• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISSN: Vol 1, No 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ISSN: Vol 1, No 1"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN |59

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF DENGAN SETTING KELAS

KOOPERATIF STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION)

UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KINERJA ILMIAH

SISWA KELAS V SD INPRES NIRMALA

TAHUN AJARAN 2013/2014

Putu Agus Wawan Kurniawan Frederikus Mawo Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

STKIP Citra Bakti Ngada-NTT

raboitokusayangi@yahoo.com Fredymawo@ymail.com Abstrak

Secara operasional tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan peningkatkan pemahaman konsep dan kinerja ilmiah siswa kelas V SD Inpres Nirmala tahun ajaran 2013/2014 melalui penerapan model pemebelajaran generatif dengan setting kelas STAD dalam pembelajaran sains, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang dilakukan di SD Inpres Nirmala yang berjumlah 19 orang. Metode pengumpulan data yang dipergunakan adalah observasi, wawancara dan tes. Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut: (1) Berdasarkan persentase skor kinerja ilmiah siswa pertemuan pertama dan kedua diperoleh hasil bahwa pesentase rata-rata kinerja ilmiah siswa pada siklus I adalah 69,68 %, 2). Kinerja ilmiah siswa dalam pembelajaran IPA kelas V SDI Nirmala, Kecamatan Golewa Selatan, Kabupaten Ngada pada siklus I adalah cukup aktif, 3). Persentase pemahaman konsep siswa pada siklus I adalah 67 % berada pada interval 65% - 79% atau berada dalam kategori “sedang”, 4). persentase skor kinerja ilmiah siswa pertemuan pertama dan kedua diperoleh hasil bahwa pesentase rata-rata kinerja ilmiah siswa pada siklus I adalah 94,72 %, 5). kinerja ilmiah siswa dalam pembelajaran IPA kelas V SDI Nirmala, Kecamatan Golewa Selatan, Kabupaten Ngada pada siklus II adalah sangat aktif, 6). Persentase rata-rata pemahaman konsep siswa pada siklus II mencapai 82,6 % kategori “tinggi” dan ketuntasan secara klasikal mencapai 100 %. Kesimpulan umum yang diperoleh dari penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran generatif dapat meningkatkan kinerja ilmiah dan pemahaman konsep IPA pada materi perubahan sifat benda bagi siswa kelas V SDI Nirmala tahun ajaran 2013/ 2014.

Kata-kata kunci: model pembelajaran generatif, pembelajaran kooperatif STAD, perubahan sifat benda, pemahaman konsep, kinerja ilmiah siswa

(2)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN |60

THE APPLICATION OF THE GENERATIVE LEARNING MODEL WITH STAD

(STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION) COOPERATIVE CLASS

SETTING ON IMPROVING THE UNDERSTANDING TO SCIENTIFIC

CONCEPTS AND PERFORMANCE OF FIFTH GRADE

ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS,

NIRMALA ELEMENTARY SCHOOL,

SCHOOL YEAR 2013/2014

Abstract

Operationally this study aimed to describe the improvement of understanding on scientific concepts and performance of the fifth grade elementary school students, school year 2013/2014 through the application of generative learning model with STAD class setting in science learning. This study was qualitative descriptive study conducted in Nirmala elementary school with 19 respondents. Data collection methods used were observation, interviews and tests. The results of the study are: 1) based on the score percentage of students scientific performance on the first and second meeting results that the average percentage of students scientific performance in the first cycle is 69.68%; 2) the students scientific performance in science learning in the fifth grade Nirmala elementary school, subdistrict of South Golewa, Ngada Regency in the cycle I is quite active; 3) the percentage of students' understanding of the concept in the cycle I is 67% at intervals of 65% -79% or is in the category of "medium", 4) the score percentage of students scientific performance on the first and second meeting results that the average percentage of students scientific performance in the cycle I is 94.72%, 5) The scientific performance of students in science learning in the fifth grade Nirmala elementary school students, subdistrict of South Golewa, Ngada regency in the second cycle is very active, 6) the average percentage of students' understanding of concepts in the second cycle reaches 82.6% as the "high" category and the classical completeness reaches 100%. The general conclusion obtained from this study is the use of generative learning model can improve students' scientific performance and understanding of scientific concepts in material about change the nature of objects for students of the fifth grade Nirmala elementary school, school year 2013/2014.

