• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Pemodelan Multi Kriteria (PMK) Pada Sistem Pendukung Keputusan Pengujian Mutu Ban Sepeda Motor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Implementasi Pemodelan Multi Kriteria (PMK) Pada Sistem Pendukung Keputusan Pengujian Mutu Ban Sepeda Motor"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Implementasi Pemodelan Multi Kriteria (PMK) Pada Sistem Pendukung

Keputusan Pengujian Mutu Ban Sepeda Motor

Muliadi

Muliadiaziz@yahoo.com Abstract

This research to develop a design decision support system with built test quality motorcycle tire is in compliance by national standards Indonesia (SNI) No.:06-0101-2002 and SNI No.06-0098-2002.

Decision support system that created with the modeling that considers a variety of factors that is used as a model of assessment and weighting of these dimensions of assessment data, TWI(Thread Wear Indicator), Breaking energy, endurance and resilience of the various load-speed range where the determination of weight in this assessment can be changed as needed.

Decision support system is made so that decision makers can see how the tire that has a predicate value A, B, C and D.

Word keys: Decision support system, Quality control, Motorcylcle tire INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan rancang bangun aplikasi pendukung keputusan pengujian kualitas ban sepeda motor yang disesuaikan dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) No:06-0101-2002 dan SNI No: 06-0098-2002,

Aplikasi pendukung keputusan ini dibuat dengan pemodelan yang memperhatikan berbagai faktor yang dipakai sebagai model penilaian dan pemberian bobot diantaranya data penilaian dimensi, TWI (Tread Wear Indikator), Breaking Energy, ketahanan berbagai beban (Endurance), dan ketahanan berbagai kecepatan dimana penetapan bobot penilaiannya dalam pengujian ini dapat diubah sesuai dengan kebutuhan.

Sistem pendukung keputusan ini dibuat agar pengambil keputusan dapat mengetahui ban yang bagaimana yang memiliki predikat nilai A, B, C, dan D.

(2)

1. PENDAHULUAN

Dewasa ini kendaraan bermotor menjadi kebutuhan yang sangat penting untuk sebagian kalangan masyarakat, seiring perkembangan tersebut industri kendaraan berkembang sangat cepat sehingga banyak sekali tipe kendaraan bermotor yang diproduksi, begitu juga dengan perkembangan industri ban, para industri ban juga memproduksi tipe ban yang sesuai dengan kebutuhan tipe kendaraan.

Berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standarisasi Nasional, guna mendorong peningkatan daya saing, persaingan usaha industri ban yang sehat tanpa diskriminasi, perlindungan konsumen dalam segi keamanan, keselamatan, kesehatan dan lingkungan, serta dalam upaya pencapaian saling pengakuan kegiatan standarisasi dengan negara lain, dipandang perlu untuk memberlakukan Standar Nasional Indonesia (SNI) secara wajib terhadap ban.

Permasalahan yang umum dihadapi adalah begitu maraknya perusahaan ban yang memproduksi ban tidak lagi memperhatikan dan mempertimbangkan kelayakan ban yang telah diproduksi sehingga banyak parameter yang harus diperhatikan diabaikan begitu saja yang berdampak pada keamanan dan keselamatan para pengguna kendaraan terhadap ban, untuk itu peneliti membangun sebuah aplikasi pendukung keputusan pengujian mutu ban standar nasional Indonesia, agar parameter yang menjadi standar nasional Indonesia dapat diterapkan sebelum ban kendaraan dipasarkan.

Pada aplikasi pendukung keputusan pengujian mutu ban standar nasional Indonesia yang dibangun ini memilki parameter-parameter yang telah disesuaikan dengan SNI, sehingga para pembuat keputusan dapat mengetahui hasil kualitas produksi ban yang akan dipasarkan di Indonesia.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan cara mengimplementasikan model pengujian pada Sistem Pengambilan Keputusan pengujian ban agar dapat dipergunakan sebagai alat bantu pendukung keputusan dalam penentuan mutu produk ban sepeda motor.

Pemodelan yang dilakukan berdasarkan pada parameter yang terdapat pada SNI No:06-0101-2002 dan SNI No: 06-0098-2002, maka dihasilkan model kriteria sesuai dengan aturan SNI yang nantinya menghasilkan suatu keputusan, (Muliadi, 2009).

