• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BPS PROVINSI DKI JAKARTA

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA

TRIWULAN III TAHUN 2007

No. 40/11/31/Th. IX, 15 November 2007

Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan III tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan pertumbuhan sebesar 3,14 persen dibandingkan nilai triwulan II tahun 2007 (q to q).

Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan tersebut didorong oleh seluruh sektor ekonomi dengan pertumbuhan tertinggi sektor pengangkutan dan komunikasi (naik 6,42 persen), sektor listrik, gas, dan air bersih (naik 4,59 persen), sektor industri pengolahan (naik 3,79 persen), dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (naik 3,24 persen).

Sementara dari sisi penggunaan pada triwulan III tahun 2007 sebagian besar PDRB Provinsi DKI Jakarta digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga sebesar 56,45 persen, pembentukan modal tetap bruto sebesar 37,96 persen, dan ekspor neto sebesar 2,79 persen.

PDRB DKI Jakarta atas dasar harga berlaku pada triwulan III tahun 2007 mencapai Rp 144,11 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan 2000 mencapai Rp 84,64 triliun.

PDRB triwulan III tahun 2007 dibandingkan dengan PDRB triwulan III tahun 2006 (y on y) mengalami pertumbuhan sebesar 6,67 persen. Seluruh sektor mengalami pertumbuhan positif termasuk sektor pertanian. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor pengangkutan dan komunikasi (naik 16,16 persen), sektor perdagangan, hotel dan restoran (naik 7,51 persen), dan sektor bangunan (naik 7,50 persen).

Peranan tiga sektor utama yakni sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, sektor

perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor industri pengolahan terhadap struktur perekonomian DKI Jakarta pada triwulan III tahun 2007 sekitar 65,16 persen.

I. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan III Tahun 2007

Pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta pada triwulan III tahun 2007 dibandingkan dengan triwulan II tahun 2007 (q to q), yang diukur dari produk domestik Regional bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000, mengalami pertumbuhan sebesar 3,14 persen. Pada triwulan III, semua sektor mulai mengalami peningkatan kapasitas produksi. Hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhan positif yang dicapai oleh hampir semua sektor ekonomi selama triwulan tersebut, kecuali sektor pertanian.

(2)

Tabel 1.

Laju Pertumbuhan PDRB DKI Jakarta Menurut Lapangan Usaha (Persen)

Lapangan Usaha Triw II thd Triw I 2007 Triw III thd Triw II 2007 Triw III 2007 thd triw III 2006 Sumber Pertumbuhan y on y Triw III 2007 (1) (2) (3) (4) (5) 1. Pertanian 4,78 -0,98 1,15 0,00 2. Pertambangan dan Penggalian 1,64 0,31 0,87 0,00 3. Industri Pengolahan 2,77 3,79 4,65 0,70 4. Listrik, gas & air bersih 2,95 4,59 3,90 0,04 5. Bangunan 1,14 2,96 7,50 0,83 6. Perdagangan, hotel & restoran 2,26 3,24 7,51 1,53 7. Pengangkutan dan komunikasi 4,92 6,42 16,16 1,44 8. Keuangan, persewaan & jasa perusahaan 1,65 1,87 4,40 1,27 9. Jasa-jasa 1,86 2,87 6,59 0,85 PDRB DKI Jakarta 2,24 3,14 6,67 6,67 PDRB Tanpa Migas 2,24 3,15 6,69

Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta

Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu sebesar 6,42 persen. Peningkatan ini didorong oleh peningkatan yang terjadi di sub sektor pengangkutan dan komunikasi yang masing-masing tumbuh 6,27 persen dan 6,53 persen. Sektor dengan pertumbuhan tertinggi selanjutnya adalah sektor listrik, gas, dan air bersih sebesar 4,59 persen, sektor industri pengolahan sebesar 3,79 persen, dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 3,24 persen.

Sektor-sektor lainnya, meskipun tidak setinggi empat sektor tersebut, juga menunjukkan pertumbuhan positif. Pada periode yang sama, sektor bangunan tumbuh 2,96 persen, sektor jasa-jasa tumbuh 2,87 persen, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan tumbuh 1,87 persen, dan sektor pertambangan dan penggalian tumbuh 0,31 persen. Sementara sektor pertanian tumbuh minus 0,98 persen.