Keywords: generative learning model, STAD cooperative learning, change the nature of object, understanding concepts, student scientific performance

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah salah satu faktor terpenting dalam menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara. Memasuki era global seperti sekarang ini, perubahan besar telah terjadi di dunia, hal ini dapat dilihat dengan adanya kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Dengan kemajuan dalam IPTEK tersebut, maka pendidikan memegang peranan penting baik dalam kehidupan keluarga maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk dapat bersaing dalam dunia global, maka pendidikan yang memegang peranan penting tersebut, mutunya haruslah ditingkatkan. Ada begitu banyak upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu suatu pendidikan.

Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah melalui peningkatan kualitas pembelajaran yang sebagian besar ditentukan oleh pembelajaran yang direncanakan dan dilaksanakan oleh para pengajar. Selain itu, tolak ukur keberhasilan proses belajar mengajar juga sangat ditentukan oleh faktor guru sebagai pengajar,

(3)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN |61 masukkan dalam hal ini adalah murid, sarana dan prasarana belajar yang tersedia, keadaan kelas, hingga metode pembelajaran yang digunakan.

Di Indonesia banyak langkah yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam upaya untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan, misalnya dalam revisi kurikulum secara berkesinambungan, program musyawarah guru berdasarkan hasil observasi langsung ke SD Inpres Nirmala, didapatkan bahwa pemahaman konsep dan kinerja ilmiah siswa khususnya kelas V belum mencapai standar yang ditetapkan. Siswa dikatakan tuntas secara individu apabila memperoleh nilai  65, sedangkan untuk kelas dikatakan tuntas apabila mencapai ketuntasan klasikal (KK)  85%. Tabel berikut menunjukkan nilai rata-rata pemahaman konsep dan kinerja ilmiah siswa Kelas V SD Inpres Nirmala

Berdasarkan hal tersebut, maka salah satu tipe dari model pembelajaran inovatif yang dianggap bisa diterapkan adalah model pembelajaran generatif. Model pembelajaran generatif ini merupakan salah satu model pembelajaran sains inovatif yang bertolak dari filosofi belajar kontruktivisme, yaitu pandangan yang berpedoman pada asumsi dasar bahwa pengetahuan dibangun dalam pikiran pebelajar.

Terdapat enam langkah dalam pembelajaran kooperatif STAD (Triatno, 2007) yaitu: (1) menyiapkan tujuan dan memotivasi siswa, (2) menyajikan/menyampaikan informasi, (3) mengorganisasi siswa dalam kelompok-kelompok belajar, (4) membimbing kelompok bekerja dan belajar, (5) evaluasi, dan (6) memberikan penghargaan.

Permasalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah Apakah penerapan model pembelajaran generatif dengan setting kelas kooperatif STAD dapat meningkatkan pemahaman konsep dan kinerja ilmiah siswa siswa kelas V SD Inpres Nirmala tahun 2013/2014? Sedangkan yang menjadi tujuan dan manfaat penelitian adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep dan kinerja ilmiah siswa kelas V SD Inpres Nirmala tahun ajaran 2013/2014 melalui penerapan model pemebelajaran generatif dengan setting kelas STAD dalam pembelajaran sains. Penerapan model pembelajaran generatif diharapkan dapat memberikan siswa kesempatan yang lebih luas untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran agar dapat membangun pengetahuan yang dapat mengkaitkan antara dunia nyata dengan materi pelajaran, sehingga pelajaran dirasakan akan lebih bermakna, sebagai alternatif penggunaan model belajar inovatif, sehingga guru dapat memposisikan dirinya sebagai fasilitator dan juga mediator dalam proses belajar mengajar dan jenis penilaian yang digunakan dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengembangkan penilaian yang mampu mengukur secara keseluruhan keberhasilan yang dicapai siswa, dapat menambah ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan, khususnya dalam pembelajaran sains, dapat menggugah para pengambil kebijakan untuk mempertimbangkan dalam merancang dan mengembangkan program pengajaran.

