• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK TANAH SAWAH PADA TOPOSEKUEN BERBAHAN INDUK VOLKANIK DI DAERAH BOGOR JAKARTA TETI ARABIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARAKTERISTIK TANAH SAWAH PADA TOPOSEKUEN BERBAHAN INDUK VOLKANIK DI DAERAH BOGOR JAKARTA TETI ARABIA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK TANAH SAWAH

PADA TOPOSEKUEN BERBAHAN INDUK VOLKANIK

DI DAERAH BOGOR – JAKARTA

TETI ARABIA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009

(2)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Karakteristik Tanah Sawah pada Toposekuen Berbahan Induk Volkanik di Daerah Bogor – Jakarta, adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau yang dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan di dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Juni 2009

Teti Arabia

(3)

ABSTRACT

TETI ARABIA. The Characteristics of Paddy Soils at the Toposequence with Volcanic Parent Material in Bogor – Jakarta Area (Supervised by SARWONO HARDJOWIGENO, the Chair of Supervisor Commission; SUDARSONO, WIDIATMAKA, and NATA SUHARTA, the Members of Supervisor Commission).

The aims of the research were: (1) to study the characteristics and genesis of paddy soils at the toposequence with volcanic parent materials in Bogor – Jakarta area, (2) to study the influence of paddy cultivation intensity on the formation of surface gley, plow pan, Fe and Mn layer, (3) to study the movement of Fe and Mn soil, and (4) to study the mineralogy and classification of the soils. Twelve pedons, selected based on: (1) soils subgroup, and (2) cultivation intensity were investigated. Soil sample were collected from each horizon of the pedons for laboratory analysis. The result of the research shows that the morphology, the non-paddy soils consists only of tillage layer and the original soil layer. The once paddy a year soils, besides the tillage layer, show further horizonisation, including less visible plow pan layer (bulk density slightly higher than the tillage layer), Fe accumulation and Mn accumulation layer, and the original soil layer; meanwhile, the horizon of the twice a year paddy soils are as follows: more visible reduced tillage layer (chroma three month after harvesting ≤ 2), more visible plow pan layer (bulk density clearly higher than the tillage layer above it and the layer below it, and permeability and porosity lower), Fe and/or Mn accumulation layer, and the original soil layer. At higher elevation (Yellowish Brown and Brown Latosols), both the once a year and twice a year of paddy soils, the plow pan layer was found at a shallower depth (10 – 12 cm), while at the lower elevation (Reddish Brown and Red Latosols) it was found deeper (15 – 16 cm), with similar thickness (12 – 19 cm). At higher elevation (Yellowish Brown Latosols), Mn accumulation layer were thicker (72 - 86 cm) than at lower elevation, and in Reddish Brown Latosols (42 - 46 cm). The color of tillage layer of paddy soils is lighter than the lower layer. At harvesting time the chroma 0, three month after harvesting chroma 2, but one year after harvesting if not rice cultivated the colors approach to the original soils colors. The consistence of the tillage layer after harvesting (wet) were very sticky and very plastic, at one to three month no rice cultivation still slightly sticky, but after six to nine month becoming friable to very friable. The pedogenesis processes of paddy soils were Fe/Mn elluviation of tillage layer Fe/Mn illuviation in the lower depth. This indicated by Fed, Feo, and Fep, or Mnd, Mno, and Mnp, and the quantity of Fe or Mn mottles. The tillage layer of paddy soils contain higher weatherable minerals than non-paddy soils, due to mineral materials containing in the irrigation water or mineral material erupted from surrounding volcanoes. In the tillage layer of non-paddy soils, there were processes enrichment, decomposition, lessivage, and leusinization. But of in the paddy soils there were also elluviation and gleyzation. The soil that are regularly cultivated with paddy, there are changes in soil classification, e.i. Typic subgroup of the non paddy soils changes into Aquic subgroup in the once/year paddy soils, and Aquic suborder in the twice/year paddy soils.

