• Tidak ada hasil yang ditemukan

Daftar Pustaka. Amstrong, Gary dan Philip Kotler Marketing: An Introduction 8 th edition. New Jersey. Pearson Prentice Hall

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Daftar Pustaka. Amstrong, Gary dan Philip Kotler Marketing: An Introduction 8 th edition. New Jersey. Pearson Prentice Hall"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

Daftar Pustaka

Aaker, David A. 1991. Managing Brand Equity: Capitalizing on The Value of A Brand Name. Alih bahasa: Aris Ananda. 1997. Jakarta. Penerbit Mitra Utama Amstrong, Gary dan Philip Kotler. 2007. Marketing: An Introduction 8th edition.

New Jersey. Pearson Prentice Hall

Andriani, Dian W. 2005. Analisis Tingkat Kepentingan Unsur-unsur Kemasan dan Implikasinya terhadap Keputusan Pembelian Jus buah dalam Kemasan oleh Konsumen. FE Universitas Airlangga. Surabaya

Assael, Henry. 1998. Consumer Behavior 6th edition. Cincinnati, Ohio. South-Western College Publishing

Berger, Kenneth R. and B. Welt. 2002. A Brief History of Packaging. The Agricultural and Biological Engineering Department, Florida Cooperative Extension Service, Institute of Food and Agricultural Sciences, University of Florida.

Chueh, Ting-Yu dan Danny T. Kao. 2004. The Moderating Effects of Consumer Perception to the Impact of Country-of-design on Perceived Quality. Journal of American Academy of Business

Churchill, Gilbert A. and Dawn Iacobucci. 2005. Marketing Research: Methodological Foundations, 9th edition. Ohio. South-Western Thomson Corporation

Denzin, N. K. & Lincoln, Y. S. 1994. Handbook of Qualitative Research. Sage Publications. Thousand Oaks.

Dey, Ian. 1993. Qualitative data analysis. Routledge. New York

De Run, Ernest Cyril and Chin Sien Fah. 2006. LANGUAGE USE IN PACKAGING: THE REACTION OF MALAY AND CHINESE CONSUMERS IN MALAYSIA. Sunway Academic Journal 3, 133–145

Hiam, Alexander dan Charles D. Schewe. 1993. The Portable MBA in Marketing. John Killey & sons,Inc

Hine, Thomas. 1995. The Total Packaging. Boston. Little Brown Company Http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php

Http://as.wiley.com/WileyCDA/WileyTitle/productCd-0471063975,descCd- authorInfo.html

(2)

Keller, Kevin L. 1998. Strategic Brand Management. New Jersey. Prentice Hall Kotler, Philip. 2003. Marketing Management 11th edition. New Jersey. Pearson

Education

Kotler, Philip dan Garry Armstrong. 1990. Principle of Marketing, 5th edition. New Jersey. Prentice-Hall International, Inc.

Kotler, Philip dan Garry Armstrong. 2004. Principle of Marketing, 10th edition. New Jersey. Prentice-Hall International, Inc.

Kupiec, B. Revell. 2001. Measuring Consumer Quality Judgements. British Food Journal. Vol. 103 No. 1:7-22

Kusuma, Indra. 1983. Warna pada Kemasan. Jurusan Seni Rupa. FTSP Institut Teknologi Bandung

Lofgren, Martin dan Lars Witell. 2005. Kano’s Theory of Attractive Quality and Packaging. The Quality Management Journal. p. 7

Lee, S.G., and S.W. Lye. 2003. Design for Manual Packaging. International Journal of Physical Distribution & Logistics Management. Vol. 33, No. 2 Majalah Desain Grafis CONCEPT. Volume 03. Edisi 18. 2007

Malhotra, Naresh. 2004. Marketing Research 4th edition. New Jersey. Pearson Education

McDaniel, Carl and R.C. Baker. 1977. Convenience Food Packaging and the Perception of Product Quality. Journal of Marketing

Moleong, Lexy J. 2007. Metode penelitian kualitatif. Edisi revisi. PT Remaja Rosdakarya. Bandung

Prendergast, P.G. dan N.E. Marr. 1997.Packaging, marketing, logistic and the enviromentare there trade-off?. International Journal of Physical Distribution and Logistics Management.Vol.26. No.6.60-72

Putriyanti, Ayi Intan. 2005. Identifikasi tahapan usaha pengusaha founder dan non founder. Tesis. Program Studi Teknik dan Manajemen Industri, Institut Teknologi Bandung. (tidak dipublikasikan)

Rettie, Ruth dan Carol Brewer. 2000. The Verbal and Visual Components of Package Design. The Journal of Product and Brand Management. Vol. 9, Iss.1

(3)

Rust, Roland, J.Inman, Jianmin Jia, and Anthony Zahorik. 1999. What You Don’t Know About Customer-Perceived Quality: The Role of Customer Expectation Distribution. Marketing Science. Vol. 18, No.1

Sanders, Robert T. dan Kent C. Green. 1989. Proper Packaging Enhances Productivity and Quality. Industrial Engineering. p. 51

Schiffman, Leon G. dan Leslie L. Kanuk. 2000. Consumer Behavior 7th edition. New Jersey. Prentice Hall

Shimp, A. Terence. 2003. Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran terpadu. Edisi kelima. Jakarta. Penerbit Erlangga

Silayoi, Pinya dan Mark Speece. 2004. Packaging and Purchase Decision. An exploratory study on the impact of involvement level and time pressure. British Food Journal. Vol. 106, No. 8.607-628

Suryani, Tatik. 1998. NILAI STRATEGIK KESETIAAN PELANGGAN: Perkembangan Konsep dan Implikasi Manajemen. USAHAWAN NO. 09 TH XXVII SEPTEMBER 1998

Thoha, Nurianna, Maureen Bickley dan Alma Whiteley. 2006. HRM Transition in Indonesian Companies: Linear and Non-Linear Approaches. International Review of Business Research Papers. Vol 2. No. 1 May pp. 1 -15

Thogersen, John. 1999. The Ethical Consumer. Moral Norms and Packaging. Journal of Consumer Policy; 22, 4; ABI/INFORM Global pg. 439

Underwood, L. Robert dan Julie L.Ozanne. 2001. Is Your Package An Effecive Communicator? A Normative Framework for increasing the Communicative Competence of Packaging. Journal of marketing communication. p. 207-20 Underwood, Robert L. 2003. The communicative power of product packaging:

Creating brand identity via lived and mediated experience. Journal of Marketing Theory and Practice; Vol.11, Iss. 1; pg. 62, 15 pgs; ABI/INFORM Global

Umar, Husein. 2003. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama

Vranesevic, Tihomir, dan Ranko Stancec. 2003. The Effect of the Brand on Perceived Quality of Food Products. British Food Journal. Vol. 105, No. 11 Wallschlaeger, Charles dan Cynthia Busic-Snyder. 1992. Basic Visual Concepts

and Priciples. New York. McGraw-Hill

Whiteley, A. M. 2004. 'Grounded research: A modified grounded theory for the business setting'. Qualitative Research Journal. vol. 4, no. 1, pp. 27-46.

(4)

Yin, Robert K. 2003. Case Study Research. Sage Publications. Thousand Oaks. Yunita H., Devianti. 2005. Profil koordinasi pada kantor akuntan public x di

Bandung. Tesis. Program Studi Teknik dan Manajemen Industri, Institut Teknologi Bandung. (tidak dipublikasikan)

Young, Scott. 2002. Packaging Design, Consumer Research, and Business Strategy: The March toward Accountability. Design Management Journal

(5)
(6)

LAMPIRAN A

Daftar pertanyaan untuk informan kunci

No. Pertanyaan Wawancara Tujuan pertanyaan Kategorisasi

1 Sudah berapa lama anda mendapat tugas di bagian kemasan produk sampo Sunsilk?

mengetahui kompetensi informan terkait

dengan tema penelitian Kompentensi informan

2 Bagaimanakah produk sampo yang berkualitas

menurut anda?

mengetahui kriteria produk sampo yang berkualitas menurut produsen

Produk sampo berkualitas dari sudut pandang produsen

3 Bagaimanakah menurut anda kemasan produk

sampo Sunsilk selama ini?

mengetahui pendapat produsen mengenai kemasan produk sampo Sunsilk selama ini

Kemasan produk sampo Sunsilk dari sudut pandang produsen

4 Menurut anda, apa tujuan utama dari kemasan sebuah produk sampo?

mengetahui tujuan utama kemasan sebuah produk sampo menurut produsen

Tujuan kemasan produk sampo dari sudut pandang produsen

5 Bagaimana anda melihat fungsi kemasan produk

sampo Sunsilk yang ditawarkan kepada konsumen?

mengetahui fungsi kemasan sebuah produk sampo

Fungsi kemasan sebuah produk sampo dari sudut pandang produsen

6

Menurut anda, bagaiamana kemasan sebuah produk dapat mempengaruhi kesan kualitas konsumen atas produk sampo Sunsilk?

mengetahui pengaruh kemasan terhadap kesan kualitas konsumen atas produk sampo itu

Pengaruh kemasan terhadap kesan kualitas konsumen atas produk dari sudut pandang produsen

7

Menurut anda, kemasan sebuah produk sampo seperti apa yang mempengaruhi kesan kualitas anda?

mengetahui kriteria kemasan produk sampo yang berkualitas

Kriteria kemasan produk sampo yang berkualitas dari sudut pandang produsen

(7)

Daftar pertanyaan untuk informan kunci (lanjutan)

No. Pertanyaan Wawancara Tujuan pertanyaan Kategorisasi

8

Menurut anda, pertimbangan-pertimbangan apa saja yang perlu diperhatikan dalam membuat kemasan sebuah produk sampo?

mengetahui faktor-faktor yang diperhatikan dalam proses pembuatan desain kemasan sebuah produk sampo

Faktor-faktor dalam proses pembuatan desain kemasan sebuah produk sampo dari sudut pandang produsen

9 Bagaimana peran serta konsumen dalam proses

pembuatan kemasan sebuah produk sampo?

mengetahui keterlibatan konsumen dalam keputusan pembuatan kemasan sebuah produk sampo