(4)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN |62 METODE PENELITIAN

Penelitian ini tergolong dalam penelitian tindakan kelas (PTK) dalam 4 tahapan yaitu: (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi/evaluasi, dan (4) refleksi. Adapun desain dari prosedur penelitian tindakan kelas ini adalah seperti ditunjukkan pada gambar berikut:

Subjek dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas V SD Inpres Nirmala tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 19 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data pemahaman konsep siswa dikumpulkan dengan tes pemahaman konsep, laporan praktikum, lembar kerja siswa (LKS) dan pekerjaan rumah (PR). Tes pemahaman konsep yang diberikan pada setiap akhir pokok bahasan (akhir siklus) adalah berupa pilihan ganda diprluas. Sebelum tes pemahaan konsep digunakan, maka terlebih dahulu dikonsultasikan dengan para ahli (expert judgement). Hal ini dilakukan sebagai upaya agar tes pemahaman konsep yang digunakan sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran yang dikembangkan. Data aspek kinerja ilmiah siswa dikumpulkan dengan menggunakan lembar penilaian kinerja ilmiah. Sebelum lembar penilaian kinerja digunakan, maka terlebih dahulu dikonsultasikan dengan para ahli (expert judgement).

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: soal tes pemahaman konsep, laporan praktikum, lembar kerja siswa (LKS), Rubrik penilaian tes pemahaman konsep siswa.

Data mengenai pemahaman konsep IPA diperoleh dari pengadaan tes hasil belajar, data tersebut dianalisis secara deskriptif. Data mengenai kinerja ilmiah siswa diperoleh melalui kegiatan observasi; data tersebut dianalisis secara deskriptif

Menentukan persentase tingkat kinerja ilmiah siswa menggunakan rumus berikut X 100 % (Agung,1997: 78)

Gambar Skema Desain Penelitian Tindakan

Perencanaan Tindakan I Siklus II Refleksi I Pelaksanaan Tindakan I Perencanaan Tindakan II Refleksi II Pelaksanaan Tindakan II Laporan Siklus I Observasi/Evaluasi I Observasi/Evaluasi II

(5)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN |63 Kriteria Keberhasilan

Tabel 1 Tingkat Kentutasan Kinerja Ilmiah dan Pemahaman Konsep Berdasarakan PAP Skala 5.

Persentase Kriteria Kinerja Ilmiah IPA

Kriteria Pemahaman Konsep IPA 90-100 Sangat aktif Sangat tinggi

80-89 Aktif Tinggi

65-79 Cukup aktif Sedang 55-64 Kurang aktif Rendah 0-54 Sangat kurang

aktif

Sangat rendah

Kriteria keberhasilan penilaian kinerja ilmiah siswa dalam pembelajaran mengacu pada kriteria penilaian seperti pada tabel 9 nilai rata-rata klasikal 80,00≤ aktiv.˂ 89,00 (kategori aktif). Kriteria keberhasilan penilaian pemahaman konsep siswa adalah nilai rata-rata dengan kategori minimal sedang (65,00< ) dan ketuntasan klasikal sebesar 75 %.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data penelitian, maka diperoleh rata-rata kinerja ilmiah siswa pada pertemuan pertama siklus I adalah dihitung sebagai berikut:

Diketahui: ∑X = 304, N = 19 Maka:

Jadi, rata-rata skor kinerja ilmiah pertemuan pertama siklus I adalah 16. Rata-rata skor kinerja ilmiah siswa pada pertemuan kedua siklus I adalah sebagai berikut:

Diketahui: ∑X = 358, N = 19 Maka:

Berdasarkan rata-rata skor kinerja ilmiah siswa pertemuan pertama dan pertemuan kedua pada siklus I, maka rata-rata skor kinerja ilmiah siswa pada siklus I adalah sebagai berikut,

Diketahui: ∑X = 331

N = 19 Maka:

Setelah rata-rata (M) skor kinerja ilmiah siswa pada siklus I diketahui, selanjutnya analisis data yang dilakukan adalah menentukkan tingkat persentase skor kinerja ilmiah siswa dengan cara membandingkan persentase rata-rata (M %) dengan criteria PAP skala 5. Persentase rata-rata (M%) dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(6)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN |64 X 100 %

Persentase rata-rata kinerja ilmiah siswa pada pertemuan pertama siklus I adalah sebagai berikut X 100 % = 64 %

Sedangkan persentase rata-rata kinerja ilmiah siswa pada pertemuan kedua siklus I adalah sebagai berikut:

Diketahui : M = 18,84, SMI = 25

Maka : X 100 % = 75,36 %

Berdasarkan persentase rata-rata kinerja ilmiah siswa pertemuan pertama dan kedua pada siklus I, maka persentase rata-rata kinerja ilmiah siswa pada siklus I adalah sebagai berikut:

Diketahui : M = , SMI = 25

Maka : X 100 % = 69,68 %

Persentase rata-rata (M %) skor kinerja ilmiah siswa pada pertemuan pertama siklus I adalah 64 % berada pada kategori “kurang aktif”, persentase rata-rata kinerja ilmiah siswa pertemuan kedua siklus I adalah 75,36 % berada pada kategori “cukup aktif”. Berdasarkan persentase skor kinerja ilmiah siswa pertemuan pertama dan kedua diperoleh hasil bahwa pesentase rata-rata kinerja ilmiah siswa pada siklus I adalah 69,68 %. Hasil ini dibandingkan dengan criteria PAP skala 5 berada pada interval 65% - 79% atau berada pada criteria cukup aktif. Jadi kinerja ilmiah siswa dalam pembelajaran IPA kelas V SDI Nirmala, kecamatan Golewa Selatan, Kabupaten Ngada pada siklus I adalah cukup aktif.

Berdasarkan hasil penellitian diketahui bahwa skor pemahaman konsep siswa pada tes awal mencapai 216, dan jumlah skor yang diperoleh siswa setelah pemberian tes pemahaman konsep pada akhir siklus I mencapai 255.

Data hasil pemahaman konsep siswa yang telah terkumpul, selanjutnya dianalisis denganmenggunakan analisis data deskriptif. Data yang terlebih dahulu dianalisis adalah menentukan rata-rata (M) skor pemahaman konsep siswa pada pembelajaran siklus I. Rata-rata pemahaman konsep siswa detentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

M =

Berdasarkan rumus mencari rata-rata pemahaman konsep siswa, maka rata-rata skor pemahaman konsep siswa pada siklus I dihitung sebagai berikut:

Diketahui: ∑X = 255, N = 19 Maka:

Setelah rata-rata (M) skor kinerja ilmiah siswa pada siklus I diketahui, selanjutnya analisis data yang dilakukan adalah menentukkan tingkat persentase skor pemahaman

(7)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN |65 konsep siswa dengan cara membandingkan persentase rata-rata (M %) dengan criteria PAP skala 5.

Persentase rata-rata (M%) dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: X 100 %

Persentase rata-rata pemahaman konsep siswa pada pertemuan pertama siklus I adalah sebagai berikut:

Diketahui: M = 13,42, SMI = 20 Maka : X 100 % = 67 %

Persentase rata-rata pemahaman konsep siswa pada siklus I kemudian dibandingkan dengan pedoman criteria penilaian acuan patokan (PAP). Persentase rata-rata (M %) skor kinerja ilmiah siswa pada siklus I adalah 67 % berada pada interval 65 %-79%. Jadi pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran IPA kelas V SDI Nirmala, kecamatan Golewa Selatan, Kabupaten Ngada pada siklus I adalah “sedang”.

Sehingga ketuntasan belajar yang dicapai pada siklus I adalah sebagai berikut: KB = X 100 % = X 100 % = 63,15 %

Berdasarkan data tersebut, maka ketuntasan belajar siswa pada siklus I belum mencapai criteria ketuntasan belajar yang telah ditetapkan yaitu 75 %, sehingga pembelajaran IPA pada siklus I dinyatakan belum berhasil dan dapat dilanjutkan pada pembelajaran siklus II.

Berdasarkan data diketahui bahwa jumlah skor kinerja ilmiah siswa pada pertemuan pertama mencapai 384, kemudian pada pertemuan kedua jumlah skor kinerja ilmiah siswa mencapai 416. Maka, jumlah skor rata-rata kinerja ilmiah siswa pada siklus II adalah 592.