Sebagaimana telah disebutkan, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor pengangkutan dan komunikasi. Tingginya pertumbuhan pada sub sektor komunikasi masih didorong oleh makin meningkatnya pengguna jasa telekomunikasi seluler. Sementara kenaikan sub sektor pengangkutan terutama terjadi pada angkutan laut dan rel. Meningkatnya volume barang yang diangkut melalui Pelabuhan Muat Tanjung Priok mengakibatkan pertumbuhan angkutan laut di triwulan III ini sebesar 12,65 persen. Sementara jumlah penumpang kereta api terutama KRL bodetabek mendorong pertumbuhan angkutan rel hingga mencapai level 12,41 persen.

(3)

Seiring dengan semakin cepatnya gerak sektor perekonomian real, sektor listrik, gas dan air bersih juga menunjukkan kinerja positif dengan pertumbuhan sebesar 4,59 persen. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sub sektor gas (naik 6,23 persen), kemudian disusul oleh sub sektor listrik (naik 5,11 persen). Selanjutnya, Sektor industri pengolahan juga menunjukkan pertumbuhan positif pada triwulan III, yaitu sebesar 3,79 persen. Pertumbuhan ini lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan II yang sebesar 2,77 persen. Kegiatan industri pengolahan menunjukkan hampir seluruh sub sektor industri pengolahan pertumbuhan positif kecuali sub sektor barang kayu dan hasil hutan lainnya.

Pertumbuhan sektor perdagangan, hotel restoran menempati urutan selanjutnya, yaitu berada pada level 3,24 persen. Pertumbuhan ini terutama didorong oleh pertumbuhan sub sektor perdagangan dan sub sektor restoran. Inflasi yang relatif stabil serta nilai tukar rupiah yang stabil pada triwulan III mendorong peningkatan transaksi perdagangan dan restoran. Pada triwulan III, sektor perdagangan tumbuh 3,01 persen dan sektor restoran bahkan tumbuh lebih cepat yaitu sebesar 4,72 persen. Sementara kinerja perhotelan dari sisi hunian hotel menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dibanding triwulan sebelumnya, yaitu sebesar 1,46 persen.

Di lain sisi, sektor bangunan menunjukkan pertumbuhan 2,96 persen. Pembangunan sarana dan prasarana jalan (under pass, jalur khusus busway, fly over, dsb) yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi turut menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi di sektor ini.

Sektor jasa tumbuh sebesar 2,87 persen. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sub sektor jasa-jasa hiburan yaitu mencapai 9,86 persen. Tingginya pertumbuhan pada sub sektor jasa-jasa hiburan terutama disebabkan oleh masa liburan sekolah.

Sebagai sektor andalan Jakarta, sektor keuangan di triwulan III menunjukkan pertumbuhan 1,87 persen. Pertumbuhan ini didorong membaiknya kinerja bank dan lembaga keuangan, disamping peningkatan kegiatan persewaan dan jasa perusahaan.

(4)

Gambar 1. Laju Pertumbuhan PDRB Triwulan III Tahun 2007 adh Konstan 2000

(3.50) -3.50 7.00 10.50 14.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Lapangan Usaha Pe rtumbuhan (%)

Triw II thd Triw I 2007 Triw III thd Triw II 2007 Triw III 2007 thd triw III 2006

Keterangan:

1 Pertanian 6 Perdagangan, Hotel Dan Restoran 2 Pertambangan Dan Penggalian 7 Pengangkutan Dan Komunikasi

3 Industri Pengolahan 8 Keuangan, Persewaan Dan Jasa Perusahaan 4 Listrik Gas Dan Air Bersih 9 Jasa-jasa

5 Bangunan

PDRB triwulan III tahun 2007 bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya (y on y) mencerminkan perubahan tanpa dipengaruhi oleh faktor musim. Pada kondisi tersebut PDRB DKI Jakarta secara total tumbuh 6,67 persen. Pada triwulan ini semua sektor tumbuh lebih cepat dibanding triwulan II. Hal ini disebabkan pada triwulan III semua kegiatan ekonomi mengalami peningkatan kapasitas produksi.

Pertumbuhan tertinggi pada triwulan III dicapai oleh sektor pengangkutan dan komunikasi, yakni sebesar 16,16 persen, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 7,51 persen, sektor bangunan sebesar 7,50 persen, sektor jasa-jasa sebesar 6,59 persen, sektor industri pengolahan sebesar 4,65 persen, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan sebesar 4,40 persen, sektor listrik, gas, dan air bersih sebesar 3,90 persen, dan sektor pertambangan dan penggalian tumbuh sebesar 0,87 persen, dan sektor pertanian tumbuh 1,15 persen.

Kajian lain yang menarik untuk dicermati adalah besarnya sumbangan masing-masing sektor dalam menciptakan laju pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta selama periode tertentu. Sektor-sektor ekonomi dengan nilai nominal besar tetap akan menjadi penyumbang terbesar bagi pertumbuhan ekonomi meskipun pertumbuhan sektor yang bersangkutan relatif kecil. Begitu pula sebaliknya.

(5)

dan komunikasi, dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. Sektor-sektor tersebut memberikan andil sebesar 4,24 persen dari total pertumbuhan sebesar 6,67 persen.

Meskipun tidak menjadi sektor dengan pertumbuhan tertinggi, sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan andil terbesar dalam pertumbuhan ekonomi Jakarta triwulan III tahun 2007. Sektor ini memberikan andil sebesar 1,53 persen dari total pertumbuhan 6,67 persen yang dicapai. Sementara sektor pengangkutan dan komunikasi, dengan pencapaian pertumbuhan tertinggi diantara sektor lainnya hanya mampu memberikan sumbangan terbesar kedua dengan nilai sumbangan sebesar 1,44 persen. Sedangkan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan memberikan andil sebesar 1,27 persen.

Bila ketiga sektor tersebut mampu menyumbang sebesar 4,24 persen dari total pertumbuhan sebesar 6,67 persen, maka sisanya sebesar 2,43 persen berasal dari sektor jasa-jasa, sektor industri pengolahan, sektor bangunan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor pertanian.

II. Nilai PDRB Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000

Triwulan II dan Triwulan III Tahun 2007

PDRB DKI Jakarta diartikan sebagai nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi dalam wilayah hukum Provinsi DKI Jakarta setelah mengeluarkan biaya-biaya antaranya. Nilai barang dan jasa ini disebut nilai neto produk atau nilai tambah. Bila barang dan jasa tersebut menggunakan harga rata-rata yang berlaku pada tahun itu disebut PDRB harga berlaku, dan bila harga yang digunakan adalah pada satu tahun tertentu disebut PDRB harga konstan. Tahun dasar yang digunakan dalam perhitungan PDRB saat ini adalah tahun 2000.

PDRB atas dasar harga berlaku Provinsi DKI Jakarta pada triwulan II tahun 2007 adalah sebesar Rp 138,10 triliun, sedangkan pada triwulan III tahun 2007 sebesar Rp 144,11 triliun, atau terjadi peningkatan sebesar Rp 6 triliun. Sedangkan berdasarkan atas harga konstan 2000, PDRB triwulan II tahun 2007 mencapai Rp 82,06 triliun dan triwulan III tahun 2007 adalah Rp 84,64 triliun.

Selama triwulan III tahun 2007, berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku, sektor ekonomi yang menghasilkan nilai tambah bruto produk barang dan jasa terbesar adalah sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan sebesar Rp. 40,74 triliun, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp 30,04 triliun, dan sektor industri pengolahan sebesar Rp 23,13 triliun. Sedangkan berdasarkan atas harga konstan 2000, ketiganya menghasilkan nilai tambah masing-masing sebesar Rp 24,84 triliun untuk sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, Rp 18,48 triliun untuk sektor perdagangan, hotel, dan restoran, dan Rp 14,36 triliun untuk sektor industri pengolahan.

(6)

Tabel 2.

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2000 (Miliar Rupiah)

LAPANGAN USAHA

Berlaku Konstan 2000

Triw II 2007 Triw III 2007 Triw II 2007 Triw III 2007

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Pertanian 142,13 144,11 76,00 75,25

2. Pertambangan Dan Penggalian 629,77 674,30 234,78 235,51

3. Industri Pengolahan 22.050,20 23.130,21 13.833,76 14.358,06 4. Listrik Gas Dan Air Bersih 1.442,01 1.562,23 530,90 555,25

5. Bangunan 15.358,33 16.018,51 8.207,14 8.450,07

6. Perdagangan, Hotel Dan Restoran 28.513,97 30.037,36 17.905,48 18.485,69 7. Pengangkutan Dan Komunikasi 12.329,78 13.213,80 7.449,05 7.927,19 8. Keuangan, Persewaan Dan Jasa Perusahaan 39.827,51 40.742,91 24.389,74 24.845,22

9. Jasa-jasa 17.808,56 18.590,97 9.437,01 9.707,57

Produk Domestik Regional Bruto 138.102,27 144.114,40 82.063,86 84.639,81 Produk Domestik Regional Bruto Tanpa Migas 137.472,50 143.440,10 81.829,08 84.404,30

Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta

III. Struktur PDRB Menurut Sektor Ekonomi/Lapangan Usaha Tahun 2006, Triwulan II dan

Triwulan III Tahun 2007

Tahun 2006 perekonomian DKI Jakarta masih didominasi oleh sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor industri pengolahan. Secara umum, peranan ketiganya sebesar 65,8 persen yaitu 29,8 persen untuk sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, 20 persen untuk sektor perdagangan, hotel, dan restoran, dan sekitar 15,9 persen untuk sektor industri pengolahan. Sementara sektor bangunan dan sektor pengangkutan komunikasi masing-masing memberi kontribusi 11,18 persen dan 8,80 persen.

Sementara itu, pada triwulan III tahun 2007 struktur perekonomian DKI Jakarta juga menunjukkan pola yang sama dengan tahun 2006. Perekonomian masih didominasi oleh sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan dengan kontribusi sebesar 28,27 persen, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan hotel restoran dengan kontribusi 20,84 persen dan sektor industri pengolahan dengan kontribusi 16,05 persen. Sektor lain yang menunjukkan kontribusi diatas 10 persen adalah sektor jasa-jasa dengan kontribusi 12,90 persen dan sektor bangunan dengan kontribusi 11,12 persen.

(7)

Tabel 3.

Struktur Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006, Triwulan II dan III Tahun 2007 (Persen)

Lapangan Usaha 2006 2007

Triw II Triw III

(1) (2) (3) (4)

1. Pertanian 0,10 0,10 0,10

2. Pertambangan & Penggalian 0,48 0,46 0,47

3. Industri Pengolahan 15,93 15,97 16,05

4. Listrik, gas & air bersih 1,06 1,04 1,08

5. Bangunan 11,18 11,12 11,12

6. Perdagangan, hotel & restoran 20,07 20,65 20,84

7. Pengangkutan dan komunikasi 8,80 8,93 9,17

8. Keuangan, persewaan & jasa perusahaan 29,80 28,84 28,27

9. Jasa-jasa 12,58 12,90 12,90

PDRB DKI Jakarta 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta

IV. PDRB menurut Penggunaan Triwulan II dan III Tahun 2007

Dari sisi penggunaan atau permintaan, PDRB DKI Jakarta dipengaruhi oleh berbagai komponen permintaan, yaitu pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi, dan ekspor-impor. Tinjauan struktur PDRB menurut penggunaan menunjukkan alokasi penggunaan PDRB yang tercipta di suatu daerah pada satu kurun waktu tertentu.

Penggunaan PDRB DKI Jakarta masih didominasi untuk memenuhi konsumsi rumah tangga dan pembentukan modal tetap bruto dengan perbedaan proporsi yang cukup signifikan. Selama triwulan III tahun 2007, sebesar 56,45 persen (Rp 81,36 triliun) PDRB DKI Jakarta digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba.

(8)

Tabel 4.

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Komponen Penggunaan Atas Dasar Harga Berlaku Dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Miliar Rupiah)

Komponen Penggunaan Berlaku (Miliar Rp) Konstan 2000 (Miliar Rp) Triw II 2007 Triw III 2007 Triw II 2007 Triw III 2007

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Konsumsi RT & Lembaga Swasta Nir Laba 77.329,29 81.358,52 42.942,68 43.959,57 2. Konsumsi Pemerintah 7.981,96 8.633,59 3.957,13 4.094,10 3. PMTB 51.974,99 54.700,16 27.441,63 28.421,25 4. Perubahan Stok -6.142,71 -4.597,84 - 7.077,35 - 4.822,54 5. Ekspor 78.983,62 83.510,52 59.238,89 61.490,97 6. Minus Impor 72.024,89 79.490,55 44.439,11 48.503,55 PDRB 138.102,27 144.114,40 82.063,86 84.639,81

Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta

Proporsi pembentukan modal tetap bruto pada triwulan II tahun 2007 adalah sebesesar 37,64 persen (Rp 51,98 triliun) dan pada triwulan III tahun 2007 meningkat menjadi 37,96 persen (Rp 54,70 triliun). Secara riil, komponen ekspor memiliki proporsi lebih besar dari konsumsi rumah tangga dan pembentukan modal tetap bruto. Pada triwulan III tahun 2007 proporsi komponen ini sekitar 57,95 persen, atau sekitar Rp 83,51 triliun. Namun demikian, karena ada pengaruh komponen impor yang memiliki kontribusi sebesar 55,16 persen, atau sekitar Rp 79,49 triliun, maka secara neto proporsi ekspor adalah sebesar 2,79 persen atau sekitar Rp 4,02 triliun. Sementara itu, konsumsi pemerintah menggunakan proporsi sebesar 5,99 persen dari total PDRB, atau senilai Rp 8,63 triliun.

Tabel 5.

Distribusi Persentase PDRB Menurut Komponen Penggunaan Atas Dasar Harga Berlaku (Persen)

Komponen Penggunaan Triw II 2007 Triw III 2007

(1) (2) (3)

1. Konsumsi RT dan lembaga swasta nir laba 55,99 56,45

2. Konsumsi Pemerintah 5,78 5,99 3. PMTB 37,64 37,96 4. Perubahan Stok - 4,45 - 3,19 5. Ekspor 57,19 57,95 6. Minus Impor 52,15 55,16 PDRB 100,00 100,00

(9)

Tinjauan terhadap laju pertumbuhan triwulan III tahun 2007 terhadap triwulan II tahun 2007 menunjukkan pertumbuhan positif di seluruh komponen. Pada periode tersebut, impor mengalami pertumbuhan tertinggi yakni sebesar 9,15 persen, meningkat dari Rp 44,44 triliun menjadi Rp 48,50 triliun. Setelah itu diikuti oleh pembentukan modal tetap bruto yang meningkat 3,57 persen, yaitu dari Rp 27,44 triliun menjadi Rp 28,42 triliun, konsumsi pemerintah yang meningkat 3,46 persen, yaitu dari Rp 3,96 triliun menjadi Rp 4,09 triliun, ekspor yang meningkat 3,80, yaitu dari Rp 59,24 triliun menjadi Rp 61,49 triliun dan konsumsi rumah tangga yang meningkat 2,37 persen, yaitu dari Rp 42,94 triliun menjadi Rp 44,14 triliun.

Tabel 6.

Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Komponen Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Persen)

Komponen Penggunaan thd Triw I 2007 Triw II thd triw II 2007 Triw III Triw III 2007Triw III 2006 thd

(1) (2) (3) (4)

1. Konsumsi RT dan lembaga swasta nir laba 2,25 2,37 9,38

2. Konsumsi Pemerintah 2,68 3,46 8,39

3. PMTB 1,82 3,57 7,08

4. Ekspor 6,83 3,80 8,99

5. Minus Impor 8,31 9,15 12,41

PDRB 2,24 3,14 6,67

Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta

Dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya seluruh komponen menunjukkan pertumbuhan diatas 5 persen. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen impor sebesar 12,41 persen, kemudian disusul oleh komponen konsumsi rumah tangga sebesar 9,38 persen, ekspor sebesar 8,99 persen, konsumsi pemerintah sebesar 8,39 persen, dan pembentukan modal tetap bruto sebesar 7,08 persen. Pertumbuhan ekspor lebih rendah dibandingkan impor namun demikian secara nominal nilai net ekspor masih tumbuh positif.

(10)

BPS PROVINSI DKI

Informasi lebih lanjut hubungi:

Ir. Dody Rudyanto, MM.

Kepala Bidang Neraca Wilayah & Analisis Statistik

Telepon : 021-3822690 Fax : 021-3840084

e-mail : bps3100@mailhost.bps.go.id

Homepage: http://bps.jakarta.go.id

Gambar

Gambar 1. Laju Pertumbuhan PDRB Triwulan III  Tahun 2007 adh Konstan 2000

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, pada tugas akhir ini, akan dikonstruksi kode swa-dual Hermitian yang baru atas GF (9) dengan panjang 12, sehingga diperoleh 9 kode swa-dual near MDS Hermitian yang

Dari penelitian ini diharapkan dapat mengetahui pengaruh propolis terhadap perbaikan klinis selesma pada anak, sehingga dapat dijadikan bukti ilmiah untuk membantu

Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi minyak mint dari daun mint (Mentha arvensis Linn) segar dilakukan dengan metode distilasi uap selama 1 jam,

Berdasarkan uraian tersebut, maka hubungan aspek kekuasaan dengan aspek fisik kota dan sosial ekonomi, serta interaksi antara kedua aspek yang disebut terakhir, merupakan pola

Banyak faktor yang mempengaruhi hasil kemampuan smash dalam permainan bola voli, salah satunya adalah faktor teknik dasar, panjang lengan, daya ledak otot tungkai. Daya

Capaian pembelajaran ini dicapai melalui perumusan empat kompetensi KKNI, yaitu mahasiswa mampu: (1) mengambil keputusan strategis berdasarkan data dan informasi yang diperoleh,

Obat off-label yang ditemukan adalah Misoprostol yang tergolong ke dalam kategori off-label indikasi (Missed Abortion, Abortus Incomplete, Blighted Ovum, dan Induksi persalinan

Bentuk tindak tutur tidak langsung tidak literaldiantaranya meliputi: (a) bentuk tuturan yang berupa sindiran terdapat satu tuturan, (b) bentuk tuturan yang berupa