• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGEJAR PEMIMPIN IDEAL | Rachmanto | Jurnal Kawistara 5236 8918 1 SM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENGEJAR PEMIMPIN IDEAL | Rachmanto | Jurnal Kawistara 5236 8918 1 SM"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

104

KAWISTARA

VOLUME 4 No. 1, 21 April 2014 Halaman 1-110

Mengejar Pemimpin Ideal

Rachmanto*

Judul Buku : Memompa Ban Kempis: Esai Kearifan Pemimpin

Pengarang : Sukardi Rinakit

Penerbit : Kompas

Tahun terbit : 2013

Hal : 270

ISBN : 978-979-709-778-3

Berkali-kali sudah Indonesia mengalami pengantian pemimpin, baik di level lokal maupun nasional, tetapi seakan masih jauh dari konsep kepemimpinan yang ideal. Soekarno lahir sebagai bapak bangsa yang menggebrak, tetapi pada akhirnya dia tergelincir oleh kediktatoran. Soeharto hadir membawa konsep pembangunan. Ironisnya dia juga lengah

Resensi

dan akhirnya terperangkap dalam sistem orde baru yang korup. Habibie, Gus Dur, Megawati, hingga SBY pun akhirnya belum mampu merepresentasikan konsep kepemimpinan ideal yang berhasil dan dapat diterima oleh semua pihak.

Pada tahun 2014, Indonesia kembali mengadakan pemilu. Dua calon presiden, Joko Widodo dan Prabowo Subianto, keduanya adalah aset bangsa yang luar biasa. Keduanya adalah orang hebat. Jokowi memiliki pengalaman panjang dalam birokrasi. Dia juga sosok yang sederhana dan merakyat. Sementara Prabowo adalah sosok yang tegas dan disiplin. Pengalamannya sebagai militer membuatnya paham bagaimana cara menjaga bangsa yang besar ini. Maka siapapun pemenangnya, rakyat Indonesia layak untuk optimis akan semakin makmurnya Bangsa Indonesia dan ketika KPU akhirnya menetapkan Jokowi sebagai presiden terpilih, maka rakyat Indonesia pun perlu berbangga.

Pemimpin yang baru tentu perlu untuk belajar dari pendahulunya. Dia juga perlu mendapatkan suplemen berupa kritik, saran, dan masukkan untuk keberhasilan kerjanya. Tanpa kemauan untuk menerima nasihat dari pihak lain, maka berpotensi untuk mengabaikan amanahnya tersebut.

Sukardi Rinakit, melalui buku ini mencoba untuk melihat, mengkritisi, dan sekaligus menawarkan wacana kearifan pemimpin bagi bangsa Indonesia. Sebagai pengamat sekaligus aktivis, dia tampaknya sangat gelisah dengan fenomena kepemimpinan yang seolah tidak beranjak menuju kesempurnaan. Kepemimpinan yang selama ini hadir pun banyak mengalami anomali. Buku ini merupakan kumpulan essay yang ditulis untuk mengomentari peristiwa sosial dan politik yang berkaitan erat dengan nilai dan implementasi konsep kepemimpinan. Bagi penulis buku ini, tema mengenai kearifan pemimpin meliputi aspek yang sangat luas. Antara lain etika dalam politik, profesionalitas, sistem demokrasi yang baik, dan sebagainya.

* Mahasiswa Center for Religious and Cross-cultural Studies

(2)

105

Resensi

Salah satu contoh etika dan kepemim-pinan adalah ketika Presiden SBY menaikkan harga BBM. Salah satu partai politik yang menolak kebijakan tersebut adalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Padahal partai ini merupakan salah satu anggota koalisi pada pemerintahan SBY. Menurut Sukardi Rinakit, PKS telah menyalahi etika politik. Seharusnya jika memang tidak setuju dengan keputusan pemerintah, PKS seharusnya menarik diri dari koalisi, tetapi kenyataannya PKS bersikap pragmatis. Di satu sisi mengkritisi pemerintah, tetapi di sisi lain tetap menikmati jatah menteri dari SBY (hal. 33).

Contoh lain adalah konsep sistem demokrasi yang baik. Menurut penulis buku ini, demokrasi harus memiliki mekanisme

check and balance. Artinya siapapun yang

menjalankan pemerintahan harus diimbangi oleh kekuataan lain agar dapat terawasi dengan baik (hal. 26).

Tampaknya ide tersebut yang akhirnya melahirkan konsep “memompa ban kempis” yang menjadi tema utama buku ini. Ibarat sebuah motor, ada dua ban yang bergerak. Kedua ban ini harus sama-sama mendapatkan angin yang cukup. Jika hanya ban depan saja bertekanan udara bagus, sementara ban belakangnya kempis, maka motor itu tidak akan berjalan dengan baik. Ban depan merepresentasikan pihak yang menjalankan pemerintahan. Sementara ban belakang mewakili pihak oposisi. Maka ban belakang harus dipompa agar sama kuatnya dengan ban depan. Artinya kaum

oposan harus senantiasa dikuatkan agar dapat menjadi kekuatan penyeimbang bagi jalannya pemerintahan.

Pemilu 2014, yang hanya memuncul-kan 2 (dua) memuncul-kandidat capres-cawapres dengan persaingan yang sangat ketat, sejatinya dapat dijadikan momentum untuk menguatkan sistem demokrasi dan kepemimpinan yang baik. Capres-cawapres yang menjadi pemenang akan menjalankan pemerintahannya sendiri. Sementara kan-didat yang kalah akan menjadi oposisi yang efektif. Dengan adanya kekuatan yang hampir seimbang, pemerintahan yang baru akan dipaksa untuk bekerja ekstra keras, efektif, dan eisien. Oleh karena itu, pihak oposisi akan selalu mengkritisi setiap kebijakan yang dibuat. Hal ini harus dianggap sebagai sebuah kemajuan. Kritik adalah cara untuk mengontrol agar pemerintahan berjalan dengan baik.

ide check and balance dalam

kepemim-pinan ini akan gagal, jika ternyata pihak capres-cawapres melakukan politik dagang sapi dan kembali membagi-bagi-kan kekuasaan (baca: menteri) kepada partai oposisi. Jika ini yang terjadi, maka pemerintahan yang baru akan kembali tidak akan berjalan dengan efektif.

Referensi

Dokumen terkait

Jika dibanding dengan penelitian Mariyam dan Dera (2014) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan jumlah koloni bakteri pada anak yang dirawat di PICU yang dilakukan oral

Hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung sebesar 0,003 dan nilai probabilitas sebesar 0,998 lebih besar dibandingkan taraf signifikansi 5% atau 0,05; sehingga dapat

Di dalam skripsi ini menjelasakn bagaimana pelayanan sosial yang dilakukan oleh Gereja Bala Keselamatan merupakan misi yang ditempatkan dalam konteks dan

Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa pengangkatan Wakil Menteri itu boleh dilakukan oleh Presiden, terlepas dari soal diatur atau tidak diatur dalam Undang-undang,

Hasil tersebut tampak bahwa nilai signifikansi 0,782 lebih besar dari 0,05 sehingga, berdasarkan kriteria uji maka hipotesis nol (H0) diterima. Dengan hasil uji wilcoxon

Kajian terhadap permasalahan tersebut meliputi identifikasi masalah, proses pengumpulan data, dilanjutkan dengan pengolahan data menggunakan metode AHP (Proses Hirarki

The empty fruit bunch (EFB) fibre, natural fibre was combined with unsaturated polyester resin matrix, to produce advance structural composite.. An experimental