Rata-rata kinerja ilmiah siswa pada pertemuan pertama siklus II adalah sebagai berikut:

Diketahui: ∑X = 384, N = 19 Maka:

Rata-rata skor hasil belajar siswa pada pertemuan kedua siklus II adalah sebagai berikut:

Diketahui: ∑X = 416, N = 19 Maka:

Berdasarkan persentase rata-rata kinerja ilmiah siswa pertemuan pertama dan kedua pada siklus II, maka persentase rata-rata kinerja ilmiah siswa pada siklus II adalah sebagai berikut:

Diketahui : M = 592, SMI = 25 Maka:

Persentase rata-rata kinerja ilmiah siswa pada pertemuan pertama siklus II adalah Diketahui : M = 20,21, SMI = 25

(8)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN |66 Maka : X 100 % = 80,84 %

Persentase rata-rata aktivitas belajar siswa pada pertemuan kedua siklus II adalah Diketahui : M = 21,89, SMI = 25

Maka : X 100 % = 87,56 %

Berdasarkan persentase rata-rata kinerja ilmiah siswa pertemuan pertama dan kedua pada siklus II, maka persentase rata-rata kinerja ilmiah siswa pada siklus II adalah sebagai berikut:

Diketahui : M = 23,68, SMI = 25

Maka : X 100 % = 94,72 %

Persentase rata-rata (M %) skor kinerja ilmiah siswa pada pertemuan pertama siklus II adalah 80,84 % % atau berada pada kategori “aktif”, persentase rata-rata kinerja ilmiah siswa pertemuan kedua siklus II adalah 87,56 % berada pada kategori “aktif”. Berdasarkan persentase skor kinerja ilmiah siswa pertemuan pertama dan kedua diperoleh hasil bahwa pesentase rata-rata kinerja ilmiah siswa pada siklus I adalah 94,72 %.

Hasil ini dibandingkan dengan kriteria PAP skala 5 berada pada interval 90% - 100% atau berada pada criteria sangat aktif. Jadi kinerja ilmiah siswa dalam pembelajaran IPA kelas V SDI Nirmala, kecamatan Golewa Selatan, Kabupaten Ngada pada siklus I adalah sangat aktif.

Berdasarkan data diketahui bahwa jumlah skor pemahaman konsep siswa pada siklus I mencapai 255, dan jumlah skor yang diperoleh siswa setelah pemberian tes pemahaman konsep pada akhir siklus II mencapai 314. Data hasil pemahaman konsep siswa yang telah terkumpul, selanjutnya dianalisis denganmenggunakan analisis data deskriptif. Data yang terlebih dahulu dianalisis adalah menentukan rata-rata (M) skor pemahaman konsep siswa pada pembelajaran siklus II. Rata-rata pemahaman konsep siswa detentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

M =

Berdasarkan rumus mencari rata-rata pemahaman konsep siswa, maka rata-rata skor pemahaman konsep siswa pada siklus II dihitung sebagai berikut:

Diketahui: ∑X = 314, N = 19 Maka:

Persentase rata-rata (M%) dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: X 100 %

Persentase rata-rata pemahaman konsep siswa pada siklus II adalah sebagaii berikut:

(9)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN |67 Maka : X 100 % = 82,6 %

Persentase rata-rata (M %) skor kinerja ilmiah siswa pada siklus II dibandingkan dengan criteria PAP skala 5 berada pada interval 80 % - 89%. Jadi pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran IPA kelas V SDI Nirmala, kecamatan Golewa Selatan, Kabupaten Ngada pada siklus I adalah “tinggi”.

Ketuntasan belajar yang dicapai pada siklus I adalah sebagai berikut: KB = X 100 % = X 100 % = 100 %

Berdasarkan data tersebut, maka ketuntasan belajar siswa pada siklus II telah tercapai criteria ketuntasan belajar yang telah ditetapkan yaitu 75 %. Melalui hasil penelitian dengan persentase rata-rata pemahaman konsep siswa pada siklus II mencapai 82,6 % dengan kategori “tinggi” dan ketuntasan secara klasikal mencapai 100 %.

