulai mengumpulkan data yang sebenarnya akan diteliti. Pada
tahap ini, peneliti barulah memulai berorientasi lapangan, akan
tetapi pada hal tertentu peneliti memulai keadaan lapangan itu
sendiri, seperti menanyakan hal-hal yang ringan.
Peneliti terlebih dahulu melakukan penelitian lapangan
terhadap objek yang dijadikan bahan penelitian. Dengan
pertimbangan bahwa objek tersebut belum ada yang meneliti, dan
memiliki hal yang menarik untuk dijadikan objek penelitian. Serta
dengan pertimbangan bahwa objek tersebut juga relevan, jika
dibedakan dari sudut disiplin keilmuan.
e. Memilih dan memanfaatkan informan
Usaha untuk memilih dan memanfaatkan informan adalah
dengan cara melalui keterangan orang yang berwenang yaitu Kiai
Pondok pesantren Putra, Pengurus Putra, meliputi Ketua Pengurus
dan jajarannya dan para santri yang bersangkutan.
f. Menyiapkan perlengkapan penelitian
Untuk kelancaran jalannya penelitian, maka peneliti
36
tetapi dalam konteks upaya mengumpulkan data atau informan
dan objek yang diteliti, peneliti menggunakan alat bantu berupa
alat tulis menulis dan tape recorder dan audio visual.
g. Etika penelitian
Peneliti harus menjaga etika saat melaksanakan penelitian,
karena hal ini menyangkut hubungan dengan orang lain.
Hendaknya, dilaksanakan secara baik agar terjadi hubungan sosial
yang baik serta mudah mendapatkan data yang diinginkan
peneliti. Dengan dijaganya etika diharapkan terciptanya suatu
kerjasama yang menyenangkan.
2. Tahap lapangan
Setelah tahap pra lapangan terlampaui maka tahap selanjutnya
adalah tahap lapangan yang meliputi:
a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri
Untuk memasuki pekerjaan tahap lapangan, peneliti harus
memahami latar belakang penelitian terlebih dahulu. Selain itu,
peneliti juga harus mempersiapkan dirinya, baik secara fisik
maupun mental serta tidak melupakan etika.
Peneliti menjelaskan pada informan bahwa, penelitian yang
berjudul “Membangun kemandirian ekonomi santri melalui
kepemimpinan transformasional kiai” ini menggali data tentang
bagaimana peran kepemimpinan tersebut pada para kemandirian
37
b. Memasuki lapangan
Dalam lapangan penelitian, peneliti memposisikan diri dalam
lingkungan objek penelitian dengan cara menggali keakraban,
membaur dengan santri, dan turut serta dalam kegiatan santri
seperti membantu proses di pabrik tahu, peternakan dan kerja
bakti.
c. Berperan serta sambil mengumpulkan data
Peranan peneliti pada lokasi penelitian memang harus
dibatasi dan terjadwal. Jadwal penelitian hendaknya, telah
disusun secara tepat, hati-hati dan luwes. Karena untuk
mengantisipasi keadaan lapangan yang susah untuk diramal.
Namun, tidak menuntut kemungkinan apabila informan memiliki
waktu luang, peneliti dapat melakukan pengumpulan data. Maka,
peneliti dapat terlibat langsung dalam lokasi penelitian, serta
mengumpulkan dan mencatat data yang diperlukan yang
kemudian dianalisa secara intensif.
3. Tahap analisa
Dalam tahap ini, setelah peneliti berhasil mendapatkan data atau
informasi dari informan, langkah yang diambil adalah melakukan
transkip data hasil wawancara dan melakukan kode sesuai dengan
tema yang diteliti.
Setelah itu peneliti menyajikannya secara utuh data yang
38
hal-hal yang berkaitan dengan lokasi penelitian. Kemudian, peneliti
melakukan analisis data dari data-data yang telah diperoleh peneliti.10
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak
akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.11
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan
data, yaitu:
1. Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data dalam
penelitian apapun, termasuk penelitian kualitatif, dan digunakan untuk
memperoleh informasi atau data sebagaimana tujuan penelitian.
Observasi digunakan untuk mengumpulkan beberapa informasi
atau data yang berhubungan dengan ruang (tempat), pelaku, kegiatan,
objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Salah
satu peranan pokok dalam melakukan observasi adalah untuk
menemukan interaksi yang kompleks dengan latar belakang yang
alami.12
Jika partisipasi pasif menduduki peranan di dalam situasi sosial,
itu hanya merupakan orang yang berdiri di dekatnya, penonton atau
10
Lexy.J.Moleong, 2009, Metode Penelitian Kualitatif, PT.Remaja Rosda Karya, Bandung, hal. 127-148
11
Sugiono, 2015, Memahami Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung, hal. 62
12
39
pemerhati, atau orang yang luntang lantung.13 Peneliti bisa melakukan
pengamatan melalui berdiri dan melihat dari dekat apa yang sedang
dilakukan kelompok masyarakat atau subjek peneliti lakukan.
Dalam teknik observasi ini peneliti melihat dan mengamati
sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang
terjadi pada keadaan yang sebenarnya. Observasi dilakukan oleh
peneliti terhadap kondisi pesantren sekaligus perkembangannya.
Data yang diambil oleh peneliti dalam observasi di pondok
pesantren putra meliputi:
a. Ruang (tempat) dimana santri belajar kemandirian ekonomi,
meliputi peternakan, pabrik tahu dan tempe, menjadi pengrajin
dan tukang dan lain sebagainya.
b. Pelaku, meliputi Kiai, pengurus dan santri yang mengikuti
latihan kemandirian ekonomi.
c. Waktu, meliputi berapa lama proses belajar menjadi mandiri
secara ekonomi serta kapan ajaran tersebut diberikan.
d. Perasaan yang menunjukkan sikap santri terhadap kiai,
begitupun sebaliknya serta bagaimana sikap mereka selama
mendapat ajaran kemandirian ekonomi.
2. Wawancara
Wawancara adalah satu peristiwa umum dalam kehidupan sosial
sebab ada banyak bentuk berbeda dari wawancara. Metode wawancara
13
40
merupakan metode yang digunakan untuk mengumpulkan data atau
keterangan lisan dari seseorang yang disebut responden melalui suatu
percakapan yang sistematis dan terorganisasi. Hasil percakapan
tersebut dicatat atau direkam oleh pewawancara.14
Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian
terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya.
Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara mendalam dan tidak terstruktur kepada subjek penelitian
dengan pedoman yang telah di buat.
Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dan cara tanya jawab sambil bertatap muka
antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai,
dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di
mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial
yang relatif lama.15
Data yang di inginkan peneliti dalam wawancara kepada para
narasumber adalah:
a. Karakter kemandirian ekonomi di pondok pesantren putra.
b. Peran kepemimpinan transformasional kiai terhadap kemandirian
ekonomi santri
c. Upaya yang dilakukan kiai dalam mewujudkan kemandirian
ekonomi
14
Ulber Silalahi, 2010, Metode Penelitian Sosial, PT Refika Aditama, Bandung, hal. 312
15
41
3. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya
barang-barang tertulis. Dokumentasi berarti cara mengumpulkan data dengan
mencatat data-data yang sudah ada.16 Dokumentasi merupakan metode
penunjang dari metode obse