• Tidak ada hasil yang ditemukan

Case Shofa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Case Shofa"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KASUS

LAPORAN KASUS

INFEKSI SALURAN KEMIH

INFEKSI SALURAN KEMIH

DISUSUN OLEH :

DISUSUN OLEH :

Shofa Muminah

Shofa Muminah

PEMBIMBING :

PEMBIMBING :

dr. Herjati Rahajeng, Sp. PD

dr. Herjati Rahajeng, Sp. PD

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM

RSUD DR DRADJAT PRAWIRANEGARA RSUD DR DRADJAT PRAWIRANEGARA

JANUARI 2017 JANUARI 2017

(2)

BAB I BAB I STATUS PASIEN STATUS PASIEN 1.1 Identitas pasien 1.1 Identitas pasien  Nama

 Nama : Nn. Anisa: Nn. Anisa Umur

Umur : : 21 21 tahuntahun Alamat

Alamat : : SerangSerang Agama

Agama : : IslamIslam

Ruang

Ruang rawat rawat : : CempakaCempaka 1.2 Anamnesis

1.2 Anamnesis Keluhan

Keluhan utama utama : : DemamDemam Keluhan

Keluhan tambahan tambahan : : Mual, Mual, nyeri nyeri pada pada perut, perut, sakit sakit saat saat BAKBAK Riwayat penyakit sekarang

Riwayat penyakit sekarang

Seorang pasien perempuan datang dengan keluhan demam sejak 5 hari sebelum masuk Seorang pasien perempuan datang dengan keluhan demam sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam dirasakan tinggi mendadak. Demam disertai menggigil. Selain demam rumah sakit. Demam dirasakan tinggi mendadak. Demam disertai menggigil. Selain demam  pasien

 pasien juga juga merasa merasa mual mual tanpa tanpa disertai disertai muntah. muntah. Pasien Pasien juga juga mengeluh mengeluh nyeri nyeri pada pada perut perut bagianbagian tengah dan sampai kepinggang kanan. Nyeri perut terasa seperti diremas-remas. Pada saat 3 hari tengah dan sampai kepinggang kanan. Nyeri perut terasa seperti diremas-remas. Pada saat 3 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh sakit saat buang air kecil. Pasien mengaku warna sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh sakit saat buang air kecil. Pasien mengaku warna kuning kecoklatan. Pasien mengatakan kadang-kadang sering BAK dimalam hari belakangan ini. kuning kecoklatan. Pasien mengatakan kadang-kadang sering BAK dimalam hari belakangan ini. Riwayat BAK berwarna merah disangkal.

Riwayat BAK berwarna merah disangkal.

Keluhan seperti batuk, pilek, mimisan, BAB hitam, gusi berdarah disangkal oleh pasien. Keluhan seperti batuk, pilek, mimisan, BAB hitam, gusi berdarah disangkal oleh pasien. Pasien sempat di bawa untuk berobat ke klinik namun tidak ada perubahan. Pasien belum pernah Pasien sempat di bawa untuk berobat ke klinik namun tidak ada perubahan. Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Pasien belum menikah.

(3)

Riwayat penyakit dahulu

 Riwayat penyakit yang serupa : Disangkal

 Riwayat penyakit hipertensi : Disangkal

 Riwayat penyakit DM : Disangkal

 Riwayat penyakit jantung : Disangkal

 Riwayat penggunaan obat-obatan : Disangkal Riwayat penyakit keluarga

 Riwayat penyakit yang serupa : Disangkal

 Riwayat penyakit hipertensi : Disangkal

 Riwayat penyakit DM : Disangkal

 Riwayat penyakit jantung : Disangkal 1.3 Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Sedang

Kesadaran : Composmentis

Tanda-tanda vital : Tekanan darah : 130/90 mmHg

 Nadi : 88 x/menit

Respirasi : 23 x/menit

Suhu : 36,5

Status generalis

Kepala Normocephal

Mata Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik  (-/-), pupil bulat isokor (+/+), RCL dan RCTL (+/+), edema periorbital (-/-)

Mulut Bibir kering (+), pucat (-), sianosis (-), mukosa mulut berwarna merah (+), sariawan (-), gusi bengkak (-), lidah kotor (-), faring hiperemis (-),

(4)

tonsil T1/T1, arkus faring simetris.

Leher JVP tidak meningkat, tidak teraba pembesaran kelenjar thyroid  pembesaran kelenjar getah bening (-)

Thorax Inspeksi: Pada keadaan statis dan dinamis dada terlihat simetris kanan dan kiri, tidak ada yang tertinggal, pulsasi ictus kordis tidak terlihat. Palpasi: Fremitus taktil dan vocal sama kuat kanan dan kiri.

Perkusi: Sonor pada kedua lapang paru.

Auskultasi: Bunyi paru vesikuler +/+, ronki , wheezing -/-Bunyi jantung S1, S2 reguler. Murmur (-). Gallop (-).

Abdomen Inspeksi: abdomen tampak datar, turgor baik

Palpasi: Nyeri tekan di seluruh lapang abdomen (-), hepatomegali (-), defense muscular (-), ballottement (-)

Perkusi  : Bunyi Timpani diseluruh quadran abdomen, Pembesaran Hepar (-) dan lien (-),nyeri ketok costovetebra angle (+)

Auskultasi : Bising Usus (+)

Ekstremitas Atas: Akral hangat, Sianosis (-). Edema Bawah: Akral hangat, Sianosis (-). Edema

-/-1.4 Pemeriksaan Penunjang Hemoglobin : 12,8 g/dl Hematokrit : 33,7 %

(5)

Trombosit : 146.000/mikroL Pemeriksaan urin

Makroskopis Sedimen

Warna : kuning tua Kekeruhan : keruh Berat jeis : 1025 PH : 6 Albumin : pos (++) Glukosa : negative (-) Keton : pos (++) Bilirubin : negative Darah samar : pos (+++)  Nitrit : negative Urobilinogen : normal Leukosit : 10-15 Eritrosit : negative Epitel : (+) Silinder : 2-4/LPK Jenis : granula Kristal : negative Bakteri : pos (++) Jamur : negative

Tes kehamilan : negatif 

1.5 Diagnosis Kerja

Infeksi saluran kemih et causa suspect Pielonefritis Akut 1.6 Penatalaksanaan Ceftriaxone 1x2 gr IV Ondansentron 2x4 mg IV Ranitidine 2x1 Amp Urotracin 2x1 tab Sanmol 3x1 tab

(6)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi

Infeksi saluran kemih adalah keadaan adanya infeksi (ada pertumbuhan dan  perkembangbiakan bakteri) dalam saluran kemih mulai dari uretra, buli-buli, ureter, sampai  jaringan ginjal dengan jumlah bakteriuria yang bermakna. Kuman penyebab infeksi saluran kemih umumnya gram negatif seperti Escherichia coli, Klebsiela sp, Enterobacter sp, Proteus sp dan Pseudomonas sp. Infeksi saluran kemih merupakan infeksi bakteri yang sering dijumpai  pada bayi dan anak dengan gejala demam.

Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi disepanjang saluran kemih, termasuk ginjal itu sendiri, akibat proliferasi suatu mikroorganisme. Sebagaian besar infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri, tetapi jamur dan virus juga dapat menjadi penyebab. Infeksi bakteri tersering adalah yanng disebabkan oleh E.coli, suatu organisme yang sering ditemukan di daerah anus.

Beberapa istilah yang perlu dipahami:

 Bakteriuria bermakna ( significant backteriuri) adalah keberadaan mikroorganisme

murni (tidak terkontaminasi flora normal dari uretra) lebih dari 105 colony forming units per mL (cfu/ml) biakan urin dan tanpa lekosituria.

 Bakteriuria simtomatik adalah bakteriuria bermakna dengan manifestasi klinik

 Bakteriuria asimtomatik (covert bacteriuria)  adalah bakteriuria bermakna tanpa

manifestasi klinik 2,3.

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan  bakteriuria patogen dengan colony forming units  per mL CFU/ ml urin > 101, dan lekositouria >10 per lapangan pandang besar, disertai manifestasi klinik 3. ISK akhir-akhir ini juga didefinisikan sebagai suatu respon inflamasi tubuh terhadap invasi mikroorganisme pada urothelium.

(7)

2.2 Epidemiologi

Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit yang paling sering ditemukan di  praktik umum. Kejadian ISK dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti usia, gender, prevalensi  bakteriuria, dan faktor predisposisi yang mengakibatkan perubahan struktur saluran kemih termasuk ginjal. ISK cenderung terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki. ISK berulang  pada laki-laki jarang dilaporkan, kecuali disertai factor predisposisi.

Menurut penelitian, hampir 25-35% perempuan dewasa pernah mengalami ISK selama hidupnya. Prevalensi bakteriuria asimtomatik lebih sering ditemukan pada perempuan. Prevalensi selama periode sekolah (School girls) 1% meningkat menjadi 5 % selama periode aktif secara seksual. Prevalensi infeksi asimtomatik meningkat mencapai 30% pada laki-laki dan  perempuan jika disertai faktor predisposisi.

Di Amerika Serikat, terdapat >7 juta kunjungan pasien dengan ISK di tempat praktik umum. Sebagian besar kasus ISK terjadi pada perempuan muda yang masih aktif secara seksual dan jarang pada laki-laki <50 tahun. Insiden ISK pada laki-laki yang belum disirkumsisi lebih tinggi (1,12%) dibandingkan pada laki-laki yang sudah disirkumsisi (0,11%).

Tabel 1. Epidemiologi ISK berdasarkan Umur & Jenis Kelamin

(8)

2.2 Etiologi

Pada umumnya ISK disebabkan oleh mikroorganisme (MO) tunggal seperti:2

  Eschericia coli merupakan MO yang paling sering diisolasi dari pasien dengan ISK

simtomatik maupun asimtomatik 

 Mikroorganisme lainnya yang sering ditemukan seperti Proteus spp (33% ISK anak

laki-laki berusia 5 tahun), Klebsiella spp dan Stafilokokus dengan koagulase negatif 

  Pseudomonas spp  dan MO lainnya seperti Stafilokokus  jarang dijumpai, kecuali

 pasca kateterisasi

Tabel 2. Bakteri Penyebab ISK

Sumber: Nefrologi Klinik, edisi III. 2006, hal.33

(9)

2.3 Patogenesis

Patogenesis bakteriuri asimtomatik menjadi bakteriuri simtomatik tergantung dari  patogenitas bakteri sebagai agent , status pasien sebagai host  dan cara bakteri masuk ke saluran

kemih (bacterial entry).