PEMBAHASAN

Persentase rata-rata (M %) skor kinerja ilmiah siswa pada pertemuan pertama siklus I adalah 64 % berada pada kategori “kurang aktif”, persentase rata-rata kinerja ilmiah siswa pertemuan kedua siklus I adalah 75,36 % berada pada kategori “cukup aktif”. Berdasarkan persentase skor kinerja ilmiah siswa pertemuan pertama dan kedua diperoleh hasil bahwa pesentase rata-rata kinerja ilmiah siswa pada siklus I adalah 69,68 %. Hasil ini dibandingkan dengan criteria PAP skala 5 berada pada interval 65% - 79% atau berada pada criteria cukup aktif. Jadi kinerja ilmiah siswa dalam pembelajaran IPA kelas V SDI Nirmala, kecamatan Golewa Selatan, Kabupaten Ngada pada siklus I adalah cukup aktif.

Persentase rata-rata pemahaman konsep siswa pada siklus I kemudian dibandingkan dengan pedoman criteria penilaian acuan patokan (PAP). Persentase rata-rata (M %) skor pemahaman konsep siswa pada siklus I adalah 67 % berada pada interval 65% - 79% atau berada dalam kategori “sedang”.

Jadi pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran IPA kelas V SDI Nirmala, kecamatan Golewa Selatan, Kabupaten Ngada pada siklus I adalah “sedang”.

Persentase rata-rata (M %) skor kinerja ilmiah siswa pada pertemuan pertama siklus II adalah 80,84 % % atau berada pada kategori “aktif”, persentase rata-rata kinerja ilmiah siswa pertemuan kedua siklus II adalah 87,56 % berada pada kategori “aktif”. Berdasarkan persentase skor kinerja ilmiah siswa pertemuan pertama dan kedua diperoleh hasil bahwa pesentase rata-rata kinerja ilmiah siswa pada siklus I adalah 94,72 %. Hasil ini dibandingkan dengan criteria PAP skala 5 berada pada interval 90% - 100% atau berada pada criteria sangat aktif. Jadi kinerja ilmiah siswa dalam pembelajaran IPA kelas V SDI Nirmala, kecamatan Golewa Selatan, Kabupaten Ngada pada siklus I adalah sangat aktif. Melalui hasil penelitian dengan persentase rata-rata pemahaman konsep siswa pada siklus II mencapai 82,6 % dengan kategori “tinggi” dan ketuntasan secara klasikal mencapai 100 %.

(10)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN |68 SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa Penggunakan model pembelajaran generatif dapat meningkatkan kinerja ilmiah siswa dan pemahaman konsep IPA pada materi perubahan sifat benda bagi siswa kelas V SDI Nirmala tahun ajaran 2013/ 2014. Peneliti dapat memberikas sara yaitu Hendaknya menggunakan metode pembelajaran inovatif agar dapat meningkatkan hasil belajar IPA, Sekolah yang mampu mendorong dan membudayakan guru menggunakan model pembelajaran generatif khususnya pada pembelajaran IPA. Sekolah juga hendaknya menyediakan sarana dan prasarana, alat peraga IPA sehingga penerapan pembelajaran menjadi lebih efektif, penelitian ini dapat membantu memotivasi siswa untuk memahami materi IPA khususnya tentang perubahan sifat benda, Hendaknya bahan atau penelitian ini menjadi salah satu acuan bagi penelitian berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, S. I P. 1999. Penerapan strategi konflik kognitif dalam pembelajaran listrik arus searah sebagai upaya mengubah miskonsepsi siswa kelas II.6 Sekolah Menengah Umum Negeri 3 Singaraja tahun pelajaran 1998/1999. Tugas akhir (tidak diterbitkan). Program Studi Fisika. STKIP Singaraja.

Anonim. 2005. Model Pembelajaran inovatif dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi. Makalah. Disampaikan dalam Diklat Guru SMP, SMA, dan SMK Se-Kabupaten Jembrana Juni-Juli 2005.

Ardhana, W., Purwanto., Kaluge, L., & Santyasa, I W. 2004. Implementasi pembelajaran inovatif untuk pemahaman dalam belajar fisika di SMU. Jurnal Ilmu Pendidikan. Jilid 11. Nomor 2. 152-168.

Arikunto. 2003. Management Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Baser, M. 2006. Fostering conceptual change by cognitive conflict based instruction on students’ understanding of heat and temperature concepts. Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology Education. 2(2). 96-114. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2007. Dari http://www.ejmste.com/022006/d6.pdf.

Dahar, R. W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Dantes, N., Sadia, I W., & Subagia, W. 2006. Pengembangan perangkat evaluasi proses dan hasil belajar kurikulum berbasis kompetensi (KBK) rumpun pelajaran sains. Laporan penelitian (tidak diterbitkan). Undiksha Singaraja.

Harahap, M. B. 2001. Model pengajaran konstruktivis dalam pembelajaran rangkaian listrik. Pelangi Pendidikan. Volume 8 (2). 70-76.

(11)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN |69 Iskandar, S. M. 2001. Penerapan konstruktivisme dalam pembelajaran kimia di SMU. Media

Komunikasi Kimia. Nomor 2. Tahun ke-5. 1-12.

Mardana, I B., Suastra, I W., & Artuti, N. 2001. Implementasi model pembelajaran generatif pada pembelajaran IPA yang berwawasan STM di SLTP se kota Singaraja. Laporan Penelitian Dosen Muda. Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri Singaraja. Mariawan, I M. 2002. Strategi konflik kognitif sebagai strategi perubahan konseptual dalam

pembelajaran konsep usaha dan energi di SLTP Negeri 2 Singaraja. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. Nomor 4. Tahun XXXV. 56-63.

Mitchell, R., & Nicholas, S. 2006. Knowledge creation in groups: the value of cognitive diversity, transactive memory and open-mindedness norms. The Electronic Journal of Knowledge Mangement. Volume 4. Issue 1(67-74). Diakses pada tanggal 29 november 2007 dari www.ejkm.com.

Nurkancana, W., & Sunartana, P P.N. 1990. Evaluasi Hasil Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Sadia, I W. 2004. Efektifitas model konflik kognitif dan model siklus belajar untuk memperbaiki miskonsepsi siswa dalam pembelajaran fisika. Jurnal Pendidikan dan

Pengajaran. Nomor 3. Tahun XXXVII. 40–58.

Santyasa, I W. 2003. Pendidikan, pembelajaran, dan penilaian berbasis kompetensi. Makalah. Disampaikan dalam seminar akademik Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika IKIP Negeri Singaraja, tanggal 27 Februari 2003 di Singaraja.

Santyasa, I W. 2004. Pengaruh model dan seting pembelajaran terhadap remidiasi miskonsepsi, pemahaman konsep, dan hasil belajar fisika siswa SMU. Disertasi (tidak diterbitkan). Program Studi Teknologi Pembelajaran, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang.

Suastra, I W. 2002. Strategi belajar mengajar sains. Buku Ajar. Jurusan Pendidikan Fisika IKIP Negeri Singaraja.

Suastra, I W. 2006. Belajar dan pembelajaran sains. Buku Ajar. Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.

Gambar

Gambar Skema Desain Penelitian Tindakan

Referensi

Dokumen terkait

a) Fungsi informatif, yaitu organisasi dipandang sebagai suatu sistem proses informasi. Bermakna seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang

Masih dalam sumber yang sama Johnson (1986: 208) menjelaskan bahwa motivasi sebagai dorongan yang timbul dari diri individu baik secara sadar ataupun tidak sadar

Ini menunjukkan bahwa semakin banyak SRB yang ditambahkan pada media, maka semakin banyak bakteri yang tumbuh di permukaan spesimen media tersebut.Pada media

Pilih Tabel Atau View Yang Akan Dibuat Report dengan cara double klik AplikasiPembelian, maka akan tampil.. Pilih misalnya tabelsupplier, klik tanda maka

1) Letakkan preparat yang sudah kamu buat pada mikroskop, aturlah cahaya pada mikroskop agar dapat melihat objek dengan jelas. Mula-mula gunakan perbesaran lemah

 Dalam welfare state, hak kepemilikan diserahkan kepada swasta sepanjang hal tersebut memberikan insentif ekonomi bagi pelakunya dan tidak merugikan secara sosial,

Dianggap cara yang terbaik karena harga pasar cocok dengan konsep pusat laba (dapat mengukur kontribusi setiap pusat laba), dan menjadikan penilaian prestasi atas dasar laba

Misi dakwah dalam hal ini adalah menyadarkan manusia sebagai makhluk individual yang harus meningkatkan diri pada khaliknya dan mengintegrasikan dirinya dengan masyarakat..