Turban (2004) memberikan pengertian yang mencakup semua SPK mulai dari dasar sampai yang paling ideal. Oleh Turban dikatakan sebagai sebuah SPK jika sistem tersebut adalah sebuah sistem informasi yang berbasis komputer yang bersifat interaktif, fleksibel dan dapat beradaptasi, dibangun secara khusus untuk mendukung pemecahan masalah manajemen yang tidak terstruktur untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan, menggunakan data, menyediakan antar muka pengguna yang mudah, dan membolehkan pengambil keputusan untuk memakai wawasannya sendiri. Sebagai tambahan SPK dapat memakai model, dibangun dalam proses yang interaktif, mendukung seluruh tinkatt pengambilan keputusan dan dapat berisi komponen pengetahuan (knowledge).

Agar kualitas keputusan yang diambil lebih baik maka diperlukan sistem pendukung keputusan yaitu yang berbasis komputer interaktif, yang mambantu pembuat keputusan memanfaatkan data dan model untuk menyelesaikan permasalahan yang tak terstruktur.

Untuk memahami dengan lebih baik mengenai permodelan, dapat mengikuti proses pengambilan keputusan yang menurut simon (Simon, 2000), melibatkan tiga hal tahap utama : tahap intelegensi

(intelligent phase), tahap perancangan (design phase),

dan tahap pilihan (choice phase). Tahap keempat yaitu implementasi (implementation) ditambahkan kemudian. Sebuah gambaran konseptual mengenai proses pembuatan keputusan, ada aliran aktifitas yang berkesinambungan dari tahap intelegensi ke tahap perancangan dan tahap perancangan ke tahap pilihan), tetapi pada beberapa tahap mungkin menjadi arus balik ke tahap sebelumnya. Permodelan adalah bagian pokok dari proses ini. Tahap–tahap dalam proses pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :

a. Tahap Inteligensi

Merupakan tahap pendefinisian masalah serta identifikasi informasi yang dibutuhkan yang berkaitan dengan persoalan yang dihadapi serta keputusan yang akan diambil. Langkah ini sangat menentukan tingkat ketepatan keputusan yang akan diambil, tentunya persoalan yang dihadapi harus dirumuskan terlebih dahulu secara jelas. b. Tahap Desain.

Merupakan tahap analisa dalam kaitan mencari atau merumuskan alternatif pemecahan masalah. Setelah permasalahan dirumuskan dengan baik, maka tahap berikutnya adalah merancang atau membangun model pemecahan masalahnya dan menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah. c. Tahap Pilihan.

Pada tahap ini dilakukan proses pemilihan diantara berbagai alternatif tindakan yang mungkin dijalankan.

(3)

Hasil pemilihan tersebut kemudian diimplementasikan dalam proses pengambilan keputusan.

2.1. Model Penilaian Pengujian Mutu Ban Model sistem pendukung keputusan pengujian mutu ban sepeda motor, dibuat dalam 5 (lima) bagian penilaian yaitu : a. Model Data Pengujian Dimensi Lebar

10%

b. Model Data Pengujian Dimensi Diameter 10%

c. Model Data Pengujian TWI (Tread

Wear Indikator)5%

d. Model Data Pengujian Breaking Energi 25%

e. Model Data Pengujian Ketahanan Berbagai Beban Endurance) 25% f. Model Data Pengujian Berbagai

Kecepatan (High Speed ) 25%, hal ini memberi pengertian bahwa prioritas

pengambilan keputusan yang

diutamakan yaitu penilaian pengujian

Breaking Energy, Endurance, High Speed.

Untuk semua masing-masing parameter memiliki elemen-elemen yang harus dinilai, dan juga memiliki bobot nilai penilaian yang sudah ditentukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan pada aturan SNI Nomor: 06-0101-2002, namun demikian meskipun telah ditentuan nilai bobot dan nilai skor hal ini tidak menutup kemungkinan untuk melakukan perubahan nilai sesuai dengan kebutuhan, total nilai pengujian ini selanjutnya akan menjadi bahan pertimbangan akhir dalam menentukan sebuah keputusan bagi pengambil suatu keputusan.

Model penilaian pengujian dimensi lebar memiliki total bobot sebesar 10%, aturan-aturan tersebut memiliki skor antara 0 sampai 100, aturan-aturan ini nantinya menjadi sub parameter,. Model penilaian ini ditunjukkan dalam tabel 1 dan tabel 2.

