Compost Tea :
Teknis Produksi dan Penerapannya dalam Mendukung Kesuburan Tanah dan
Tanaman
Yudi Sastro
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta
Jalan Raya Ragunan No. 30 Pasar Minggu Jakarta Selatan (12540)
E-mail : yudis.bkl@gmail.com
ABSTRAK
Compost Tea (CT) adalah ekstrak cair yang berasal dari fermentasi kompos. Banyak terminologi untuk CT, diantaranya organic tea, compost extract, water fermented compost extract, compost slurry, dan compost steepages. Beberapa diantaranya merupakan sinonim untuk istilah yang lain. Metode produksi CT mengacu pada pasokan oksigen di dalam wadah fermentasi yaitu metode diaerasi menghasilkan aerated compost tea (ACT) dan metode tanpa diaerasi menghasilkan non-aerated compost tea (NCT). Compost tea telah terbukti dapat memperbaiki kesuburan tanah secara langsung, meningkatkan laju mineralisasi bahan organik tanah, melarutkan unsur hara yang terjerap serta mampu mengkhelat ion, serta meningkatkan pertumbuhan serta hasil tanaman. Secara umum, tidak terdapat perbedaan efektivitas antara ACT dan NCT. Aplikasi CT melalui tanah terbukti lebih efektif dibandingkan melalui penyemprotan di permukaan daun. Kata kunci : compost tea, kesuburan tanah, pertumbuhan tanaman
ABSTRACT
Compost Tea (CT) is a liquid extract derived from the fermentation of compost. Many terminology for CT, including organic tea, compost extract, water fermented compost extract, compost slurry, and compost steepages. Some of them are synonyms for the other terms. The CT production method refers to the supply of oxygen in the fermenters i.e. the aeration method produced aerated compost tea (ACT) and without aeration produced non-aerated compost tea (NCT). Compost tea has been found to directly improve soil fertility, increase the rate of mineralization of soil organic matter, dissolve of the absorbed nutrients in the soils and able to produce
ions-chelate, as well as increasing plant growth and yield. In general, there is no difference in effectiveness between ACT and NCT. The CT applications through the ground proved more effective than spraying on the leaves.
Key word : compost tea, soil fertility, plant growth
PENDAHULUAN
Compost tea (CT) adalah ekstrak cair yang berasal dari perendaman kompos (Scheuerell dan Mahaffee, 2002). Saat ini, banyak metode yang telah dikembangkan dalam membuat CT. Namun demikian, pada awal berkembangnya, CT dibuat dengan cara sederhana yaitu dengan cara merendam kantong berisi kompos dalam sejumlah air selama beberapa hari (Weltzien, 1989; Cronin et al., 1996; Brinton et al., 1996; Hoiting et al., 1997). Cara demikian disebut metode pasif atau non-aerated compost tea (NCT) yang telah diterapkan berabad-abad lamanya di sebagian kelompok masyarakat (Diver, 2002; Scheuerell dan Mahaffee, 2002). Pada zaman sekarang, CT dapat dibuat skala besar dalam waktu relatif singkat (Dearborn, 2011). Proses pembuatannya dilakukan secara aerobik dengan diperkaya sumber nutrien dan kultur mikroba agar nilai keharaan menjadi lebih tinggi (Radovich et al., 2011). Metode tersebut dinamakan Aerated Compost Tea (ACT).
Metode ACT lebih popular dibandingkan NCT, baik sebagai pupuk alternatif, sumber inokulum mikroba, pestisida maupun fungisida. Keuntungan penggunaan ACT adalah lebih kuat dalam meningkatkan kesehatan dan kesuburan
tanah serta tanaman, serta lebih baik dalam menekan perkembangan patogen penyebab penyakit tanaman (Pant et al., 2011; Shrestha et al., 2012; Pant et al., 2012; El-Sagan, 2015). Banyak praktisi budidaya dan edukasi dibidang pertanian, praktisi taman, hingga manajemen lapangan golf, telah menggunakan ACT sebagai pupuk dan pengontrol serangan penyakit (Scheuerell dan Mahaffee, 2002; Dearborn, 2011). Sejumlah perusahaan bahkan telah memproduksi dan menjual ACT, baik sebagai pupuk organik, pupuk hayati maupun pestisida nabati, melalui toko pertanian, outlet retail, internet, dan layanan jasa aplikasi (Dearborn, 2011).
Penelitian mendalam mengenai CT guna membuktikan perannya terhadap kesehatan tanah dan tanaman telah banyak dilakukan (Arancon et al., 2007; Hargreaves et al., 2009; Shrestha et al., 2012; Lewis, 2013). Sebagain besar hasil penelitian tersebut secara nyata menunjukkan kemampuannya dalam mendukung kesehatan dan kesuburan tanah serta tanaman. Oleh sebab itu, guna lebih memasyarakatkan penggunaan CT maka pada naskah ini akan diulas berbagai hal terkait dengan terminologi, teknis produksi serta penerapannya di lapangan.
TERMINOLOGI
Sejumlah terminologi yang biasa digunakan dalam menjelaskan hasil fermentasi kompos, diantaranya adalah compost tea, organic tea, compost extract, water fermented compost extract, compost slurry, dan compost steepages (Scheuerell dan Mahaffee, 2002). Sebagian terminologi tersebut adalah sama, namun ada juga yang berbeda, sehingga terkadang menjadi sulit untuk difahami. Istilah-istilah ini juga agak sulit untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia karena belum umum digunakan dalam berbagai konteks, baik dalam penelitian maupun aplikasi di lapangan.
Menurut Riggle (1996) compost tea (CT) adalah produk yang diperoleh dari air
yang diresirkulasi melalui kantong porous berisi kompos dalam kondisi aerobik. Produk yang dihasilkan dari metode ini disebut juga aerated compost tea atau ACT (Pscheidt dan Wittig, 1996) dan organic tea (Merrill dan McKeon, 2001). Beberapa perusahan telah mengembangkan ACT dalam skala besar dengan nama produk yang dapat mudah diingat dan difahami yakni compost tea (Diver, 2002; Radovich et al., 2011).
Compost extract berbeda dengan compost tea. Compost extract merupakan terminologi produk hasil ekstraksi bahan organik menggunakan tekanan tinggi, distilasi, evaporasi, atau perlakuan lain menggunakan pelarut kimia tanpa fermentasi (Scheuerell dan Mahaffee, 2002). Sementara itu, watery fermented compost extracts, amended extracts, compost steepages, dan compost slurry biasanya digunakan untuk menjelaskan CT yang diperoleh melalui proses tanpa aerasi atau disebut juga non-aerated compost tea (NCT) (Weltzien, 1989). Watery fermented compost extracts adalah sinonim dari compost steepages, yaitu NCT yang diperoleh dari fermentasi kompos dalam 5 sampai 10 bagian air, tanpa diaduk, terbuka pada suhu ruangan dalam jangka waktu cukup lama (Hoiting et al., 1997). Amanded extracts adalah NCT yang dilakukan pengkayaan nutrien dan atau mikroba sebelum diaplikasikan (Weltzien, 1989). Sementara itu, compost slurry adalah NCT yang telah disaring terlebih dahulu sebelum digunakan (Cronin et al., 1996).
METODE PRODUKSI
Sebagaimana dijelaskan di atas, dua pendekatan utama dalam memproduksi CT, yaitu dengan cara diaerasi (ACT) dan tanpa diaerasi (NCT) (Scheuerell dan Mahafee, 2002). Meskipun berbeda, namun kedua cara ini membutuhkan peralatan, bahan, dan perlakuan yang hampir sama, yaitu tempat atau wadah fermentasi, kompos yang telah matang, air, perlakuan dan waktu inkubasi serta penyaringan (Ingram dan Millner, 2007;
Ingham, 2005). Pengkayaan nutrien dan mikroba fungsional terkadang dilakukan, baik sebelum ataupun sesudah fermentasi (Brinton, 2006).
Perlakuan aerasi dan tanpa aerasi dalam memproduksi CT hingga kini masih menjadi bahan perdebatan diantara praktisi dan ahli. Pemilihan metode aerasi (ACT) umumnya berkaitan dengan usaha untuk mempersingkat waktu fermentasi (Scheuerell dan Mahaffee, 2002; Dearborn, 2011).
Sementara itu, pemilihan metode tanpa aerasi (NCT) berkaitan dengan biaya yang lebih murah, penggunaan input energi yang lebih rendah, serta penekanan, pertumbuhan patogen tanaman. Namun demikian, metode dan berkembangnya mikroba patogen pada manusia (Scheuerell dan Mahafee, 2002; Ingram dan Millner, 2007; Ingham, 2005; dan Brinton, 2006). Perbandingan metode NCT dan ACT disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Perbandingan antara non-aerated compost tea (NCT) dengan aerated compost tea (ACT) (Scheuerell dan Mahafee, 2002; Ingram dan Millner, 2007; Ingham, 2005; dan Brinton, 2006)
Persyaratan Teknis
Aerated Compost Tea (ACT)
Non-aerated Compost
Tea (NCT) Hal-hal Penting
Sumber Kompos Kompos ditempatkan pada
wadah khusus yang sudah
terintegrasi dengan alat
fermentasi
Langsung dicampur
dengan air atau
dibungkus karung atau kain porous pada wadah fermentasi terbuka Terkadang kompos mengandung pathogen Perbandingan Kompos : Air 1:10 sampai 1:50 (sesuai dengan rekomendasi alat yang digunakan)
1:3 hingga 1:10 Air harus bebeas
desinfektan seperti
klorine dan kloramine
Aerasi Aerasi terus menerus untuk
memasok oksigen
Tidak tidak selalu
dibutuhkan, hanya
waktu-waktu tertentu
dengan cara mengaduk
ACT : aerasi yang lama
meningkatkan biaya
listrik
Waktu Fermentasi Umumnya 24 jam, terkadang
18 jam hingga 7 hari (tergantung teknologi yang digunakan) Lebih dari 2 minggu, waktu optimal tergantung bahan kompos dan membutuhkan penelitian lebihlanjut NCT: waktu fermentasi tergolong lama
ACT: Sisa residu yang dapat memicu timbulnya patogen
Pengkayaan Nutrient dan Inokulum Mikroba
Penambahan kelp, hidrolisat ikan, molase, dan substansi
humat ditujukan untuk
mendorong berkembangnya mikroba fungsional
Pengkayaan inokulum
mikroba sebaiknya dilakukan
setelah fermentasi dan
sebelum diaplikasikan
Penambahan sumber
nutrient dan inokulum mikroba dapat dilakukan tapi kemungkinan tidak diperlukan
Penambahan nutrient
seperti molase dan gula sederhana diduga dapat memicu berkembangnya pathogen manusia dan tanaman, Ingram dan
Millner, 2007; NOP
Compost Task Force, 2004)
Penyaringan dan Pengenceran
Penyaringan dan
pengenceran dilakukan
sewaktu aplikasi guna
menghindari penyumbatan
pada peralatan irigasi atau nozel
Penyaringan dan
pengenceran dilakukan
sewaktu aplikasi
guna menghindari
penyumbatan pada alat. Namun tidak dibutuhkan
jika diaplikasikan langsung P e n y a r i n g a n kemungkinan akan m e n g h i l a n g k a n partikel-partikel yang mengandung hara dan mikroba
Penambahan Bahan Lain (Perekat, pembasah, penyebar, anti UV)
Penambahan bahan tersebut diperlukan guna
meningkatkan kontak permukaan dan ketahanan bahan di permukaan jaringan tanaman
Informasi mengenai
efektivitas bahan
penambah masih sangat terbatas
Guna memasok oksigen ke dalam tempat fermentasi secara terus menerus, metode ACT memerlukan peralatan dan input energi yang cukup besar dibandingkan NCT (Gambar 1). Model ACT yang sudah dikembangkan antara lain model resirkulasi air melalui kantong porus berisi kompos (Merril and McKeon, 2001), model resirkulasi air menggunakan vortek nozel, injeksi udara melalui pipa baling-baling berongga, venturi nozel dan batu udara (Ingham, 2000).
Metode NCT secara tradisional dibuat dengan cara mencampur satu bagian kompos dengan empat hingga sepuluh bagian air, ditempatkan dalam wadah terbuka berukuran kecil hingga besar, dilakukan pengadukan di awal pembuatan, dan didiamkan pada suhu 15-250C selama lebih dari tiga hari (Weltzien, 1991) (Gambar 1). Pengadukan dapat juga dilakukan setiap dua hingga tiga hari sekali selama fermentasi berlangsung guna memacu kinerja mikroba di dalam sistem fermentasi. Metode ini dapat juga dibuat dengan cara merendam karung berisi kompos dalam wadah yang berisi air (Cantisano, 1995; Riggle, 1996; Merril dan Mckeon, 2001). Namun demikian, cara yang paling cepat adalah dengan merendam kompos yang telah dihaluskan beberapa saat sebelum digunakan tanpa melalui proses fermentasi dan penyaringan (Scheuerell dan Mahafee, 2002).
PENGARUH CT TERHADAP TANAH DAN TANAMAN
Kompos telah diketahui kaya mikroba fungsional, substansi humat, dan unsur hara yang dibutuhkan dalam mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman (Giusquiani et al., 1992). Peran kompos kimia tanah (Sarwar et al., 2008; Duong, 2013; Liu et al., 2013) dan pada akhirnya akan mendukung tersediannya unsur hara di tanah serta serapannya oleh tanaman. Sejalan dengan peran kompos tersebut, maka CT sebagai turunan dari produk berbasis kompos juga memberikan pengaruh demikian (Tabel 2 dan 3). Sebagai produk fermentasi lanjutan maka CT mampu memasok unsur hara dalam bentuk ion-ion yang dapat langsung diserap oleh tanaman tanaman (Leudtke, 2010).
Beberapa peneliti juga melaporkan bahwa CT terbukti dapat memperbaiki kesuburan tanah secara langsung (Shrestha et al., 2012); meningkatkan jumlah mikroba tanah dan aktivitasnya dalam memineralisasi bahan organik tanah, melarutkan unsur hara yang terjerap serta mengkhelat ion (Scheuerell, 2004; Arancon, 2007; El-Sagan, 2015). Substansi CT juga mempunyai kemampuan dalam menyuplai hormon tumbuh auxin dan substansi-seperti cytokinin untuk tanaman (Arthur et al., 2001). Tidak
Gambar 1. Ilustrasi sederhana model Aerated Compost Tea atau ACT (Kiri) dan Non-aerated Compost Tea atau NCT (Kanan) (Gardengatenotes.com, 10 Oktober 2015)
Tabel 2. Pengaruh CT terhadap peningkatan jumlah mikroba tanah (Shrestha et al., 2012) Jenis
Tanah Kelompok Mikroba
Perlakuan
Kontrol ACT NCT Pupuk Kimia
Vertisol Bakteri (cfu Log 10 mL
-1) 4,67±0,03 a 6,27±0,01 c 6,19±0,01 c 4,88±0,04 b Jamur (cfu Log 10 mL-1) 4,10±0,10 a 4,26±0,14 a 4,20±0,10 a 4,16±0,16 a Ferrosol Bakteri (cfu Log 10 mL
-1) 5,28±0,03 b 6,25±0,01 c 6,20±0,01 c 5,16±0,01 b Jamur (cfu Log 10 mL-1) 4,10±0,10 a 4,20±0,10 a 4,36±0,10 a 4,10±0,10 a Tabel 3. Pengaruh CT terhadap pasokan unsur nitrogen dalam media tanam, serapannya oleh
tanaman serta biomassa tanaman (Shrestha et al., 2012)
Parameter Perlakuan
Kontrol ACT NCT Pupuk Kimia
Penambahan unsur N
N-terlarut (mg) 0,0 162 143 535
N-tidak terlarut (mg) 0,0 3418 3437 0,0
N-Total (mg) 0,0 3580 3580 534
Serapan N Tanaman (mg) 2080 2860 4590 2926
Berat Biomass Tanaman (g) 104 130 135 133
Tabel 4. Pengaruh CT terhadap populasi mikroba, kesuburan tanah, serta pertumbuhan dan hasil tanaman Compost Tea Aplikasi Pengaruhnya terhadap… Pustaka Acuan Mikroba Fungsional Kesuburan Tanah Pertumbuhan & hasil Tanaman
ACT, NCT Tanah positif Positif Positif Arancon et al., 2007
NCT Daun - - Tidak ada Akanby et al., 2007
NCT Tanah Positif Positif Positif Gharib et al., 2008
NCT Daun - - Tidak ada Ghorbani et al. 2008
NCT Tanah Positif Positif Positif Hargreaves et al., 2009 NCT, ACT Tanah Positif Positif Positif Pant et al., 2009
NCT Daun - - Tidak ada Fayek et al et al., 2010
ACT Tanah,
Daun
Positif Positif Positif Radovich et al., 2011 ACT, NCT Tanah Positif Positif Positif Pant et al., 2011 ACT, NCT Tanah Positif Positif Positif Shrestha et al., 2012 ACT, NCT Tanah Positif Positif Positif Pant et al., 2012
NCT Tanah - - Positif Abou-El-Hasan dan
Desoky, 2013 NCT Tanah Positif Positif Positif Liguori et al., 2015
ACT Daun - - Positif Badawy et al., 2014
ACT Tanah Positif Positif Positif El-Sagan, 2015
ada perbedaan pengaruh antara ACT dengan NCT, baik terhadap aktivitas mikroba fungsional, kesuburan tanah, maupun
pertumbuhan dan hasil tanaman. Selain itu, pemberian CT secara langsung di tanah lebih efektif dibandingkan melalui penyemprotan pada daun tanaman (Tabel 4).