Keterlibatan konsumen dalam

keputusan pembuatan kemasan sebuah produk sampo dari sudut pandang produsen

10

Mohon anda jelaskan, apa saja dan bagaimana unsur-unsur kemasan berpengaruh pada kesan kualitas produk sampo?

mengetahui unsur-unsur kemasan yang mempengaruhi pada kesan kualitas produk sampo

Unsur-unsur kemasan yang mempengaruhi pada kesan kualitas produk sampo dari sudut pandang produsen

11 Bagaimana bentuk kepedulian pihak Sunsilk terhadap lingkungan?

mengetahui bentuk kepedulian pihak Sunsilk terhadap limbah kemasan yang dihasikan dari produk sampo Sunsilk

Bentuk kepedulian pihak Sunsilk terhadap limbah kemasan yang dihasikan dari produk sampo Sunsilk

12 Bagaimana keluhan pelanggan terhadap desain

kemasan produk sampo Sunsilk

mengetahui keluhan-keluhan pelanggan terhadap desain kemasan produk sampo Sunsilk

Keluhan-keluhan pelanggan terhadap desain kemasan produk sampo Sunsilk dari sudut pandang produsen

(8)

LAMPIRAN B

Daftar pertanyaan untuk informan biasa

No. Pertanyaan Wawancara Tujuan pertanyaan Kategorisasi

1

Bagaimana pengalaman anda dalam

menggunakan produk sampo Sunsilk selama ini?

mengetahui berapa lama informan telah menggunakan produk sampo Sunsilk dan

pengalamannya selama ini Kompentensi informan

2

Bagaimanakah produk sampo yang berkualitas menurut anda?

mengetahui kriteria produk sampo yang berkualitas menurut konsumen

Produk sampo berkualitas dari sudut pandang konsumen

3

Bagaimana kemasan produk sampo

mempengaruhi kesan kualitas anda terhadap produk sampo tersebut?

mengetahui hubungan antara kemasan (packaging) terhadap kesan kualitas produk (perceived quality) produk sampo

Pengaruh kemasan terhadap kesan kualitas konsumen atas produk sampo

4

Kemasan produk sampo seperti apa yang mempengaruhi kesan kualitas anda?

mengetahui kriteria kemasan yang

mempengaruhi kesan kualitas produk sampo

Kriteria kemasan yang mempengaruhi kesan kualitas produk sampo dari sudut pandang

konsumen

5

Unsur-unsur kemasan apa saja yang menurut anda berpengaruh pada kesan kualitas produk sampo?

mengetahui unsur-unsur kemasan yang mempengaruhi kesan kualitas produk sampo

Unsur-unsur kemasan yang mempengaruhi kesan kualitas produk sampo dari sudut

pandang konsumen 6

Bagaimana pendapat anda mengenai isu kemasan produk yang ramah lingkungan?

mengetahui pendapat konsumen mengenai isu kemasan produk yang ramah lingkungan

Pendapat konsumen mengenai isu kemasan produk yang ramah lingkungan

(9)

LAMPIRAN C

Informan Kunci – IK-1

Nama: PDP Jabatan: Senior Brand Manager Sunsilk

PT Unilever Indonesia Tbk Waktu wawancara: 15 April 2008

Keterangan: Wawancara pendahuluan via e-mail Situasi ketika

diwawancarai:

Tidak ada karena sedianya melalui e-mail. Karena tidak terkirim, maka diserahkan kepada peneliti ketika bertemu langsung

Sudah berapa anda mendapat tugas di bagian kemasan produk, terutama produk sampo?

Tugas sebagai Brand Manager Sunsilk sejak tahun 2006 (bukan di bagian kemasan produk)

Bagaimanakah produk sampo yang berkualitas menurut anda?

Produk sampo yang berkualitas adalah produk yang dapat memberikan benefit lebih kepada konsumen, tidak hanya membersihkan (sebagai basic benefit shampoo) tapi juga benefit lain yang relevan untuk konsumen (rambut rontok, rambut ketombe, dll). Selain itu produk sampo yang baik juga harus dapat memberikan sensori yang baik seperti halus di rambut, wangi, busa yang banyak (karena orang Indonesia menyukai busa yang banyak).

Bagaimana menurut anda kemasan produk Sunsilk selama ini?

Kemasan produk Sunsilk terus mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan jaman baik dari bentuk botol maupun desain kemasan sehingga dapat terus terlihat modern dan mengikuti perkembangan zaman.

Satu elemen yang penting untuk tetap dipertahankan dari kemasan Sunsilk adalah cameo (image wanita) di kemasannya yang membuat Sunsilk lebih dekat dengan konsumennya.

Di kemasan Sunsilk yang baru, diperkenalkan juga icon Sunsilk yaitu ”spark” (tanda seru) yang merupakan cerminan dari filosofi Sunsilk yang baru yaitu ”sebab hidup tak bisa menunggu”.

Menurut anda, apa tujuan utama dari kemasan sebuah produk sampo?

Tujuan dari sebuah kemasan sampo ada 2 macam: 1. Tujuan fungsional

Memberikan kemudahan pada konsumen untuk menggunakan produk sampo (botol atau sachet yang mudah dibuka dan disimpan).

(10)

Mencerminkan brand positioning dan juga lebih mendekatkan diri dengan target marketnya. Selain itu kemasan juga menjadi point-of-purchase material yang paling efektif sehingga dapat membuat orang membeli produk tersebut. Bagaimana anda melihat fungsi kemasan produk Sunsilk yang ditawarkan kepada konsumen?

Dari sisi fungsional, Sunsilk memiliki botol desain yang ramping sehingga lebih mudah untuk dipegang dan dituang.

Dari sisi emosional, kemasan baru Sunsilk terlihat lebih modern dan lebih muda sehingga dapat menarik target konsumennya.

Menurut anda, bagaimana kemasan sebuah produk dapat mempengaruhi kesan kualitas (perceived quality) konsumen atas produk Sunsilk tersebut?

Kemasan suatu produk adalah identity dari brand yang bersangkutan, sehingga mencerminkan personality dari brand-nya. Ibarat pakaian, maka orang akan dilihat seperti apa dirinya dari pakaian yang dikenakannya. Oleh karena itu proses development dari sebuah packaging tidak bisa terlepas dari strategi positioning suatu brand.

Menurut anda, kemasan produk sampo seperti apa yang mempengaruhi kesan kualitas anda?

Desain grafis, bentuk botol, kualitas dari material botol atau plastik, teknik printing, logo branding dan informasi yang disampaikan di kemasan tersebut. Menurut anda, pertimbangan-pertimbangan apa saja yang perlu diperhatikan dalam membuat kemasan sebuah produk sampo? Mohon anda jelaskan.

Positioning product. Target market.

Kesan yang ingin disampaikan. Kemudahan untuk penggunaan. Diferensiasi dengan kompetitor.

Bagaimana peran serta konsumen dalam pembuata kemasan sebuah produk sampo?

Konsumen selalu dilibatkan dalam proses riset pemasaran dalam penentuan produk sampo ini. Options dari beberapa kemasan di-tes pada konsumen dan konsumen yang menentukan kemasan mana yang paling sesuai dan paling disukai.

Mohon anda jelaskan, apa saja dan bagaimana unsur-unsur kemasan berpengaruh pada kesan kualitas produk sampo?

(11)

Informan Kunci – IK-1

Nama: PDP Jabatan: Senior Brand Manager Sunsilk

PT Unilever Indonesia Tbk Waktu wawancara: 16 April 2008, 16.00 – 16.45 WIB

Keterangan: Wawancara langsung di kantor pusat Unilever, Jakarta

Situasi ketika diwawancarai:

Formal, ketika jam kerja

Mba, ada time history dari packaging ngga file nya?

Oh, ngga ada. Tapi maksudnya tahun berapa berganti bagaimana, kalau botol sih terakhir, nanti saya kirim lewat email, nanti kamu kasih aja tambahan ininya, ingetin email, di kartu nama ada email saya kamu perlu apa lagi nanti saya coba cari. Tapi foto-fotonya sih ngga tau masih ada apa ngga, tapi saya coba cari nanti paling dari iklan yang lama.

Kemarin saya ambil di website, cuma dimensinya kecil-kecil, jadi kalau dicetak kurang memadai.

Ini kan baru ya, keluar maret kemaren. Nah yang sebelumnya lagi ada, tapi mungkin ngga full range ya gambar botol. Sebab sekarang kan yang botolnya yang paling berubah, yang sebelumnya lagi ada. Terus sebelum 2004 yang saya masih cari file nya, kan brand manager udah beberapa kali ganti.

Baik, dimulai dari pertama aja ya mba. Nah pertama kan untuk mengetahui persepsi informan, jadi pertama kalau di customer yang saya tanya saya melihat loyalitas dari customer itu sendiri. Loyalitas kan ada berapa macem, nah saya pakai yang ….? Yang AAA. Yang AB AB dia pakai dua macam brand tapi masih di bawah Unilever, tapi main brand dia harus Sunsilk. Itu kalau saya wawancara customer. Nah sekarang yang di Sunsilk sendiri, saya menanyakannya sudah berapa lama di Sunsilk?

Untuk saya ya? Saya menjadi brand manager Sunsilk udah dari tahun 2006 awal, jadi sekarang udah hampir dua setengah tahun ngerjain Sunsilk, sebelumnya sih di brand lain.

Kalau terkait sama brand, berarti brand saja ya mba, ngga terkait sama packaging?

Ngga, jadi kalau di Unilever itu kita udah specialized karena perusahaannya kan besar sekali ya, jadi kalau kita di marketing di sini istilahnya brand manager. Brand manager itu ya kerjaannya lebih ke untuk.. sekarang juga marketing ada dua macem, marketing lokal sama marketing regional. Marketing regional lebih responsible ke men-develop eee mixnya, jadi packaging design-nya mau gimana, kita yang di lokal lebih untuk promotion activity, terus jualan ke… make sure bahwa implementasi kita di lokal ya itu benar. Jadi lebih banyak melakukan

(12)

kegiatan-kegiatan aktivasi dan promosi, tapi kita juga kasih feedback untuk development dari produknya. Kalau packaging kita punya technical packaging manager sendiri, yang dia bertanggungjawab bisa satu kategori, bisa satu divisi. Dia itu kerjaannya lebih make sure kepada packaging development ini… kan banyak nih pihak yang terkait untuk pembuatan packaging ini, ngga cuma desainernya aja tapi lebih ke day to day operation nya harus linked ke supplier, jadi packaging development dari supplier nya juga harus bener, kemudian yang paling penting juga untuk men-supervisi packaging ini bisa diproduksi di line production kita apa ngga, ada masalah ato ngga, seperti itu sih.

Kalau desainer itu dari pihak internal Unilever atau outsource?

Dari luar, kalau ini kita dari Perancis... (suara tidak jelas terdengar) Karena Sunsilk kan global brand ya, brand yang dipakai, ada di seluruh dunia. Jadi packaging design nya juga di develop nya dari global team kita dan yang dipakai di seluruh dunia.

Jadi nanti kalau sudah ketemu suatu packaging tertentu keluar, baru itu didistribusikan di seluruh cabang dari Unilever, baik dari Asia maupun di Europe itu sama, mba?

Sama, ini sekarang kalau ke Thailand ini Sunsilk nya ya kayak gini, ke India juga kayak gini, sama, ke Vietnam juga, sama, semua look nya sama.

Pertanyaan berikutnya, bagaimana pendapat mba pribadi maupun sebagai brand manager Sunsilk mengenai produk sampo yang berkualitas? Secara general..

Iya, jadi produk sampo yang berkualitas adalah produk yang dapat memberikan benefit lebih pada konsumen, jadi sampo itu kan di mana-mana fungsinya sama, untuk ngebersihin rambut ya. Memakainya dulu-dulu mungkin sampo itu ngga terlalu macem-macem karena fungsi utama dia ya untuk membersihkan rambut, jadi sampo yang dapat memberikan benefit rambut yang… membersihkan rambut dari kotoran itu udah cukup. Cuman kan jaman sekarang tentu aja kebutuhan konsumen ngga cuma berhenti sampai situ, karena kebutuhan konsumen itu kan makin lama makin meningkat ya, bertambah-tambah. oleh karena itu sampo yang berkualitas itu sebenarnya sampo yang memiliki berbagai macam varian yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Karena kalau di negara tropis seperti kita ini, masalah rambut kan juga macem-macem, apalagi perempuan. Kalau di Indonesia ini yang paling tinggi ee sebetulnya masalah rambut kalau untuk perempuan itu rambut rontok. Tapi kalau untuk total populasi, sebetulnya masalah yang paling penting itu adalah ketombe, karena kita kan negara tropis. Jadi sampo yang berkualitas ya tergantung masing orang, tergantung kebutuhan masing-masing orang. Harus ada sampo yang tidak hanya membersihkan tapi bisa memberikan ekstra benefit di luar membersihkan rambut yang sesuai dengan konsumen.

(13)

Iya. Kebutuhan konsumen juga, karena kalau saya ngga berketombe saya ngga perlu pake sampo yang untuk ketombe itu. Kalau saya ngga punya masalah rambut rontok, saya juga ngga perlu sampo yang untuk rambut rontok karena itu kan diformulasikan sesuai dengan kebutuhan masing-masing. kayak Sunsilk misalnya punya yang untuk rambut berkerudung itu juga formulasinya disesuaikan dengan kebutuhan orang dengan rambut berkerudung. Nah apa masalahnya, rambut yang berkerudung itu biasanya gatal karena dia kan tertutup, lembab, jadi dia perlu ekstra freshness untuk rambutnya dan ada formulasi yang membuat rambutnya ngga gatal. Nah itu, jadi harus sesuai dengan kebutuhan untuk masing-masing.

Terus yang kedua (dipotong)

Eh, terus saya tulis di sini juga sampo juga harus memberikan sensory yang baik. Jadi kalau kebersihan kan bukan sensory, kalau kebersihan sebetulnya itu basic benefit. Yang dimaksud sensory adalah waktu kita keramas rambut kita nah itu rasanya itu seperti apa pertama kali, kan ada sampo yang kerasa kasar waktu keramas. Ada yang begitu kita pegang aja langsung terasa lembut, nah itu. Terus yang busanya banyak, orang Indonesia itu senang yang busanya banyak, jadi kalau mereka kalau busanya banyak itu salah satu tanda bahwa produknya eee bagus. Kemudian produknya wangi, itu juga salah satu elemen yang harus ada dalam produk yang berkualitas.

Sensory yang tadi menentukan juga berdasarkan riset ke customer atau dari pihak Unilever sendiri?

Riset. Kan Unilever kan selalu melakukan inovasi berdasarkan riset konsumen. Jadi mau ganti warna, mau ganti parfum, mau ganti apa aja kita pasti lewat consumer.

Yang selanjutnya, kalau kemasan produk Sunsilk .... (suara tidak jelas terdengar) ini menurut mba bagimana?

Ee jadi kemasan Sunsilk itu kan selalu mengalami perubahan ya. Ini kita ubah ini baru tahun ini 2008. jadi kemasan perubahan ini kadang bisa dua macam, bisa ngerubah bentuk model botolnya, bisa hanya dekorasinya ini yang kita ubah. Kalau bentuk botol kita baru ganti lagi tahun 2008, terakhir kita pakao botol yang lama itu tahun 2004. jadi dari tahun 2004, 4 tahun baru kita ganti botol. Tapi.. antara 2004 ke 2008 kita ganti paling dekorasi depannya saja. Kenapa kita ganti-ganti terus karena sebetulnya untuk consumer goods untuk produk-produk konsumsi kayak sampo, sabun,.. itu lifetime nya ngga lama kayak mobil yang misalnya bisa bertahun-tahun. nah kalau ini kan lifecycle nya sangat cepat, jadi eh persaingannya juga cepet. Jadi orang dari pakai sampo Sunsilk, besok pakai Clear atau pakai Pantene tu cepet decision nya dibuat hari per hari. Karena apalagi sampo itu kan marketnya sachet, jadi sachet itu kan belinya harian, orang mau keramas baru dia beli. Nah jadi dia kan berpindah-pindah brand itu itungannya harian, bisa mingguan, kalau beli mobil kan untuk dia ganti lagi kan bisa 6 tahun

(14)

7 tahun, tapi kalau sampo itu cepet. Jadi oleh karena itu, kompetisinya juga cepet, konsumennya juga sering berpindah-pindah, oleh karena itu kita juga harus terus inovasi. Inovasi kan ngga harus dari produknya aja, tapi dari packaging itu juga salah satu cara untuk membuat produk kita itu keep up sama market.

Selanjutnya, sebenarnya tujuan utama dari packaging Sunsilk itu apa, mba?

Tujuan utama maksudnya?

Eh, jadi... (suara tidak jelas terdengar) packaging itu?

Tujuan itu sebetulnya ada dua macem ya dari suatu packaging itu. Ada tujuan secara fungsional ada tujuan dari segi emosional. Tujuan dari segi fungsional itu maksudnya ya tentu saja sampo itu adalah untuk keramas. Jadi dalam mengembangkan suatu produk itu kita liat nih, ini gampang ngga nih dipakai sama konsumen, gampang ngga dibuka, gampang ngga dituang, gitu kan. Jadi kayak Sunsilk yang sekarang ini ramping gitu jadi digenggam (sambil menggenggam botol) itu dia gampang gitu kan, dibuka juga gampang, segala macem, itu dari segi fungsional. Kalau segi emosionalnya, eee kita harus make sure bahwa desain kita itu sesuai sama kepribadian brand nya, sama brand compositionnya. Terus udah gitu selain itu juga kalau di Sunsilk itu kalau diperhatiin biar kita ganti-ganti kemasan, gambar cewek di sini itu kita..selalu ada gambar ceweknya di kemasannya walaupun kita udah berganti bertahun-tahun. Kenapa? Karena kalau buat orang Indonesia itu ada fotonya di sini itu sebetulnya mendekatkan dia dengan produk itu, dia ngerasa dia itu ada bondingnya lah sama produknya. Itu juga yang penting tujuan dari… tujuan yang sifatnya emosional dari suatu brand. Terus kalau kita jualan produk sampo seperti ini itu kan kadang-kadang kan kita pakai kalau di supermarket suka ada.. namanya point of sales material, kadang-kadang ada kayak kertas di sini, ada juga kalau di pasar-pasar kayak bendera-bendera kayak gitu-gitu. Intinya tuh poster-poster .. itu adalah untuk mentrigger orang untuk membeli kan. Jadi kayak iklan tapi di point of purchase. Nah, yang paling efektif ini adalah sebenernya packaging ini sendiri. Jadi sebetulnya kalau packaging kita bagus, ngga usah pakai embel-embel tambahan lagi itu kayak banner-banner lah apa yang di supermarket kan rame, sebetulnya ngga pake kayak begituan juga udah efektif karena kalau di supermarket, terutama atau di pasar gelap lah katakanlah, itu kan berjejer dengan berbagai macem merek. Nah bagaimana membuat packaging kita, produk kita itu stand out, bisa menarik konsumen untuk beli, kita bilangnya ada purchase intent, nah itu yang menentukan apa. Packaging pertama kali, yang membuat orang mau ambil, mau buka, mau nyium, akhirnya memutuskan mau beli ya paling penting itu adalah packaging. Jadi packaging itu sebetulnya dari segi point of sales, ini ya.. impact sebetulnya adalah elemen yang paling penting. Walaupun kebelakangnya, sebetulnya yang men-trigger orang untuk membeli itu tentu saja adalah produknya sendiri harus bagus. Nah cuman banyak sekali orang tertarik untuk membeli sesuatu itu karena dari kemasannya, gitu.

Kalau dari Sunsilk sendiri itu melihat packaging itu sebuah elemen tersendiri atau menjadi satu dengan labeling. Jadi packaging itu…

(15)

Jadi satu dong, jadi kalau desain structure nya kayak gini, desain depannya harus gini, jadi itu semua pasti jadi satu ngga mungkin terpisahpisah. Kayak kita pakai baju aja, kalau baju kita ngga sesuai ama bentuk badan kita kan keliatannya jelek. Atau kalau baju kita ngga sesuai ama personality kita, ngga-ngga pas.

Kalau menurut mba dari bauran pemasaran, letak packaging di mana ya mba?

Maksudnya?

Letak point of packaging itu di mana? Termasuk produk, jadi bagian dari produk atau jadi bagian dari promotion?

Eeh, kalau menurut saya lebih ke produk ya karena packaging itu tetep salah satu elemen dari... produk itu kan elemen yang embedded di produknya ini sendiri. Kalau promosi kan lain lagi, banyak lagi elemen, dia elemen eksternal. Place, distribusi itu eksternal, pricing itu elemen eksternal. Tapi packaging itu bagian dari produk tentunya.

Produk ya mba? Soalnya kan ada beberapa pemasar yang baru itu yang menyatakan bauran pemasaran itu tidak hanya 4P saja.

O, di sini kita ada tambahan P banyak, kalau di kita ada packaging, ada composition (?), itu part.. ee kita. At the end of the day, eh kamu udah pernah kerja belum sih?

Belum

Habis kuliah S1, langsung S2? Ya.

At the end of the day, teori itu kan yang kita pelajari di sekolah itu. Saya S1 sih, belum ngambil S2, udah males. Apa… yang kita pelajari teori kan, pas kita udah masuk real world elemen itu banyak lah tambahan-tambahan lain sesuai dengan kategorinya gitu.

Kalau dulu S1 kan salah satu fungsi packaging itu kan ngga masuk, ngga dibahas secara khusus di bagian marketing, jadi bagian kaya di komunikasi atau bagian retail atau merchandise itu baru packaging masuk.

Mm, iya.

Tapi kalau di bagian marketing kan dia ngga terlalu, jadi ini termasuk yang baru makanya kemudian saya mengangkat ini.

(16)

Terus eeh tadi dikatakan fungsinya fungsional sama emosional. Dari dua tujuan itu mba, bagaimana mba melihat kemasan produk Sunsilk yang ditawarkan kepada konsumen yang paling ditonjolkan oleh Sunsilk?

Kalau dari segi fungsional, Sunsilk yang sekarang ini sebetulnya improve packaging dari yang sebelumnya. Ini kan lebih ramping jadi dipegang juga lebih mudah. Kalau dari sisi emosional nya, dengan botol kita yang baru ini kita keliatan lebih modern. Karena Sunsilk itu masalahnya brand nya kan udah cukup lama di pasar. Jadi image Sunsilk sebagai brand yang kuno itu masih ada di benak konsumen. Jadi ya anak-anak muda itu rada-rada ngga mau pakai Sunsilk karena sama ama ibunya. Jadi sebenarnya tujuannya juga dengan kemasan Sunsilk ini membawa Sunsilk ini lebih modern. Jadi dengan packaging yang baru kita ada, ini spark namanya yang putih ini (menunjukkan di botol). Ini logo baru dari Sunsilk yang hopefully sih membuat dia keliatan lebih modern, lebih kayak gitu sih. Saya juga ngeliatnya sekilas kayak merampingkan botol

Iya, gitu. Itu juga kan keliatan lebih modern. Lebih ramping tapi dia lebih tinggi badannya.

Eeh, itu ngaruh ngga sama isi volume dari produk?

Ngga, kan udah disesuaikan.

Terus menurut mba bagaimana sebuah kemasan dapat mempengaruhi perceived quality dari konsumen?

Ya, jadi kemasan dari suatu produk itu kan identitas dari brand nya ya. Jadi kayak tadi saya bilang kalau saya pakai baju begini orang pasti akan.. first impression kita kan dari baju yang kita pakai gitu ya, penampilan kita deh. Jadi packaging itu sama, packaging itu adalah first impression dari suatu brand kayak ibaratnya baju di manusia. Orang biasanya melihat apakah produk ini bagus apa ngga pasti pertama kali dari packaging nya. Kalau dilihat, misal kalau bukan sampo, ini deh kosmetik-kosmetik yang dijual di departement store itu kan mahal-mahal banget, ratusan ribu gitu kan. Sebetulnya ya isinya cuma berapa persen sih dari total product cost nya dia, tapi yang di invest banyak adalah di packaging. Parfum, misalnya itu mungkin dari 100 persen total product cost mungkin isinya mungkin cuma 10 persen atau 20 persen, tapi mungkin 50 persen adalah..elemen dari cost structure dia adalah packaging gitu. Karena apa? Karena itu yang membuat perceived value dia itu keliatan lebih tinggi, terutama untuk produk-produk itu ya, skin, produk-produk perawatan kulit, itu biasanya mereka invest banyak di packaging karena itu mereka bisa meningkatkan perceived quality nya dia.

Kalau menurut mba pengertian dari perceived quality itu apa?

Perceived quality ya ini, suatu kualitas apa namanya.. perception dari suatu produk di mata konsumen. Jadi untuk melihat apakah produk ini bagus apa ngga,

(17)

the first impression yang dia liat adalah perceived quality nya. Perceived quality sama actual quality can be different, perceived quality sih biasanya lebih bagus dibandingkan dengan actual quality yang di-delivered, tergantung apa packaging nya. Kadang-kadang kalau packaging nya jelek, itu kan perceived quality nya menjadi rendah walaupun sebetulnya produknya.. it’s a high quality product. Tujuan dari pertanyaan tadi ingin tahu.. jadi nanti kan ada proses triangulasi. Jadi pengertian sebuah definisi versi produsen, konsumen, dan expert atau academician itu sama apa ngga. Kemudian nomer 7 mba, kalau mba secara individu, kemasan produk sampo seperti apa yang mempengaruhi kesan kualitas?

Menurut saya banyak ya elemennya, desain grafis kemasan itu juga penting, bentuk botolnya atau bentuk dari structure si grafik, jadi grafik sama structure gitu ya. Jadi grafis penting, structure juga penting, kemudian quality material. Jadi jenis plastik yang kita pakai, karena jenis plastik gitu-gitu mempengaruhi jenis wana itu juga mempengaruhi. Kita.. oke, Sunsilk clean and fresh warna ijo, cuman ijo yang kayak gimana itu kan juga mempengaruhi apa image dari suatu produk, ijonya mau ijo genjreng norak atau ijo yang lebih berkualitas atau kayak gimana, kita mau pakai gold kayak gini (sambil menunjukkan varian yang lain), atau mau coklat biasa itu juga mempengaruhi. Kemudian teknik printing juga, seringkali kita eh ngeliat ini produk low price atau tidak itu dari teknik printing nya dia, kalau teknik printing nya rapi, bagus, itu biasanya perceived value nya semakin tinggi. Terus udah gitu logo branding ini juga mempengaruhi makanya orang sering ganti-ganti logo di sininya, itu juga mempergaruhi. Sama sebetulnya informasi yang ditaruh di sini, itu juga merupakan salah satu elemen yang penting dari suatu kemasan. Karena orang kan pasti.. ini kan salah satu cara produsen untuk komunikasi sama konsumen ya lewat back copy ini. Harmful ato ngga, ingredient nya apa aja, cara makainya gimana, benefitnya apa ya dari back copy. Jadi back copy ini juga harus informatif tapi juga jangan terlalu bertele-tele.

Penentuan dari peletakan gambar, brand, ingredients, jenis huruf dan ukuran huruf dan sebagainya itu pertimbangannya apa?

Pertama, pertimbangannya apakah informasi itu ter-delivered ke konsumen. Kita bedakan antara front panel ama back panel. Kalau front panel kita harus meyakinkan bahwa.. ini kan nanti dipajang di shelf, apakah branding kita itu terbaca atau ngga, branding kita di sini dibandingkan sama kompetitor itu bagaimana, terbaca atau ngga, dan apakah desain depannya itu bisa membuat orang jadi pengen beli produk kita atau ngga. Kalau untuk back panel itu sebetulnya readable atau ngga, terbaca atau ngga, apakah copi-nya itu informatif atau ngga, apakah itu terlalu bertele-tele sehingga orang males ngebaca atau ngga. Jadi itu sih yang menentukan font nya harus seperti apa, peletakannya harus di mana. Kemudian ada juga beberapa elemen di packaging kayak barcode ini kan standard, ngga boleh diapa-apa-in, dia harus sebesar ini, kalau ngga dia ngga akan bisa di scan di supermarket. Seperti itu. Depkes harus di mana, itu ada aturan-aturan baku kalau itu, dan kalau Unilever kan netto kita harus di depan. Terus kalau di Unilever kita harus ada logo Unilever, terus ada suara konsumen,

(18)

peletakannya harus di mana itu udah ada standar SOP nya sendiri.. dari pihak Unilever corporate.

Berapa rentang waktu dari pihak Unilever sebelum launch new packaging ke pasar, jadi mulai dari riset..

Lebih dari setahun. Karena kan kita desain ngga cuma satu desain langsung oke kan. Biasanya bisa lima atau sepuluh, riset konsumen, kalau belum balik kualitatif dulu, balik lagi beresin kuantitatif habis itu terus proses development nya, apalagi kalau variannya banyak seperti Sunsilk. Terus habis itu kita musti udah jadi artwork nya, cek lagi. Kemudian kita musti brief lagi supplier, bikin lagi silinder, proof print gitu, bisa setahun. Kecuali kalau, ini kalau untuk project yang besar ya seperti Sunsilk re launch itu kan besar.

Mba, kembali lagi tadi kan ada riset juga sebenernya. Apakah tim riset dari Unilever itu juga mempertimbangkan bahwa kalau dari segi semiotik atau pola otak manusia bekerja bahwa kalau seumpama kalau orang yang ngga kidal itu mbacanya dari kiri ke kanan, pegangnya pake tangan kanan, terus kemudian penggunaan otak lebih besar dari otak kiri dan sebagainya jadi semacam ilmiah kaya gitu itu dikembangkan pula ngga?

Kita kan riset di sini kita pakai research agency, e apa namanya professional research agency kan, yang metodologinya kan udah disetujuin sama Unilever. Kalau dari segi proses… ini ngomongin riset atau ngomongin development ini nya?

Riset

Kalau dari risetnya sih kita punya metodologi sendiri yang mungkin saya ngga bisa terlalu open untuk share metodologinya gimana ya. Tapi yang jelas kita akan mempertimbangkan bagaimana yang penting buat kita adalah mungkin kidal apa ngga itu ngga terlalu penting, yang penting buat kita adalah apakah packaging kita ini bisa men-trigger orang untuk membeli produk kita. Karena kita kan consumer good seperti yang saya bilang tadi kalau di supermarket kita berdampingan dengan beribu-ribu macam produk. Yang paling penting bagi kita adalah seberapa cepet konsumen bisa mengenali produk kita, seberapa cepet konsumen itu bisa milih produk kita, dan bagaimana pendapat konsumen akan tadi perceived quality produk kita kalau dibandingkan dengan kompetitor dan itu ada kalanya kita menang ada kalanya kita kalah. Jadi yang paling penting bagi kita kalau ngecek packaging itu adalah apakah itu bisa men-trigger orang untuk membeli atau tidak. As simple as that sih.

Kalau berdasarkan previous research dari Unilever, kira-kira keputusan konsumen ketika memegang untuk kemudian membeli itu biasanya berapa persen?

Terakhir sih biasanya kalau di bawah 90 persen sih ngga akan pass ya, kita harus ulang lagi development packaging nya, paling tidak 90 persen harusnya sih. Dari

(19)

seratus orang yang diuji, yang beli 90 persen mau membeli itu baru bisa lolos dari riset kita. Kalau di bawah itu sih biasanya ulang lagi development nya sampai kita dapat angka yang memuaskan.

Tinggi banget ya berarti.

Iya, soalnya ya itu tadi kompetisinya tuh berat banget. Terutama kayak produk sampo, sabun, itu kan orang bisa berubah pikiran tuh seminggu sehari, beda sama skin, misalnya Ponds, itu kan satu botol abisnya bisa sebulan dua bulan. Jadi kita bisa lock consumer kita itu selama satu bulan, kalau sampo terutama sachet itu seminggu itu bisa berapa kali dia main ke warung kalau orangnya di desa atau di rural area, nah itu mereka bisa switch nya cepet.

Kembali lagi, pertimbangan yang sains dan teknik tadi. Pertimbangan apa saja yang perlu diperhatikan dalam membuat kemasan sebuah produk sampo?

Yang pertama positioning, ini produk mau buat siapa nih? Mau buat masyarakat atas atau mau buat masyarakat bawah, atau buat masyarakat middle age, gitu. Kalau kayak Dove itu, itu buat social class yang lebih tinggi, oleh karena itu desainnya harus demikian. Lifebuoy sampo lebih ke masyarakat bawah, desainnya harus begini. Terus mau positioning produknya untuk bagaimana nih, Sunsilk untuk beauty kan, brand itu punya pakem-pakemnya, beauty itu harus begini, ada gambar orangnya, harus begini, Clear apa.. anti ketombe, expert, spesialis, keliatannya tuh harus firm gitu, yang kesannya itu expert gitu, bukan keliatan brand yang cantik-cantik. jadi kalau kamu perhatikan, kemasan brand Clear itu sangat apa sih, kokoh gitu, karena apa? Karena dia harus nunjukkin ke konsumen bahwa dia sampo anti dandruff nomor satu, jadi itu positioning produk yang tertlanslate ke produknya. Kalau Lifebouy itu family brand, jadi harus agak gendut karena konsumen itu merasa satu sampo buat keluarga. Jadi kalau keliatan gendut ini kerasa cukup untuk satu keluarga walaupun sbetulnya netto nya sih sama. Kalau Sunsilk kan buat perempuan, they want slim, high, beauty gitu. Jadi itu, positioning produk itu termasuk target market gitu ya, target marketnya buat siapa terus brand ini mau di-portray ke konsumen itu mau seperti apa? Apakah beauty brand apakah spesialis brand seperti Clear antidandruff, atau premium brand kayak Dove, atau family brand kayak Lifebouy. Jadi ini tergantung sama positioning nya dan target marketnya terus kesan apa yang ingin disampaikan. Kalau Dove itu kesannya pengin dia apa ya.. kalau di lebih.. dia premium tapi dia bisa problem solver. Jadi kalau rambutnya pecah-pecah diwarnain, dia bisa pakai, jadi dia mau keliatan sebagai problem solver. Kalau Sunsilk ini pengin disejajarkan sama sahabat perempuan, jadi kita pengin keliatan ngga ada distance sama konsumen kita pengen keliatan tuh deket sama konsumen kita, makanya ada gambar orangnya gitu misalnya. Terus udah gitu, selain dari emosionalnya ini mudah dipakai atau ngga, terus kalau untuk apa ya kayak sabun gitu, for some people dia itu maunya sampai misalnya lifebuoy deh gitu, lifebuoy itu kan biasanya yang make kelas menengah ke bawah karena harganya murah dan karena memang kita positioning nya mau buat menengeh ke bawah. Jadi itu botolnya itu harus lurus, karena apa? Karena biasanya mereka akan pakai sampai bener-bener

(20)

habis which is mereka akan balik. Nah kalau ini ngga terlalu perlu karena konsumennya memang ngga terlalu bother, lebih ke cewek, beauty brand. Nah kalau yang itu kan ibu-ibu, ibu-ibu kan mau bener-bener abis baru dibuang, nah jadi dia harus bisa dibalik. Terus diferensiasi sama kompetitor itu yang penting di mana ini keliatan berbeda dari kompetitor-kompetitior kita dan keliatan bedanya itu harus dari segi lebih positif, harus keliatan lebih baik. Itu sih sebetulnya.

Terus peran serta konsumen dalam pembuatan kemasan produk sampo bagaimana?

Itu yang tadi saya bilang, kita pasti akan melakukan tes. First design kita pilih-pilih, biasanya balik lagi, terus kuali check, dapet feedback kan karena kita bisa explore lebih banyak. misal kalau dilihat gini personifikasinya jadi gimana nih? Apakah kelihatan sebagai perempuan atau lebih laki-laki atau kelihatan seperti sahabat atau kelihatan seperti musuh, jadi balik lagi kita review, recheck. Jadi kita refinement akhir.

Kalau seumpanya ada penelitian-penelitian independen seumpamanya kayak dilakukan sama mahasiswa atau peneliti-peneliti lain yang terkait sama produk ini, itu seberapa besar kontribusinya?

Mm, jarang ya. Kan biasanya kita dalam develop produk ini kita ngga terlalu open, highly confident. Jadi biasanya kita ngga melibatkan pihak lain kecuali preferred agency yang memang sudah ditentukan oleh Unilever global. Dan saya juga belum pernah menerima penelitian-penelitian dari mahasiswa ya yang melakukan seperti ini.

Kemudian dari hasil penelitian bagi Unilever sendiri, unsur-unsur kemasan mana saja yang berpengaruh pada kesan kemasan produk sampo?

Ya seperti tadi saya bilang sih sebetulnya botolnya, kemudian apa, mm desain grafisnya itu sangat penting juga, udah gitu materinya kayak poin tujuh tadi itu. Ini kan mirip poin 10 ama poin tujuh,

Sebelum produk baru ini diluncurkan dan sesudah, apakah ada penurunan dari jumlah komplain konsumen di customer service Unilever terutama Sunsilk?

Mm, ngga ada sih ya. Maksudnya dulu juga ngga terlalu banyak komplain soal packaging, karena memang itu ngga macem-macem. kecuali mungkin apa ya susah dibuka sachetnya atau apa. Tapi sejauh ini sih kita ngga nerima negative complaint.

Seberapa jauh tim Sunsilk peduli terhadap lingkungan?

Peduli terhadap lingkungan ya. Pertama sih as simple as kita pasti naruh ini di sini kan, terus udah gitu terus sebisa mungkin kita buat produk kita bisa di recycle. Nah makanya Sunsilk kan, Unilever company kita lagi merencanakan program go

(21)

green. Tapi mungkin memang tidak bisa dipungkiri bahwa penjualan kita paling banyak itu ya dari sachet, yang di mana sachet itu kan makin banyak orang pakai itu kan semakin banyak sampahnya. Cuman, at the end of the day consumer itu emang affordability masyarakat Indonesia tu masih, masih segitu. Tapi yang jelas sih Unilever melakukan sebagai suatu corporate ya kita ngomong ngga cuma sachet tapi sebagai corporate kalau kita perhatikan kalau di bawah di lobby liat ngga go green gitu? Nah Unilever memang lagi melakukan kampanye untuk pelestarian lingkungan di mana kita ngajarin gimana caranya memisahkan sampah, membuat kompos dari sampah sendiri. Nah program-program itu udah dilakukan as a corporate level.

Terus kan mba kayak di TV itu kadang-kadang ada pemalsuan produk Sunsilk atau produk Unilever dengan memanfaatkan limbah botolnya, itu bagaimana dari pihak Sunsilk menanganinya? Karena kan memang kalau dibanding Lux itu kan ada yang bentuk refill package nyam, tapi kalau di Sunsilk...

Karena sampo secara kategori memang ngga ada dalam bentuk refill, karena memang beda ya untuk produk skin ini kaya sampo mungkin orang lebih merasa personal untuk pake yang botol, jadi memang selama ini sih ngga.. ngga.. belum ada tindakan yang apa-apa, karena kita juga ngga mau terlalu banyak eeh.. kampanye kaya gitu. Karena takutnya jadi mengundang orang untuk melakukan pemalsuan-pemalsuan itu lagi. Jadi kita sangat hati-hati kalau untuk menyikapi hal-hal seperti itu. Sebenernya bukan cuma Sunsilk aja, banyak banget kan yang dipalsu-palsu-in. cuman ya dilakukan beberapa action, tapi ditanganinya secara corporate. Terus kita juga ngga melakukan kampanye yang anti pemalsuan, takutnya malah men trigger orang untuk berbuat itu, malah ngasih ide.

Cuma itu aja kayaknya, mba. Udah mengcover

Ini udah aku bikinin... nanti kalau ada pertanyaan apa-apa sebetulnya bisa via email aja. He eh, jauh-jauh

Terima kasih banyak mba waktunya.

(22)

Informan Kunci – IK-2

Nama: DS

Jabatan: Staf Packaging

PT Unilever Indonesia Tbk Waktu wawancara: Juli 2007

Keterangan: Wawancara secara langsung Situasi ketika diwawancarai: Informal, di luar jam kerja Kalau arah risetnya mba, itu ke arah mana?

Itu tadi, ada barang, kalau produsen itu ngeliatnya bagaimana.. tentang packaging itu.. Ntar aku juga wawancarai kayak.. ee.. kalau TetraPak itu kan emang dia spesialis bikin package kan?

Iya

Nah gitu, beda ngga sama yang ee.. kayak sampean yang engineer di bidang sebuah comercial goods itu, beda ngga ngeliatnya. Jadi ingin tahu konsep saja, ngeliatnya gimana mereka itu. Soalnya kalau kita.. (dipotong)

To be honest kalau kita itu ya.. seperti yang mba tadi bicarakan, kita lebih ke engineering ya. Kita boleh dikatakan kalau packaging development itu kayak packaging engineer gitu which is kita mendapat desain ide itu sebenarnya dari marketing. Marketing dari konsumen. Nah jadi ada beberapa sumber. Marketing itu bisa melihat eee apa sih yang diinginkan oleh konsumen, apa saja sih yang menarik bagi konsumen, sehingga pengin membeli. Nah mereka melihat tren-nya seperti apa. Nah dari marketing biasanya diserahin ke kita, ini misalkan mengenai shape, mengenai art work, mengenai cara teknikal. Ini misalnya shape, shape itu sebagai contoh saja. Shape itu yang enak untuk dilihat dan dipegang, kalau untuk produk-produk tertentu itu shape nya yang seperti apa. Kan ada tuh shape yang.. sekarang kan coba lihat Citra, bentuknya kan tears ya, seperti itu. Sekarang marina pun ikut-ikutan kan? Bentuknya hampir seperti itu. Sekarang tren-nya akan seperti itu gitu lho. Dulu saat Citra itu.. Citra itu kesannya sangat old fashioned gitu, bentuk nya seperti itu, itu kan sudah lama banget. Nah sebagai refresh, marketing dapat ide dari manapun, akhirnya dibentuk shape nya si Citra yang bentuknya kayak tears dan itu cukup bagi orang dari segi dilihat pun ini lebih feminin, lebih ngga old fashioned dari yang dulu. Terus di.. dipegang enak, ya secara awal kan orang liat dulu, baru megang, make kan. Bagaimana cara kemudahan dia membuka, cara makainya, gampang ngga dia dibuka, gampang ngga dia di refill, gitu kan?

Kalau definisi enak dipegang menurut engineer package sendiri?

Itu sebetulnya enak dipegang itu apa ya kalau kita bicara itu.. asal tidak merepotkan si si .. sebetulnya semua berbalik ke konsumer ya. Jadi kita itu, desain kita itu bisa berasal dari komentar-komentar konsumen saat diajak ngobrol aja. Jadi ada focus group (discussion) juga?

(23)

O ya. Biasanya seperti itu. Ya yang melakukan siapa, ya kita ada data lah. Dia pengin seperti apa? Enak dipakai itu kriterianya seperti apa sih? Enak dipegang juga enak dilihat. Misal kalau lihat shape nya si Lux shower cream yang sekarang bentuknya seperti ini, itu kan sangat feminin daripada dulu. Dulu itu kan biasa banget. Nah, kenapa dibuat feminin seperti itu, karena ini end user nya adalah lebih ke beauty. Lux kan beauty, lebih ke cewek. Cewek bentuknya seperti ini kan bagus kan? Sangat langsing, sangat feminin gitu. Nah itu yang salah satu bagaimana orang bisa melihat, seorang cewe ya misalnya, pasti akan lebih suka melihat shape yang seperti itu daripada misalkan shapenya yang kaku. Kaku sih biasanya cowo lah. Nah shape-shape yang banyak lekukan itu yang terkait cewe. Nah, dari marketing itu, ‘bisa ngga dibuat shape yang seperti ini dengan tetap ada keindahan-keindahan’. Ya itu bisa dibantu dari art work ya. Jadi packaging itu adalah package antara si bentuknya.. pemberi bentuknya dan artwork. Apa yang ada di situ, gambar yang ada di situ, bisa labelling bisa apapun itu. Labeling pun ada berbagai macam kan, ada yang cuma stiker ditempel, ada yang di string wrap. Jadi sebenernya apa arti packaging menurut produsen itu sendiri?

Kalau kita punya konsep orang akan tetap.. atau kayak gini gampangnya. Konsumen akan datang ke toko atau ke supermarket ya. Jadi pertama kali si packaging harus menarik dia melihat dulu, at least liat aja. Liat, abis itu berharap dia akan megang. Nah, kalau sudah megang, itu sudah 80 persen dia akan make. Kita belum bicara produknya dulu, dia akan beli. Dia beli dulu, liat performance produknya, baru dia akan repeat atau ngga, itu terserah. Jadi tugas utama packaging menurut kami ya, dia menarik aja dulu. Menarik simpati, menarik... perhatian, terus dia coba megang. Saat dia pertama kali mungkin dia liat aja kali ya, mungkin next dia datang dia akan.. megang, gitu. Nah, saat dia megang itu, ya lebih dari 50 persen dia akan beli, walaupun saat itu atau nantinya. Itu harapan kami. Nah dari segi penampilan aja, dari segi shape, segi art work udah bagus, dia akan berusaha untuk mendekati dan memilih. Terlepas dari nanti dia akan coba produk itu, produk itu akan sesuai atau ngga ya ngga tau. Cuma dari segi product development pasti juga akan membuat produk yang sesuai dengan kepentingan si itu dong.

Jadi fungsi si... (dipotong)

Menarik dulu, attract si consumer.

Definisi packaging sendiri dimulai dari dus yang gede sedosin atau yang...

Nah kita-kita gampang jadi primary dan secondary pack ya. Kalau primary pack, itu yang nempel ke produknya. Tapi ada primary yang tidak hanya satu. Ponds yang ada kardusnya kecil, itu kan primary nya jadinya banyak. Jadi primary satu itu yang menutup, yang kedua adalah ee kartonnya. Nah yang secondary itu adalah yang.. ee box nya. dia sebenernya secondary pack hanya untuk alat untuk transaksi, pengukuran jumlah, serta delivery. Konsumen tidak akan peduli itu, ya ngga? Kalau di box itu, box yang gede itu.. konsumen ngga akan peduli.

(24)

Konsumen akan peduli adalah di primary pack, misalnya kalau yang Ponds facial foam pasti langsung yang tube terus langsung produk. Kalau yang karton, ada tambahan lagi ya.. itu bisa dianggap juga sebagai primary, cuma sebagai primary yang lain karna tidak langsung (bersentuhan) dengan produk.

Kriteria yang bagaimana dari produsen itu yang memang layak untuk dijadikan packaging, baik dari segi bahan dan sebagainya?

Yang jelas.. kalau dari kita as a packaging engineer, yang paling penting sekarang adalah bukan shape, terus terang. (yang penting) Itu adalah interaksi antara si produk dengan formulasi. Akankah dia memberikan pengaruh stabilitas terhadap si produk? Walaupun shape nya sebagus apapun, orang akan beli dan sebagainya. (tapi) saat dia makai dan ada interaksi, ada reaksi antara produk dan packaging yang membuat si produknya ngga perform bagus ya kita ngga akan pake itu kan? Dan kita sebetulnya ada yang namanya.. ya semua perusahaan pasti melakukan itu.

R&D?

Kita pakai yang namanya ‘storage test’. Jadi kita punya datanya. Yang jelas adalah tidak boleh ada reaksi antara produk dengan packaging, itu yang pertama, yang mutlak. Yang kedua baru kita mikirin yang lain, art work, shape dan sebagainya. Dari segi bahan yang jelas adalah dia mampu melindungi. Konsepnya adalah gini, pertama bahan packaging ini tidak boleh bereaksi yang membuat produk ini tidak stabil dan yang kedua dia bisa melindungi pengaruh dari luar. Jadi tidak ada sesuatu yang keluar dari packaging, tidak ada sesuatu yang masuk ke packaging untuk merusak formulasi. Itu yang paling penting. Nah dari situ, bahan sudah ter-define, ya baru kita ngurusin shape dan artwork dan sebagainya. Aku kembali ke shape, karena tadi beberapa kali disebut. Nah as a MNC ya, berarti ada standarisasi yang harus diberlakukan di tiap-tiap perusahaan seperti Unilever Indonesia. Apakah pengaruh ngga, kultur dari masing-masing perusahaan itu berada terhadap katakanlah packaging atau bahannya gitu ngga?

Ee kalau dari shape ya, to be honest yang sempet saya alami.. kita cenderung harmonize, ngga ada suatu, at least di South East Asia ya tidak ada yang saya temui yang satu negara yang melarang suatu bentuk tertentu. Nah secara kultur, sebetulnya kita punya apa ya.. punya.. kalaupun si consumer tidak sesuai ya akan kita educate. Kita bisa menciptakan tren supaya sesuai si shape nya itu. ‘gini lho cara pakainya’, gitu. Ya emang susah sih, orang kalau lihat Citra dulu yang seperti ini, terus jadi tears. Walaupun itu bagus ya orang pasti akan coba dulu. Cuma kita berusaha membuat tren, bahwa seperti ini lah produk yang sekarang itu, tren nya nanti akan seperti ini, bukan yang dulu. Nah untuk masalah shape apa yang.. saya belum pernah denger shape yang dilarang di suatu negara. Karena shape pun sebenernya ya secara universal, kalau setiap kita ngomong ada lekukan, itu feminin, orang setuju kan? Seperti itu saja.

(25)

Balik lagi, kalau menurut sampean as an engineer itu package yang bentuknya seperti ini ya? Kalau masuk yang sachet itu termasuk package atau.. sachet..

Maksudnya gimana?

Jadi aku pengin tahu definisi package itu, kalau produsen hanya package itu ya yang bentuknya gede dan bisa berdiri di shelf karena fungsinya menarik konsumen kan? Sedangkan kalau sachet itu kan ngga..

Oke, itu banyak faktor lah. Kenapa sachet.. tapi tetep aja sachet itu bagian kita, gitu. Itu kenapa kita buat sachet, karena kita ingin masuk ke segmen C-D, C-D-E lah. Ya lebih pasnya D-E lah, karena A-B-C kita cukup oke dengan package kita yang dengan shape lah. Nah kenapa kita pake sachet ya kita ingin masuk ke segmen bawah kan. Nah sebenernya dia tidak begitu banyak terpengaruh oleh shape, ya karena sachet bentuknya cuma gitu-gitu aja. Mau itu dari P&G, mau dari Unilever atau lokal, sachet ya gitu-gitu aja kan? Cuma artwork nya memang beda, kita bermain di artwork. Keterbatasan di sachet kita ngga akan merubah bentuk macem. karena dari segi rasional, nanti kalau dibuat macem-macem, akan susah. Nah bentuk yang sachet ya tetep akan seperti itu cuman akan kita diferensiasi di art work.

Terus, aku mau nanya juga soal ee.. berarti fungsi package bagi produsen pertama memang tujuan utama mendapat perhatian konsumen..

Iya. Tapi ada satu lagi sebelum itu tujuan. Ya untuk mewadahi si produk lah (tertawa)

Ya, fungsionalitas nya.

Ho oh.

Brarti apakah ada juga menurut anda pengaruh packaging terhadap perceived quality?

O, pasti. Pasti. Jadi, misalkan gini saya mengamati dulu, jadi produk-produk prestise itu, golongan A lah, untuk segmen A, itu biasanya ngga norak. Warna-warnanya warna lihat Ponds yang...

Gold?

Bukan, yang merah. Age miracle ya..

Kan hampir mirip Olay tapi lebih ramping kan?

Betul. Jadi dari segi artwork juga kita untuk produk-produk yang prestise itu pokoknya lebih sederhana. Dia lebih main ke warna, warnanya pun ngga norak, ngga dangdut, ngga campuran warna gitu.

(26)

Definisi norak?

Norak, dangdut itu ya kuning, campur biru, campur ijo.. dalam satu package itu ada berbagai warna gitu. Ya itu untuk E lah, kalau untuk A itu biasanya kan satu atau dua warna saja dan apa yang tercantum di situ itu sederhana. Cuman warna-warnanya memang bukan warna biasa. Warna biasa ini kita menyebutnya CMYK, itu yang saya sebut normal. Kalau ini warnanya agak.. ya ada kesan perlise nya.. seperti itu. Dengan cukup gampang orang bisa melihat ee sesuatu yang norak itu ya norak campuran macem-macem bisa dilihat dari kualitas printing-nya juga yang dipakai. (ditemui oleh orang lain)

Dari teknologi printing.. ada berbagai macam teknologi saat kita membuat artwork. Ada teknologi yang cukup bagus untuk memberikan kesan detail dari setiap art work yang ada terhadap ee kita bendingkan untuk teknologi yang biasa. Misalkan gini, untuk produk-produk yang kalangan atas ya, yang mahal.. biasanya ditambahkan suatu proses tertentu misalkan stamping, stamping memakai silver, tinta silver, tinta gold, gitu.

Di pinggir-pinggirnya?

Bisa dimanapun, bisa ditambahkan. Nah kalau untuk produk-produk yang biasa ya kita ngga perlu pakai itu, karena itu mahal. Jadi sebagai diferensiasi bahwa ini adalah produk bagus, produk A dan E itu cukup gampang dilihat dari packaging juga. Orang bisa dengan gampang melihat, ini produk mahal atau tidak, dari packaging. ya? Ya itu salah satunya.

Penentuan warna, definitif apakah ditentukan oleh si produsen setelah melihat segmen setelah riset. Sampeyan kan tadi menyebutkan untuk segmen ini biasanya warnanya gini, nah penentuan warna..

Tren itu tren, bukan.. tidak harus. Jadi warna itu ya ngga harus merah, ngga harus putih, bisa silver, cuma warna-warnanya itu warna-warna yang ngga biasa gitu. Warna-warna CMYK seperti tadi yang dibicarakan sebelumnya. Tergantung juga ada keunikan tertentu yang dibawa oleh brand. Misalkan brand ini ya warnanya seperti ini gitu. Ngga mungkin kan brand Ponds itu item, kan ngga. Makanya Ponds age miracle itu, dia pakai warna merah. Dia memberi kesan elegan sebenernya, nah seperti itu warna-warna yang cukup lengket dengan si brand, cukup memberi apa ya.. memberi brand itu seperti apa, memberi gambaran bahwa ini produk yang punya elegance, kelasnya kelas atas lah. Makanya dari segi packaging pun dibuat bagaimana supaya orang itu melihat ini bukan produk biasa, ini produk mahal.

Terus terkait sama segmen, ee kenapa dari sisi produsen ketika membuat produk, tadi terkait dengan segmen misalnya perempuan, tapi almost produk itu selalu di-riset nya ke perempuan juga, dari segi packaging. why women?

(27)

Lifebouy katakanlah ya..

O Lifebouy itu bukan women, Lifebouy itu untuk keluarga. Tapi yang beli perempuan.

Ya

Jadi, end buyernya..

Cuman paling gampang sih, kalau Lux. Lux itu beauty, memang untuk cewe. Tapi kita tidak menutup kemungkinan untuk cowo pun akan membeli. cuman yang jelas, itu memang diperuntukkan untuk cewe. Nah kalau si Lifebouy kan untuk keluarga, cuma yang beli kebutuhan sehari-hari kan ibu, ya kita buat yang tidak begitu tegas gitu. Tahu shape nya si Lifebouy yang sekarang kan?

Yang mana ini?

Yang shower lah, kan bentuknya seperti ini, jadi bentuknya tidak cukup tegas, cukup ada lekukannya lah. Artinya lebih ke arah... kita mencoba walaupun tidak sefeminin si Lux, kan dia juga tidak terlalu tegas. Ya untuk ibu-ibu lah sebetulnya, untuk menarik ibu-ibu kan.

Berarti biasanya yang di packaging itu content nya apa aja?

Apanya?

Content, yang ada di packaging tempelan-tempelan itu apa saja?

Oke, yang jelas adalah artwork, gambar. Gambar itu yang memberi gambaran, produk ini bisa apa, produk ini untuk siapa... gambar itu juga yang berusaha untuk menarik orang. Yang kedua adalah ingredients, di dalamnya ada apa saja. Yang ketiga biasanya adalah produsen. Yang keempat klaim, produknya bisa apa saja. Produknya karena mengandung ini dia bisa melindungi tubuh anda dari serangan ee misalnya kuman selama 24 jam, itu kan klaim. (diganggu lagi sama teman). Sori.. banyak temen

Ya ngga papa.

Lupa saya..

Tempelannya apa saja..

Ya itu tadi sih. Terus kode produksi yang penting. Soalnya dengan kode produksi kalau ada masalah, kita bisa trace back, itu yang penting.

Terus ee penentuan letak dari tempelan-tempelan itu tadi, sebelumnya ada riset atau memang ya hanya sekedar fungsi...

(28)

To be honest, kalau as a.. oke, kita bagi dua ya. Artwork itu sebagai image sama back copy ya. Image itu lebih ke gambar, gambar dan tampilan, gambar dan positioning. Kalau back copy adalah informasi yang harus ada di situ. Ya back copy itu adalah klaim, ingredients, dan sebagainya. Kalau image itu adalah gambar dan peletakannya. Sebenernya kalau gambar dan peletakan bebas lah. Kalau gambar lebih ke arah orang marketing penginnya seperti apa. Marketing dapat input dari konsumen, kan. Ingredients ini harus ada di dalem, terserah di mana, lebih ke arah estetika ya saja, estetika menurut marketing.

Kira-kira dari sisi produsen melihat ada ngga environment responsibility-nya terkait sama packaging?

O pasti ada. Gini. Ee.. saya ambil satu contoh ya. Dulu kita banyak pakai PET, poli etilen tereptalat, cuma itu ternyata sangat tidak biodegradable. Sangat susah, walaupun itu bisa diuraikan, cuma akan sangat lama. Walaupun PET ini secara performance sangat bagus, karena dia tipis, dia kuat, dan dia murah. Cuman karena dia susah di biodegradasi jadi kita mencari suatu material ya.. (kembali diganggu). Sekarang kita lebih banyak pakai PP, poli propilen. Polipropilen ini lebih gampang didegradasi, cuma dia memang lebih mahal. Jadi kita mengurangi penggunaan PET, kita ubah sedikit demi sedikit ke PP. Itu aja contohnya. Cuma kita peduli, sangat peduli... dan kita juga melarang penggunaan barang-barang yang susah didegradasi. Ada suatu barang tertentu aku lupa, to be honest, ini ngga boleh dipakai lagi karena dia ngga environmentally friendly. Kita sangat aware kok masalah gitu.

Teknologi masuk ngga?

Teknologi maksudnya?

Ya kayak teknologi untuk mendaur ulang packnya seperti itu.

Oya ada. Jadi teknologi daur ulang kita sebenernya to be honest, para pemulung itu cukup membantu ya. Maksudnya dia kan itu nanti berupa resin, itu berupa bijih. Jadi setelah si packaging ini ngga... setelah dibuang itu bisa dilelehkan lagi untuk dibuat bijih.. bijih.. kita menyebutnya resin. Bijih plastik, bijih plastik lagi, untuk diolah, ya.. walaupun gradenya lebih rendah, misalnya untuk jadi ember dan sebagainya.. dan itu pun sekarang berjalan.

(interview diputus dulu karena lingkungan di sekitar labtek X mulai terlalu ramai) Satu kali lagi. Aku mau nanya unsur-unsur dari kemasan mana saja yang kira-kira mempengaruhi perceived quality dari konsumen?

