• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 2.1 Sejarah Gereja Bethel Indonesia Rayon IV. kedalam organisasi yakni Persekutuan Injil Indonesia (PII).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 2.1 Sejarah Gereja Bethel Indonesia Rayon IV. kedalam organisasi yakni Persekutuan Injil Indonesia (PII)."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

27

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1 Sejarah Gereja Bethel Indonesia Rayon IV

2.1.1. Masa Awal Gereja Bethel di Indonesia

Gereja Bethel Indonesia atau biasa disingkat dengan GBI adalah sebuah sinode gereja yang bernaung di bawah Persatuan Gereja Indonesia (PGI). GBI juga merupakan anggota dari Dewan Pentakosta Indonesia (DPI) serta ikut juga kedalam organisasi yakni Persekutuan Injil Indonesia (PII).

Pada tahun 1922, Pendeta W.H. Offiler dari Bethel Pentecostal Temple Inc., Seattle, Washington, Amerika Serikat, mengutus dua orang misionarisnya untuk datang ke Indonesia yaitu Pdt. Van Klaveren dan Pdt. Groosbeek. Para misionaris tersebut ialah berkebangsaan Amerika keturunan Belanda. Sesampainya di Indonesia mereka mulai menjalankan tujuan awal dari kedatangan mereka itu yakni dalam rangka memberitakan Injil di Bali. Setelah itu tidak beberapa lama kemudian mereka kembali memberitakan injil berpindah kedaerah Cepu, Jawa Tengah. Di kota ini mereka bertemu dengan F.G. Van Gessel, yakni seorang Kristen Injil yang bekerja pada perusahaan minyak Belanda Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM).

Groosbeek kemudian menetap di Cepu dan mengadakan kebaktian bersama-sama dengan Van Gessel. Sementara itu, Van Klaveren pindah ke Lawang, Jawa Timur. Pada bulan Januari 1923, Nyonya Van Gessel, sebagai wanita pertama di

(2)

Indonesia yang menerima dan mendapatkan Baptisan Roh Kudus dan demikian pula dengan suaminya menerima Baptisan tersebut beberapa bulan setelahnya. Pada tanggal 30 Maret 1923, Groosbeek mengundang Pdt. J. Thiessen dan Weenink Van Loon dari Bandung dalam rangka pelayanan baptisan air untuk pertama kalinya di Jemaat Cepu. Pada saat itu kurang lebih ada lima belas jiwa yang telah dibaptiskan. Dalam kebaktian-kebaktian selanjutnya jumlah jemaat yang menerima Baptisan Roh Kudus setiap minggu semakin bertambah, hingga kemudian terlihat banyaknya orang yang menderita sakit dan kemudian mengalami kesembuhan secara mujizat. Karunia-karunia Roh Kudus tersebut dinyatakan dengan ajaib di tengah-tengah jemaat itu sendiri. Hal inilah yang memicu awal mula Pergerakan Pentakosta yang ada di Indonesia. Keempat orang ini yaitu Van Klaveren, Groosbeek, Van Gessel, dan Pdt. J. Thiessen merupakan pionir dari Gerakan Pentakosta yang pertama di Indonesia. Kemudian tidak lama Groosbeek pindah ke Surabaya, sedangkan Van Gessel menjadi Evangelis meneruskan memimpin jemaat di Cepu. Hingga April 1926, Groosbeek dan Van Klaveren pindah kembali ke Batavia (Jakarta). Sementara van Gessel meletakkan jabatannya sebagai pegawai tinggi di BPM yang kemudian berpindah ke Surabaya untuk memimpin Jemaat Surabaya. Jemaat yang dipimpin oleh Van Gessel bertumbuh dan berkembang pesat dengan membuka cabang dimana-mana, sehingga mendapat pengakuan dari Pemerintah Hindia Belanda pada saat itu dengan sebutan De Pinksterkerk di Indonesia (sekarang ini GPdI kepanjangannya Gereja Pentakosta di Indonesia).

(3)

29 Pada tahun 1932, jemaat di Surabaya akhirnya membangun sebuah gedung Gereja dengan kapasitas 1000 orang, pada saat itu merupakan gereja terbesar yang ada di Surabaya. Pada tahun 1935. Van Gessel mulai memperdalam pengajaran Alkitabnya yang disebut dengan Studi Tabernakel. Melihat perkembangan gereja yang dirintis sangat pesat, memicu Gereja Bethel Pentecostal Temple Seattle, kembali mengutus beberapa misionaris. Salah satu diantaranya yaitu, Pdt. W. W. Patterson, yang membuka sekolah Alkitab di Surabaya (NIBI: Netherlands Indies Bible Institute). Setelah Perang Dunia II berakhir, para misionaris tersebut melanjutkan kembali pelayanannya dengan membuka Sekolah Alkitab di berbagai tempat yang ada di Indonesia.