(4)

RINGKASAN

TETI ARABIA. Karakteristik Tanah Sawah pada Toposekuen Berbahan Induk Volkanik di Daerah Bogor – Jakarta (Di bawah Bimbingan SARWONO HARDJOWIGENO sebagai Ketua Komisi Pembimbing; SUDARSONO, WIDIATMAKA, dan NATA SUHARTA sebagai Anggota Komisi Pembimbing).

Penelitian ini bertujuan: (1) mempelajari karakteristik dan genesis tanah yang disawahkan pada toposekuen berbahan induk volkanik di daerah Bogor – Jakarta; (2) mempelajari pengaruh intensitas penyawahan terhadap pembentukan lapisan glei permukaan, lapisan tapak bajak, lapisan akumulasi Fe, dan lapisan akumulasi Mn; (3) mempelajari sebaran Fe, Al, dan Mn di dalam tanah dalam bentuk oksida, amorf, dan organik; serta (4) mempelajari susunan mineralogi dan klasifikasi tanah sawah.

Sebagai hipotesis adalah: (1) penyawahan 2x padi/tahun menyebabkan pembentukan lapisan olah tereduksi lebih nyata dibandingkan dengan penyawahan 1x padi/tahun, (2) penyawahan 2x padi/tahun akan membentuk lapisan tapak bajak lebih nyata dibandingkan dengan penyawahan 1x padi /tahun, (3) pada suatu sekuen ketinggian, tanah sawah pada elevasi lebih tinggi mempunyai lapisan tapak bajak yang letaknya lebih dekat dari permukaan dibandingkan dengan tanah sawah pada elevasi lebih rendah, dan (4) pada suatu sekuen ketinggian, tanah sawah pada elevasi lebih tinggi mempunyai lapisan akumulasi Mn lebih tebal, dibandingkan tanah sawah pada elevasi lebih rendah.

Penelitian dilakukan dengan mengamati 12 pedon, diambil berdasarkan: (1) macam tanah, berturut-turut dari elevasi lebih tinggi (Latosol Coklat Kekuningan dan Latosol Coklat) ke elevasi lebih rendah (Latosol Coklat Kemerahan dan Latosol Merah); dan (2) lamanya tanah disawahkan dalam setahun (tanah tidak pernah disawahkan/kebun, tanah disawahkan 1x, dan tanah disawahkan 2x padi setahun). Bahan tanah yang disawahkan diambil pada saat tanah sedang tidak disawahkan (sedang ditanami palawija atau bera) dari tiap-tiap horison pada semua pedon, serta dianalisis sifat fisika, kimia, dan mineralogi. Data sekunder, data pengamatan lapangan, dan data laboratorium dianalisis secara

deskriptif-kuantitatif.

Dalam hal susunan horison tanah-tanah yang disawahkan, pada sawah 1x, di samping lapisan olah yang belum tereduksi (kroma > 2) telah terbentuk lapisan tapak bajak kurang nyata (bobot isi dan kandungan liat > dari lapisan di atasnya, permeabilitas dan porositas < dari lapisan di atasnya), lapisan akumulasi Fe, lapisan akumulasi Mn, dan lapisan tanah asal. Pada sawah 2x, susunan horisonnya terdiri dari lapisan olah yang telah mengalami reduksi, ditunjukkan oleh matriks dengan kroma rendah (0-2), lapisan tapak bajak yang lebih nyata, lapisan akumulasi Fe dan atau Mn, dan lapisan tanah asal.