PENUTUP
Compost tea atau CT sangat potensial untuk dikembangkan, tidak hanya sebagai pupuk alternatif, namun juga sebagai sumber inokulum mikroba fungsional. Kelebihan teknologi ini antara lain adalah sangat mudah untuk diterapkan ditingkat pengguna, biaya pembuatan atau pembelian sarana dan bahan yang diperlukan dalam produksi relatif murah, serta dapat diterapkan mulai dari skala kecil ditingkat individu hingga skala besar. Pada masa datang, inovasi teknologi ini hanya tinggal perlu disosialisasikan dan diuji-terapkan pada skala pengembangan ditingkat petani binaan di lapangan sehingga dapat memberikan manfaat dalam mendukung serta ramah tehadap lingkungan.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penghargaan dan ucapan terima kasih disampaikan kepada Sheila Savitri, Fungsional Pustakawan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta, atas bantuannya dalam mengumpulkan berbagai literatur yang dibutuhkan dalam penulisan naskah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abou-El-Hassan, S. and A.H. Desoky. 2013. Effect of Compost and Compost Tea on Organic Production of Head Lettuce. Journal of Applied Sciences Research 9 (11): 5650-5655.
Akanby, W.K., T.A. Adebayo, O.A. Togun, A.S. Adeyeye and 1O. A. Olaniran. 2007. The use of compost extract as foliar spray nutrient source and botanical insecticide in Telfairia occidentalis. World Journal of Agricultural Sciences 3 (5):642-652
Arancon N.Q, C.A. Edwards, R. Dick, and L. Dick. 2007. Vermicompost tea production and plant growth impacts. BioCycle 48 (11):51-52
Arthur, G.D., A.K. Jager, and J. Van Standen. 2001. The release
cytokinin-like compound from ginkgobiloba leaf material during composting. Environmental and Experimental Botany 45:55-61.
Badawi, F.Sh.F., A.H.Desoky, and T. Selim. 2014. Response of two lentil varieties to bio-enriched compost tea. Nature and Science 12 (7): 120-130.
Brinton, W.F., A. Trankner, and M. Droffner. 1996. Investigation into liquid compost teas. Biodynamics 197:12-16.
Brinton W, P. Storms, E. Evans and J. Hills. 2006. Compost teas: Microbial hygiene and quality inrelation to method of preparation.J Biodynam. Summer: 1–9.
Cantisano, A. 1998. Compost Teas. Organic Ag Advisor Letter, Colfax, California. Cronin, M.J., D.S. Yohalem, R.F. Harris,
and J.H. Andrews. 1996. Putative mechanism and dynamics of inhibition of the apple scab pathogen Venturia in a equalis by compost extracts. Soil Biol. Biochem. 28: 1241-1249.
Dearborn, Y. 2011. Compost Tea: Literature review on production, application and plant disease management. San Francisco. 18 pp.
Diver, S. 2001 Notes on Compost Teas: a 2001 supplement to the ATTRA publication, Fayetteville, Arkansas.
Duong, T.T.T. 2013. Compost Effect on Soil Properties and Plant Growth. Thesis. School of agriculture, Food and Wine. University of Adelaide. 92 pp.
El-Sagan, M.A.M. 2015. Effect of some natural extracts on growth and productivity of cucumber under sandy soil conditions. International Journal of Advanced Research 3(9): 677 – 686. Fayek, M.A. T.A. Fayed, E.M. El-Fakhrani,
and S.N. Sayed. 2014. Yield and Fruit Quality of “Le-conte” Pear Trees as Affected by Compost Tea and Some Antioxidants Applications. Journal of Horticultural Science & Ornamental Plants 6 (1): 01-08
Gharib, F.A., L.A. Moussa, and O.N. Massoud. 2008. Effect of Compost and Bio-fertilizers on Growth, Yield and Essential Oil of Sweet Marjoram (Majorana hortensis) Plant. Int. J. Agri. Biol., 10: 381–7
Ghorbani, R., A. Koocheki, M. Jahan, and G.A. Asadi. 2008. Impact of organic amendments and compost extracts on tomato production and storability in agroecological systems. Agronomy for Sustainable Development 28 (2):307-311
Giusquiani, P.L., M. Pagliai, G. Gigliotti, D. Businelli, and A. Benetti. 1995. Urban Waste Compost: Effects on Physical, Chemical, and Biochemical Soil Properties. Journal of Environmentai Quality 24 (1): 175-182
Hargreaves, J.C., M.S. Adla, P.R. Warman. 2009. Arecompost teas an effective nutrient amendment in the cultivation of strawberries? Soil and plant tissue effects. J Sci Food Agric 89, 390-397. Hoitink, H.A.J., A.G. Stone, D.Y. Han. 1997.