Sesudah agresi milliter Belanda di Indonesia berakhir, maka kepimpinan gereja harus diserahkan juga kepada orang Indonesia itu sendiri. Pada saat itulah H. N. Rungkut terpilih sebagai ketua GPdI menggantikan Van Gessel. Adapun alasan yang menyebabkan terjadinya perpindahan tampuk kepemimpinan tersebut disebabkan oleh karena jemaat gereja yang seharusnya menjaga jarak dari sikap politik yang terpecah belah malah sebaliknya terjebak dalam semangat nasionalisme yang tengah berkobar-kobar dalam menghadapi penjajahan Belanda. Akibatnya roh nasionalisme tersebut melingkupi suasana didalam Gereja Pentakosta itu sendiri. Dalam hal ini Van gessel menyadari bahwa ia tidak dapat lagi melakukan sesuatu hal yang berarti sebagai pemimpin yang saat itu telah digantikan kepada H. N. Rungkut.

(4)

2.1.2. Masa Pemisahan GBI dari GPdI

Kondisi rohani Gereja Pentakosta yang tidak kondusif di saat itu menyebabkan ketidakpuasan disebagian kalangan pendeta-pendeta GPdI. Ketidakpuasan ini juga ditambah lagi dengan kekuasaan otoriter dari Pengurus Pusat Gereja. Akibatnya, sekelompok pendeta yang terdiri dari 22 orang memisahkan diri dari Organisasi Gereja Pentakosta tersebut, di antaranya adalah Pdt. H. L. Senduk.

Pada tanggal 21 Januari 1952, di kota Surabaya, mereka kemudian membentuk suatu organisasi gereja baru yang bernama Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS). Van Gessel dipilih menjadi “Pemimpin rohani” dan H. L. Senduk ditunjuk sebagai “Pemimpin Organisasi” (Ketua Badan Penghubung). H. L. Senduk berperan sebagai Pendeta bagi jemaat yang ada di Jakarta, sedangkan Van Gessel pimpinan seluruh jemaat yang ada di Jakarta dan Surabaya. Pada tahun 1954, Van Gessel meninggalkan Indonesia dan pindah ke Irian Jaya (waktu itu dibawah Pemerintahan Belanda). Jemaat di Surabaya diserahkannya kepada menantunya, Pdt. C. Totays. Di Hollandia (sekarang Jayapura), Van Gessel membentuk suatu organisasi baru yang bernama Bethel Pinkesterkerk (sekarang Gereja Bethel Pentakosta).

Roda sejarah pun terus berputar, dapat terlihat GBIS di bawah kepemimpinan H. L. Senduk telah berkembang dengan sangat pesat. Berbagai macam kesulitan yang ada serta banyaknya tantangan yang harus dihadapi terlihat dari semakin besarnya organisasi tersebut begitu banyak pula kepentingan yang harus diakomodasi. Tahun 1968-1969, kepemimpinan Senduk di GBIS, diambil alih oleh pihak-pihak lain yang disokong oleh suatu keputusan Menteri Agama. Pada akhirnya H. L.

(5)

31 Senduk dan para pendukungnya memisahkan diri dari organisasi GBIS. Pada tanggal 6 Oktober 1970, H. L. Senduk dan rekan-rekannya membentuk sebuah organisasi gereja baru bernama Gereja Bethel Indonesia (GBI) yang diakui sebagai suatu organisasi keagamaan yang berhak hidup dan berkembang di bumi Indonesia. Gereja ini diakui oleh Pemerintah secara resmi melalui Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 41 tanggal 9 Desember 1972.

Pada tahun 1972, Pdt. H. L. Senduk kemudian memanggil anak rohaninya yaitu, Pdt. S. J. Mesach dan Pdt. Olly Mesach untuk membantu pelayanannya di GBI Jemaat Pertamburan, dimana pada saat itu, Pdt. S. J. Mesach telah menjadi Gembala Sidang GBI Jemaat Sukabumi, yang telah dilayaninya sejak tahun 1963. Pada awal GBI didirikan jumlah jemaat mula-mula yang beribadah tidak kurang dari 20 orang, namun sejalannya dengan waktu bisa dilihat hingga saat ini perkembangan jumlah jemaat GBI yang tumbuh semakin lama semakin banyak hingga mencapai ratusan ribu jemaat yang tersebar di seluruh pelosok Tanah Air dan Luar Negeri.

2.1.3. Sejarah Gereja Bethel Indonesia Rayon IV Sumatera Resort

Pada bulan Februari tahun 1993 Pdt. R. Bambang Jonan selaku Gembala sidang GBI Rayon IV yang terpanggil beserta istri menjejakkan kakinya di kota Medan15. Beliau diutus oleh pembina rohani/Gembala Sidang GBI pusat Pdt. Dr. Ir. Niko Ntjotorahardjo dalam mengawali visi dan misi semula untuk merintis dan

15

GBI ranting bagian barat terdiri dari 6 rayon, pusat rayon I-II berada di kota Jakarta. Pusat rayon III berada di wilayah kota Pekanbaru. Pusat rayon IV berada di wilayah kota Medan (GBI Sumatera Resort merupakan pusat rayon IV). Serta pusat rayon V-VI berada diluar Indonesia.

(6)

membangun sebuah gereja cabang GBI di kota Medan. Berawal dari kediaman keluarga Ir. Paulus Rianta yang bersedia memberikan tumpangan rumahnya sebagai tempat penginapan sementara bagi kedua utusan tersebut sebagai batu loncatan guna pencapaian dari visi dan misi itu sendiri.

Selama proses tukar-pikir yang panjang, akhirnya atas segala pertimbangan yang ada Pdt. R. Bambang Jonan bersedia untuk memutuskan dan mencari sebuah kontrakan yang nantinya akan dijadikan sebagai tempat ibadah. Dalam hal ini ditetapkan sebuah kontrakan yang berada di Jl. Zaenal Arifin, Medan. Dua buah ruko yang berderet dengan tiga lantai, adapun guna dan fungsi bangunan secara spesifikasi yakni lantai pertama dari ruko tersebut dipergunakan sebagai kantor kesekretariatan gereja, sedang di lantai dua pada dinding yang memisahkan antara kedua ruko yang letaknya bersebelahan tersebut dibongkar agar dijadikan satu ruangan penuh yang berfungsi sebagai tempat berlangsungnya ibadah. Serta pada lantai tiga, ruko tersebut digunakan sebagai tempat ruangan pribadi gereja.

Di GBI pelayan disebut juga sebagai „pengerja‟, yakni pelayan-pelayan yang bekerja untuk gereja milik Tuhan yang merupakan istilah yang diambil dari Alkitab. Ibadah Minggu pertama Gereja Bethel Indonesia Rayon IV diadakan di gedung Uniland pada bulan februari 1993, ibadah tersebut sekaligus merupakan hari perayaan pembukaan cabang gereja baru GBI di kota Medan. Gembala Sidang R. B. Jonan selaku pimpinan mendeklarasikan nama dari gereja tersebut dengan sebutan “Gereja Bethel Indonesia Kemah Daud” (yang saat ini telah berubah nama menjadi Gereja Bethel Indonesia/ GBI). GBI Kemah Daud memulai aktifitas ibadah dimulai dengan „modal ketaatan‟ ditambah dengan 3

(7)

33 pasang diaken16 yang terdiri dari beberapa pengerja yaitu, sepasang suami dan istri yang bernama Bapak dan Ibu H.M. Manik, Bapak dan Ibu G, Sihombing, Bapak (alm) Muller Parhusip dan Ibu, Bapak (alm) Max Lodewyk, dan tiga orang pengerja yang berfungsi sebagai guru sekolah minggu yaitu, Sdri. Sintaria Purba, Gloriati Pinem dan Herni Purba, dan beberapa pengerja imam-imam musik yaitu, Sdr. Stephen (kini sebagai koordinator dept. musik), Sdr. Budiman Salim (kini sebagai koordinator pelayanan sosial), Sdr. Obed Sembiring (kini sebagai koordinator dept. musik), serta beberapa muda-mudi yang turut mengambil bagian didalam pelayanan sebagai partisipan guna mengisi tugas-tugas gereja yang ada yaitu, Sdr. Basingan Sebayang, Jackson Wong, Lisma Bakkara, Sabarati. Kemudian Sdri. Rebecca dan Sdri. Petra. Adapun data dari jumlah jemaat GBI Kemah Daud mula-mula terhitung pada saat ibadah perdana tesebut ditambah dengan jumlah pengerja gereja yang ada ialah berjumlah 119 orang.

Berdirinya GBI di kota Medan tidak terlepas dari peranan seorang ibu yang bernama Marini Ishak, dimana beliau merupakan salah satu dari pengerja GBI pusat yang berada di Jakarta. Berawal dari sebuah ide pemikiran, Ibu Marini ingin mengungkapkan kerinduan hatinya dengan menghadap kepada pembina/ Gembala Sidang GBI pusat yakni Pdt. Ir. Niko Njotorahardjo, dalam menyampaikan sebuah saran upaya membangun/ membuka cabang gereja GBI untuk wilayah kota Medan. Berdasarkan hal tersebut, dengan segala pertimbangan yang ada akhirnya Pembina GBI Pusat bersedia untuk memenuhi permohonan dari Ibu Marini Ishak tersebut ditandai dengan pengutusan Pdt. R. Bambang Jonan beserta istri ke Medan.

16

Diaken merupakan sebutan pasangan suami istri yang sama-sama melayani sebagai pelayan di GBI.

(8)

Di dalam perkembangannya kemudian, diperlukan tempat ibadah yang lebih memadai dan dapat disewa secara permanen. Untuk itu maka mulai dicarilah tempat idaman tersebut dengan membentuk 2 tim kecil yang bertugas mencari tempat ibadah, dimana tim pertama terdiri dari Pendeta R. Bambang Yonan, Pdt. Petrus Honggo, sdr. Stephen, dan tim kedua terdiri dari para ibu yaitu Ibu Marini Ishak, Ibu Ana Soejono (alm), dan Ibu Shanty. Pada waktu itu gereja belum memiliki kendaraan, sehingga kedua tim kecil ini menggunakan sarana transportasi apa saja untuk pergi dari suatu tempat ke tempat lain. Bila sedang beruntung ada saja yang mengantar dengan menggunakan kendaraan. Namun bila semua sedang sibuk, maka becak dayung, taksi bahkan jalan kaki juga digunakan untuk berburu tempat ibadah. Semua gedung yang ada tempat kosongnya digunakan untuk menjajagi kemungkinan tempat ibadah yang ada disana. Mulai dari ball room hotel yang ada di pusat Kota Medan, gedung perkantoran, bahkan gedung pertemuan seperti Wisma Benteng dan gedung-gedung lain, semua telah dikunjungi. Namun ternyata tidak mudah mencari tempat ibadah yang tetap.

