BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai peran DUDI terhadap implementasi pendi-dikan sistem ganda di SMKN 1 Salatiga, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan praktek kerja industri SMKN 1 Salatiga sebagai implementasi Pendidikan Sistem Ganda (PSG) dikelola oleh kelompok kerja (Pokja) prakerin yang bertugas menyiapkan seluruh per-angkat administrasi yang diperlukan untuk pelak-sanaan prakerin;
132
kurikulum, dan pembelajaran di sekolah. Sedang-kan untuk pelaksanaan prakerin, sudah melibat-kan DUDI meskipun hanya pada tahapan-tahapan tertentu;
3. Peran/Partisipasi DUDI selama ini masih terbatas pada kesediaan menerima siswa praktik, belum terlibat secara aktif dalam perencanaan/persiapan dan pengambilan keputusan menyangkut konsep dan prakarsa demi peningkatan penyelenggaran pendidikan. Indikator dari fenomena tersebut ada-lah: (a) Belum dilibatkannya DUDI dalam tahapan pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda maupun tahapan/proses Praktik Kerja Industri; (b) Peneri-maan siswa praktik dalam institusi yang sama untuk beberapa periode penerjunan ternyata hanya bersifat monoton, seakan-akan sebagai kegiatan rutin yang harus dijalankan, hanya sedikit kema-juan; (c) Hingga saat ini peran atau partisipasi institusi pasangan baru sebatas menerima siswa praktik secara pasif, belum berperan secara aktif dalam perencanaan penempatan siswa. Indikasi lain kurang aktifnya peran institusi pasangan ada-lah “menunggu” pihak sekolah misalnya keterli-batan dalam menerima siswa. Jika dijadikan tempat magang diterima, tetapi jika tidak pun tidak menuntut (institusi pasangan tidak proaktif untuk jemput bola ke sekolah, dengan alasan kesibukan); 4. Dalam pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda
133 Usaha/Dunia Industri (DUDI) mempunyai peran sebagai berikut: (a) Fasilitas modern DUDI dapat menghasilkan keuntungan yang berlipat ganda. Budaya kerja DUDI juga demikian. Maka untuk meningkatkan SDM semua elemen yang terkait dengan DUDI harus bersinergi, adapun ketiga elemen tripusat pendidikan (keluarga, sekolah, dan masyarakat DUDI) harus dalam sinergi untuk me-ningkatkan mutu layanan pendidikan, dan dengan layanan pendidikan yang bermutu, akan dihasilkan lulusan yang bermutu. Dengan lulusan yang ber-mutu itulah yang kemudian akan direkrut oleh DUDI untuk menjadi SDM yang bermutu yang akan mengabdikan diri untuk DUDI; (b) Munculnya gagasan Link and Macth (keterkaitan dan
kesepa-danan) ternyata telah membuka peluang bagi pihak pelaksana pendidikan khususnya Pendidikan Menengah Kejuruan untuk memungkinkan bekerja sama dengan Dunia Usaha dalam membina dan mengembangkan potensi di lapangan; (c) Link and
Macth juga memberi kesempatan bagi peserta didik
134
5. Dengan adanya kesepakatan kerjasama antara pihak sekolah dengan Dunia Usaha maka Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) para peserta didik di Sekolah Menengah Kejuruan akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai persiap-an memasuki bursa kerja;
6. Dalam peningkatan kompetensi kualitas siswa dan mutu pendidikan kejuruan serta implementasi Pendidikan Sistem Ganda (PSG) di SMK Negeri 1 Salatiga, DUDI mempunyai peran dalam beberapa tahapan sebagai berikut:
a. Perencanaan/Persiapan
Peran dan kemitraan dalam perencanaan dapat berupa: (1) penyusunan standar kompetensi; (2) pengembangan kurikulum dan bahan ajar sesuai dengan tuntutan perkembangan teknologi yang paling mutakhir; dan (3) penyusunan sistem pengujian dan sertifikasi.
135 b. Pelaksanaan
Peran DUDI dalam pelaksanaan dapat berupa: (1) memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan praktik kerja industri/prakerin; dan (2) pemagangan guru.
c. Monitoring dan Evaluasi
Peran dan Kemitraan dalam evaluasi dapat berupa (1) pelaksanaan uji kompetensi; (2) pem-berian sertifikasi; dan (3) Rekrutmen tamatan. Terkait dengan rekrutmen, hal tersebut sudah tentu memerlukan komitmen dari DUDI.
Sedangkan instansi pemerintah sebagai salah satu institusi pasangan sudah tentu perannya terkait dengan rekrutmen memerlukan kajian dan analisis yang lebih mendalam karena ber-kaitan dengan kemampuan keuangan daerah dan analisis beban kerja di Pemerintah Kota Salatiga.
6.2
Saran
Mengacu pada kesimpulan di atas, saran yang dapat diajukan sebagai berikut:
136
institusi pasangan/DUDI dapat berperan lebih banyak di setiap proses penyelenggaraan Pendidik-an Sistem GPendidik-anda, maupun implementasinya dalam setiap tahapan pelaksanaan Praktik Kerja Industri; 2. Rekonstruksi bentuk dan pola kemitraan tersebut,
seyogyanya dituangkan dalam bentuk nota kesepa-haman atau perjanjian kerjasama yang mengatur tentang apa dan bagaimana peran dan tanggung-jawab masing-masing pihak, dalam pengembangan pendidikan kejuruan dan kompetensi siswa;
3. Dalam pelaksanaan Praktik Kerja Industri (Prakerin) harus memperhatikan dua hal yaitu: (a) Metode, pemilihan metode praktik diarahkan ke kondisi kerja atau produksi dengan prinsip efek-tivitas dan efisiensi secara ketat, dimana hanya terdapat dua kondisi hasil kerja, yaitu diterima atau ditolak. Beberapa metode yang cocok untuk hal tersebut antara lain demonstrasi, observasi dan latihan terbimbing; (b) Proses Pelatihan, pemanfaat-an waktu dalam pelatihpemanfaat-an (time on task) harus
seefektif dan seefisien mungkin. Untuk itu perlu perencanaan dan persiapan yang matang tentang kegiatan guru/instruktur dan siswa dalam pelaksa-naan Prakerin;
diharap-137 kan DUDI juga dilibatkan dalam proses sosialisasi dan pembekalan persiapan pelaksanaan prakerin; 5. Perlunya pemberian kewenangan atau melibatkan
DUDI dalam proses uji kompetensi dan sertifikasi, mengingat selama ini DUDI tidak dilibatkan dalam uji kompetesi dan sertifikasi. Hal tersebut merupa-kan salah satu upaya untuk medapatmerupa-kan siswa yang berkualitas dan memenuhi tuntutan pasar kerja. Selain itu, kewenangan mengeluarkan sertifi-kat sebenarnya merupakan tugas dari institusi pasangan, baik itu berupa sertifikat keterangan magang, sertifikat kompetensi ataupun sertifikat profesi. Sedangkan pihak sekolah hanya berke-pentingan menerbitkan STTB;
6. Perlu adanya formulasi dalam pemilihan DUDI, sehingga dalam proses pemilihan DUDI dapat dise-suaikan dengan kapasitas dan kemampuan siswa magang. Dengan kata lain keterlibatan DUDI dalam proses perencanaan merupakan tahap awal dalam pemilihan DUDI sebagai tempat prakerin;
138
maupun tahapan Praktik Kerja Industri (Prakerin); (c) Ketersediaan sarana dan prasarana di DUDI atau institusi pasangan yang dapat mendukung peningkatan kompetensi keahlian siswa peserta praktik kerja industri (prakerin); (d) Ketersediaan tenaga ahli atau instruktur yang tidak hanya mendampingi tetapi juga mempunyai waktu untuk membimbing siswa sebagai salah satu cara mening-katkan kompetensi keahlian siswa;