Suppression of plant diseases by composts. Hort Science 32: 184-187. Ingham, E.R. 2000. Brewing Compost Tea.
Kitchen Gardener, Oct/Nov:16-19. Ingham E.R. 2005. The Compost Tea Brewing
Manual; Latest Methods and Research. 5th edn. Soil Food Web Inc., Corvallis, OR.
Ingram D.T. and P.D. Millner. 2007. Factors Affecting Compost Tea as a Potential Source of Escherichia coli and Salmonella on Fresh Produce. J. Food Prot. 70 (4)
Leudtke, B. 2010. Use of Compost Tea as a Nutrient Amendment for Plant Growth in a Re-Circulating Hydroponic System. Project Report. University of Wisconsin-Stevens Point. 16 p.
Liguori, L., C. Pane, D. Albanese, G. Celano, M. Zaccardelli, and M. Di Matteo. 2015. Compost and compost management of mini watermelon cultivation affects the chemical, physical, and sensory assessment of the fruits. Agricultural Science 6:117-125.
Liu, C.H., Y. Liu, C. Fan, and Z. Kuang. 2013. The effects of composted pineapple residue return on soil properties and the growth and yield of pineapple. Journal of Soil Science and Plant Nutrition, 13(2): 433-444.
Merrill, R. and J. McKeon. 2001. Organic Teas From Compost and Manures. Organic Farming Research Foundation Project Report. 47 pp.
Pant A.P., T.J.K Radovich, N.V. Hue, S.T. Talcott, and K.A. Krenek. 2009. Vermicompost extracts phytonutrients and antioxidant activity in Pak choi (Brassica rapa cv. Bonsai, Chinensis group) grown under vermicompost and chemical fertilizer. J Sci Food Agric 89:2383-2392.
Pant, A.P, T.J.K. Radovich, N.V. Hue, and N.Q. Arancon. 2011. Effects of vermicompost tea (aqueous extract) on pak-choi yield, quality, and on soil biological properties. Compost Sci. Util. 19:279–292.
Pant, A.P., T.J.K. Radovich, N.V. Hue, and S.C. Miyasaka. 2012. Pak Choi (Brassica rapa, Chinensis Group) yield, phytonutrient content, and soil biological properties as affected byvVermicompost-to-water ratio used for extraction. Hort Science 47(3):395– 402.
Pscheidt, J. and H. Wittig. 1996. Fruit and ornamental diseases management testing program. Extension plant pathology, OSU, Corvalis, Oregon. Radovich T. and N. Arancon. 2011. Tea
Time In The Tropics. A. Handbook for compost tea production and use. Western SARE. 70 pp.
Radovich, T.J.K., A.P. Pant, N.V. Hue, J. Sugano, and N. Arancon. 2011. Promoting plant growth with compost teas. The Food Provider. 3 pp.
Riggle, D. 1996. Compost tea in agriculture. Biocycle 37 (12): 65-67.
Sarwar, G., H. Schmeisky, N. Hussain, S. Muhammad, M. Ibrahim, and E. Safdar. 2008. Improvement of soil physical and chemical properties with compost application in rice-wheat cropping system. Pak. J. Bot. 40:275-282. Scheuerell, S. and W. Mahaffee. 2002.
Compost tea: Principles and prospects for plant disease control. Compost Science and Utilization 10 (4):313-338. Scheuerell, S.J. 2004. Compost tea production
practice, microbial properties, and plant disease suppression. I International Conference: Soil and Compost Eco-Biology. Leon-Spain. p: 41-51.
Shrestha, K., K.B. Walsh, and D.J. Midmore. 2012. Microbially Enhanced Compost
Extract: Does It Increase Solubilisation of Minerals and Mineralisation of Organic Matter and Thus Improve Plant Nutrition?. J. Bioremed Biodegrad. 3(5):1-9.
Weltzien, H.C. 1998. The Effects of Compost Extracts on Plant-Health In: Global Perspectives on Agroecology and Sustainable Agricultural Systems. P. Allen and D. Van Dusen (eds) Proc. 6th Intem. Conf. of IFOAM, University of Califomia-Sant a Cruz.