Tabel 1. Model Penilaian Parameter Dimensi Tipe A

Tabel 2. Model Penilaian Parameter Dimensi Tipe B dan C

Model penilaian pengujian dimensi diameter memiliki total bobot sebesar 10%, aturan-aturan tersebut memiliki skor antara 0 sampai 100, dalam model ini aturan-aturan ini menjadi sub parameter, skor penilaian ini juga didapat dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap pihak yang berwenang. Model penilaian ini ditunjukkan dalam tabel 3.

Tabel 3. Model Penilaian Parameter Diameter

Model penilaian parameter TWI (Tread Wear

Indikator) memiliki total bobot sebesar 5% dan terdiri

dari beberapa sub kriteria yaitu: TWI total ban, dimana setiap sub parameter mempunyai beberapa kondisi dan setiap kondisinya mempunyai skor antara 0 sampai 100. Model penilaian ini ditunjukkan dalam tabel 4.

Kriteria Penilaian Skor Bobot Penilaian Penilaian Parameter Dimensi

Type B,C Ukuran 2.50-17 Lebar Total Maksimal 100 80 40 0 10% Aturan IV Aturan III Aturan II Aturan I 71 - 74 mm 68 - 70 mm 65 - 67 mm 0 - 64 mm

Kriteria Penilaian Skor Bobot Penilaian Penilaian Parameter Dimensi Type A

Ukuran 2.50-17 Lebar Total Maksimal 100 80 40 0 10% Aturan IV Aturan III Aturan II Aturan I 67 - 70 mm 64 - 66 mm 60 - 63 mm 0 - 59 mm

Kriteria Penilaian Skor Penilaian Bobot Penilaian Parameter Dimensi Diameter

Type A,B Ukuran 2.50-17 Diameter Total Maksimal 100 80 40 0 100 80 40 0 10% Aturan IV Aturan III Aturan II Aturan I 576 - 580 mm 569 - 575 mm 563 - 568 mm 0 - 562 mm Type C Ukuran 2.50-17 Diameter Total Maksimal Aturan IV Aturan III Aturan II Aturan I 580 - 584 mm 576 - 579 mm 563 - 575 mm 0 - 562 mm

(4)

Tabel 4. Model Penilaian Parameter TWI (Tread Waer Indikator) Kriteria Penilaian Sk or Bobot Penilaian Penilaian Parameter TWI (Tread Wear Indikator)

Type A,B,C Ukuran 2.50-17 Total TWI Maksimal 100 80 40 0 5% Aturan IV Aturan III Aturan II Aturan I 0.89 - 1 mm 0.85 - 0.88 mm 0.79 - 0.84 mm 0 - 0.78 mm

Model penilaian parameter Breaking

Energy memiliki total bobot sebesar 25% dan

terdiri dari beberapa sub kriteria yaitu: nilai

breaking energy total ban, dimana setiap kriteria

mempunyai beberapa kondisi dan setiap kondisinya mempunyai skor antara 0 sampai 100. Model penilaian ini ditunjukkan dalam tabel 5.

Tabel 5. Model Penilaian Parameter Breaking

Energy

Kriteria Penilaian Skor Bobot Penilaian

Penilaian Parameter Breaking Energy

Type A,B,C Ukuran 2.50-17 Nilai BE Maksimal 100 80 40 0 25% Aturan IV Aturan III Aturan II Aturan I 377 - 392 mm 362 - 376 mm 346 - 361 mm 0 – 345 mm

Model penilaian parameter ketahanan berbagai beban (Endurance) memiliki total bobot sebesar 25% dan terdiri dari beberapa sub kriteria, dimana setiap sub kriteria mempunyai beberapa kondisi dan setiap kondisinya mempunyai skor 0 sampai 100. Model penilaian ini ditunjukkan dalam tabel 6 dan tabel7.

Tabel 6. Model Penilaian Parameter Endurance Tipe A, B

Kriteria Penilaian Skor Bobot Penilaian Penilaian Parameter Ketahanan Berbagai Beban

(Endurance) Type A,B Ukuran 2.50-17 Jam Endurance Maksimal Aturan IV Aturan III Aturan II Aturan I

36 - 48 Jam 31 - 35 Jam 23 - 30 Jam 0 - 22 Jam 100 80 40 0 25%

Tabel 7. Model Penilaian Parameter Endurance Tipe C

Kriteria Penilaian Skor Bobot Penilaian Penilaian Parameter Ketahanan Berbagai Beban

(Endurance) Type C Ukuran 2.50-17 Jam Endurance Maksimal 100 80 40 0 25% Aturan IV Aturan III Aturan II Aturan I 45 <= 50 Jam 35 <= 44 Jam 25 <= 34 Jam 0 <= 24 Jam

Model penilaian parameter ketahanan berbagai beban (Endurance) memiliki total bobot sebesar 25% dan terdiri dari bebearapa sub kriteria dimana setiap sub kriteria mempunyai beberapa kondisi dan setiap kondisinya mempunyai skor 0 sampai 100. Penilaian ini ditunjukkan dalam tabel 8 dan tabel 9.

Tabel 8. Model Penilaian Parameter Berbagai Kecepatan High Speed Tipe A, B

Kriteria Penilaian Skor Bobot Penilaian Penilaian Parameter Berbagai Kecepatan (High Speed )

Type A,B Ukuran 2.50-17

Jam High Speed Maksimal 100 80 40 0 25% Aturan IV Aturan III Aturan II Aturan I 36 - 48 Jam 31 - 35 Jam 23 - 30 Jam 0 - 22 Jam

Tabel 9. Model Penilaian Parameter Berbagai Kecepatan High Speed Tipe C

Kriteria Penilaian Skor Bobot Penilaian Penilaian Parameter Berbagai Kecepatan (High Speed )

Type C Ukuran 2.5-17 Jam High Speed Maksimal 25%

(5)

Aturan IV Aturan III Aturan II Aturan I 45 - 50 Jam 35 - 44 Jam 25 - 34 Jam 0 - 24 Jam 100 80 40 0

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penetapan nilai bobot dan skor ditetapkan berdasarkan yang telah dimodelkan pada metode penelitian sebelumnya, untuk itu ada beberapa komponen penilaian yang harus diinputkan. Dimana penilaian ini dibagi dalam 6 parameter penilaian yaitu :

a. Dimensi Lebar dengan bobot penilaian 10%,

b. Dimensi diameter dengan bobot penilaian 10%

c. TWI (Tread War Indikator) dengan bobot penilaian 5%

d. Breaking Energi dengan bobot penilaian 25%

e. Endurance dengan bobot penilaian 25%

f. Kecepatan (High Speed) dengan bobot penilaian 25%.

Berikut contoh input model penilaian parameter yang ditunjukkan pada gambar 2 .

Gambar 2. Penetapan Nilai Parameter

Selanjutnya didalam penetapan tersebut terdapat beberapa sub parameter penilaian yang ditetapkan oleh Departemen Perindustrian yang disesuaikan dengan SNI. Penilaian didalam 6 parameter sebelumnya terdapat sub paramater penilaian yaitu: Penilaian dimensi terbagi atas total tinggi maksimal dan tinggi minimal yang memiliki skor 0 sampai dengan 100 batas-batas nilai dapat dilihat pada tabel 3.1 tabel model

penilaian parameter dimensi, kemudian penilaian Penilaian TWI (Tread War Indikator) terbagi atas total tinggi maksimal dan tinggi minimal yang memiliki skor 0 sampai dengan 100 batas-batas nilai dapat dilihat pada tabel 3.2 tabel model penilaian parameter Penilaian TWI (Tread War Indikator), kemudian Penilaian Breaking Energi terbagi atas total Breaking

Energi maksimal dan Breaking Energi minimal yang

memiliki skor 0 sampai dengan 100 batas-batas nilai dapat dilihat pada tabel 3.3 tabel model penilaian parameter Breaking Energi, kemudian penilaian

Endurance yang menjadi penilaian adalah kerusakan

ban yang terjadi pada saat berapa jam yang memiliki skor 0 sampai dengan 100 batas-batas nilai dapat dilihat pada tabel 3.1 tabel model penilaian parameter

Endurance. Gambar 3 menunjukkan penetapan bobot

penilaian subparameter, adapun field-field subparameter tersebut adalah idsubparameter, subparameter, nilaisubparameter dan idparameter.

Gambar 3. Penetapan Nilai Sub Parameter

3.3. Tahap Pengujian Ban

Sebelum ban diuji pemohon harus terlebih daulu melengkapi berkas-berkas yang diperlukan saat pendaftaran adapun berkas-berkas yang harus dilengkapi adalah: data negara, data perusahaan, data merek, data ukuran pelek, data beban, data ukuran ban, data simbol ban, dan data bentuk ban, kemudian kesemua data tersebut dikemas dalam data ban untuk mendapatkan nomor identitas ban yang akan diuji. Tabel 10 merupakan contoh berkas kelengkapan data ban yang sudah lengkap, adapun data-data ban yang akan diuji dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Data-data Ban yang akan diuji

IiD.Ba n Mere k Ban Jeni s Ban Ukura n Pelek Carca s Inde x Beba n Simb ol Ukura n Ban Typ e 001 Feder al Tub e 17 Cm 4R 38 L 2.5 A

(6)

(1)

TNP = NSP * (NBP/100)

(1)

002 Feder al Tub e 17 Cm 4R 38 L 2.5 C 003 IRC Tub e 17 Cm 4R 38 L 2.5 A 004 IRC Tub e 17 Cm 4R 38 L 2.5 C

Data-data pada tabel 10 tersebut merupakan data rekayasa yang disimulasikan sebagai contoh pengujian mutu ban. Pengujian diawali dari pengujian parameter dimensi, yang memiliki subparameter yaitu total lebar maksimal dan total lebar minimal, nilai minimal yang harus diproleh dari pengujian ini adalah 60 mm agar mendapat skor minimal 40 jika tidak sekor yang diperoleh adalah 0, selanjutnya pengujian berikut nya adalah pengujian sub parameter diameter yaitu diameter total maksimal dan diameter total minimal, nilai yang harus diperoleh dari pengujian ini adalah 563 mm agar mendapat sekor minimal 40 jika tidak sekor yang diperoleh adalah 0, selanjutnya pengujian berikut nya adalah pengujian parameter TWI (tread wear indikator) yang memiliki sub parameter Total tinggi TWI maksimal dan total tinggi minimal, nilai yang harus diperoleh dari pengujian ini adalah 0.80 mm agar mendapat sekor minimal 40 jika tidak sekor yang diperoleh adalah 0, selanjutnya pengujian berikut nya adalah pengujian parameter breaking energy yang memiliki sub parameter Total nilai breaking energy maksimal dan total nilai breaking energy minimal, nilai yang harus diperoleh dari pengujian ini adalah 347 agar mendapat sekor minimal 40 jika tidak sekor yang diperoleh adalah 0, selanjutnya pengujian berikut nya adalah pengujian parameter ketahanan beban dengan berbagai beban (endurance) yang memiliki sub parameter Total nilai endurance maksimal dan total nilai

endurance minimal, nilai yang harus diperoleh

dari pengujian ini adalah 24 jam agar mendapat sekor minimal 40 jika tidak sekor yang diperoleh adalah 0, selanjutnya pengujian berikutnya adalah pengujian parameter ketahanan dengan berbagai keceepatan (high speed) yang memiliki sub parameter Total nilai high speed maksimal dan total nilai high speed minimal, nilai yang harus diperoleh dari pengujian ini adalah 24 jam agar mendapat sekor minimal 40 jika tidak sekor yang diperoleh adalah 0, contoh proses pengujian dapat dilihat pada gambar 4 dan gambar 5.

Gambar 4. Proses Pengujian Parameter IdBan 001

Gambar 5. Proses Pengujian Parameter IdBan 002

3.4. Hasil Pengujian

Setelah berbagai parameter pengujian diproses, langkah selanjutnya adalah memproses total hasil dari pengujian parameter, yang nantinya total hasil pengujian ini menjadi keputusan layak dan tidak layaknya suatu ban untuk mendapatkat sertifikasi SNI. Adapun total hasil pengujian tersebut diperoleh dari rumus (1).

Keterangan:

TNP = Total Nilai Parameter NSP = Nilai Skor Parameter NBP

(7)

TNH=Sum(TNP)

(2)

TNH=Sum(TNP)

Kemudian dari hasil perkalian rumus (1) diatas didapat hasil rumus untuk menentukan status kelayakan ban dengan rumus yang ditunjukan pada rumus (2)

Keterangan:

TNH = Total Nilai Hasil

Kemudian dari total nilai hasil yang diperoleh dari rumus (2) akan disesuaikan dengan batas-batas nilai sebagai berikut:

- Total Nilai 90 <= 100 untuk mutu yang amat baik dengan pridikat A - Total Nilai 80 <= 90 untuk mutu

yang baik dengan pridikat B - Total Nilai 70 <= 80 untuk mutu

yang cukup baik dengan pridikat C - Total Nilai < 70 untuk mutu yang

tidak layak SNI

Setelah mengolah data pengujian, kemudian data tersebut diolah menjadi laporan hasil kelayakan yang nantinya menjadi sertifikasi kelayakan ban yang disesuaikan dengan SNI.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Sistem Pendukung keputusan ini dibuat dengan pemodelan yang memperhatikan berbagai faktor yang dipakai sebagai model penilaian dan pemberian bobot diantaranya data penilaian dimensi, tread war indicator,

breaking energy, endurance, dan high speed, yang kesemua ini disesuaikan

dengan SNI Nomor: 06-0101-2002.

2. Sistem pendukung keputusan pengujian mutu ban sepeda motor ini dibuat dapat memberikan solusi jika dikemudian hari terdapat perubahan nilai bobot parameter dan skor sub parameter nya, sesuai dengan kebutuhan.

3. Dengan adanya sistem pendukung keputusan ini maka para pengambil keputusan mengetahui ban yang bagai mana yang memiliki peridakat nilai A, B, C, dan D.

DAFTAR PUSTAKA

[1]. Badan Standardisasi Nasional (BSN), 1994, Tata

Cara Pengujian Ban Sepeda motor, SNI

No:06-0101-2002, 1994

[2]. Muliadi,, “Sistem Pendukung Pengambilan

Keputusan Pengujian Mutu Ban Sepeda Motor” Tesis, Program Magister Ilmu Komputer,

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2009 [3]. Simon, J. L., Developing Decision Making Skills

for Business, Armonk, NY: M.E. Sharpe dalam

Turban, E., and Aronson, J.E., 2001,” Decission

Support System and Intelligent System”, 6th

Edition, Prentice Hall, Inc., New Jersey, 2000 [4]. Turban, E., Aronson, J.E., Liang, T.P., Decission

Support System and Inteligent System, 7th Ed.,

Prentice-Hall International, Inc., New Jersey, 2004

Gambar

Tabel 1. Model Penilaian Parameter Dimensi  Tipe A
Tabel 4. Model Penilaian Parameter TWI (Tread  Waer Indikator)  Kriteria Penilaian  Sk or  Bobot  Penilaian  Penilaian Parameter TWI (Tread Wear Indikator)
Gambar 3. Penetapan Nilai Sub Parameter
Gambar 4. Proses Pengujian Parameter IdBan 001

Referensi

Dokumen terkait

Service quality berpengaruh positif dan signifikan terhadap behavioral intention melalui customer satisfaction pada Kereta Api Argo Bromo Anggrek di Surabaya bahwa,

Berdasarkan hasil penelitian dengan judul pengaruh kinerja guru dan penggunaan fasilitas belajar terhadap hasil belajar mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) mengetahui hasil belajar kewirausahaan siswa yang diajar dengan strategi kontekstual lebih tinggi dari

Sehubungan dengan permasalahan di atas, maka penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui persepsi staf mengenai perceived susceptibility (pelaksanaan), perceived

Jumlah modal disetor dan jumlah hutang jangka panjang yang dapat berpengaruh terhadap jumlah pembiayaan bagi hasil yang disalurkan oleh bank adalah menjadi titik

1 TUJUAN TUGAS: Mahasiswa mampu menyusun silabus pembelajaran bahasa Inggris untuk tujuan khusus (English for Specific Purposes) berdasarkan hasil analisis kebutuhan pembelajar..

Gambar 2 menunjukkan, bahwa kadar abu sale pisang setelah 28 hari penyimpanan dengan perlakuan tanpa kemasan mengalami peningkatan kadar abu sebesar 0,86%, sedangkan sale

Untuk menanamkan sikap yang baik dan mengembangkan keterampilan dalam diri anak serta untuk mengantisipasi pengaruh buruk dari lingkungan, sekolah menanamkan nilai karakter