• Tidak ada hasil yang ditemukan

jelang dealine raperpres

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "jelang dealine raperpres"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

Kegiatan percepatan penyelesaian rencana tata ruang tidak hanya dilakukan pada Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten atau Kota, Direktorat Jenderal Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum juga menargetkan RTR Pulau Kepulauan serta RTR Kawasan Strategis Nasional akan selesai pada akhir 2011 ini. Rencana Tata Ruang Pulau Kepulauan dan KSN adalah sebuah perangkat operasionalisasi Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (PP No.26/2008) yang akan dilegalkan melalui sebuah Peraturan Presiden. Proses penyusunannya Raperpres sedikit berbeda dibandingkan dengan penyusunan RTRW Provinsi, Kabupaten dan Kota. Sebelum memperoleh penetapan Presiden, draft Raperpres tersebut harus melalui beberapa tahapan, karena itu alokasi waktu dan target penyelesaian dalam proses penyusunannya tidak sama dengan RTRW yang lain.

Pada tahun 2011 ini terdapat kurang lebih 14 RTR Pulau, KSN (Kawasan Strategis Nasional) dan KAPET (Kawasan Pembangunan Terpadu) yang harus segera diselesaikan. Namun kenyataannya sampai saat ini baru tiga Perpres yang disahkan, antara lain adalah KSN Mamminasata (Makassar, Maros, Sungguminasa, Takalar) melalui Perpres 55/2011, KSN Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan) melalui Perpres 45/2011 dan KSN Mebidangro (Medan, Binjai, Deliserdang, Karo) melalui Perpres 62/2011. Raperpres RTR lainnya harus segera disahkan, khususnya yang berkaitan dengan Program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang disusun berdasarkan karakteristik dan potensi pengembangan pulau dan kepulauan di Indonesia yang sudah harus segera dijalankan.

(2)

di atas, kegiatan percepatan ini harus tetap memperhatikan aspek-aspek lain agar Rencana Tata Ruang tersebut dapat optimal setelah menjadi Perpres. Pengaturan kelembagaan di dalamnya harus jelas apakah kelembagaan tersebut merupakan instansi vertikal atau daerah otonom, lembaga struktural atau fungsional, dan lembaga yang bersifat ad hoc atau permanen. Bentuk kelembagaan erat kaitannya dengan kewenangan pengelolaan dan pengembangan serta kepemilikan aset.

Peran serta, fungsi dan posisi daerah juga harus jelas diatur di dalam Perpres tersebut, agar di dalam implikasinya Perpres ini akan mendapat dukungan penuh dari daerah-daerah terkait. Jika aspek-aspek tersebut sudah terpenuhi, diharapkan akan tercapai sinergi ketika melakukan pengelolaan kawasan, sehingga RTR yang ditetapkan tidak akan mubazir. Dalam salah satu acara pembahasan Raperpres RTR Pulau, Direktur Penataan Ruang Wilayah Ruang, Ir. Iman Soedrajat, MPM mengatakan, “Di dalam Implikasinya, MP3EI ini memerlukan analisis yang diawali oleh kajian tata ruang dan pengembangan wilayah, dimana Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) adalah acuan di dalam melakukan identifikasi dan analisis potensi pengembangan wilayah tersebut. Dengan kata lain, implikasi dari program MP3EI tidak dapat berjalan dengan efektif apabila RTR Pulau, Kepulauan dan KSN belum disahkan. Sehingga apabila terjadi keterlambatan, akan berakibat langsung kepadaK tidak berjalannya program-program Pengembangan Koridor Ekonomi didalam MP3EI”. RTR Pulau, Kepulauan dan KSN yang harus selesai pada akhir tahun 2011 ini adalah RTR KSN Danau Toba, RTR KSN Merapi, RTR KAPET Sasamba, RTR KAPET Manado – Bitung, RTR KAPET Pare-Pare, RTR Perbatasan Riau, – Kepri, RTR Perbatasan NAD – Sumut, RTR Perbatasan Sulut – Sulteng – Gorontalo, RTR Perbatasan Maluku, RTR Perbatasan Malut – Papua Barat, RTR Perbatasan NTT, RTR Pulau Papua, RTR Kepulauan Nusa Tenggara, dan RTR Kepulauan Maluku. Menanggapi hal itu, Direktorat Jenderal Penataan Ruang membutuhkan strategi untuk mempercepat penetapan Raperpres. Di antaranya adalah memperkuat kolaborasi lintas sektoral di dalam melakukan penyusunan draft Raperpres tersebut dan mempercepat proses atau tahapan penyusunan dengan cara meningkatkan kinerja setiap stakeholders yang terlibat di dalam proses penyusunannya.

(3)

Referensi

Dokumen terkait

pelaksanaannya terdapat beberapa perubahan, diantaranya perubahan kelas dalam mengajar dikarenakan status guru yang bersangkutan. Keterbatasan ini menyebabkan praktikan

Merton menyatakan bahwa perilaku menyimpang terjadi karena tidak adanya kaitan antara tujuan dengan cara yang telah ditetapkan dan dibenarkan oleh struktur sosial.. Lebih jauh

Hasil penilaian pada putaran kedua adalah berupa rata-rata nilai kematangan untuk setiap atribut dan kriteria, nilai kematangan proses-proses penyelarasan, nilai

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu ditetapkan dengan Peraturan Bupati tentang Pedoman Pemberian izin belajar,

1 POTENSI WILAYAH KECAMATAN DI KABUPATEN BANTUL PADA BULAN APRIL 2014.. DESA PKB DU SUN PPKBD RT SUB PPKBD KKB DPS BPS RS KKB

Berdasarkan uraian di atas maka tujuan dari penelitian adalah: mengetahui diversitas ikan yang terdapat di Segara Anakan Cilacap, mengetahui distribusi spasial

Pada Hotel The City sesuai dengan data internal bahwa dalam pelaksanaan audit operasional yang dilanjutkan dengan adanya pengendalian internal dalam perusahaan,

“ganjaran dan hukuman itu harus datang sendiri sebagai hasil atau.. 13 buahnya segala pekerjaan dan keadaan. Mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru