• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN LIMBAH AMPAS TAHU SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC) Oleh SISKA SEPTIYANI NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANFAATAN LIMBAH AMPAS TAHU SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC) Oleh SISKA SEPTIYANI NIM"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN LIMBAH AMPAS TAHU SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC)

Oleh

SISKA SEPTIYANI NIM. 100500181

PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA 2013

(2)

PEMANFAATAN LIMBAH AMPAS TAHU SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC)

Oleh: SISKA SEPTIYANI

NIM. 100500181

Karya Ilmiah sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

S A M A R I N D A 2013

(3)

PEMANFAATAN LIMBAH AMPAS TAHU SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC)

Oleh SISKA SEPTIYANI

NIM. 100500181

Karya Ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

S A M A R I N D A 2013

(4)

HALAMAN PENGESAHAN

Taufiq Rinda A., S.Si., M.Pd. Ir. Taman Alex, MP Fachruddin Azwari ST., M. Si NIP. 197805172009121002 NIP. 196012121989031008 NIP.197505212008121001

Menyetujui, Mengesahkan,

Ketua Program Studi Manajemen Ketua Jurusan Manajemen

Lingkungan, Pertanian

Ir. Dadang Suprapto, MP Ir. Hasanudin, MP NIP.196201011988031003 NIP.196308051989031005

Lulus ujian pada tanggal:……….

Judul Karya Ilmiah : Pemanfaatan Limbah Ampas Tahu Sebagai Bahan Baku Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC)

Nama : Siska Septiyani NIM : 100500181 Program Studi :

Jurusan :

Manajemen Lingkungan Manajemen Pertanian

(5)

ABSTRAK

SISKA SEPTIYANI, Pemanfaatan Limbah Ampas Tahu Sebagai Bahan Baku Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) dibawah bimbingan TAUFIQ RINDA ALKAS.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh produksi tahu yang saat ini masih dilakukan dengan teknologi sederhana yang sebagian dibuat oleh pengrajin sendiri dalam skala rumah tangga atau industri kecil, sehingga efisiensi penggunaan sumber daya yaitu air dan bahan kedelai dirasakan masih rendah dan tingkat produksi limbahnya sangat tinggi, salah satu limbah yang dihasilkan yaitu limbah ampas tahu. Jika limbah tersebut dibiarkan tidak dikelola dengan baik maka akan mencemari lingkungan di sekitar pabrik tahu tersebut. Maka limbah ampas tahu tersebut dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair yang memiliki 2 fungsi yaitu untuk meminimalisasi limbah agar tidak mencemari lingkungan dan untuk meningkatkan pendapatan ekonomi dari penjualan pupuk organik cair tersebut.

Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat pupuk organik cair dari limbah ampas tahu serta menganalisa sifat fisika (suhu, warna dan bau) dan sifat kimia (pH dan C-organik) dari pupuk yang dihasilkan. Penelitian ini disusun dengan 3 perlakuan yang berbeda, perlakuan yang pertama yaitu menggunakan limbah ampas tahu, air dan EM4, perlakuan yang kedua menggunakan limbah ampas tahu dan air kelapa, perlakuan yang ketiga menggunakan limbah ampas tahu, air kelapa dan EM4. Pengolahan data dari penelitian ini dilakukan dengan statistik sederhana (perhitungan rata-rata).

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai cara pembuatan pupuk organik cair dari limbah ampas tahu serta memberikan rekomendasi pemanfaatan limbah ampas tahu untuk digunakan sebagai Pupuk Organik Cair (POC).

Kata kunci: Limbah Ampas Tahu, Pupuk Organik Cair, Air Kelapa dan Starter EM4.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Siska Septiyani lahir pada tanggal 17 September 1992 di Jakarta Timur. Merupakan anak pertama dari pasangan Suminten dan Untung Pratama.

Tahun 1997 memulai pendidikan di Taman Kanak -kanak (TK) Al-Hidayah Pikatan dan lulus pada tahun 1998. Kemudian pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan di SDN Pikatan 1 dan lulus tahun 2004. Setelah mendapatkan ijazah Sekolah Dasar (SD) lalu melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Srengat dan lulus pada tahun 2007. Kemudian melanjutkan pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kota Blitar, mengambil jurusan IPS dan mendapatkan ijazah tahun 2010. Kemudian tahun 2010 melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda (POLITANI) Jurusan Manajemen Pertanian Program Studi Manajemen Lingkungan.

Pada tahun 2013 mengikuti Praktik Kerja Lapang (PKL) di CV. Arjuna di Kelurahan Makroman, Sambutan, Pulau Atas, Kecamatan Samarinda Ilir, Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala, karena atas berkat Rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jl. Aster RT 7 RW 3 Loa Buah, yang kemudian dilanjutkan dengan pengujian di Laboratorium Tanah dan Air. Penelitian ini merupakan syarat untuk menyelesaikan tugas akhir di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan mendapat sebutan Ahli Madya.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Bapak Taufiq Rinda Alkas, S.Si.,M.Pd. selaku dosen pembimbing 2. Bapak Ir. Noorhamsyah, MP selaku Kepala Laboratorium Tanah dan Air. 3. Bapak Ir. Taman Alex, MP selaku penguji I.

4. Bapak Fachruddin Azwari ST., M. Si selaku penguji II.

5. Bapak Ir. Dadang Suprapto, MP selaku Ketua Program Studi Manajemen Lingkungan.

6. Bapak Ir. Hasanudin MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian.

7. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 8. Para staf pengajar, administrasi dan teknisi di Program Studi Manajemen

Lingkungan.

9. Seluruh anggota keluarga dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan motivasi dan dukungan demi terwujudnya Karya Ilmiah ini.

10. Dan seluruh rekan-rekan mahasiswa semester VI Manajemen Lingkungan. Penulis ucapkan terima kasih.

Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan, namun semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Amin

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

A. Tinjauan Umum Tahu ... 3

B. Limbah Ampas Tahu ... 6

C. Pupuk Organik Cair ... 7

D. Air Kelapa ... 9

E. Starter EM4……… .. 10

BAB III METODE PENELITIAN ... 11

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 11

B. Alat dan Bahan ... 11

C. Prosedur Penelitian ... 12

D. Pengambilan dan Pengolahan Data……….... 13

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 15

A. Hasil ... 15

B. Pembahasan ... 18

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 21

A. Kesimpulan ... 21

B. Saran ... 22 DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Tubuh Utama Halaman 1. Standar Kualitas Pupuk Organik Cair ... 8 2. Data Nilai Rata-rata Sifat Fisik Pupuk Organik Cair ... 15 3. Data Nilai Rata-rata Sifat Kimia Pupuk Organik Cair ... 16 4. Perbandingan Hasil Analisa Pupuk Organik Cair dari Limbah

Ampas Tahu dengan Standar Baku Mutu Pupuk Organik Cair

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Tubuh Utama Halaman

1. Grafik Nilai Rata-rata Sifat Fisik Pupuk Organik Cair... 16

2. Grafik Nilai Rata-rata Sifat Kimia ... 17

Lampiran 1. Hasil Uji Pupuk Organik Cair di Laboratorium………. 26

2. Proses Pengukuran Bahan ………... 27

3. Proses Pencampuran Bahan………. 28

4. Proses Penyaringan Pupuk Organik Cair……… 29

5. Proses Pemberian Label di Laboratorium……….. 30

(11)

BAB I PENDAHULUAN

Tahu merupakan makanan yang digemari masyarakat, baik masyarakat kalangan bawah hingga atas. Keberadaannya sudah lama diakui sebagai makanan yang sehat, bergizi dan harganya murah. Hampir di setiap kota di Indonesia dijumpai industri tahu. Proses pembuatan tahu masih sangat tradisional dan banyak memakai tenaga manusia. Bahan baku utama yang digunakan adalah kedelai (Glycine soja).

Produksi tahu masih dilakukan dengan teknologi yang sederhana yang sebagian dibuat oleh para pengrajin sendiri dalam skala industri rumah tangga atau industri kecil, sehingga tingkat efisiensi penggunaan sumber daya yaitu air dan bahan kedelai dirasakan masih rendah dan tingkat produksi limbahnya sangat tinggi (Kaswinarni, 2007). Industri rumah tangga tahu merupakan sektor yang potensial dalam upaya penyerapan tenaga kerja, terutama di daerah yang padat penduduknya.

Industri kecil ini umumnya mempunyai modal kecil atau lemah, sehingga masih banyak keterbatasan yang harus mereka tanggulangi, diantaranya penanganan limbah. Dengan keterbatasan tersebut biasanya ampas tahu dimanfaatkan untuk makanan ternak dan kompos bila berlebihan hanya dibuang. Limbah yang terbuang tersebut menimbulkan bau busuk dan menjadi sumber penyakit. Dengan dasar pemikiran tersebut penulis ingin mencoba memanfaatkan limbah ampas tahu sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik cair, agar limbah tersebut bisa diminimalisasi. Selain dapat meminimalisasi limbah juga dapat meningkatkan pendapatan ekonomi dari pembuatan pupuk organik cair tersebut. Di

(12)

pasaran harga pupuk organik cair mahal sehingga dapat memberikan pemasukan bagi masyarakat sekitar.

Penelitian ini bertujuan untuk membuat pupuk organik cair dari limbah ampas tahu dan menganalisa sifat fisika (suhu, warna dan bau) dan kimia (pH dan C-organik) pupuk yang dihasilkan. Penelitian ini disusun dengan 3 perlakuan yang berbeda, perlakuan yang pertama yaitu menggunakan limbah ampas tahu, air dan EM4, perlakuan yang kedua menggunakan limbah ampas tahu dan air kelapa, perlakuan yang ketiga yaitu limbah ampas tahu, air kelapa dan EM4. Proses pembuatan pupuk organik cair dari limbah ampas tahu ini dilakukan selama 2 minggu.

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi mengenai cara pembuatan pupuk organik cair dari limbah ampas tahu serta dapat memberikan rekomendasi pemanfaatan limbah ampas tahu untuk digunakan sebagai Pupuk Organik Cair (POC).

(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tahu

Tahu pertama kali dibuat oleh masyarakat Tionghoa di daratan Cina.Tahu sudah mulai dikenal masyarakat Tionghoa sejak 2200 tahun yang lalu, tepatnya sejak Dinasti Han memegang kekuasaan. Karena itu, hingga kini tahu selalu identik dengan masyarakat Tionghoa. Di Cina, tahu sudah merakyat dan menjadi makanan sangat populer. Pembuatan tahu di Indonesia pertama kali diperkenalkan oleh para pedagang dan imigran Cina yang datang dan menetap di Indonesia. Sebelum populer di Asia Tenggara, tahu terlebih dahulu menyebar ke Jepang dan dikenal dengan nama tofu. Karena prosesnya yang mudah dan bahan-bahannya yang murah, tahu dibuat oleh masyarakat Indonesia. Makanan ini pun digemari oleh seluruh lapisan masyarakat, dari masyarakat nelayan di pinggir pantai sampai petani di lereng gunung (Anonim, 2007).

Sebenarnya proses pembuatan tahu tidak serumit yang kita bayangkan. Hanya perlu ketelatenan dalam proses pembuatannya. Kunci utama pembuatan tahu adalah melarutkan kandungan protein yang terdapat di dalam kedelai dengan air kemudian memadatkannya kembali hingga menjadi tahu. Berikut ini merupakan tahapan pembuatan tahu yang umum dilakukan oleh para pembuat tahu (Anonim, 2007) :

1. Cuci kedelai dengan air bersih untuk membuang kotoran yang masih tercampur dengan kedelai. Batu-batuan dan biji lainnya yang bukan kedelai juga sebaiknya dibuang.

(14)

2. Rendam kedelai dengan air bersih selama 3-4 jam. Perendaman kedelai sebaiknya menggunakan air bersih agar tidak mengurangi cita rasa tahu yang dihasilkan. Setelah direndam, kedelai dicuci dengan air bersih hingga berkali-kali. Setelah itu,kedelai ditiriskan untuk digiling dengan mesin penggiling.

3. Kedelai yang sudah direndam,selanjutnya digiling dengan mesin penggiling sampai halus. Sewaktu digiling sebaiknya kedelai dicampur dengan air. Para pengrajin tahu umumnya membuat kran tepat di atas tempat masuknya kedelai. Kran ini berguna untuk mengocorkan air ketika kedelai sedang digiling. Namun, air yang digunakan sebaiknya air hangat agar bau khas kedelainya bisa sedikit berkurang.

4. Kedelai yang sudah digiling halus selanjutnya direbus hingga matang. Perebusan dilakukan selama 20-30 menit atau hingga air mendidih. Umumnya, para perajin tahu merebus kedelai halus ke dalam drum oli bekas berukuran 200 liter. Perebusan dilakukan dengan bahan bakar berupa kayu bakar. Selama perebusan, adonan tahu sekali-kali diaduk.

5. Bubur kedelai yang sudah direbus dan matang kemudian diambil sari tahunya. Caranya, bubur kedelai dibungkus dengan menggunakan kain screen atau lebih dikenal kain saringan tahu. Setelah itu, bubur tahu ini diberi pemberat, baik berupa batu ataupun balok. Tujuannya agar sari tahu keluar dan menyisakan ampasnya.

6. Sari tahu hasil penyaringan selanjutnya diendapkan ke dalam wadah yang umumnya berupa bak semen bundar atau drum. Pengendapan ini oleh para pembuat tahu sering disebut dengan pembumbuan. Agar sarinya mengendap

(15)

dan keras menjadi tahu, sebaiknya dicampur dengan asam cuka. Lama pengendapan lebih kurang setengah jam. Jangan lupa untuk mengaduknya hingga rata.

7. Setelah sari tahu mengendap, sebaiknya air dipisahkan dari endapan. Sebagian lagi bisa disimpan untuk pengendapan esok hari. Cara memisahkan air dari endapan ini bisa dilakukan dengan menaruh saringan dari bambu (ayakan), kemudian air yang meresap dalam ayakan ini dipisahkan ke tempat lain dengan gayung.

8. Endapan yang tersisa kemudian dicetak dalam papan yang sudah diberi alas dengan kain saringan tahu. Cara pengambilannya dilakukan dengan serokan alumunium. Setelah endapan dituang dan tingginya sudah hampir rata dengan bibir kotak pembatas, kain saringan tahu yang tersisa dilipat ke atas. Sementara itu, bagian atasnya ditutup lagi dengan alas blabak lainnya.Papan untuk penutup ini selanjutnya bisa diisi dengan endapan tahu lagi untuk dicetak. Maksimal penumpuk blabak tahu adalah lima tumpuk. Setelah selesai, diamkan selama 15 menit.

9. Setelah dicetak, tahu dibuka dan dipindahkan ke papan lain yang diletakkan di atas rak. Tujuannya adalah untuk mengentaskan kadar airnya. Lima menit kemudian, tahu siap dipotong-potong sesuai selera.

10. Untuk tahu putih, setelah dipotong-potong tahu siap dijual. Sementara itu, untuk tahu cokelat digoreng dulu hingga matang, lebih kurang selama satu menit. (Anonim, 2007).

(16)

Tahu sebagai hasil olahan kacang kedelai, merupakan makanan andalan untuk perbaikan gizi karena tahu mempunyai mutu protein nabati terbaik karena mempunyai komposisi asam amino paling lengkap dan diyakini memiliki daya cerna yang tinggi (sebesar 85% -98%). Kandungan gizi dalam tahu, memang masih kalah dibandingkan lauk pauk hewani, seperti telur, daging dan ikan. Namun, dengan harga yang lebih murah, masyarakat cenderung lebih memilih mengkonsumsi tahu sebagai bahan makanan pengganti protein hewani untuk memenuhi kebutuhan gizi (Anonim, 2012a).

Pada tahu, terdapat berbagai macam kandungan gizi, seperti protein, lemak, karbohidrat, kalori dan mineral, fosfor, vitamin B-kompleks seperti thiamin, riboflavin, vitamin E, vitamin B12, kalium dan kalsium (yang bermanfaat mendukung terbentuknya kerangka tulang). Dan paling penting, dengan kandungan sekitar 80% asam lemak tak jenuh tahu tidak banyak mengandung kolesterol, sehingga sangat aman bagi kesehatan jantung. Bahkan karena kandungan hidrat arang dan kalorinya yang rendah, tahu merupakan salah satu menu diet rendah kalori.

B. Limbah Ampas Tahu

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Dimana masyarakat bermukim, disanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Banyak jenis limbah dapat dimanfaatkan kembali melalui daur ulang ataupun diubah menjadi produk lain yang berguna, misalnya limbah dari industri pangan seperti limbah ampas tahu. Limbah ampas tahu merupakan limbah yang berasal dari industri tahu (Anonim, 2012b).

(17)

Menurut Nur (2002) dalam Danial et al. (2009), ampas tahu mengandung N, P, K, Ca, Mg, dan C organik yang berpotensi untuk meningkatkan kesuburan tanah. Oleh karenanya ampas tahu masih dapat dimanfaatkan untuk bidang pertanian misalkan sebagai bahan baku pupuk.

C. Pupuk Organik Cair

Pupuk Organik Cair merupakan pupuk daun yang cara pemberiannya melalui penyemprotan ke daun. Sebelum disemprotkan, umumnya pupuk daun perlu diencerkan dengan konsentrasi tertentu (Lingga dan Marsono, 2006). Sedangkan menurut Hadisuwito (2009) pupuk organik cair adalah larutan dari hasil pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang mengandung unsur hara lebih dari satu unsur. Kelebihan dari pupuk organik ini adalah dapat secara cepat mengatasi defesiensi hara, tidak bermasalah dalam pencucian hara dan mampu menyediakan hara secara cepat. Dibandingkan dengan pupuk cair anorganik, pupuk organik cair umumnya tidak merusak tanah dan tanaman walaupun digunakan sesering mungkin.

Menurut Parnata (2004), pupuk organik cair adalah pupuk yang kandungan bahan kimianya maksimum 5 %. Pengaplikasian pupuk organik cair dengan cara disemprotkan ke seluruh bagian tanaman, sehingga dapat memacu memperlancar penyerapan, penyaluran dan pendistribusian mineral ke seluruh bagian tanaman, terutama daun dan tunas. Purwendro dan Nurhidayat (2007) menambahkan, supaya lebih efektif, penyerapan dilakukan pada saat matahari sudah terbit agar zat yang ada pada pupuk tersebut dapat langsung dipakai oleh tanaman dalam proses

(18)

fotosintesis. Pengaplikasian pupuk organik cair umumnya disemprot ke daun dengan menggunakan sprayer.

Dalam pembuatan pupuk organik cair, langkah-langkah yang dilakukan secara umum meliputi:

1. Persiapan bahan baku. 2. Pencampuran bahan 3. Proses fermentasi

Fermentasi yang dilakukan dalam proses pembuatan pupuk organik cair secara teknik dapat didefinisikan sebagai suatu proses oksidasi anaerob dari karbohidrat dan menghasilkan alkohol serta beberapa asam. Terjadinya fermentasi ini dapat menyebabkan perubahan sifat bahan pangan sebagai akibat dari pemecahan kandungan-kandungan bahan pangan. Faktor-faktor yang mempengaruhi fermentasi yaitu lama fermentasi, suhu dan air (Bravanet, 2012). Standar kualitas pupuk organik cair yang baik menurut Departemen Pertanian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Standar Kualitas Pupuk Organik Cair Menurut Departemen Pertanian No Parameter Satuan Kandungan pupuk organik cair

1. C-organik % = 4,5

2.

Kadar logam berat Pb Cd Hg As ppm ppm ppm ppm = 100 = 20 = 2 = 20 3. pH 4-8 4. Kadar total (N+ P2O5 + K2O % Dicantumkan Tabel 1. Lanjutan

5. Mikroba pathogen (E.

(19)

6. Kadar unsur mikro

(Zn, Cu, Mn, Co, Fe) Ppm Dicantumkan Sumber: Simamora (2008)

D. Air Kelapa

Menurut Metusala (2012), air kelapa ternyata memiliki manfaat untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman. Air kelapa yang sering dibuang oleh para pedagang di pasar tidak ada salahnya untuk kita manfaatkan sebagai penyubur tanaman. Selama ini air kelapa banyak digunakan di Laboratorium sebagai nutrisi tambahan di dalam media kultur jaringan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk hormon dari air kelapa ini mampu meningkatkan hasil kedelai hingga 64%, kacang tanah hingga 15% dan sayuran hingga 20-30%.

Air kelapa merupakan endosperm atau cadangan makanan cair sumber energi, selain itu juga mengandung zat pengatur tumbuh. Air kelapa yang baik untuk kultur jaringan adalah air kelapa muda yang daging buahnya berwarna putih, belum keras tetapi masih dapat diambil dengan sendok. Air kelapa merupakan hormon alami kelompok auksin dan sitokinin. Dalam kultur jaringan, auksin berperan dalam pembentukan akar. Sedangkan sitokinin berperan mendorong pembentukan klorofil pada kalus (Anonim (2010) dalam Surachman (2011)).

(20)

E. Starter EM4

Starter adalah populasi mikroba dalam jumlah dan kondisi fisiologi yang siap diinokulasi pada media fermentasi. Media starter biasanya identik dengan media fermentasi (Suryaningsih, 2012).

EM4 (Effective Microorganism 4) adalah campuran 4 mikroorganisme (Lactobacillus, Sacharomyces, Acetobacter, dan Bacillus) yang berfungsi untuk proses fermentasi. Sedangkan EM4 sendiri merupakan inokulum yang dapat meningkatkan keragaman mikroorganisme tanah yang bermanfaat bagi kesuburan tanah dan tanaman. Karena itu, banyak ahli yang berpendapat EM4 bukan pupuk, tetapi merupakan bahan yang dapat mempercepat proses pembuatan pupuk organik dan meningkatkan kualitas pupuk.

Mikroorganisme efektif bermanfaat untuk memperbaiki kondisi tanah dan memacu penyerapan unsur hara oleh tanaman dan meningkatkan kualitas pertumbuhan tanaman. Manfaat atau keuntungan lain mikroorganisme efektif adalah menekan pertumbuhan hama dan penyakit tanaman (Parnata, 2004).

(21)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Jalan Aster RT 07 RW 03, Kelurahan Loa Buah, Kecamatan Sungai Kunjang,Samarinda kemudian dilanjutkan di Laboratorium Tanah dan Air. Waktu penelitian ini dilakukan selama 2 bulan terhitung dari 27 Februari 2013 sampai 23 April 2013, termasuk persiapan alat dan bahan, pembuatan pupuk organik cair dan pengambilan data laboratorium.

B. Alat dan Bahan 1. Alat

Alat-alat yang digunakan untuk proses pembuatan pupuk organik cair dari limbah ampas tahu meliputi:

a. Ember b. Botol c. Kain Saring d. Alat Tulis e. Kertas Label f. Kamera g. Pengaduk 2. Bahan

Bahan yang digunakan untuk proses pembuatan pupuk organik cair dari limbah ampas tahu meliputi:

(22)

a. Limbah ampas tahu b. Air

c. Starter EM4 d. Air kelapa

C. Prosedur Penelitian 1. Membuat rancangan penelitian

Penelitian ini disusun dalam 3 perlakuan dimana setiap perlakuan terdiri dari 2 kali ulangan. Tiga perlakuan tersebut yaitu:

P0 = 1,5 kg ampas tahu + 2 liter air + 200 mL EM4 P1 = 1,5 kg ampas tahu + 2 liter air kelapa

P2 = 1,5 kg ampas tahu + 2 liter air kelapa + 200 mL EM4 2. Menyiapkan bahan penelitian

a. Menyiapkan limbah ampas tahu kemudian ditimbang sesuai ukuran yang dibutuhkan

b. Menyiapkan air kelapa kemudian diukur sesuai ukuran yang dibutuhkan c. Menyiapkan starter EM4

3. Mencampurkan bahan penelitian

Pencampuran bahan sesuai perlakuan yang telah ditentukan :

a. Mencampurkan perlakuan bahan-bahan pada perlakuan P0 yaitu mencampurkan 1,5 kg ampas tahu, 2 liter air, dan 200 mL EM4 ke dalam ember yang telah disediakan, kemudian diaduk secara merata. Tutup ember tersebut dan diamkan hingga 2 minggu.

(23)

b. Mencampurkan perlakuan bahan-bahan pada perlakuan P1 yaitu mencampurkan 1,5 kg ampas tahu dan 2 liter air kelapa ke dalam ember yang telah disediakan, kemudian diaduk secara merata. Tutup ember tersebut dan diamkan hingga 2 minggu.

c. Mencampurkan perlakuan bahan-bahan pada perlakuan P2 yaitu mencampurkan 1,5 kg ampas tahu, 2 liter air kelapa dan 200 mL EM4 ke dalam ember yang telah disediakan, kemudian diaduk secara merata. Tutup ember tersebut dan diamkan selama 2 minggu.

d. Setelah 2 minggu, buka tutup ember tersebut kemudian saring pupuk organik cair yang telah dibuat tersebut menggunakan kain saring.

e. Setelah proses penyaringan selesai, pupuk tersebut ditampung ke dalam botol yang masing-masing telah diberi label untuk kemudian dianalisa sifat fisik dan kimia di laboratorium.

D. Pengambilan dan Pengolahan Data 1. Pengambilan Data

a. Sifat fisik pupuk organik cair

Pengamatan sifat fisik pupuk cair organik dapat diamati dari suhu, warna, dan bau yang dilakukan di Laboratorium Tanah dan Air Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

(24)

b. Sifat kimia pupuk organik cair

Pengamatan sifat kimia pupuk organik cair dapat dianalisa dari C-organik dan pH yang dilakukan uji kimia di Laboratorium Tanah dan Air Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

2. Pengolahan Data

Pengolahan data penelitian yang dilakukan dengan menggunakan statistika sederhana (perhitungan rata-rata). Perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan rumus, yaitu:

??

= s ? ? Keterangan:

??

= Nilai rataan dari parameter

s ?

= Jumlah nilai masing-masing parameter

(25)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

1. Sifat Fisik Pupuk Organik Cair ( POC )

Berdasarkan analisa Pupuk Organik Cair ( POC ) yang berasal dari limbah ampas tahu di Laboratorium Tanah dan Air Politeknik Pertanian Negeri Samarinda mengenai sifat fisik POC, maka diperoleh nilai rata-rata sifat fisik POC sebagai berikut:

Tabel 2. Nilai rata-rata Sifat Fisik Pupuk Organik Cair Kode

Sampel Suhu Bau Warna

P0 28ºC

Berbau limbah Rumah Tangga

lemah

2781 mg/L Ptco, berwarna coklat muda

P1 28ºC

Berbau limbah Rumah Tangga

lemah

987 mg/L Ptco, berwarna putih seperti jamu

beras kencur P2 28ºC Berbau limbah Rumah Tangga sangat lemah 3176 mg/L Ptco, berwarna coklat tua sedikit

hitam Sumber: Hasil analisis laboratorium tanah dan air, 2013

(26)

Dari data tabel 2 dapat dibuat grafik seperti di bawah ini:

Gambar 1. Nilai rata-rata suhu dan warna POC dari limbah ampas tahu

2. Sifat Kimia Pupuk Organik Cair ( POC )

Berdasarkan analisa Pupuk Organik Cair ( POC ) yang berasal dari limbah ampas tahu di Laboratorium Tanah dan Air Politeknik Pertanian Negeri Samarinda mengenai sifat kimia POC, maka diperoleh nilai rata-rata sifat fisik POC sebagai berikut:

Tabel 3. Nilai Rata-rata Sifat Kimia Pupuk Organik Cair

Perlakuan pH C-organik

( % )

P0 4,22 0,454

P1 3,77 0,425

P2 4,24 0,566

Sumber: Hasil analisis laboratorium tanah dan air, 2013 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 P0 P1 P2 Warna (mg/L Ptco) Suhu (°C)

(27)

Dari data tabel 2 dapat dibuat grafik seperti di bawah ini:

Gambar 2. Nilai rata-rata sifat kimia POC dari limbah ampas tahu

Keterangan:

P0 = 1,5 kg ampas tahu + 2 liter air + 200 mL EM4 P1 = 1,5 kg ampas tahu + 2 liter air kelapa

P2 = 1,5 kg ampas tahu + 2 liter air kelapa + 200 mL EM4

Hasil analisis nilai rata-rata sifat kimia Pupuk Organik Cair dari limbah ampas tahu jika dibandingkan dengan Standar Kualitas Pupuk Organik Cair menurut Departemen Pertanian dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4. Perbandingan hasil analisis Pupuk Organik Cair dari limbah ampas tahu dengan Standar Kualitas Pupuk Organik Cair menurut Departemen Pertanian No Parameter Satuan Standar Departemen Pertanian Hasil Analisa Po P1 P2 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 P0 P1 P2 pH C-organik (%)

(28)

1. C-organik % =4,5 0,454 0,425 0,566

2. pH - 4-8 4,22 3,775 4,235

B. Pembahasan

1. Sifat Fisika Pupuk Organik Cair

Dari hasil penelitian sifat fisika pupuk organik cair dari limbah ampas tahu memberikan hasil yang berbeda. Dari segi warna dari 3 perlakuan yang dilakukan terdapat sampel yang berwarna coklat yaitu P0 (1,5 kg ampas tahu+2 liter air+200 mL EM4), sampel yang berwarna putih yaitu P1 (1,5 kg ampas tahu+2 liter air kelapa) dan sampel yang berwarna coklat kehitaman yaitu P2 (1,5 kg ampas tahu+2 liter air kelapa+200 mL EM4).

Dari segi suhu yang diperoleh dari 3 perlakuan memberikan hasil yang sama yaitu 28ºC. Dalam penyimpanan pupuk organik cair harus hati-hati agar kandungannya tidak rusak. Penyimpanan harus dilakukan di tempat yang kering dan terhindar dari cahaya matahari langsung karena ada sebagian mikroorganisme yang mati karena tidak tahan dengan sinar ultraviolet (Parnata, 2004).

Dari segi bau yang diperoleh dari 3 perlakuan memberikan hasil yang berbeda. Dari 3 perlakuan yang dilakukan, 2 diantaranya memiliki bau yang sama yaitu bau limbah rumah tangga lemah yaitu perlakuan P0 dan P1 sedangkan 1 diantaranya memiliki bau limbah rumah tangga yang sangat lemah pada perlakuan P2. Perlakuan yang memiliki bau limbah rumah tangga lemah berasal dari perlakuan

(29)

P0 yang terdiri dari 1,5 kg ampas tahu+2 liter air+200 mL EM4 dan P1 yang terdiri dari 1,5 kg ampas tahu+2 liter air kelapa sedangkan perlakuan .

2. Sifat Kimia Pupuk Organik Cair

Dari hasil penelitian sifat kimia pupuk organik cair dari limbah ampas tahu memberikan hasil yang berbeda. Berdasarkan hasil analisa dapat dilihat bahwa pada perlakuan P0, P1, dan P2 belum memenuhi Standar Kualitas Pupuk Organik Cair menurut Departemen Pertanian yaitu = 4,5% untuk parameter C-organik, sedangkan untuk parameter pH pada perlakuan P0 dan P2 sudah memenuhi Standar Kualitas Pupuk Organik Cair menurut Departemen Pertanian dengan nilai 4-8.

Keadaan pupuk organik cair dari limbah ampas tahu yang tidak memenuhi Standar Kualitas Pupuk Organik Cair pada parameter C-organik diduga disebabkan oleh hal- hal sebagai berikut:

1. Proses fermentasi terjadi terlalu lama sehingga C-organik menguap menjadi CO2.

2. C-organik telah terangkut ke dalam sisa padatan dari proses fermentasi.

3. EM4 tidak diaktifkan sehingga mikroorganisme tidak dapat bekerja dengan baik sehingga proses fermentasi menjadi lambat.

Dalam Permentan No. 2/Pert/Hk.060/2/2006 tentang pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman atau hewan yang telah melalui suatu proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk menyediakan bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Definisi tersebut menunjukkan bahwa pupuk organik lebih ditunjukkan kepada kandungan C-organik atau bahan

(30)

organik. Bila C-organik rendah dan tidak masuk dalam ketentuan pupuk organik maka diklasifikasikan sebagai pembenah tanah organik. Pembenah tanah atau soil

ameliorant menurut Permentan tersebut di atas adalah bahan-bahan sintetis atau

alami dan organik atau mineral (Anonim, 2013).

Kesuburan tanah sangat bergantung pada kandungan organik dalam tanah. Sehingga ukuran kesuburan tanah dapat diukur melalui kadar organik dalam tanah atau dalam ilmu tanah disebut juga dengan kadar C-Organik. Di kalangan petani, pemahaman tentang kandungan organik ataupun C-Organik kurang dipahami. Namun dalam dunia pertanian hal tersebut dapat dikatakan sebagai salah satu faktor penting dalam mempengaruhi hasil produksi. Hubungan kadar C-Organik terhadap pH adalah semakin tinggi kadar C-Organik dalam tanah maka pH tanah akan mampu mencapai netral sehingga meningkatkan kesuburan (Pintubatu, 2011).

(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Sifat fisika pupuk organik cair yang dihasilkan memiliki suhu yang sama yaitu 28°C, sedangkan dari segi warna dan bau berbeda. Dari segi sifat fisik pupuk organik cair, perlakuan P2 (1,5 kg ampas tahu+2 liter air kelapa+200 mL EM4) lebih tinggi dibanding pada perlakuan P0 (1,5 kg ampas tahu+2 liter air+EM4) dan P1 (1,5 kg ampas tahu+2 liter air kelapa) karena dari segi warna pada perlakuan tersebut memiliki kadar warna 3176 mg/L Ptco yaitu berwarna hampir seperti tanah coklat kehitaman dan memiliki bau limbah rumah tangga sangat lemah. 2. Sifat kimia pupuk organik cair yang dihasilkan dari segi pH pada perlakuan P0

(1,5 kg ampas tahu+2 liter air+EM4) dan P2 (1,5 kg ampas tahu+2 liter air kelapa+200 mL EM4) telah memenuhi Standar Kualitas Pupuk Organik Cair dari Departemen Pertanian, sedangkan pada perlakuan P1 (1,5 kg ampas tahu+2 liter air kelapa) belum memenuhi standar baku mutu dari Departemen Pertanian karena pH pada perlakuan P1 yaitu 3,77 sedangkan menurut Departemen Pertanian kadar pH yang ditetapkan yaitu 4-8. Untuk parameter C-organik, pada semua perlakuan belum memenuhi Standar Kualitas Pupuk Organik Cair dari Departemen Pertanian.

(32)

B. Saran

Untuk mendapatkan Pupuk Organik Cair dari limbah ampas tahu yang baik disarankan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Mengaktifkan EM4 dengan menggunakan gula merah agar mikroorganisme dapat bekerja dengan baik.

2. Melakukan pengujian lebih lanjut dengan parameter-parameter lain.

3. Melakukan penelitian mengenai pengaplikasian pada tanaman agar terlihat dengan jelas tingkat keberhasilannya.

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Membuat Tahu dan Tempe. Agromedia Pustaka. Jakarta Selatan. Anonim. 2012a. Kandungan Gizi dan Manfaat Tahu.http://tautauenak.workpress.

com/kandungan-gizi-dan-manfaat tahu/. Diakses pada tanggal 5 Maret 2012. Anonim. 2012b. Limbah. http://id.wikipedia.org/wiki/Limbah. Diakses pada tanggal 5

Maret 2012.

Anonim. 2013. Pupuk Organik dan Hayati: Pengertian, sumber, bahan, sejarah,

penggunaan,manfaat,peranan,lingkungan.http://perpustakaancyber.blogspot.

com/2013/02/pupuk-organik-dan-hayati-pengertian-sumber-bahan-manfaat-penggunaan-peranan.html. Diakses pada tanggal 2 Juli 2013.

Bravenet, R. 2012. Fermentasi. http://duniakefir.blogspot.com/2012/11/fermentasi. html. Diakses pada tanggal 5 Juli 2013.

Danial, M. Taufiq, NAS. dan Sanusi, W. 2009. Pemanfaatan Zeolit dan Bokashi

Ampas Tahu untuk Menekan Konsentrasi Nikel dan Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Penelitian Lapang II).

http://digilib.unm.ac.id/dowload.php?id=56. Diakses pada tanggal 5 Maret 2012.

Hadisuwito, S. 2009. Membuat Pupuk Kompos Cair. AgroMedia Pustaka. Jakarta. Kaswinarni, F. 2007. Kajian Teknis Pengolahan Limbah Padat dan Cair Industri

Tahu. http: //eprints.undip.ac.id/17407/1/Fibria_Kaswinarni.pdf. Diakses pada

tanggal 5 Maret 2012.

Lingga, P dan Marsono. 2006. Petunjuk Penggunaan Pupuk . Penebar Swadaya. Jakarta.

Metusala, D. 2012. Air Kelapa Pemacu Pertumbuhan dan Pembungaan Anggrek . http://www.anggrek.org/air-kelapa-pemacu-pertumbuhan-dan-pembungaan-anggrek.html. Diakses pada tanggal 5 Maret 2012.

Parnata, AS. 2004. Pupuk Organik Cair Aplikasi Dan Manfaatnya. Agro Media Pustaka. Depok.

Pintubatu, V. 2011. Mengukur Kadar C-Organik dalam Tanah. http://volsky-silalahi.blogspot.com//2011/11/laporan-praktikum-kadar-c-organik.html. Diakses pada tanggal 23 Juli 2013

(34)

Purwendro, S dan Nurhidayat. 2007. Mengelola Sampah Untuk Pupuk dan

Pestisida Organik. Penebar Swadaya. Jakarta.

Simamora, S. 2008. Meningkatkan Kualitas Kompos. Agromedia Pustaka. Jakarta. Surachman, D. 2011. Teknik Pemanfaatan Air Kelapa Untuk Perbanyakan Nilam

secara In Vitro. http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/bt161118.pdf

Diakses pada tanggal 5 Maret 2012.

Suryaningsih D. 2012. Pembuatan Starter. www.scribd.com/doc/110516780/ starter-mikro. Diakses pada tanggal 5 Juli 2013.

(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)

Gambar

Tabel 1. Standar Kualitas Pupuk Organik Cair Menurut Departemen Pertanian   No  Parameter  Satuan  Kandungan pupuk organik cair
Tabel 2. Nilai rata-rata Sifat Fisik Pupuk Organik Cair   Kode
Gambar 1. Nilai rata-rata suhu dan warna POC dari limbah ampas tahu
Gambar 2. Nilai rata-rata sifat kimia POC dari limbah ampas tahu

Referensi

Dokumen terkait

penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh nyata terhadap penyiraman limbah cair ampas tahu terhadap pertumbuhan dan tidak terdapat pengaruh nyata terhadap jumlah daun

Pada perlakuan B, pemberian 35% ampas tahu yang mengandung protein dan karbohidrat tinggi dibanding bahan organik lainnya dan dikombinasikan dengan 50% kotoran ayam

Pada perlakuan B, pemberian 35% ampas tahu yang mengandung protein dan karbohidrat tinggi dibanding bahan organik lainnya dan dikombinasikan dengan 50% kotoran ayam

Hal ini diduga penggunaan pupuk organik cair pada perlakuan P2 dengan dosis 20 ml/liter air merupakan dosis yang sesuai dengan kebutuhan tanaman dan mampu

LAPORAN AKHIR PEMANFAATAN LIMBAH AIR CUCIAN BERAS SEBAGAI PUPUK ORGANIK CAIR DENGAN PENAMBAHAN LIMBAH SAYUR-SAYURAN, KULIT BUAH-BUAHAN DAN BIOAKTIVATOR EM4 Disusun Sebagai Salah

Tujuan penelitan yaitu mengolah limbah cair dari industri tahu menjadi pupuk cair organik yang memiliki nilai tambah, menganalisis komposisi nutrisi dan senyawa aktif dalam pupuk cair

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsentrasi Awal Limbah Tahu Berdasarkan hasil analisa laboratorium bahwa limbah cair tahu memiliki kandungan yang dapat digunakan sebagai pupuk cair organik

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsentrasi Awal Limbah Tahu Berdasarkan hasil analisa laboratorium bahwa limbah cair tahu memiliki kandungan yang dapat digunakan sebagai pupuk cair organik