Pada elevasi lebih tinggi, baik pada tanah yang disawahkan 1x maupun disawahkan 2x, lapisan tapak bajak dijumpai pada kedalaman yang lebih dangkal (10-12 cm). Sedangkan pada elevasi yang lebih rendah lapisan tapak bajak dijumpai pada kedalaman yang lebih dalam (15-16 cm), dengan ketebalan yang sama 12-19 cm. Pada elevasi lebih tinggi, pada tanah-tanah Latosol Coklat Kekuningan baik pada tanah yang disawahkan 1x maupun yang disawahkan 2x,

(5)

lapisan akumulasi Mn lebih tebal (72 – 86 cm). Sedangkan pada elevasi lebih rendah, tanah Latosol Coklat Kemerahan yang disawahkan memiliki lapisan akumulasi Mn lebih tipis (42 – 46 cm).

Warna tanah lapisan olah setelah panen masih mengalami reduksi (kroma 0), dan setelah tiga bulan tidak disawahkan ada yang masih berkroma rendah (2), tetapi setelah tidak disawahkan selama enam bulan atau lebih warnanya telah mendekati warna tanah asal seperti tanah yang tidak pernah disawahkan. Struktur tanah lapisan olah setelah panen masih tidak berstruktur (masif), dan setelah satu sampai tiga bulan tidak disawahkan telah terbentuk struktur gumpal bersudut, dengan ukuran besar sampai sedang, dan tingkat perkembangan masih lemah; tetapi setelah tidak disawahkan selama enam bulan atau lebih ukurannya semakin halus dan tingkat perkembangannya semakin kuat. Setelah panen kondisi lapisan olah masih basah sehingga konsistensinya sangat lekat dan sangat plastis; dan setelah satu sampai tiga bulan tanah tidak disawahkan dalam keadaan lembab berkonsistensi agak teguh; tetapi setelah tidak disawahkan enam bulan dan sembilan bulan konsistensinya menjadi sangat gembur, dan setelah satu tahun atau lebih tidak disawahkan konsistensinya sama seperti tanah tidak pernah disawahkan, yaitu gembur.

Setelah panen, lapisan olah memiliki nilai pH tanah 5.5, hampir mendekati netral. Setelah dikeringkan tiga sampai enam bulan tidak disawahkan, pH turun menjadi 5.4. Sembilan bulan tidak disawahkan menyebabkan pH turun menjadi 5.3 mendekati pH tanah yang tidak disawahkan (4.9 – 5.2). Penurunan pH tidak disertai oleh penurunan kejenuhan basa. Kandungan C-organik pada lapisan olah, pada tanah yang lebih sering disawahkan (2x padi/tahun) lebih tinggi dari tanah yang hanya disawahkan 1x/tahun. Penyawahan 2x dapat mempertahankan kandungan C-organik setara dengan kebun. Pada tanah yang disawahkan terjadi proses eluviasi Fe/Mn dari lapisan olah ke lapisan akumulasi Fe atau Mn, kemudian pada lapisan akumulasi Fe/Mn terjadi proses iliviasi, hal ini dibuktikan dari kandungan Fed, Feo, dan Fep atau Mnd, Mno, dan Mnp serta jumlah karatan Fe atau Mn paling tinggi pada lapisan tersebut.

Pada tanah-tanah yang disawahkan, pada lapisan olah mempunyai mineral mudah lapuk yang lebih tinggi dibandingkan tanah-tanah yang tidak disawahkan, yang berasal dari penambahan debu dari air irigasi atau dari bahan tutupan baru dari abu volkan G. Salak. Nisbah MSL/MML, pada lapisan olah tanah yang disawahkan 2x < tanah yang disawahkan 1x < tanah yang tidak disawahkan. Hal ini menunjukkan bahwa pada tanah yang tidak disawahkan pelapukannya lebih cepat dibandingkan tanah yang disawahkan 1x dan yang disawahkan 2x. Pada tanah-tanah yang tidak disawahkan dan yang disawahkan 1x, dijumpai mineral kristalin tipe 1:1 metahaloisit dan mineral-mineral-mineral oksida. Sedangkan tanah yang disawahkan 2x padi setahun hanya terdapat mineral metahaloisit.

Pada tanah-tanah yang tidak disawahkan di lapisan olah terjadi proses-proses enrichment, dekomposisi bahan organik, lessivage, dan leusinisasi. Sedangkan pada tanah-tanah yang disawahkan di samping proses- proses tersebut terjadi proses eluviasi Mn dan gleisasi. Klasifikasi tanah pada tanah-tanah yang disawahkan 1x memperlihatkan kondisi akuik pada tingkat subgrup, sedangkan pada tanah yang disawahkan 2x, kondisi akuik berada pada tingkat subordo. Kata Kunci: tanah-tanah disawahkan, lapisan olah tereduksi, lapisan tapak bajak, lapisan akumulasi Fe, lapisan akumulasi Mn

(6)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa

mencantumkan atau menyebutkan sumbernya

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penulisan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah;

b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

(7)

KARAKTERISTIK TANAH SAWAH

PADA TOPOSEKUEN BERBAHAN INDUK VOLKANIK

DI DAERAH BOGOR – JAKARTA

TETI ARABIA

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Program Studi Ilmu Tanah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009

(8)

Penguji luar komisi pada ujian tertutup:

Prof. Dr. Ir. Budi Mulyanto, M.Sc. (Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor)

Penguji luar komisi pada ujian terbuka:

1 Dr. Ir. Iskandar (Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor)

2 Dr. Ir. Achmad Hidayat, M.Sc. (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor)

(9)

Judul : Karakteristik Tanah Sawah pada Toposekuen Berbahan Induk Volkanik di Daerah Bogor – Jakarta

Nama Mahasiswa : Teti Arabia

NIM : 995030

Disetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Sarwono Hardjowigeno, M.Sc. Ketua

Prof. Dr. Ir. Sudarsono, M.Sc. Dr. Ir. Widiatmaka, DAA.

Anggota Anggota

Dr. Nata Suharta, M.S. Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Tanah

Dr. Ir. Atang Sutandi, M.Si. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S.

(10)

Karya Ilmiah ini kupersembahkan: untuk orang-orang terkasih yang telah tiada Alm./Almh. Ibunda Fatimah AR, Ayahanda M. Ali Nur, Ayah dari anak-anakku kanda Drs. Bachtiar Harun, nanda Dwi Kusumawati, nanda Al Kautsar ’Adnin, dinda Asnidar, dan keponakanku Nur Fadilla; serta untuk orang-orang tercinta yang setia mendampingiku kanda Edy Saputra, SE., nanda Mikhail Alfi, dan dinda Mirza Fadli.

(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat ALLAH S.W.T atas segala karunia-Nya sehingga disertasi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak Juli 2002 ini adalah tanah-tanah yang disawahkan, dengan judul Karakteristik Tanah Sawah pada Toposekuen Berbahan Induk Volkanik di Daerah Bogor – Jakarta. Penulis berterimakasih kepada: - Komisi Pembimbing Bapak Prof. Dr. Ir. Sarwono Hardjowigeno, M.Sc., sebagai

ketua; Bapak Prof. Dr. Ir. Sudarsono, M.Sc., Bapak Dr. Ir. Widiatmaka, DAA.; dan Bapak Dr. Nata Suharta, M.S.; sebagai anggota, atas bimbingan, bantuan dan arahannya.

- Penyelenggara Program Beasiswa BPPS Ditjen Pendidikan Tinggi, dan Pemda NAD atas dana pendidikan dan penelitian yang diberikan.

- Kepala Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB, beserta para laboran: Ibu Oktori, Ibu Yani, Bpk. Maspadin, Bpk. Sumantri, Bpk. Kasmun, Bpk. Ade, dan Bpk. Herman, atas bantuan analisa tanah. Kepala Perpustakaan Tanah IPB beserta Ibu Tini, atas pinjaman buku. Supir PS I. Tanah Alm. Bpk. Amit dan Bpk. Romli, atas bantuan di lapangan.

- Kepala Pusat, Kepala Badan, dan Kepala Laboratorium, serta Kepala Perpustakaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat; beserta Bpk. Dr. Ir. Fauzi Isa, Bpk. B. Hendro P., M.Sc, Bpk. Pramuji, B.Sc, Ibu Isni, Ibu Pipih P., B.Sc, Bpk. Hidayat, Ibu Rohmah, dan Bpk. Arif Syarifuddin; atas bantuan analisa tanah, pinjaman buku dan peta, serta bantuan di lapangan. - Kel. Besar Prof. H. Sarwono H., atas penerimaan sebagai anggota keluarga.

Teman-teman seangkatan Dr. D. Subardja S., Dr. Afra D. N. Makalew, Dr. Sukarman, Dr. Neneng L. Nuraida, Dr. I Made Subiksa, Dr. Subowo, Dr. Ai Dariah, Dr. Kusumo Nugroho, Dr. Mulyadi D. Mario, Dr. Wiwik Hartatik., Dr. Lilik T. I., Ir. Moentoha S., M.S., kandidat Dr; Ir. Umi Haryati, kandidat Dr; Ninuk C. Angraeni, S.P., M.Si., Ir. I Wayan Suastika, M.Si., dan Ir. Masykur, M.Si., atas persahabatan, bantuan, dan saran.

- Yang saya muliakan: Alm./Almh. Ayahanda M. Ali Nur, Ibunda Fatimah AR., Kkd. Drs. Bachtiar Harun, Ananda Dwi Kusumawati dan Al-Kautsar ‘Adnin, Keponakanku Nur Fadilla, dan Iparku Asnidar yang telah dipanggil kepangkuan Ilahi pada musibah gempa dan gelombang tsunami tanggal 26 Desember 2004; serta Alm./Almh. Ayahanda Harun dan Ibunda Hj. Aisyah, Add. Rita Arfah, juga Kkd.Zainuddin Harun; atas pengorbanan, dorongan, doa, kasih sayang, dan penantian yang panjang; tak ada kata tepat, selain semoga mereka mendapat tempat yang mulia di sisi ALLAH SWT., Amin.

- Yang tercinta: Suamiku Kkd. Edy Saputra, SE., ananda Mikhail Alfi, adinda Mirza Fadli, Ibu dan Ayah Mertua Hj. Idarwati dan H.Abu Bakar, atas pengorbanan, doa, dan kasih sayang yang diberikan. Dan semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat disebut satu-persatu.

Akhir kata, hanya ALLAH SWT. yang dapat membalas segala kebaikan. Tak ada gading yang tak retak, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan, semoga penelitian ini bermanfaat adanya. Amin.

Bogor, Juni 2009

(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banda Aceh pada tanggal 14 September 1961. Merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan orangtua Alm. M. Ali Nur dan Almh. Fatimah AR.

Pendidikan sarjana ditempuh pada Program Studi Ilmu Tanah, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, lulus tahun 1985. Pada tahun 1991 lulus pada Fakultas Pascasarjana Program S2 Institut Pertanian Bogor. Pada tahun 1999 mendapat kesempatan melanjutkan program Doktor pada Program Studi Ilmu Tanah Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Beasiswa untuk pendidikan S3 diperoleh dari BPPS Dikti (2000 – 2003).

Sejak tahun 1986 menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil, dan dari tahun 1987 hingga sekarang sebagai staf pengajar pada Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Selama mengikuti program S3, penulis menjadi anggota Himpunan Ilmu Tanah Indonesia.

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Toposekuen Berbahan Induk Volkanik di Daerah Bogor- Jakarta ... 4

Tanah Sawah ... 8

Pembentukan Lapisan Padat dan Jenis-jenisnya ... 22

Mineralogi Tanah-tanah yang Berkembang dari Bahan Volkan ... 26

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Lokasi Penelitian ... 34

Topografi dan Bentuk Wilayah ... 34

Geologi dan Bahan Induk ... 39

Keadaan Iklim ... 40

Vegetasi dan Penggunaan Lahan ... 46

Keadaan Tanah ... 47

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu ... 50

Bahan Penelitian ... 50

Metode Penelitian ... 50

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Morfologi dan Fisik Tanah ... 56

Sifat Kimia Tanah ... 91

Sifat Mineralogi Tanah ... 122

Proses Pedogenesis ... 136

Klasifikasi Tanah ... 147

PEMBAHASAN UMUM Karakterisasi ... 165

Identifikasi ... 168

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 170

Saran ... 172

DAFTAR PUSTAKA ... 173

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Penyebaran tanah pada toposekuen Latosol (lahan kering) berbahan

induk volkanik di daerah Bogor – Jakarta ... 6

2 Data rata-rata curah hujan, hari hujan, suhu udara, dan suhu tanah di stasiun Depok, Cibinong, Darmaga, dan Ciawi selama 10 tahun (1977 –1986) di daerah penelitian ... 45

3 Luas dan jenis penggunaan lahan di Kabupaten Bogor tahun 2003 ... 47

4 Lokasi pengambilan bahan tanah di daerah penelitian ... 52

5 Sifat-sifat tanah yang dianalisis, metode dan penggunaannya ... 55

6 Susunan horison tanah sawah Latosol Coklat Kekuningan dan Latosol Coklat berdasarkan intensitas penanaman padi pada elevasi 400-650 meter dari permukaan laut ... 59

7 Susunan horison tanah sawah Latosol Coklat Kemerahan dan Latosol Merah berdasarkan intensitas penanaman padi pada elevasi 400-650 meter dari permukaan laut ... 64

8 Sifat morfologi tanah Latosol Coklat Kekuningan dan Latosol Coklat pada elevasi 400-650 meter dari permukaan laut ... 67

9 Sifat morfologi tanah Latosol Coklat Kemerahan dan Latosol Merah pada elevasi 90-155 meter dari permukaan laut ... 69

10 Sifat fisika tanah Latosol Coklat Kekuningan dan Latosol Coklat pada elevasi 400-650 meter dpl. ... 77

11 Sifat fisika tanah Latosol Coklat Kemerahan dan Latosol Merah pada elevasi 90-155 meter dpl. ... 79

12 Sifat kimia tanah Latosol Coklat Kekuningan Latosol Coklat pada elevasi 400-650 meter dari permukaan laut ... 92

13 Sifat kimia tanah Latosol Coklat Kemerahan Latosol Merah pada elevasi 90-155 meter dari permukaan laut. ... 95

14 Hasil analisis Fe, Al, dan Mn (ditionit, oksalat dan pirofosfat) pada horison pewakil tanah Latosol Coklat Kekuningan Latosol Coklat pada elevasi 400-650 meter dari permukaan laut ... 107

(15)

Halaman

15 Hasil analisis Fe ,Al, dan Mn (ditionit, oksalat dan pirofosfat) pada horison pewakil tanah Latosol Coklat Kemerahan Latosol Merah pada

elevasi 90-155 meter dari permukaan laut ... 114

16 Susunan mineral fraksi pasir pada horison pewakil di daerah

penelitian ... 124

17 Proses pedogenesis yang dominan pada beberapa lapisan tanah berdasarkan intensitas penanaman padi sawah Latosol Coklat Kekuningan dan Latosol Coklat pada elevasi 400-650 meter dari

permukaan laut ... 138

18 Proses pedogenesis yang dominan pada beberapa lapisan tanah berdasarkan intensitas penanaman padi sawah Latosol Coklat Kemerahan dan Latosol Merah pada elevasi 90-155 meter dari

permukaan laut ... 141

19 Penentuan kelas mineralogi pada horison pewakil di daerah

penelitian ... 153

20 Karakteristik penciri tanah yang digunakan untuk klasifikasi tanah di

daerah penelitian ...…... 155

21 Klasifikasi tanah pada tingkat famili di daerah penelitian ... 156

22 Karakterisasi Latosol Coklat Kekuningan dan Latosol Coklat berdasarkan intensitas penanaman padi pada elevasi 90-155 m dpl. ... 166

23 Karakterisasi Latosol Coklat Kemerahan dan Latosol Merah berdasarkan intensitas penanaman padi pada elevasi 90-155 m dpl. ... 167

(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Profil tanah sawah sekitar Bogor (Koenigs, 1950) ... 11

2 Profil tanah sawah tipikal dengan air tanah relatif dangkal (Moormann dan van Breemen, 1978) ……….………... 13

3 Skema diagram perkembangan profil tanah sawah pada lahan kering dan lahan basah (Kanno, 1978) ... 13

4 Mekanisme perubahan besi oksida kristalin menjadi besi oksida amorf (Moormann dan van Breemen, 1978) ... 18

5 Peta lokasi penelitian ... 35

6 Peta topografi daerah Ciawi, Cijeruk dan sekitarnya ... 36

7 Peta topografi daerah Kemang, Dramaga dan sekitarnya ... 37

8 Peta topografi daerah Depok, Bojonggede dan sekitarnya ... 38

9 Peta geologi daerah Ciawi, Cijeruk dan sekitarnya ... 41

10 Peta geologi daerah Kemang, Dramaga dan sekitarnya ... 42

11 Peta geologi daerah Depok, Bojonggede dan sekitarnya ... 43

12 Peta sebaran jenis tanah daerah Bogor dan Depok ... 49

13 Skema toposekuen daerah Bogor-Jakarta ... 51

14 Posisi pedon-pedon Latosol Coklat Kekuningan dan morfologi penampang melintangnya pada elevasi 400-650 meter dari permukaan laut ... 57

15 Posisi pedon-pedon Latosol Coklat dan morfologi penampang melintangnya pada elevasi 400-650 meter dari permukaan laut ... 58

16 Posisi pedon-pedon Latosol Coklat Kemerahan dan morfologi penampang melintangnya pada elevasi 90-155 meter dari permukaan laut ... 62

17 Posisi pedon-pedon Latosol Merah dan morfologi penampang melintangnya pada elevasi 90-155 meter dari permukaan laut ... 63

(17)

Halaman

18 Distribusi bobot isi, permeabilitas dan porositas di dalam profil tanah Latosol Coklat Kekuningan pada elevasi 400-650 meter dari

permukaan laut ... 82

19 Distribusi bobot isi, permeabilitas dan porositas di dalam profil tanah

Latosol Coklat pada elevasi 400-650 meter dari permukaan laut ... 85

20 Distribusi bobot isi, permeabilitas dan porositas di dalam profil tanah Latosol Coklat Kemerahan pada elevasi 90-155 meter dari permukaan

laut ... 87

21 Distribusi bobot isi, permeabilitas dan porositas di dalam profil tanah

Latosol Merah pada elevasi 90-155 meter dari permukaan laut ... 89

22 Kurva sebaran Fe, dan Mn (ditionit, oksalat dan pirofosfat) dalam profil tanah Latosol Coklat Kekuningan pada elevasi 400-650 meter

dari permukaan laut ... 108

23 Kurva sebaran Fe dan Mn (ditionit, oksalat dan pirofosfat) dalam profil tanah Latosol Coklat pada elevasi 400-650 meter dari permukaan

laut ... 112

24 Kurva sebaran Fe dan Mn (ditionit, oksalat dan pirofosfat) dalam profil tanah Latosol Coklat Kemerahan pada elevasi 90-155 meter dari

permukaan laut ... 115

25 Kurva sebaran Fe dan Mn (ditionit, oksalat dan pirofosfat) dalam profil tanah Latosol Merah pada elevasi 90-155 meter dari permukaan

laut ... 117

26 Kurva sebaran Al (ditionit, oksalat, dan pirofosfat) dalam profil tanah Latosol Coklat Kekuningan dan Latosol Coklat pada elevasi 400-650

meter dari permukaan laut ... 119

27 Kurva sebaran Al (ditionit, oksalat, dan pirofosfat) dalam profil tanah Latosol Coklat Kemerahan dan Latosol Merah pada elevasi 90-155

meter dari permukaan laut ... 121

28 Pola difraksi sinar-X (XRD) fraksi liat di horison Bw2 pedon TA5

(kebun) pada tanah Latosol Coklat Kekuningan ... 130

29 Pola difraksi sinar-X (XRD) fraksi liat di horison ABd(fe) pedon TA4

(sawah 1x) pada tanah Latosol Coklat Kekuningan ... 130

30 Pola difraksi sinar-X (XRD) fraksi liat di horison Ad pedon TA3

(sawah 2x) pada tanah Latosol Coklat Kekuningan ... 130 xvii

(18)

Halaman

31 Kurva analisis beda termal (DTA) fraksi liat pada tanah Latosol Coklat

Kekuningan ... 130

32 Pola difraksi sinar-X (XRD) fraksi liat di horison Bw2 pedon TA6

(kebun) pada tanah Latosol Coklat ... 133

33 Pola difraksi sinar-X (XRD) fraksi liat di horison ABd pedon TA2

(sawah 1X) pada tanah Latosol Coklat ... 133

34 Pola difraksi sinar-X (XRD) fraksi liat di horison Ad(fe) pedon TA1

(sawah 2x) pada tanah Latosol Coklat ... 133

35 Kurva analisis beda termal (DTA) fraksi liat pada tanah Latosol

Coklat ... 133

36 Pola difraksi sinar-X (XRD) fraksi liat di horison Bo1 pedon TA14

(kebun) pada tanah Latosol Coklat Kemerahan ... 135

37 Pola difraksi sinar-X (XRD) fraksi liat di horison Bdo pedon TA8

(sawah 1x) pada tanah Latosol Coklat Kemerahan ... 135

38 Pola difraksi sinar-X (XRD) fraksi liat di horison ABdg pedon TA7

(sawah 2x) pada tanah Latosol Coklat Kemerahan ... 135

39 Kurva analisis beda termal (DTA) fraksi liat pada tanah Latosol Coklat

Kemerahan ... 135

40 Pola difraksi sinar-X (XRD) fraksi liat di horison Bo1 pedon TA13

(kebun) pada tanah Latosol Merah ... 137

41 Pola difraksi sinar-X (XRD) fraksi liat di horison Bdoc pedon TA12

(sawah 1x) pada tanah Latosol Merah ... 137

42 Pola difraksi sinar-X (XRD) fraksi liat di horison Adg(fe) pedon TA9

(sawah 2x) pada tanah Latosol Merah ... 137

43 Kurva analisis beda termal (DTA) Fraksi Liat pada tanah Latosol

Merah ... 137

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Perhitungan regim kelembaban tanah dengan menggunakan

program Newhall Simulation Model (NSM) di stasiun Ciawi ... 181

2 Perhitungan regim kelembaban tanah dengan menggunakan program Newhall Simulation Model (NSM) di stasiun Semplak ... 183

3 Ikhtisar deskripsi lingkungan pedon-pedon di daerah penelitian ... 185

4 Deskripsi profil pedon TA5 ... 186

5 Deskripsi profil pedon TA4 ... 187

6 Deskripsi profil pedon TA3 ... 189

7 Deskripsi profil pedon TA6 ... 191

8 Deskripsi profil pedon TA2 ... 192

9 Deskripsi profil pedon TA1 ... 194

10 Deskripsi profil pedon TA14 ... 195

11 Deskripsi profil pedon TA8 ... 196

12 Deskripsi profil pedon TA7 ... 197

13 Deskripsi profil pedon TA13 ... 199

14 Deskripsi profil pedon TA12 ... 200

15 Deskripsi profil pedon TA9 ... 201

Referensi

Dokumen terkait