Keadaan tersebut menyebabkan hampir setiap minggu harus beribadah di tempat yang berbeda. Bila hari minggu ini diadakan di Hotel Danau Toba Internasional, minggu depan bisa dilakukan di Wisma Kartini, atau di Uniland, bahkan di tempat-tempat lainnya. Ada hal unik yang dilakukan setiap pengumuman di akhir ibadah, yaitu mengingatkan semua jemaat agar membaca iklan Koran Analisa setiap hari sabtu yang akan datang, pihak gereja akan memasang iklan pemberitahuan tentang dimana ibadah minggu selanjutnya akan dilakukan.

(9)

35 Keadaan ini berlangsung selama berbulan-bulan. Meskipun tempat ibadah berpindah-pindah, namun jemaat pun ikut berpindah-pindah dengan setia. Setelah menjalani ibadah selama beberapa bulan lamanya, akhirnya pada tanggal 25 juli 1993 GBI Kemah Daud menemukan sebuah tempat ibadah yang telah memenuhi standar ruangan dengan kapasitas yang cukup guna menampung jumlah jemaat yang datang beribadah. Pada saat itulah pengukuhan/ pentakhbisan nama gereja dilakukan dan dilantik langsung oleh BPD17 (pada saat itu dijabat oleh Alm. Pdt. J. Simangunsong) yang dinyatakan secara resmi dengan sebutan “Gereja Bethel Indonesia (GBI)”. Adapun proses perolehan tempat tersebut berawal dari bantuan hamba Tuhan yakni Alm. Bapak Rh. Napitupulu yang saat itu menjabat Direktur PTP. IV yang bersedia datang menemui Ibu Vera Pardede (yakni istri dari Bpk. Drs. Rudolf M, Pardede) dengan maksud dan tujuan kedatangan beliau antara lain untuk menyampaikan sebuah permohonan dalam hal pemakaian tempat yang dimiliki oleh keluarga Pardede tersebut agar dapat dijadikan sebagai tempat ibadah GBI berlangsung.

Sehingga atas persetujuan pengelola Hotel Danau Toba Internasional Medan tepatnya di ball room, sehingga saat ini tempat tersebut dapat dijadikan sebagai tempat ibadah GBI secara permanen. Oleh karena hal tersebut jemaat tidak lagi harus berpindah-pindah, bahkan dari gereja ini lahirlah gereja-gereja cabang GBI yang lain yang semakin lama semakin berkembang sehingga membentuk sebuah rayon baru yang dinamakan Gereja Bethel Indonesia Rayon IV. Setelah melalui proses perjalanan yang cukup panjang, GBI dalam membuka cabang yang ada di gedung Medan Plaza juga akhirnya dapat ditempuh, bermula dari penglobian

17

Merupakan singkatan dari Badan Pengerja Daerah yaitu sebuah badan yang menaungi seluruh GBI se-Sumatera Utara dan berada dibawah pimpinan Badan Pengerja Pusat di Jakarta.

(10)

tempat tersebut yang dimana pada awalnya gedung Medan Plaza tepatnya pada lantai enam dan tujuh ialah tempat hiburan malam yakni sebuah tempat yang dijadikan sebagai bisnis pub dan karaoke. Namun setelah mengadakan negoisasi yang cukup panjang dalam upaya menjadikan tempat tersebut sebagai tempat ibadah.

Akhirnya pada tahun 1997 gedung Medan Plaza tepatnya pada lantai enam dan lantai tujuh dapat diperoleh izin pemakaian gedung sebagai tempat yang akan digunakan untuk ibadah bagi gereja GBI. Sejak saat itu pembentukan gereja ini dalam perayaan ibadah pembukaanya dikenal dengan sebutan “Gereja Bethel Indonesia Medan Plaza” (GBI Medan Plaza). Dengan diperolehnya gedung Medan Plaza sebagai tempat ibadah maka, tercetus pula sebuah ide pemikiran dari Gembala Pembina Pdt. R. Bambang Jonan untuk menjadikan GBI Medan Plaza sebagai pusat perkantoran/ kesekretariatan gereja sekaligus dengan berpindahnya pusat perkantoran yang sebelumnya terdapat di Jl. Zaenal Arifin Medan, dengan sendirinya berpindah di Medan Plaza dan dijadikan sebagai pusat GBI Rayon IV itu sendiri.

Pada tanggal 22 Agustus 2015 lalu terjadi peristiwa kebakaran Medan Plaza yang turut menghanguskan Gereja Bethel Indonesia Rayon IV yang berada di lantai 6 Medan Plaza. Sehingga seluruh aktifitas ibadah dan perkantoran GBI Rayon IV direlokasikan langsung ke Sumatera Resort. Sumatera Resort yang notabene dahulunya merupakan sebuah ressort yang terletak di Jalan Jamin Ginting KM 11,5 sudah dibeli dan menjadi milik GBI Rayon IV sejak lama dan kini sedang dibangun juga sebuah gedung besar yang bernama Rumah Persembahan (House

(11)

37

of Sacrifice) yang kelak akan dipakai sebagai gedung ibadah dan operasional

gereja. Disamping itu bangunan-bangunan yang ada di Sumatera Resort juga dipakai untuk ibadah oleh GBI Simalingkar yang merupakan cabang GBI Rayon IV. Sehingga kini GBI Sumatera Resort menjadi pusat Rayon IV.

2.2. Deskripsi GBI Rayon IV Sumatera Resort

Gereja Bethel Indonesia Sumatera Resort, sebagai sebuah organisasi keagamaan yang sifatnya formal, tidak terlepas dari latar belakang kebudayaan jemaatnya yang terdiri dari berbagai ragam suku bangsa (etnis), terutama etnis yang terdapat di Sumatera Utara. Bagaimanapun jemaat Gereja Bethel Indonesia Sumatera Resort ini akan membawa peradaban ke dalam ritual dan penghayatan agamanya. Berbeda dengan gereja-gereja yang berlatar-belakang etnis tertentu, maka GBI berusaha memasukkan berbagai etnis ke dalamnya, yang penting adalah mereka yang beragama Kristen Protestan, dan turut menjadi pengikut atau simpatisan aliran kharismatik. Di Sumatera Utara banyak gereja yang mayoritas jemaatnya berdasar kepada kelompok etnik tertentu, misalnya Gereja Huria Kristen Batak (HKBP) adalah sebuah organisasi agama Kristen Protestan yang jemaatnya mayoritas beretnis Batak Toba. Kemudian ada Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) yang mayoritas jemaatnya adalah beretnis Simalungun. Selepas itu ada juga Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) yang mayoritas beretnis Karo. Kemudian ada pula Gereja Batak Angkola yang berlatar-belakang kebudayaan etnik Angkola. Begitu pula dengan Gereja masyarakat Pakpak-Dairi, Gereja Etnis Nias (BNKP), dan lain-lainnya.

(12)

Dari hasil pengamatan, Gereja Bethel Indonesia Sumatera Resort terdiri dari berbagai etnis yang ada di Sumatera Utara bahkan di luar Sumatera juga ada. Bahkan dalam awal sejarah perkembangannya, gereja ini dipimpin oleh berbagai etnis. Adapun eberapa etnis yang ada di antaranya ialah etnis Batak Toba, Karo, Simalungun, Jawa, Mandailing, Tionghoa, dan lain sebagainya. Hal ini tak terlepas dari komposisi etnis yang menjadi jemaat GBI, baik di dalam konteks Indonesia, maupun Sumatera Utara. Untuk itulah pada bahagian ini akan diuraikan keberadaan Gereja Bethel Indoneia Sumatera Resort dalam konteks Sumatera Utara yang heterogen secara etnis, budaya, bahasa.

GBI Rayon IV Sumatera Resort terletak di Jalan Jamin Ginting Km. 11,5 Simpang Selayang, Medan. GBI Sumatera Resort tampak seperti sebuah perumahan mini di dalamnya. Hal ini dikarenakan Sumatera Resort awalnya merupakan sebuah penginapan. Sumatera Resort terdiri dari banyak gedung-gedung. Di antaranya Gedung sekretariat (perkantoran) GBI Rayon IV, Ruang Maninjau untuk sekolah minggu dan aktifitas lainnya, Menara Doa, Ruang Bagas Godang untuk Ruang Ibadah, gedung STT Pelita Kebenaran yakni kampus yang didirikan dalam naungan GBI Rayon IV. Terdapat sebuah kolam berenang yang cukup luas, kolam ini merupakan kolam baptisan selam yang dipakai untuk membaptis jemaat.

Sumatera Resort juga difasilitasi dengan kantin dan koperasi. Selain itu di Sumatera Resort yang kini sedang dalam proses membangun Rumah Persembahan (House Of Sacrifice) yang cukup besar yang akan dipakai GBI Rayon IV sebagai tempat ibadah dan pelayanan. Di dalam Sumatera Resort juga

(13)

39 terdapat sebuah bangunan seperti kamar-kamar yang merupakan fasilitas bagi beberapa orang tukang bangunan yang mengerjakan bangunan Rumah Persembahan.

Dimulai dari menapakkan kaki sejak dua puluh tiga tahun yang lalu di Sumatera Utara sampai sekarang ini GBI Rayon IV telah memiliki banyak cabang-cabang gereja baik di Kota Medan bahkan kota-kota lainnya yang ada di Sumatera Utara. Tidak hanya itu GBI Rayon IV juga menaungi GBI cabang Aceh dan Kepulauan Riau. Perkembangan gereja ini cukup pesat hal ini disebabkan gencarnya dilakukan misi dan penginjilan dari pusat, dan juga banyaknya didirikan POS PI (Pos Penginjilan) GBI Rayon IV di seluruh wilayah bahkan sampai daerah-daerah kecil di Sumatera Utara. Dengan adanya misi ini, maka setelah memiliki jemaat yang memadai didirikanlah gereja-gereja cabang di wilayah tersebut.

Berikut Gereja-gereja cabang GBI Rayon IV Medan18.