 Peranan Patogenisitas Bakteri (agent)

Tidak semua bakteri dapat menginfeksi dan melekat pada jaringan saluran kemih. Bakteri tersering yang menginfeksi saluran kemih adalah E.coli yang bersifat uropathogen.

Strain bakteri  E. coli  hidup atau berkoloni di usus besar atau kolon manusia. Beberapa strain bakteri E. coli dapat berkoloni di daerah periuretra dan masuk ke vesika urinaria. Strain E. coli yang masuk ke saluran kemih dan tidak memberikan gejala klinis memiliki strain yang sama dengan strain E. coli  pada usus ( fecal E.coli), sedangkan strain  E. coli  yang masuk ke saluran kemih manusia dan mengakibatkan timbulnya manifestasi klinis adalah beberapa strain bakteri  E. coli yang bersifat uropatogenik dan berbeda dari sebagian besar E.coli di usus manusia ( fecal  E.coli). Strain bakteri  E.coli ini merupakan uropatogenik E.coli (UPEC) yang memiliki faktor virulensi7. Penelitian intensif berhasil menentukan faktor virulensi  E.coli  dikenal sebagai virulence determinalis2.

Tabel 3. Faktor virulensiE . coli 

Penentu virulensi Alur

 Fimbriae

Kapsul antigen K

 Lipopolysaccharide side chains ( O antigen)

Lipid A (endotoksin)

Membran protein lainnya

 Adhesi

 Pembentuk jaringan ikat ( scarring)

 Resistensi terhadap pertahanan tubuh  Perlengketan (attachment)

 Resistensi terhadap fagositosis

 Inhibisi peristalsis ureter  Proinflamatori

(10)

Hemolysin

 Kelasi besi

 Antibiotika resisten

 Kemungkinan perlengketan

 Inhibisi fungsi fagosit  Sekuestrasi besi

Sumber: Sumber: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V, 2009, hal.1010

Bakteri patogen dari urin dapat menyebabkan manifestasi klinis bergantung pada  perlengketan mukosa oleh bakteri, faktor virulensi, dan variasi faktor virulensi.

 Peranan Perlengketan Mukosa oleh Bakteri ( Bacterial attachment of mucosa)

Menurut penelitian, fimbriae ( proteinaceous hair-like projection from bacterial surface) merupakan salah satu pelengkap patogenesitas yang mempunyai kemampuan untuk melekat  pada permukaan mukosa saluran kemih.

 Fimbriae atau  pili  memiliki ligand di permukaannya yang berfungsi untuk berikatan dengan reseptor glikoprotein dan glikolipid pada permukaan membran sel uroepithelial.  Fimbriae atau  pili  dibagi berdasarkan kemampuan hemaaglutinasi dan tipe sugar yang  berada  pada permukaan sel. Pada umumnya P  fimbriae  yang dapat menaglutinasi darah ,  berikatan dengan reseptor glikolipid antigen pada sel uroepithelial, eritrosit (antigen terhadap P blood  group) dan sel-sel tubulus renalis. Sedangkan  fimbriae tipe 1 berikatan dengan sisa mannoside  pada sel uroepithelial.

Berdasarkan penelitian P fimbriae  terdapat pada 90% bakteri E.coli  yang menyebabkan  pyelonefritis dan hanya < 20% strain E.coli yang menyebabkan ISK bawah. Sedangkan fimbriae

tipe 1 lebih berperan dalam membantu bakteri untuk melekat pada mukosa vesika urinaria.

 Peranan Faktor Virulensi

Setelah  fimbrae  atau  pili  berhasil melekat pada sel uroepithelial (sel epitel saluran kemih), maka proses selanjutnya dilakukan oleh faktor virulensi lainnya. Sebagian besar uropatogenik  E.coli (UPEC) menghasilkan hemolysin  yang befungsi untuk menginisiasi invasi UPEC pada jaringan dan mengaktivasi ion besi bagi kuman patogen (sekuestrasi besi). Keberadaan kaspsul K antigen dan O antigen pada bakteri yang menginvasi jaringan saluran

(11)

kemih melindungi bakteri dari proses fagositosis oleh neutrofil. Keadaan ini mengakibatkan UPEC dapat lolos dari berbagai mekanisme pertahanan tubuh host . Beberapa penelitian terakhir  juga mengatakan bahwa banyak bakteri seperti E.coli  memiliki kemampuan untuk menginvasi

sel host  sebagai patogen oportunistik intraseluler.

Sifat patogenitas lain dari strain  E.coli yaitu toksin, dikenal beberapa toksin seperti α-haemolysin, cytotoxic necrotizing factor-1 (CNF-1) dan iron uptake system (aerobactin dan enterobactin). Hampr 95% sifat α-haemolysin  ini terikat pada kromosom dan berhubungan dengan phatogenicity island  (PAIS) dan hanya 5 % terikat pada gen plasmid.

 Peranan Variasi Fase Faktor Virulensi

Virulensi bakteri ditandai dengan kemampuan untuk mengalami perubahan bergantung dari respon faktor luar. Konsep variasi MO ini menunjukkan peranan beberapa penentu virulensi yang bervariasi di antara individu dan lokasi saluran kemih. Oleh karena itu ketahanan hidup  bakteri berbeda dalam vesika urinaria dan ginjal.

 Peranan Faktor Tuan Rumah (host)  Faktor Predisposisi Pencetus ISK 

Menurut penelitian, status saluran kemih merupakan faktor risiko pencetus ISK. faktor  bakteri dan status saluran kemih pasien mempunyai peranan penting untuk kolonisasi bakteri  pada saluran kemih. Kolonisasi bakteri sering mengalami kambuh (eksaserbasi) bila sudah terdapat kelainan struktur anatomi saluran kemih. Dilatasi saluran kemih termasuk pelvis ginjal tanpa obstruksi saluran kemih dapat menyebabkan gangguan proses klirens normal dan sangat  peka terhadap infeksi.

Selain itu urin juga memiliki karakter spesifik (osmolalitas urin, konsentrasi urin, konsentrasi asam organik dan pH) yang dapat menghambat pertumbuhan dan kolonisasi bakteri  pada mukosa saluran kemih. Menurut penelitian urin juga mengandung faktor penghambat  perlekatan bakteri yakni Tamm-Horsfall glycoprotein, dikatakan bahwa bakteriuria dan tingkat

inflamasi di saluran kemih meningkat pada defisit THG. THG membantu mengeliminasi infeksi  bakteri pada saluran kemih dan berperan sebagai salah satu mekanisme pertahanan tubuh4.

Retensi urin, stasis, dan refluks urin ke saluran cerna bagian atas juga dapat meningkatkan  pertumbuhan bakteri dan infeksi. Selain itu, abnormalitas anatomi dan fungsional saluran kemih

(12)

Keberadaan benda asing seperti adanya batu, kateter,  stent dapat membantu bakteri untuk  bersembunyi dari mekanisme pertahanan host.

Tabel 4. Faktor Predisposisi (pencetus) ISK

Faktor predisposisi (pencetus) ISK

 Litiasis

 Obstruksi saluran kemih  Penyakit ginjal polikistik  Nekrosis papilar

 DM pasca transplantasi ginjal  Nefropati analgesik

 Penyakit Sickle-cell   Senggama

 Kehamilan dan peserta KB dengan tablet progesteron  Kateterisasi

Sumber: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V, 2009, halaman 1009

 Status Imunologi Pasien

Lapisan epitel pada dinding saluran kemih mengandung membran yang melindungi  jaringan dari infeksi dan berkapasitas untuk mengenali bakteri dan mengaktivasi mekanisme  pertahanan tubuh. Sel uroepithelial mengekspresikan toll-like receptors (TLRs)  yang dapat

mengikat komponen spesifik dari bakteri sehingga menghasilkan mediator inflamasi. Respon tubuh dengan mengsekresikan kemotraktan seperti interleukin-8 untuk merekrut neutrofil ke area  jaringan yang terinvasi. Selain itu, ginjal juga memproduksi antibodi untuk opsonisasi dan

fagositosis bakteri serta untuk mencegah perlekatan bakteri. Mekanisme imunitas seluler dan humoral ini berperan dalam pencegahan ISK, oleh karena itu imunitas host berperan penting dalam kejadian ISK.

Penelitian laboratorium mengungkapkan bahwa golongan darah dan status secretor mempunyai kontribusi untuk kepekaan terhadap ISK. Prevalensi ISK juga meningkat terkait dengan golongan darah AB, B dan PI (antigen terhadap tipe  fimbriae  bakteri) dan dengan fenotipe golongan darah lewis.

(13)

 Cara Bakteri Menginvasi Saluran Kemih (bacterial entry)

Terdapat beberapa rute masuk bakteri ke saluran kemih. Pada umumnya, bakteri di area  periuretra naik atau secara ascending   masuk ke saluran genitourinaria dan menyebabkan ISK. Sebagian besar kasus pielonefritis disebabkan oleh naiknya bakteri dari kandung kemih, melalui ureter dan masuk ke parenkim ginjal. Kejadian ISK oleh karena invasi mikroorganisme secara ascending  juga dipermudah oleh refluks vesikoureter. Pendeknya uretra wanita dikombinasikan dengan kedekatannya dengan ruang depan vagina dan rektum merupakan predisposisi yang menyebabkan perempuan lebih sering terkena ISK dibandingkan laki-laki.

Penyebaran secara hematogen umumnya jarang, namun dapat terjadi pada pasien dengan immunocompromised   dan neonatus. Staphylococcus aureus, Spesies Candida, dan  Mycobacterium tuberculosis  adalah kuman patogen yang melakukan perjalanan melalui darah

untuk menginfeksi saluran kemih.

Penyebaran limfatogenous melalui dubur, limfatik usus, dan periuterine juga dapat menyebabkan invasi mikroorganisme ke saluran kemih dan mengakibatkan ISK. Selain itu, invasi langsung bakteri dari organ yang berdekatan ke dalam saluran kemih seperti pada abses intraperitoneal, atau fistula vesicointestinal atau vesikovaginal dapat menyebabkan ISK.

2.4 Klasifikasi

Berdasarkan letak anatomi, ISK digolongkan menjadi:

 Infeksi Saluran Kemih Atas

Infeksi saluran kemih atas terdiri dari pielonefritis dan pielitis. Pielonefritis terbagi menjadi pielonefritis akut (PNA) dan pielonefritis kronik (PNK). Istilah  pielonefritis lebih sering dipakai dari pada pielitis, karena infeksi pielum (pielitis)

yang berdiri sendiri tidak pernah ditemukan di klinik.

Pielonefritis akut (PNA) adalah radang akut dari ginjal, ditandai primer oleh radang jaringan interstitial sekunder mengenai tubulus dan akhirnya dapat mengenai kapiler glomerulus, disertai manifestasi klinik dan bakteriuria tanpa ditemukan kelainan radiologik. PNA ditemukan pada semua umur dan jenis kelamin walaupun lebih sering ditemukan pada wanita dan anak-anak. Pada laki-laki usia lanjut, PNA  biasanya disertai hipertrofi prostat.

(14)

Pielonefritis Kronik (PNK) adalah kelainan jaringan interstitial (primer) dan sekunder mengenai tubulus dan glomerulus, mempunyai hubungan dengan infeksi  bakteri (immediate atau late effect) dengan atau tanpa bakteriuria dan selalu disertai kelainan-kelainan radiologi. PNK yang tidak disertai bakteriuria disebut PNK fase inaktif. Bakteriuria yang ditemukan pada seorang penderita mungkin berasal dari  pielonefritis kronik fase aktif atau bakteriuria tersebut bukan penyebab dari  pielonefritis tetapi berasal dari saluran kemih bagian bawah yang sebenarnya tidak memberikan keluhan atau bakteriuria asimtomatik. Jadi diagnosis PNK harus mempunyai dua kriteria yakni telah terbukti mempunyai kelainan-kelainan faal dan anatomi serta kelainan-kelainan tersebut mempunyai hubungan dengan infeksi  bakteri. Dari semua faktor predisposisi ISK, nefrolithiasis dan refluks vesiko ureter lebih memegang peranan penting dalam patogenesis PNK 4. Pielonefritis kronik mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Pada PNK juga sering ditemukan pembentukan jaringan ikat parenkim.

 Infeksi Saluran Kemih Bawah

Infeksi saluran kemih bawah terdiri dari sistitis, prostatitis dan epidimitis, uretritis, serta sindrom uretra. Presentasi klinis ISKB tergantung dari gender. Pada  perempuan biasanya berupa sistitis dan sindrom uretra akut, sedangkan pada laki-laki  berupa sistitis, prostatitis, epidimitis, dan uretritis.

Sistitis terbagi menjadi sistitis akut dan sistitis kronik. Sistitis akut adalah radang selaput mukosa kandung kemih (vesika urinaria) yang timbulnya mendadak, biasanya ringan dan sembuh spontan ( self-limited disease)  atau berat disertai penyulit ISKA (pielonefritis akut). Sistitis akut termasuk ISK tipe sederhana (uncomplicated type). Sebaliknya sistitis akut yang sering kambuh (recurrent urinary tract infection) termasuk ISK tipe berkomplikasi (complicated type), ISK jenis ini perlu perhatian khusus dalam  pengelolaannya.

Sistitis kronik adalah radang kandung kemih yang menyerang berulang-ulang (recurrent attact of cystitis) dan dapat menyebabkan kelainan-kelainan atau penyulit dari saluran kemih bagian atas dan ginjal. Sistitis kronik merupakan ISKB tipe berkomplikas, dan memerlukan pemeriksaan lanjutan untuk mencari faktor predisposisi.

(15)

Sindrom uretra akut (SUA) adalah presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis abakterialis karena tidak dapat diisolasi mikroorganisme penyebabnya. Penelitian terkini menunjukkan bahwa SUA disebabkan oleh MO anaerobik.

Berdasarkan Klinis

 ISK Sederhana/ tak berkomplikasi, yaitu ISK yang terjadi pada perempuan yang tidak

hamil dan tidak terdapat disfungsi truktural ataupun ginjal.

 ISK berkomplikasi, yaitu ISK yang berlokasi selain di vesika urinaria, ISK pada

anak-anak, laki-laki, atau ibu hamil

2.5 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis ISK (simtomatologi ISK) dibagi menjadi gejala-gejala lokal, sistemik dan perubahan urinalisis. Dalam praktik sehari-hari gejala cardinal seperti disuria, polakisuria, dan urgensi sering ditemukan pada hampir 90% pasien rawat jalan dengan ISK akut.

Tabel 5. Simtomatologi ISK

Lokal  Disuria  Polakisuria  Stranguria  Tenesmus  Nokturia  Enuresis nocturnal  Prostatismus  Inkontinesia  Nyeri uretra

 Nyeri kandung kemih  Nyeri kolik

 Nyeri ginjal

Sistemik

 Panas badan sampai

menggigil

 Septicemia dan syok 

Perubahan urinalisis

 Hematuria  Piuria  Chylusuria  Pneumaturia

(16)

Pada pielonefritis akut (PNA), sering ditemukan panas tinggi (39.5°C-40,5°C), disertai menggigil dan sakit pinggang. Pada pemeriksaan fisik diagnostik tampak sakit berat, panas intermiten disertai menggigil dan takikardia. Frekuensi nadi pada infeksi E.coli biasanya 90 kali  per menit, sedangkan infeksi oleh kuman staphylococcus dan streptococcus dapat menyebabkan takikardia lebih dari 140 kali per menit. Ginjal sulit teraba karena spasme otot-otot. Distensi abdomen sangat nyata dan rebound tenderness mungkin juga ditemukan, hal ini menunjukkan adanya proses dalam perut, intra peritoneal. Pada PNA tipe sederhana (uncomplicated)  lebih sering pada wanita usia subur dengan riwayat ISKB kronik disertai nyeri pinggang ( flank pain),  panas menggigil, mual, dan muntah. Pada ISKA akut (PNA akut) tipe complicated   seperti obastruksi, refluks vesiko ureter, sisa urin banyak sering disertai komplikasi bakteriemia dan syok, kesadaran menurun, gelisah, hipotensi hiperventilasi oleh karena alkalosis respiratorik kadang-kadang asidosis metabolik.

Pada pielonefritis kronik (PNK), manifestasi kliniknya bervariasi dari keluhan-keluhan ringan atau tanpa keluhan dan ditemukan kebetulan pada pemeriksaan urin rutin. Presentasi klinik PNK dapat berupa proteinuria asimtomatik, infeksi eksaserbasi akut, hipertensi, dan gagal ginjal kronik (GGK).

Manifestasi klinik pada sistitis akut dapat berupa keluhan-keluhan klasik seperti  polakisuria, nokturia, disuria, nyeri suprapubik, stranguria dan tidak jarang dengan hematuria.

Keluhan sistemik seperti panas menggigil jarang ditemukan, kecuali bila disertai penyulit PNA. Pada wanita, keluhan biasanya terjadi 36-48 jam setelah melakukan senggama, dinamakan honeymoon cystitis. Pada laki-laki, prostatitis yang terselubung setelah senggama atau minum alkohol dapat menyebabkan sistitis sekunder.

Pada sistitis kronik, biasanya tanpa keluhan atau keluhan ringan karena rangsangan yang  berulang-ulang dan menetap. Pada pemeriksaan fisik mungkin ditemukan nyeri tekan di daerah  pinggang, atau teraba suatu massa tumor dari hidronefrosis dan distensi vesika urinaria. Manifestasi klinis sindrom uretra akut (SUA) sulit dibedakan dengan sistitis. Gejalanya sangat miskin, biasanya hanya disuri dan sering BAK.

2.6 Pemeriksaan Penunjang Diagnosis a. Analisis urin rutin

(17)

Pemeriksaan analisa urin rutin terdiri dari pH urin, proteinuria (albuminuria), dan  pemeriksaan mikroskopik urin. Urin normal mempunyai pH b ervariasi antara 4,3-8,0. Bila bahan

urin masih segar dan pH >8 (alkalis) selalu menunjukkan adanya infeksi saluran kemih yang  berhubungan dengan mikroorganisme pemecah urea (ureasplitting organism). Albuminuria

hanya ditemukan ISK. Sifatnya ringan dan kurang dari 1 gram per 24 jam.

Pemeriksaan mikroskopik urin terdiri dari sedimen urin tanpa putar (100 x) dan sedimen urin dengan putar 2500 x/menit selama 5 menit. Pemeriksaan mikroskopik dengan pembesaran 400x ditemukan bakteriuria >105  CFU per ml. Lekosituria (piuria) 10/LPB hanya ditemukan  pada 60-85% dari pasien-pasien dengan bakteriuria bermakna (CFU per ml >105). Kadang-kadang masih ditemukan 25% pasien tanpa bakteriuria. Hanya 40% pasien-pasien dengan piuria mempunyai bakteriuria dengan CFU per ml >101. Analisa ini menunjukkan bahwa piuria mempunyai nilai lemah untuk prediksi ISK.

Tes dipstick pada piuria untuk deteksi sel darah putih. Sensitivitas 100% untuk >50 leukosit per HPF, 90% untuk 21-50 leukosit, 60% untuk 12-20 leukosit, 44 % untuk 6-12 leukosit. Selain itu pada pemeriksaan urin yang tidak disentrifuge dapat dilakukan pemeriksaan mikroskopik secara langsung untuk melihat bakteri gram negatif dan gram positif. Sensitivitas sebesar 85 % dan spesifisitas sebesar 60 % untuk 1 PMN atau mikroorganisme per HPF. Namun  pemeriksaan ini juga dapat mendapatkan hasil positif palsu sebesar 10%.

 b. Uji Biokimia

Uji biokimia didasari oleh pemakaian glukosa dan reduksi nitrat menjadi nitrit dari  bakteriuria terutama golongan  Enterobacteriaceae. Uji biokimia ini hanya sebagai uji saring

( skrinning) karena tidak sensitif, tidak spesifik dan tidak dapat menentukan tipe bakteriuria. c. Mikrobiologi

Pemeriksaan mikrobiologi yaitu dengan Colony Forming Unit (CFU) ml urin. Indikasi CFU per ml antara lain pasien-pasien dengan gejala ISK, tindak lanjut selama pemberian antimikroba untuk ISK, pasca kateterisasi, uji saring bakteriuria asimtomatik selama kehamilan, dan instrumentasi. Bahan contoh urin harus dibiakan lurang dari 2 jam pada suhu kamar atau disimpan pada lemari pendingin. Bahan contoh urin dapat berupa urin tengah kencing (UTK), aspirasi suprapubik selektif.

Interpretasi sesuai dengan kriteria bakteriura patogen yakni CFU per ml >105  (2x)  berturut-turut dari UTK, CFU per ml >105(1x) dari UTK disertai lekositouria > 10 per ml tanpa

(18)

 putar, CFU per ml >105  (1x) dari UTK disertai gejala klinis ISK, atau CFU per ml >105  dari aspirasi supra pubik. Menurut kriteria Kunin yakni CFU per ml >105  (3x) berturut-turut dari UTK.

d. Renal Imaging Procedures

 Renal imaging procedures  digunakan untuk mengidentifikasi faktor predisposisi ISK, yang biasa digunakan adalah USG, foto polos abdomen, pielografi intravena, micturating cystogram dan isotop scanning . Investigasi lanjutan tidak boleh rutin tetapi harus sesuai indikasi antara lain ISK kambuh, pasien laki-laki, gejala urologik (kolik ginjal, piuria, hematuria), hematuria persisten, mikroorganisme jarang ( Pseudomonas spp  dan  Proteus spp), serta ISK  berulang dengan interval ≤6 minggu.

2.7 Terapi

Prinsip umum penatalaksanaan ISK adalah :

- Eradikasi bakteri penyebab dengan menggunakan antibiotik yang sesuai - Mengkoreksi kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi

Tujuan penatalaksanaan ISK adalah mencegah dan menghilangkan gejala, mencegah dan mengobati bakteriemia dan bakteriuria, mencegah dan mengurangi risiko kerusakan ginjal yang mungkin timbul dengan pemberian obat-obatan yang sensitif, murah, aman dengan efek samping yang minimal. Oleh karenan itu pola pengobatan ISK harus sesuai dengan bentuk ISK, keadaan anatomi saluran kemih, serta faktor-faktor penyerta lainnya. Bermacam cara pengobatan yang dilakukan untuk berbagai bentuk yang berbeda dari ISK, antara lain :

- Pengobatan dosis tunggal

- Pengobatan jangka pendek (10-14 hari) - Pengobatan jangka panjang (4-6 minggu) - Pengobatan profilaksis dosis rendah - Pengobatan supresif.

a. Infeksi saluran kemih (ISK) bawah

Prinsip penatalaksanaan ISK bawah meliputi intake cairan yang banyak, antibiotik yang adekuat, dan bila perlu terapi simtomatik untuk alkalinisasi urin :

(19)

- Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah 48 jam dengan antibiotika tunggal, seperti ampisilin 3 gram, trimetroprim 200 mg.

- Bila infeksi menetap disertai kelainan urinalisis (leukosuria) diperlukan terapi konvensional selama 5-10 hari.

- Pemeriksaan mikroskopis urin dan biakan urin tidak diperlukan bila semua gejala hilang dan tanpa leukosuria. Bila pada pasien reinfeksi berulang ( frequent re-infection)

- Disertai faktor predisposisi, terapi antimikroba yang intensif diikuti denga koreksi faktor resiko. - Tanpa faktor predisposisi, terapi yang dapat dilakukan adalah asupan cairan yang banyak, cuci setelah melakukan senggama diikuti terapi antimikroba dosis tunggal (misal trimentoprim 200 mg)

- Terapi antimikroba jangka lama sampai 6 bulan

Pasien sindroma uretra akut (SUA) dengan hitung kuman 103-105 memerlukan antibiotika yang adekuat. Infeksi klamidia memberikan hasil yang baik dengan tetrasiklin. Infeksi yang disebabkan mikroorganisme anaerobik diperlukan antimikroba yang serasi (misal golongan kuinolon)

b. Infeksi saluran kemih (ISK) atas

Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut memerlukan rawat inap untuk memelihara status hidrasi dan terapi antibiotika parenteral paling sedikit 48 jam

The Infection Disease Society of America menganjurkan satu dari tiga alternatif terapi antibiotika intravena sebagai terapi awal selama 48 -72 jam sebelum diketahui mikroorganisme  penyebabnya :

(20)

- Flurokuinolon

- Aminoglikosida dengan atau tanpa ampisilin

- Sefalosporin berspektrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida

2.8 Komplikasi

Komplikasi ISK bergantung dari tipe yaitu ISK tipe sederhana (uncomplicated ) dan ISK tipe berkomplikasi (complicated ).

a) ISK sederhana (uncomplicated)

ISK akut tipe sederhana yaitu non-obstruksi dan bukan pada perempuan hamil pada umumnya merupakan penyakit ringan ( self limited disease)  dan tidak menyebablan akibat lanjut jangka lama.

 b) ISK tipe berkomplikasi (complicated )

ISK tipe berkomplikasi biasanya terjadi pada perempuan hamil dan pasien dengan diabetes mellitus. Selain itu basiluria asimtomatik (BAS) merupakan risiko untuk  pielonefritis diikuti penurun laju filtrasi glomerulus (LFG).

Komplikasi emphysematous cystitis, pielonefritis yang terkait spesies kandida dan infeksi gram negatif lainnya dapat dijumpai pada pasien DM. Pielonefritis emfisematosa disebabkan oleh MO pembentuk gas seperti E.coli, Candida spp, dan klostridium tidak jarang dijumpai pada  pasien DM. Pembentukan gas sangant intensif pada parenkim ginjal dan jaringan nekrosis

disertai hematom yang luas. Pielonefritis emfisematosa sering disertai syok septik dan nefropati akut vasomotor. Abses perinefritik merupakan komplikasi ISK pada pasien DM (47%), nefrolitiasis (41%), dan obstruksi ureter (20%).

(21)

Tabel 6. Morbiditas ISK selama kehamilan

Kondisi Risiko Potensial BAS tidak diobati

ISK trimester III

 Pielonefritis  Bayi prematur  Anemia

  Pregnancy-induced hypertension

 Bayi mengalami retardasi mental  Pertumbuhan bayi lambat

 Cerebral palsy   Fetal death

Sumber: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, 2009, hal. 1012

2.9 Prognosis

Prognosis pasien dengan pielonefritis akut, pada umumnya baik dengan penyembuhan 100% secara klinik maupun bakteriologi bila terapi antibiotika yang diberikan sesuai. Bila terdapat faktor predisposisi yang tidak diketahui atau sulit dikoreksi maka 40% pasien PNA dapat menjadi kronik atau PNK. Pada pasien Pielonefritis kronik (PNK) yang didiagnosis terlambat dan kedua ginjal telah mengisut, pengobatan konservatif hanya semata-mata untuk mempertahankan faal jaringan ginjal yang masih utuh. Dialisis dan transplantasi dapat merupakan pilihan utama.

Prognosis sistitis akut pada umumnya baik dan dapat sembuh sempurna, kecuali bila terdapat faktor-faktor predisposisi yang lolos dari pengamatan. Bila terdapat infeksi yang sering kambuh, harus dicari faktor-faktor predisposisi. Prognosis sistitis kronik baik bila diberikan antibiotik yang intensif dan tepat serta faktor predisposisi mudah diken al dan diberantas.

(22)

DAFTAR PUSTAKA

1. Sukandar, E. Infeksi Saluran Kemih. In Sudoyo A.W, et all.ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit  Dalam Jilid II Edisi V . Jakarta: Internal Publishing. 2009:1008-1014.

2. Sukandar, E. Infeksi (non spesifik dan spesifik) Saluran Kemih dan Ginjal . In Sukandar E.  Nefrologi Klinik Edisi III.  Bandung: Pusat Informasi Ilmiah (PII) Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UNPAD. 2006: 29-72

3.  Nguyen, H.T.  Bacterial Infections of The Genitourinary Tract . In Tanagho E. & McAninch J.W. ed. Smith’s General urology 17th edition. Newyork: Mc Graw Hill Medical Publishing Division. 2008: 193-195

4. Ronald A.R & Nicollé L.E. Infections of the Upper Urinary Tract . In Schrier R.W, ed.  Diseases of the Kidney and Urinary Tract 7th edition Vol.1. Newyork: Lippincott

Williams & Wilkins Publishers. 2001: 1687

5. Weissman, S.J, et all. Host-Pathogen Interactions and Host Defense Mechanisms. In In Schrier R.W, ed. Diseases of the Kidney and Urinary Tract 8th edition Vol.1. Newyork: Lippincott Williams & Wilkins Publishers. 2007: 817-826

6. Abdelmalak, J.B, et all. Urinary Tract Infections in Adults. In Potts J.M, ed.  Essential Urology, A Guide to Clinical Practice. New Jersey: Humana Press. 2004:183-189

7. Anonim. Urinary Tract Infections (Acute Urinary Tract Infection: Urethritis, Cystitis, and Pyelonephritis).  In Kasper, et all ed.  Harrison’s Manual of Medicine16th Edition.  Newyork: Mc Graw Hill Medical Publishing Division. 2005:724

8. Anonim.  Pyelonephritis Acute. In Williamson, M.A & Snyder L.M. Wallach’s  Interpretation of Diagnostic Test 9th.  Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins a

Gambar

Tabel 1. Epidemiologi ISK berdasarkan Umur &amp; Jenis Kelamin
Gambar 1. Bakteri E.Coli, berbentuk basil dan ada
Tabel 3. Faktor virulensi E . coli 
Tabel 5. Simtomatologi ISK Lokal  Disuria  Polakisuria  Stranguria  Tenesmus   Nokturia  Enuresis nocturnal  Prostatismus  Inkontinesia   Nyeri uretra
+2

Referensi

Dokumen terkait

program latihan dasar,program latihan menengah d an program latihan lanjutan dan juga tahap pembinaan mental dan pembinaan dalam menghadapi O2SN semua nya berjalan dengan baik

Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka berdasarkan Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun seperangkat modul pelatihan

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan pengabdian dengan pendekatan partisipatif dan kolaboratif dalam penerapan seni mural sebagai sarana memperindah visual lingkungan

Berdasarkan uraian diatas diperoleh rumusan masalah sebagai berikut: (1) Berapakan potensi lim- pasan yang terjadi pada DAS Marisa?; (2) Berapa- kah besarnya potensi laju erosi

purposive dari tiga dusun. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang didukung oleh data kuantitatif. Metode penelitian dengan pendekatan kualitatif dilakukan dengan cara

Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material,

Wujud akulturasi dalam pertunjukan wayang tersebut terlihat dari pengambilan lakon ceritera dari kisah Ramayana maupun Mahabarata yang berasal dari budaya India, tetapi tidak