Implementasi Pemodelan Multi Kriteria (PMK) Pada Sistem Pendukung
Keputusan Pengujian Mutu Ban Sepeda Motor
Muliadi
Muliadiaziz@yahoo.com Abstract
This research to develop a design decision support system with built test quality motorcycle tire is in compliance by national standards Indonesia (SNI) No.:06-0101-2002 and SNI No.06-0098-2002.
Decision support system that created with the modeling that considers a variety of factors that is used as a model of assessment and weighting of these dimensions of assessment data, TWI(Thread Wear Indicator), Breaking energy, endurance and resilience of the various load-speed range where the determination of weight in this assessment can be changed as needed.
Decision support system is made so that decision makers can see how the tire that has a predicate value A, B, C and D.
Word keys: Decision support system, Quality control, Motorcylcle tire INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan rancang bangun aplikasi pendukung keputusan pengujian kualitas ban sepeda motor yang disesuaikan dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) No:06-0101-2002 dan SNI No: 06-0098-2002,
Aplikasi pendukung keputusan ini dibuat dengan pemodelan yang memperhatikan berbagai faktor yang dipakai sebagai model penilaian dan pemberian bobot diantaranya data penilaian dimensi, TWI (Tread Wear Indikator), Breaking Energy, ketahanan berbagai beban (Endurance), dan ketahanan berbagai kecepatan dimana penetapan bobot penilaiannya dalam pengujian ini dapat diubah sesuai dengan kebutuhan.
Sistem pendukung keputusan ini dibuat agar pengambil keputusan dapat mengetahui ban yang bagaimana yang memiliki predikat nilai A, B, C, dan D.
1. PENDAHULUAN
Dewasa ini kendaraan bermotor menjadi kebutuhan yang sangat penting untuk sebagian kalangan masyarakat, seiring perkembangan tersebut industri kendaraan berkembang sangat cepat sehingga banyak sekali tipe kendaraan bermotor yang diproduksi, begitu juga dengan perkembangan industri ban, para industri ban juga memproduksi tipe ban yang sesuai dengan kebutuhan tipe kendaraan.
Berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standarisasi Nasional, guna mendorong peningkatan daya saing, persaingan usaha industri ban yang sehat tanpa diskriminasi, perlindungan konsumen dalam segi keamanan, keselamatan, kesehatan dan lingkungan, serta dalam upaya pencapaian saling pengakuan kegiatan standarisasi dengan negara lain, dipandang perlu untuk memberlakukan Standar Nasional Indonesia (SNI) secara wajib terhadap ban.
Permasalahan yang umum dihadapi adalah begitu maraknya perusahaan ban yang memproduksi ban tidak lagi memperhatikan dan mempertimbangkan kelayakan ban yang telah diproduksi sehingga banyak parameter yang harus diperhatikan diabaikan begitu saja yang berdampak pada keamanan dan keselamatan para pengguna kendaraan terhadap ban, untuk itu peneliti membangun sebuah aplikasi pendukung keputusan pengujian mutu ban standar nasional Indonesia, agar parameter yang menjadi standar nasional Indonesia dapat diterapkan sebelum ban kendaraan dipasarkan.
Pada aplikasi pendukung keputusan pengujian mutu ban standar nasional Indonesia yang dibangun ini memilki parameter-parameter yang telah disesuaikan dengan SNI, sehingga para pembuat keputusan dapat mengetahui hasil kualitas produksi ban yang akan dipasarkan di Indonesia.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengimplementasikan model pengujian pada Sistem Pengambilan Keputusan pengujian ban agar dapat dipergunakan sebagai alat bantu pendukung keputusan dalam penentuan mutu produk ban sepeda motor.
Pemodelan yang dilakukan berdasarkan pada parameter yang terdapat pada SNI No:06-0101-2002 dan SNI No: 06-0098-2002, maka dihasilkan model kriteria sesuai dengan aturan SNI yang nantinya menghasilkan suatu keputusan, (Muliadi, 2009).
Turban (2004) memberikan pengertian yang mencakup semua SPK mulai dari dasar sampai yang paling ideal. Oleh Turban dikatakan sebagai sebuah SPK jika sistem tersebut adalah sebuah sistem informasi yang berbasis komputer yang bersifat interaktif, fleksibel dan dapat beradaptasi, dibangun secara khusus untuk mendukung pemecahan masalah manajemen yang tidak terstruktur untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan, menggunakan data, menyediakan antar muka pengguna yang mudah, dan membolehkan pengambil keputusan untuk memakai wawasannya sendiri. Sebagai tambahan SPK dapat memakai model, dibangun dalam proses yang interaktif, mendukung seluruh tinkatt pengambilan keputusan dan dapat berisi komponen pengetahuan (knowledge).
Agar kualitas keputusan yang diambil lebih baik maka diperlukan sistem pendukung keputusan yaitu yang berbasis komputer interaktif, yang mambantu pembuat keputusan memanfaatkan data dan model untuk menyelesaikan permasalahan yang tak terstruktur.
Untuk memahami dengan lebih baik mengenai permodelan, dapat mengikuti proses pengambilan keputusan yang menurut simon (Simon, 2000), melibatkan tiga hal tahap utama : tahap intelegensi
(intelligent phase), tahap perancangan (design phase),
dan tahap pilihan (choice phase). Tahap keempat yaitu implementasi (implementation) ditambahkan kemudian. Sebuah gambaran konseptual mengenai proses pembuatan keputusan, ada aliran aktifitas yang berkesinambungan dari tahap intelegensi ke tahap perancangan dan tahap perancangan ke tahap pilihan), tetapi pada beberapa tahap mungkin menjadi arus balik ke tahap sebelumnya. Permodelan adalah bagian pokok dari proses ini. Tahap–tahap dalam proses pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :
a. Tahap Inteligensi
Merupakan tahap pendefinisian masalah serta identifikasi informasi yang dibutuhkan yang berkaitan dengan persoalan yang dihadapi serta keputusan yang akan diambil. Langkah ini sangat menentukan tingkat ketepatan keputusan yang akan diambil, tentunya persoalan yang dihadapi harus dirumuskan terlebih dahulu secara jelas. b. Tahap Desain.
Merupakan tahap analisa dalam kaitan mencari atau merumuskan alternatif pemecahan masalah. Setelah permasalahan dirumuskan dengan baik, maka tahap berikutnya adalah merancang atau membangun model pemecahan masalahnya dan menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah. c. Tahap Pilihan.
Pada tahap ini dilakukan proses pemilihan diantara berbagai alternatif tindakan yang mungkin dijalankan.
Hasil pemilihan tersebut kemudian diimplementasikan dalam proses pengambilan keputusan.
2.1. Model Penilaian Pengujian Mutu Ban Model sistem pendukung keputusan pengujian mutu ban sepeda motor, dibuat dalam 5 (lima) bagian penilaian yaitu : a. Model Data Pengujian Dimensi Lebar
10%
b. Model Data Pengujian Dimensi Diameter 10%
c. Model Data Pengujian TWI (Tread
Wear Indikator)5%
d. Model Data Pengujian Breaking Energi 25%
e. Model Data Pengujian Ketahanan Berbagai Beban Endurance) 25% f. Model Data Pengujian Berbagai
Kecepatan (High Speed ) 25%, hal ini memberi pengertian bahwa prioritas
pengambilan keputusan yang
diutamakan yaitu penilaian pengujian
Breaking Energy, Endurance, High Speed.
Untuk semua masing-masing parameter memiliki elemen-elemen yang harus dinilai, dan juga memiliki bobot nilai penilaian yang sudah ditentukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan pada aturan SNI Nomor: 06-0101-2002, namun demikian meskipun telah ditentuan nilai bobot dan nilai skor hal ini tidak menutup kemungkinan untuk melakukan perubahan nilai sesuai dengan kebutuhan, total nilai pengujian ini selanjutnya akan menjadi bahan pertimbangan akhir dalam menentukan sebuah keputusan bagi pengambil suatu keputusan.
Model penilaian pengujian dimensi lebar memiliki total bobot sebesar 10%, aturan-aturan tersebut memiliki skor antara 0 sampai 100, aturan-aturan ini nantinya menjadi sub parameter,. Model penilaian ini ditunjukkan dalam tabel 1 dan tabel 2.
Tabel 1. Model Penilaian Parameter Dimensi Tipe A
Tabel 2. Model Penilaian Parameter Dimensi Tipe B dan C
Model penilaian pengujian dimensi diameter memiliki total bobot sebesar 10%, aturan-aturan tersebut memiliki skor antara 0 sampai 100, dalam model ini aturan-aturan ini menjadi sub parameter, skor penilaian ini juga didapat dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap pihak yang berwenang. Model penilaian ini ditunjukkan dalam tabel 3.
Tabel 3. Model Penilaian Parameter Diameter
Model penilaian parameter TWI (Tread Wear
Indikator) memiliki total bobot sebesar 5% dan terdiri
dari beberapa sub kriteria yaitu: TWI total ban, dimana setiap sub parameter mempunyai beberapa kondisi dan setiap kondisinya mempunyai skor antara 0 sampai 100. Model penilaian ini ditunjukkan dalam tabel 4.
Kriteria Penilaian Skor Bobot Penilaian Penilaian Parameter Dimensi
Type B,C Ukuran 2.50-17 Lebar Total Maksimal 100 80 40 0 10% Aturan IV Aturan III Aturan II Aturan I 71 - 74 mm 68 - 70 mm 65 - 67 mm 0 - 64 mm
Kriteria Penilaian Skor Bobot Penilaian Penilaian Parameter Dimensi Type A
Ukuran 2.50-17 Lebar Total Maksimal 100 80 40 0 10% Aturan IV Aturan III Aturan II Aturan I 67 - 70 mm 64 - 66 mm 60 - 63 mm 0 - 59 mm
Kriteria Penilaian Skor Penilaian Bobot Penilaian Parameter Dimensi Diameter
Type A,B Ukuran 2.50-17 Diameter Total Maksimal 100 80 40 0 100 80 40 0 10% Aturan IV Aturan III Aturan II Aturan I 576 - 580 mm 569 - 575 mm 563 - 568 mm 0 - 562 mm Type C Ukuran 2.50-17 Diameter Total Maksimal Aturan IV Aturan III Aturan II Aturan I 580 - 584 mm 576 - 579 mm 563 - 575 mm 0 - 562 mm
Tabel 4. Model Penilaian Parameter TWI (Tread Waer Indikator) Kriteria Penilaian Sk or Bobot Penilaian Penilaian Parameter TWI (Tread Wear Indikator)
Type A,B,C Ukuran 2.50-17 Total TWI Maksimal 100 80 40 0 5% Aturan IV Aturan III Aturan II Aturan I 0.89 - 1 mm 0.85 - 0.88 mm 0.79 - 0.84 mm 0 - 0.78 mm
Model penilaian parameter Breaking
Energy memiliki total bobot sebesar 25% dan
terdiri dari beberapa sub kriteria yaitu: nilai
breaking energy total ban, dimana setiap kriteria
mempunyai beberapa kondisi dan setiap kondisinya mempunyai skor antara 0 sampai 100. Model penilaian ini ditunjukkan dalam tabel 5.
Tabel 5. Model Penilaian Parameter Breaking
Energy
Kriteria Penilaian Skor Bobot Penilaian
Penilaian Parameter Breaking Energy
Type A,B,C Ukuran 2.50-17 Nilai BE Maksimal 100 80 40 0 25% Aturan IV Aturan III Aturan II Aturan I 377 - 392 mm 362 - 376 mm 346 - 361 mm 0 – 345 mm
Model penilaian parameter ketahanan berbagai beban (Endurance) memiliki total bobot sebesar 25% dan terdiri dari beberapa sub kriteria, dimana setiap sub kriteria mempunyai beberapa kondisi dan setiap kondisinya mempunyai skor 0 sampai 100. Model penilaian ini ditunjukkan dalam tabel 6 dan tabel7.
Tabel 6. Model Penilaian Parameter Endurance Tipe A, B
Kriteria Penilaian Skor Bobot Penilaian Penilaian Parameter Ketahanan Berbagai Beban
(Endurance) Type A,B Ukuran 2.50-17 Jam Endurance Maksimal Aturan IV Aturan III Aturan II Aturan I
36 - 48 Jam 31 - 35 Jam 23 - 30 Jam 0 - 22 Jam 100 80 40 0 25%
Tabel 7. Model Penilaian Parameter Endurance Tipe C
Kriteria Penilaian Skor Bobot Penilaian Penilaian Parameter Ketahanan Berbagai Beban
(Endurance) Type C Ukuran 2.50-17 Jam Endurance Maksimal 100 80 40 0 25% Aturan IV Aturan III Aturan II Aturan I 45 <= 50 Jam 35 <= 44 Jam 25 <= 34 Jam 0 <= 24 Jam
Model penilaian parameter ketahanan berbagai beban (Endurance) memiliki total bobot sebesar 25% dan terdiri dari bebearapa sub kriteria dimana setiap sub kriteria mempunyai beberapa kondisi dan setiap kondisinya mempunyai skor 0 sampai 100. Penilaian ini ditunjukkan dalam tabel 8 dan tabel 9.
Tabel 8. Model Penilaian Parameter Berbagai Kecepatan High Speed Tipe A, B
Kriteria Penilaian Skor Bobot Penilaian Penilaian Parameter Berbagai Kecepatan (High Speed )
Type A,B Ukuran 2.50-17
Jam High Speed Maksimal 100 80 40 0 25% Aturan IV Aturan III Aturan II Aturan I 36 - 48 Jam 31 - 35 Jam 23 - 30 Jam 0 - 22 Jam
Tabel 9. Model Penilaian Parameter Berbagai Kecepatan High Speed Tipe C
Kriteria Penilaian Skor Bobot Penilaian Penilaian Parameter Berbagai Kecepatan (High Speed )
Type C Ukuran 2.5-17 Jam High Speed Maksimal 25%
Aturan IV Aturan III Aturan II Aturan I 45 - 50 Jam 35 - 44 Jam 25 - 34 Jam 0 - 24 Jam 100 80 40 0
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam penetapan nilai bobot dan skor ditetapkan berdasarkan yang telah dimodelkan pada metode penelitian sebelumnya, untuk itu ada beberapa komponen penilaian yang harus diinputkan. Dimana penilaian ini dibagi dalam 6 parameter penilaian yaitu :
a. Dimensi Lebar dengan bobot penilaian 10%,
b. Dimensi diameter dengan bobot penilaian 10%
c. TWI (Tread War Indikator) dengan bobot penilaian 5%
d. Breaking Energi dengan bobot penilaian 25%
e. Endurance dengan bobot penilaian 25%
f. Kecepatan (High Speed) dengan bobot penilaian 25%.
Berikut contoh input model penilaian parameter yang ditunjukkan pada gambar 2 .
Gambar 2. Penetapan Nilai Parameter
Selanjutnya didalam penetapan tersebut terdapat beberapa sub parameter penilaian yang ditetapkan oleh Departemen Perindustrian yang disesuaikan dengan SNI. Penilaian didalam 6 parameter sebelumnya terdapat sub paramater penilaian yaitu: Penilaian dimensi terbagi atas total tinggi maksimal dan tinggi minimal yang memiliki skor 0 sampai dengan 100 batas-batas nilai dapat dilihat pada tabel 3.1 tabel model
penilaian parameter dimensi, kemudian penilaian Penilaian TWI (Tread War Indikator) terbagi atas total tinggi maksimal dan tinggi minimal yang memiliki skor 0 sampai dengan 100 batas-batas nilai dapat dilihat pada tabel 3.2 tabel model penilaian parameter Penilaian TWI (Tread War Indikator), kemudian Penilaian Breaking Energi terbagi atas total Breaking
Energi maksimal dan Breaking Energi minimal yang
memiliki skor 0 sampai dengan 100 batas-batas nilai dapat dilihat pada tabel 3.3 tabel model penilaian parameter Breaking Energi, kemudian penilaian
Endurance yang menjadi penilaian adalah kerusakan
ban yang terjadi pada saat berapa jam yang memiliki skor 0 sampai dengan 100 batas-batas nilai dapat dilihat pada tabel 3.1 tabel model penilaian parameter
Endurance. Gambar 3 menunjukkan penetapan bobot
penilaian subparameter, adapun field-field subparameter tersebut adalah idsubparameter, subparameter, nilaisubparameter dan idparameter.
Gambar 3. Penetapan Nilai Sub Parameter
3.3. Tahap Pengujian Ban
Sebelum ban diuji pemohon harus terlebih daulu melengkapi berkas-berkas yang diperlukan saat pendaftaran adapun berkas-berkas yang harus dilengkapi adalah: data negara, data perusahaan, data merek, data ukuran pelek, data beban, data ukuran ban, data simbol ban, dan data bentuk ban, kemudian kesemua data tersebut dikemas dalam data ban untuk mendapatkan nomor identitas ban yang akan diuji. Tabel 10 merupakan contoh berkas kelengkapan data ban yang sudah lengkap, adapun data-data ban yang akan diuji dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Data-data Ban yang akan diuji
IiD.Ba n Mere k Ban Jeni s Ban Ukura n Pelek Carca s Inde x Beba n Simb ol Ukura n Ban Typ e 001 Feder al Tub e 17 Cm 4R 38 L 2.5 A
(1)
TNP = NSP * (NBP/100)(1)
002 Feder al Tub e 17 Cm 4R 38 L 2.5 C 003 IRC Tub e 17 Cm 4R 38 L 2.5 A 004 IRC Tub e 17 Cm 4R 38 L 2.5 CData-data pada tabel 10 tersebut merupakan data rekayasa yang disimulasikan sebagai contoh pengujian mutu ban. Pengujian diawali dari pengujian parameter dimensi, yang memiliki subparameter yaitu total lebar maksimal dan total lebar minimal, nilai minimal yang harus diproleh dari pengujian ini adalah 60 mm agar mendapat skor minimal 40 jika tidak sekor yang diperoleh adalah 0, selanjutnya pengujian berikut nya adalah pengujian sub parameter diameter yaitu diameter total maksimal dan diameter total minimal, nilai yang harus diperoleh dari pengujian ini adalah 563 mm agar mendapat sekor minimal 40 jika tidak sekor yang diperoleh adalah 0, selanjutnya pengujian berikut nya adalah pengujian parameter TWI (tread wear indikator) yang memiliki sub parameter Total tinggi TWI maksimal dan total tinggi minimal, nilai yang harus diperoleh dari pengujian ini adalah 0.80 mm agar mendapat sekor minimal 40 jika tidak sekor yang diperoleh adalah 0, selanjutnya pengujian berikut nya adalah pengujian parameter breaking energy yang memiliki sub parameter Total nilai breaking energy maksimal dan total nilai breaking energy minimal, nilai yang harus diperoleh dari pengujian ini adalah 347 agar mendapat sekor minimal 40 jika tidak sekor yang diperoleh adalah 0, selanjutnya pengujian berikut nya adalah pengujian parameter ketahanan beban dengan berbagai beban (endurance) yang memiliki sub parameter Total nilai endurance maksimal dan total nilai
endurance minimal, nilai yang harus diperoleh
dari pengujian ini adalah 24 jam agar mendapat sekor minimal 40 jika tidak sekor yang diperoleh adalah 0, selanjutnya pengujian berikutnya adalah pengujian parameter ketahanan dengan berbagai keceepatan (high speed) yang memiliki sub parameter Total nilai high speed maksimal dan total nilai high speed minimal, nilai yang harus diperoleh dari pengujian ini adalah 24 jam agar mendapat sekor minimal 40 jika tidak sekor yang diperoleh adalah 0, contoh proses pengujian dapat dilihat pada gambar 4 dan gambar 5.
Gambar 4. Proses Pengujian Parameter IdBan 001
Gambar 5. Proses Pengujian Parameter IdBan 002
3.4. Hasil Pengujian
Setelah berbagai parameter pengujian diproses, langkah selanjutnya adalah memproses total hasil dari pengujian parameter, yang nantinya total hasil pengujian ini menjadi keputusan layak dan tidak layaknya suatu ban untuk mendapatkat sertifikasi SNI. Adapun total hasil pengujian tersebut diperoleh dari rumus (1).
Keterangan:
TNP = Total Nilai Parameter NSP = Nilai Skor Parameter NBP
TNH=Sum(TNP)
(2)
TNH=Sum(TNP)
Kemudian dari hasil perkalian rumus (1) diatas didapat hasil rumus untuk menentukan status kelayakan ban dengan rumus yang ditunjukan pada rumus (2)
Keterangan:
TNH = Total Nilai Hasil
Kemudian dari total nilai hasil yang diperoleh dari rumus (2) akan disesuaikan dengan batas-batas nilai sebagai berikut:
- Total Nilai 90 <= 100 untuk mutu yang amat baik dengan pridikat A - Total Nilai 80 <= 90 untuk mutu
yang baik dengan pridikat B - Total Nilai 70 <= 80 untuk mutu
yang cukup baik dengan pridikat C - Total Nilai < 70 untuk mutu yang
tidak layak SNI
Setelah mengolah data pengujian, kemudian data tersebut diolah menjadi laporan hasil kelayakan yang nantinya menjadi sertifikasi kelayakan ban yang disesuaikan dengan SNI.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Sistem Pendukung keputusan ini dibuat dengan pemodelan yang memperhatikan berbagai faktor yang dipakai sebagai model penilaian dan pemberian bobot diantaranya data penilaian dimensi, tread war indicator,
breaking energy, endurance, dan high speed, yang kesemua ini disesuaikan
dengan SNI Nomor: 06-0101-2002.
2. Sistem pendukung keputusan pengujian mutu ban sepeda motor ini dibuat dapat memberikan solusi jika dikemudian hari terdapat perubahan nilai bobot parameter dan skor sub parameter nya, sesuai dengan kebutuhan.
3. Dengan adanya sistem pendukung keputusan ini maka para pengambil keputusan mengetahui ban yang bagai mana yang memiliki peridakat nilai A, B, C, dan D.
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Badan Standardisasi Nasional (BSN), 1994, Tata
Cara Pengujian Ban Sepeda motor, SNI
No:06-0101-2002, 1994
[2]. Muliadi,, “Sistem Pendukung Pengambilan
Keputusan Pengujian Mutu Ban Sepeda Motor” Tesis, Program Magister Ilmu Komputer,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2009 [3]. Simon, J. L., Developing Decision Making Skills
for Business, Armonk, NY: M.E. Sharpe dalam
Turban, E., and Aronson, J.E., 2001,” Decission
Support System and Intelligent System”, 6th
Edition, Prentice Hall, Inc., New Jersey, 2000 [4]. Turban, E., Aronson, J.E., Liang, T.P., Decission
Support System and Inteligent System, 7th Ed.,
Prentice-Hall International, Inc., New Jersey, 2004