Cabang Kota Medan :

 GBI Sumatera Resort  GBI Pelita Nusantara

 GBI HDTI (Hotel Danau Toba Internasional)

 GBI Hotel Pelangi

 GBI Medan Fair  GBI Novotel

 GBI Selecta  GBI Swis-Bel Hotel

 GBI Hermes Place  GBI Centre Point Mall

 GBI Grand Angkasa  GBI Sun Plaza

 GBI Anugerah  GBI Simalingkar B

 GBI Medan Timur  GBI Gatot Subroto

18

(14)

 GBI Sunggal  GBI Tanjung Sari

 GBI Menteng Raya  GBI Hotel griya Helveitia

 GBI Pinang Baris  GBI Perjuangan

 GBI Yang Lim Plaza  GBI Sempakata

 GBI Centre Point Karibia  GBI Adam Malik

 GBI MMTC  GBI Namorambe

 GBI Antares  GBI Delitua

 GBI Hotel Metro Medan  GBI Sibiru-biru

 GBI Batu Karang  GBI Martubung

 GBI Belawan  GBI Entrance

 GBI Setia Budi Mandiri  GBI Simpang Kantor

 GBI JW Marriot

Tabel 1. GBI Cabang Luar Kota

1. Binjai

 GBI Mandarin Binjai

 GBI Binjai-Langkat

 GBI Tanjung-Langkat

 GBI Pangkalan Brandan

 GBI Bukit Lawang-Bandar Sakti 2. Kabanjahe

 GBI Kabanjahe

 GBI Berastagi

 GBI Tiga Binanga

 GBI Gedung RG Mart

 GBI Bandar Baru

14. Rantau Prapat

 GBI Hotel Indah

 GBI Panjang Tonga

 GBI Pangkatan

 GBI Damuli

 GBI Labuhan Batu-Cikampak

 GBI Labuhan Batu-Blok Songo

 GBI Karya Perdana Air Hitam-Riau

 GBI Ahmad Yani-Sammart

(15)

41 3. GBI Porsea

4. GBI Tebing Tinggi 5. Pematang Siantar

 GBI Pematang Siantar

 GBI Siantar Plaza

 GBI Griya Siantar

 GBI International Convention Hall

 GBI Hotel Sapadia

 GBI Balige 6. Tanjung Balai

 GBI Tanjung Balai

 GBI Panipahan 7. GBI Kisaran

8. GBI Martoba I

9. GBI Siborong-borong 10. GBI Sitingkir-tingkir 11. GBI Buluh Pancur-Juhar 12. GBI Teluk Dalam 13. GBI Parsoburan

15. Tarutung

 GBI Tarutung

 GBI Lintong Ni Huta

 GBI Dolok Sanggul

 Bakkara-Desa Bakkara 16. GBI Sibolga

17. Madina - GBI Aek Bingke 18. Padang Sidempuan

 GBI Padang Sidempuan

 GBI Padang Sidempuan 2 19. GBI Sidikalang

20. Aceh Timur - GBI Langsa 21. GBI Banda Aceh

22. Nias – GBI Gunung Sitoli 23. GBI Pulau Tello

24. Batam

 GBI Batam

 GBI Batu Aji 25. Pulau Baluta – GBI Pulau

Baluta

26. GBI Lubuk Pakam 27. GBI Tanjung Morawa

(16)

2.2.1. Visi dan Misi GBI Rayon IV

Setiap Lembaga tentunya memliki visi, misi, tujuan, serta standar. Adapun visi, misi,, tujuan, dan standar GBI Rayon IV Sumatera Resort, yakni :

a. Visi Global

Yesaya 40:3 dan Mazmur 24:7

“Mempersiapkan Umat yang Layak Bagi Raja Kemuliaan” (“Prepare the Way for

the King of Glory”).

b. Visi Gereja

Yesaya 54:2-3 “(2) Lapangkanlah tempat kemahmu, dan bentangkanlah tenda

tempat kediamanmu, janganlah menghematnya, panjangkanlah tali-tali kemahmu dan pancangkanlah kokoh-kokoh patokmu! (3) Sebab engkau akan mengembang ke kanan ke kiri, keturunanmu akan memperoleh tempat bangsa-bangsa, dan akan mendiami kota-kota sunyi”

c. Misi Gereja

Kisah Para Rasul 15:16-17 dan 1 Tawarikh 23:30

Melayani dengan pola ibadah pemulihan pondok Daud yaitu doa, pujian, dan penyembahan, dan keintiman dalam kebersamaan.

d. Objektif Mutu (Quality Objectives)

(17)

43 1. Menggenapi visi global dan visi gereja lokal serta misi GBI Rayon IV

Medan

2. Menjadi gereja dengan struktur administrasi, keuangan, dan manajemen yang baik, kuat dan sesuai dengan standar internasional 3. Menjadi gereja yang transparan dalam segala bidang

4. Memberikan pelayanan yang tepat waktu pada jemaat 5. Menjadi contoh teladan dan berkat bagi kota dan bangsa

6. Menjadi berkat bagi gereja yang ada di bangsa-bangsa (di luar wilayah Indonesia)

2.2.2. Struktur Organisasi GBI Rayon IV

Setiap gereja tentunya memiliki struktur atau bagan organisasi yang mengatur sistem dan manejemen gerejanya oleh setiap bidang. Struktur ini diuraikan melalui setiap bidang yang dijabat, selain itu peneliti juga menyajikan jenis kelamin dari setiap bidang yang memimpin dalam bidang tersebut untuk memperjelas uraiannya. Berikut peneliti sajikan Struktur Organisasi GBI Rayon IV.

(18)

Keterangan : L : Laki-laki P : Perempuan Gembala Sidang (L) Dewan Penasihat Gembala (L) Chief of Staff (P) Internal Audit

Departemen (P) Internal Audit

Keuangan (P) Divisi Pelayanan Tubuh Kristus (L) Koordinator Pelayanan Misi Luar Negeri (L)

Kepala Divisi Pelayanan Kerohanian (L) Koordinator Pemuridan/Pengajaran (L) Kepala Departemen KOM (L) Kepala Departemen FA (L) Kepala Departemen Anak (P) Kepala Departemen Junior Church (P) Pembina Departemen Pemuda (L) Kepala Departemen Pemuda Koordinator Apolistik/ Profetik (P) Kepala Departeman Doa (L) Pengawas Menara Doa (P) Kepala Departemen Musik (L) Kepala Departemen Misi & Penginjilan (L) UPG (L) Koordinator Pastoral (L) Koordinator Pembelian (L) Koordinator Pelayanan Kemanusiaan (P) Koordinator Kebaktian Umum (L) Koordinator Keuangan (P) Koordinator Akuntansi L dan P Koordinator Sekretariat (P) Kepala Departmen Baptisan (L) Kepala Departemen Pernikahan (L) Kepala Departemen Konseling& Kunjungan (L) Kepala Departemen Kematian & Penghiburan (L) Kepala Departemen Kesehatan (P) Kepala Departemen Diakonia (L) Kepala Departemen Baksos (P) Administr asi Pembelian Staff Pembelian (L dan P) Kepala Divisi Keuangan (P) Kasir (L dan P) Staff Bank (L dan P) Staff Keuangan Persembehan (L dan P) Staff Akuntansi (L dan P) Kepala Departemen Pengelolaan Aset (L) Staff Pengelolaan Aset (L) Kepala Departemen Umum (L) Tim Penunjang (Driver, OB, Security,

Asisten) (L&P) Kepala Departemen Personalia (L) Staff Administrasi (P) Tim Pemerhati (P) Kepala Departemen IT dan Multimedia (L dan P)

Ka. Departemen WBI

(P) Hodpitality (P)

Bagan 1. Struktur Organisasi GBI Rayon IV

(19)

45

2.2.3. Jadwal dan tata ibadah GBI Rayon IV Sumatera Resort

Tabel 2. Jadwal Ibadah dan Kegiatan GBI Rayon IV Sumatera Resort 19:

Nama Ibadah/Kegiatan

Jadwal Ibadah/Kegiatan Tempat

Ibadah Raya/Ibadah Minggu

Setiap Hari Minggu dengan jadwal :

Ibadah I : Pkl. 07.30-09.30 WIB Ibadah II : Pkl. 10.00-12.00 WIB Ibadah III : Pkl. 12.15-14.15 WIB Ibadah IV : Pkl. 16.00-18.00 WIB Ibadah V : Pkl. 18.00-20.00 WIB

Ruang Bagas Godang, Sumatera Resort

Ibadah Sekolah Minggu

Setiap Hari Minggu dengan jadwal :

Ibadah I : Pkl. 07.30-09.30 WIB Ibadah II : Pkl. 10.00-12.00 WIB Ibadah III : Pkl. 12.15-14.15 WIB Ibadah IV : Pkl. 16.00-18.00 WIB Ibadah V : Pkl. 18.00-20.00 WIB

Sumatera Resort

Ibadah Junior Church

Setiap Hari Minggu

 Pkl 07.45-09.30 WIB

 Pkl. 10.15-12.00 WIB

Sumatera Resort

Ibadah Pemuda Setiap Hari Sabtu, Pukul 19.00 WIB

Ruang Bagas Godang, Sumatera Resort Ibadah Doa Puasa Setiap Hari Sabtu, Pukul 10.00

WIB

Ruang Bagas Godang, Sumatera Resort Ibadah WBI (Wanita

Bethel Indonesia)

Setiap Hari Kamis Pukul 10.00 WIB

Ruang Bagas Godang, Sumatera Resort Ibadah FA (Family Setiap Hari Jumat Di setiap lokasi FA

19

(20)

Altar)

Ibadah Holy Ghost Meeting Family Altar (HGM FA)

Hari Jumat (Hanya jumat pertama dalam sebulan jika ada Doa Malam)

Ruang Bagas Godang, Sumatera Resort

Menara Doa 24 Jam Setiap hari (24 Jam) Ruang Menara Doa Ibadah Menara Doa Setiap Hari Selasa, Pukul 10-12.00

WIB

Ruang Bagas Godang, Sumatera Resort Ibadah HGM (Holy

Ghost Meeting)

Setiap Hari Rabu, minggu ke-2,3,4, dan 5 (jika ada)

Pukul 18.30 WIB

Ruang Bagas Godang, Sumatera Resort

Baptisan Selam Setiap Hari Minggu, Pukul 14.30 WIB

Kolam Renang Sumatera Resort

Jadwal-jadwal di atas merupakan jadwal berbagai kegiatan yang terdapat di GBI Rayon IV Sumatera Resort. Setiap jadwal ini tentunya sudah menjadi jadwal tetap kegiatan yang dilaksanakan. Sekalipun mengalami perubahan biasanya perubahan-perubahan jadwal tersebut akan diberitahukan kepada jemaat dan diumumkan melalui warta jemaat yang cetak maupun warta jemaat dalam bentuk video yang ditayangkan sebelum ibadah berakhir disetiap minggunya.

Di samping jadwal ibadah tentunya sebuah gereja memliki suatu pengaturan agar suatu ibadah atau kegiatan lebih terarah dan jelas. GBI memiliki tata ibadah yang mungkin berbeda dari gereja-gereja lainnya. Adapun tata ibadah secara umum di GBI Rayon IV Sumatera Resort ialah :

(21)

47

 Pra Ibadah

1. Ucapan selamat datang dari WL (Worship Leader/Pemimpin Ibadah)

Setelah masuk ke dalam gereja, sesuai dengan waktu mulainya ibadah, maka ibadah dimulai dan WL memberikan ucapan selamat datang kepada jemaat.

2. Bersalam-salaman (Fellowship)

WL mengajak jemaat untuk bersalam-salaman dekat jemaat lain yang berada didekatnya sambil mengucapkan kalimat seperti “Selamat hari minggu, mari

bersukacita!” dan kalimat-kalimat lainnya. Hal ini ditujukan untuk mengakrabkan

jemaat.

 Ibadah

1. Doa pembuka

Ibadah diawali dengan doa pembuka yang biasanya dipimpin oleh koordinator kebaktian umum gereja.

2. Prosesi penyembahan (worship)

WL memimpin jemaat untuk masuk ke dalam hadirat ibadah dengan membawakan lagu penyembahan diiringi dengan alunan musik. Disaat inilah penari tamborin masuk altar dan menarikan tarian penyembahan. Di dalam penyembahan juga terdapat doa-doa penyembahan dan ucapan syukur yang dibawakan oleh WL.

(22)

Pujian yang dinyanyi terdiri dari beberapa lagu yang juga diiringi oleh pemusik. Biasanya WL cukup enerjik dalam memimpin pujian bersama dengan jemaat.

4. Prosesi Penyembahan

Menyanyikan nyanyian penyembahan untuk memulai mendengarkan firman Tuhan melalui khotbah yang akan didengarkan

5. Khotbah

Khotbah dipimpin oleh pembicara, baik itu pendeta maupun penginjil. 6. Persembahan-Warta jemaat

Jemaat memberikan persembahan yang diedarkan oleh para diaken, diakones, dan

usher. Sembari memberikan persembahan jemaat juga dihimbau untuk

menyaksikan video yang berisikan warta jemaat yang berisi informasi-informasi seputar kegiatan gereja dan lain-lain.

7. Doa syafaat

Doa syafaat yang berarti menaikkan doa secara keseluruhan. Doa syafaat dipimpin oleh pendoa syafaat yang diutus gereja, topik doa syafaat adalah bangsa dan negara serta kota, pemimpin-pemipin bangsa, pemimpin-pemimpin gereja, gereja, jemaat, Kota Kudus Jerusalem.

8. Doa berkat

Doa berkat merupakan doa pemberkatan sebelum ibadah berakhir, biasanya dipimpin oleh pendeta maupun gembala jemaat.

(23)

49 GBI mengadopsi pola pujian penyembahan Pondok Daud yang lebih mengutamakan pujian dan pemyembahan yang menjadi ciri khasnya dalam sebuah ibadah. Seringkali “Pujian dan Penyembahan” disebut seolah-olah keduanya sama persis atau paling tidak terkombinasi menjadi satu. Dalam penerapannya, pujian dan penyembahan merupakan suatu hal yang terpisah. Dimana keduanya memiliki makna dan fungsi yang berbeda, yang akan diuraikan sebagai berikut :

1. Pujian (Praise)

Pujian merupakan pujian keagungan yang ditujukan kepada Tuhan melalui nyanyian yang dinyanyikan. Pujian adalah ekspresi dari kekaguman dan rasa syukur manusia kepada Tuhan, biasanya pujian itu dalam tempo yang cepat (beat). Biasanya diungkapkan dengan tepuk tangan, sorak-sorai yang riang20.

2. Penyembahan (Worship)

Penyembahan merupakan ungkapan atau ekspresi yang menyembah dengan tempo yang lambat (slow). Dalam menyanyikan penyembahan jemaat menikmati keintiman dengan Tuhan melalui lagu yang dinyanyikan. Cara bernyanyi cenderung penuh perasaan dan dengan teknik bernyanyi yang menghasilkan nyanyian yang indah. Di dalam penyembahan juga biasanya WL mengajak jemaat untuk masuk ke dalam penyembahan kepada Tuhan sembari memuji Tuhan dan memakai bahasa roh.

20

Bob Sorge, Mengungkapkan Segi Pujian dan Penyembahan, terj. Timothy Youw, Haryono, Marthin Muslie (Yogyakarta: ANDI, 1991) hal. 2,15.

Gambar

Tabel 1. GBI Cabang Luar Kota
Tabel 2. Jadwal Ibadah dan Kegiatan GBI Rayon IV Sumatera Resort  19 :

Referensi

Dokumen terkait