Ya yang pasti (tidak jelas)... lebih ke kayak orang lihat dari artwork, dari cara pandangnya si konsumen, kan? Berarti dari artwork dulu ya. Karena toh dia belum merasakan itu, even dia baru liat udah tau kualitasnya bagus atau nda ya pertama dari artwork. Yang pertama lho ya. Entah dia nanti mau meneruskan

(29)

tindakannya untuk membeli dan sebagainya itu akan banyak faktor lagi. Cuman yang pertama kali si konsumen ngeliat si produk ya dari artwork.

Artwork aja atau ada yang lain?

Artwork full ya, maksudnya image. Image nya itu ke ada warna background-nya apa, terus imagenya bagaimana, cara untuk ditampilkannya bagaimana. Sementara kalau dari awal, kesan dari awal ya artwork. Yang kedua adalah dari shape, yang tadi. Artwork dan shape, dua itu. Sepanjang si konsumen baru liat ya, belum beli... itu. Ada yang lainnya?

(30)

LAMPIRAN D

Informan Biasa – IB-1

Nama: D

Pekerjaan: Programer, mahasiswa S2

Pendidikan terakhir: Sarjana Waktu wawancara: April 2008 Lama memakai produk Sunsilk: 20 tahun lebih Situasi ketika wawancara: Informal Assalamu’alaikum

Wa’alaikumsalam Namanya siapa?

Dian.

Dian umurnya berapa?

Eh, 24.

Saat ini aktivitas yang sering dilakukan Dian apa?

Eh, kuliah terus lagi training juga, kerja gitu. Kerja training nya di mana dan di bidang apa?

Kerjanya? Di depan komputer, programming.

Oh, programming. Mau nanya nih, boleh dijawab ya?

Boleh

Sudah berapa lama Dian memakai Sunsilk?

Oh, emang udah dari kecil sih jadi emang keluarga, jadi kita make sampo bareng-bareng. jadi keluarga pake itu ya udah, kita emang dari dulu pakai Sunsilk.

Terus berarti Dian aware sama perubahan yang terjadi sama produk Sunsilk selama ini?

Iya. Mm, aware. Kalau aware kan berarti dari kemasannya kan pasti berubah. Kalau misalkan, pernah liat sih pernah nyadar waktu kecil. Dulu ee untuk tampilannya itu pakai foto model yang mana, eh udah beda lagi nih modelnya yang kayak gini. Terus emang yang baru sekarang emang itu ya bentuknya ee slim gitu, yang lengkung gitu-gitu. ee.. terus apa ya, paling ya perubahannya itu. Terus

(31)

biasanya kemasannya yang gede, kita kan beli soalnya untuk kapasitasnya keluarga, jadi belinya yang gede.

Terus kalau saya boleh tau ini, bagaimana Dian melihat kemasan produk sampo ini?

ee. sebenernya sih melihat kemasan produk sampo, Sunsilk doang maksudnya? Oo, ya kalau saya sih yang penting ini sih, kemasannya praktis aja, mudah. Terus emang kalau pas biar ngga gampang tumpah atau gimana, kayak gitu. Terus udah itu, kalau dalam tampilan, ya sebenernya ngaruh juga. Cuma biasanya kan karena di kamar mandi, yang penting gini aja mungkin biar gampang megangnya aja ya. Terus itu kalau kemasan kan ya. Ya sih, paling itu.

Bagaimana menurut Dian, sebuah produk sampo yang berkualitas itu?

Yang berkualitas, isinya atau di kemasannya doang? Ya menurut Dian, overall.

Ya kualitas ya berarti bagus isinya emang maksudnya dari produknya sendiri, bahan isinya sendiri memang bagus ada vitaminnya apa-apa. terus memang betul khasiatnya. Terus kalau selain itu juga.. apa ya lebih gampang digunakan aja, ngga gampang tumpah atau gimana. Terus gampang dikeluarin, ya gitu sih. Kan pernah ada misalkan yang sachet itu sampo terus dia ngga tumpah lagi, kaya gitu-gitu. itu bagus juga sih kaya gitu, menarik, maksudnya idenya boleh lah. Soalnya kan kalau sekali dibuka, kan gampang, kalau masih ada sisa kan ntar keluar lagi isinya, kan itu mengotori lah. Bagus juga sih ide yang sachet itu, cuma ngga keluar lagi yang gitu. Terus kalau yang, oya sih paling kendalanya itu. Kalau sampo ya itu kadang kita ngeluarin isi samponya terus suka pasti ada keluar-keluar gitu, mbeleber lah maksudnya, kotor aja, mungkin karena bentuknya bukan gel kali ya. Kayak gitu sih.

Terus pertanyaan berikutnya, menurut Dian produk sampo yang memiliki kesan berkualitas itu yang gimana?

Emm, biasanya sih orang melihat kualitasnya bisa dari emang bener-bener khasiatnya. Terus emang promosinya itu juga bagus, iklannya bagus. Terus yang ngiklaninnya juga yang jadi image produknya si aktornya itu dari profesional yang emang pakarnya. Terus ada risetnya, itu kan ada kan sekarang ada risetnya bener nih bisa bener-bener emang apa lah ketombe atau apa, jadi kan emang penting. Terus kalau kata saya sih emang promosi sih, itu penting banget, di iklan gitu kan orang ngeliatnya bisa juga emang orang terkenal lagi make apa, orang bisa aja gitu ngikutin gaya hidup dia pake produk sampo itu. Terus kalau dari packaging iya juga sih ngaruh, jadi asa beda kan kalau misalkan, kalau kita bepergian itu kan pasti dibawa-bawa kan, sampo pasti emang kebutuhan sehari-hari. ya kalau packaging nya bagus kan kita juga, wah ini orang pake ini ni samponya, jadi ngaruh juga sih kayaknya, kayaknya (tertawa)

(32)

Saya ingin tau lebih dalem, menurut Dian, bagaimana sih packaging itu dapat mempengaruhi kesan kualitas Dian terhadap sebuah produk sampo yang Dian pakai sekarang?

Em, bagaimana ya. Ya kesan awal sih ya dari penampilan tampak packagingnya dulu kan. Terus eh unik, udah gitu walaupun biasanya orang sih liat fungsionalnya yang kedua. Biasanya orang liat dari packagingnya dulu kan. Kalau ditambah dengan fungsionalnya juga, itu lebih bagus banget gitu kan. Udah tampilannya bagus terus fungsional itu lebih mendukung aja jadi berkualitas samponya. Ya ngaruh juga sih, maksudnya eee.. berkualitas tapi packaging nya jelek orang juga kan ngga mau beli sih kayaknya, gitu kan. Kaya misalkan botol apa, lagian kan mungkin susah dibawanya kalau gitu. Udah berat atau gimana ya. Beda kalau misalkan packaging nya udah bagus terus fungsionalnya juga kepake banget, itu kayaknya penting sih emang.

Terus tadi Dian nyebutin masalah bentuk. Nah bentuk yang bagaimana nih menurut Dian dari sebuah packaging?

(tertawa) bentuknya? Ya.. kayaknya harus diliat juga sih targetnya kemana, harusnya dibedain. Kalau misalnya untuk, eee...ini kayaknya apa target konsumennya keluarga, packagingnya kayak gini nih. Berarti emang harus gede atau gimana yang untuk kebutuhan keluarga. Terus kalau untuk orang yang bepergian, itu yang simpel-simpel aja, yang mudah dibawa terus yang ngga gampang pas kita pakai ngga meleber. Jadi memang praktis dibawa, itu emang kayaknya untuk yang bepergian. Jadi diliat ini konsumennya ini untuk yang bepergian atau yang untuk keluarga atau yang buat sehari-hari, terus macem-macem sih tergantung kita melihatnya ini skala.. Untuk yang keluarga kan berarti ada yang untuk bisa untuk perempuan juga, yang laki-laki juga bisa, anak-anak juga bisa masuk.

Tadi Dian nyebutin unik, pengertian unik di sini apa?

Unik ya maksudnya beda, beda aja sih. Bisa aja bentuknya beda dengan yang umum, bisa juga uniknya itu disesuaikan dengan fungsional sampo tersebut, bisa mengikuti ergonomis si tangan pemakainya biar gampang dibuka biar gampang dikeluarin isinya, jadi kaya gitu. Karna biar gampang dikeluarin kan berarti dari plastik atau gimana, ya bisa dari bentuknya bisa dari fungsional untuk si pemakainya.

Pertanyaan terakhir, berdasar pengalaman Dian memakai produk Susilk, bagaimana Dian melihat packaging Sunsilk selama ini mempengaruhi persepsi kesan kualitas Dian terhadap produk sampo Sunsilk?

Dikaitkan antara packaging dengan kualitasnya? Ya, yang Anda rasakan.

Referensi

Dokumen terkait

CHOERI Fiqih MI Roudlotut Tholibin Ash Shodiqin Maibit Rengel Tuban 24 25 13050623720009 ISBAH Fiqih MTs Muhammadiyah 1 Karangagung Palang Tuban 25. LPTK IAIN SUNAN

Penelitian yang berhubungan dengan reaksi terhadap market shock dilakukan oleh Galariotis, Kasimatis, dan Spyrou (2006), hasilnya menunjukan bahwa terjadi underreaction

BATAS DAERAH KUTAI KARTANEGARA DENGAN KABUPATEN KUTAI TIMUR.. PROVINSI

Namun penelitian Pasca Dwi Putra dan Roza Thohiri (2013), menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu

Pada kasus perangkingan limapuluh perusahaan terbesar di Indonesia, proses diskrimasi dalam kumpulan DMU efisien yang terjadi pada ranking pertama dan terakhir saja.

komitmen organisasi (Y). Nilai koefisien determinasi variabel organisasi lini dan kepuasan kerja perawat terhadap komitmen organisasi sebesar 0,173 menunjukan bahwa

Menyadari pohon yang sedang diperiksanya tidak ada kelapa muda ia lalu memeriksa pohon yang lain yang sudah ia hapal di mana letak-letak tumbuhnya.. Setelah memastikan di pohon ini

Pertanyaan utama yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah apakah dengan menggunakan model pembelajaran Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi