• Tidak ada hasil yang ditemukan

DINAMIKA INTERAKSI PARASITOID DENGAN INANGNYA,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DINAMIKA INTERAKSI PARASITOID DENGAN INANGNYA,"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Ulat daun kubis (diamondback moth), Plutella xylostella (Lepidoptera: Yponomeutidae) adalah hama utama yang sangat merusak tanaman famili Brassicaceae, terutama kubis dan sawi di Indonesia (Sastrosiswojo & Sastrodihardjo, 1986; Herlinda, 2003). Pada musim kemarau, kerusakan oleh hama dapat mengakibatkan penurunan produksi kubis hingga produksi mencapai nol (Sastrosiswojo, 1993). Hasil survei yang dilakukan di daerah Pagaralam, Sumatera Selatan pada tanaman sawi putih (Brassica chinensis L) menunjukkan bahwa populasi larva P. xylostella mencapai 6,99 ekor/tanaman dengan kerusakan mencapai 27.98% sehingga produk ini tidak laku dijual (Winasa & Herlinda, 2003).

Pengendalian P. xylostella ini umumnya menggunakan insektisida terutama yang sintetik, seperti fosfat organik dan piretroid sintetik. Di daerah Pagaralam, penyemprotan pestisida tersebut minimal dilakukan 2-3 kali per minggu. Hasil survei di Jawa Barat dan Sumatera Selatan menunjukkan hama ini tidak mudah terbunuh oleh berbagai jenis insektisida, penyemprotan bahkan membuat serangannya semakin berat (Winasa & Herlinda,

2003). Beberapa peneliti di luar negeri maupun di Indonesia melaporkan bahwa P. xylostella telah resisten terhadap insektisida, seperti senyawa fosfat organik, piretroid sintetik, dan lain-lain (Tabashnik, 1991; Shelton et al., 2000; Zhao et al., 2002; Listyaningrum et al., 2003; Sastrosiswojo et al., 2003). Penggunaan pestisida yang berlebihan ini juga berakibat buruk terhadap kehidupan musuh alaminya yang dapat berujung pada peledakan populasi P. xylostella.

Banyak dilaporkan peran parasitoid larva, Diadegma semiclausum dalam menekan perkembangan populasi P. xylostella (Sastrosiswojo, 1993; Kartosuwondo, 1994; Sastrosiswojo 1994; Herlinda et al., 2003). Parasitoid larva P. xylostella lainnya yang banyak ditemukan di daerah dataran rendah, yaitu Cotesia sp., sedangkan di daerah dataran tinggi parasitoid ini jarang ditemukan (Herlinda et al., 2003; Winasa & Herlinda, 2003). Selain itu, parasitoid telur juga telah dilaporkan cukup berpotensi untuk menekan populasi telur hama ini (Winasa & Herlinda, 2003).

Artikel ini melaporkan kajian tentang interaksi parasitoid dengan inangnya (P. xylostella) pada pertanaman Brassicaceae di daerah Sumatera Selatan, serta dampaknya terhadap penurunan serangan P. xylostella.

DINAMIKA INTERAKSI PARASITOID DENGAN INANGNYA,

Plutella xylostella (LEPIDOPTERA: PLUTELLIDAE)

PADA SAYURAN BRASSICACEAE

Dynamic Interactions between Parasitoids and Their Host,

Plutella xylostella (Lepidoptera: Plutellidae) on Brassicaceous Crops

Siti Herlinda

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya Email: [email protected]

ABSTRACT

Research was conducted from January to November 2003 in the Province of South Sumatera. The objectives of the research were to analyze the rate of the parasitoid parasitism affected by external factors, to evaluate the interactions between parasitoid and its host, diamondback moth (DBM) eggs and larvae, and to analyze effect of the parasitization on leaf damage by diamondback moth (Plutella xylostella) larvae.

The research consisted of the field and laboratory observations. The field observation was done to collect the egg and larval parasitoids, and to study population and damage by P. xylostella on Brassicaceous crops. The laboratory observation was carried out to identify parasitoid species found on the crops, and to determine the P. xylostella parasitism by the parasitoids.

Rates of the egg and larval parasitism by the parasitoids were greatly affected by insecticide application, and were also affected by crop phenology. The field treated by scheduled application of insecticide had generally low parasitism. The parasitization tended to be higher at weedy brassicaceous fields and intercropping systems than at monoculture, and also higher at earlier growing season than at later date. However, the rate of parasitization by egg parasitoids, Trichogramma spp., tended to follow the development of DBM eggs, and the rate of parasitization by larval parasitoids, Diadegma semiclusum or Cotesia sp., also tended to follow their host population. Thus, they were density dependent parasitoids. The rates of the parasitization affected the damage by DBM larvae on brassicaceous leaves. The leaf damage by DBM larvae decreased with increasing parasitization by the parasitoids. The heaviest infestation occurred when the parasitization was the lowest.

(2)

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini telah dilaksanakan sejak bulan Januari hingga November 2003. Suhu dan kelembaban saat penelitian masing-masing adalah 24.5o C dan 85%, sedangkan curah hujan rata-rata 12 mm/hari di daerah dataran tinggi. Ketinggian tempat tersebut berkisar 700-1500 m di atas permukaan laut (dpl). Suhu dan kelembaban saat penelitian di daerah dataran rendah masing-masing adalah 30o C dan 80%, sedangkan curah hujan rata-rata 7 mm/hari. Ketinggian tempat tersebut berkisar 5-10 m dpl.

Pengamatan Parasitoid Telur dan Larva

Pengamatan parasitoid telur dan larva P.xylostella di pertanaman kubis (Brassica oleracea var. botrytis) dilakukan di daerah dataran tinggi, yaitu Kerinjing. Pengamatan parasitoid telur dan larva P.xylostella dilakukan di pertanaman sawi (Brassica chinensis) di daerah dataran tinggi juga, yaitu Muarasiban (Pagaralam). Di daerah dataran rendah, yaitu Sukarami hanya dilakukan pengamatan parasitoid larva pada pertanaman caisin (Brassica juncea). Pada pertanaman caisin ini tidak diamati parasitoid telurnya karena telur yang ditemukan semuanya tidak terparasit. Perbedaan jenis tanaman yang diamati ini karena berbedanya jenis tanaman yang umum dibudidayakan petani pada masing-masing lokasi (spesifik lokasi). Kegiatan pengamatan ini dilakukan selama dua musim tanam, kecuali pada tanaman caisin hanya dilakukan satu musim tanam.

Pengamatan parasitoid telur dan larva P.xylostella di pertanaman kubis dilakukan pada lahan seluas sekitar 7.500 m2. Pengamatan dilakukan setiap minggu yang dimulai sejak tanaman berumur 1 minggu setelah tanam (mst) hingga menjelang panen. Telur dan larva contoh diambil sebanyak mungkin, acak, dan menyebar rata di pertanaman.

Pengamatan parasitoid telur dan larva P.xylostella di pertanaman sawi dilakukan pada lahan seluas sekitar 6.500 m2. Pengamatan dilakukan setiap lima hari yang dimulai sejak tanaman berumur 5 hari setelah tanam (hst) hingga menjelang panen. Telur, dan larva contoh diambil sebanyak mungkin, acak, dan menyebar rata di pertanaman.

Pengamatan parasitoid larva P.xylostella di pertanaman caisin dilakukan pada lahan seluas sekitar 2.000 m2. Pengamatan dilakukan setiap tiga hari yang dimulai sejak tanaman berumur 3 hari setelah tanam (hst) hingga menjelang panen.

Telur atau larva contoh dari setiap lokasi dan setiap jenis Brassicaceae yang berbeda dimasukkan dalam tempat yang terpisah, dicatat lokasi, waktu pengambilan contoh dan jenis Brassicaceae. Untuk larva contoh, langsung dimasukkan ke dalam toples plastik kecil (diameter 10 cm dan tinggi 12

cm), sedangkan telur contoh dimasukkan ke dalam tabung reaksi (diameter 1 cm dan tinggi 12 cm). Larva contoh dari lapangan dibawa ke laboratorium dan dipindahkan di dalam kurungan plastik (toples) hitam (diameter 15 cm, tinggi 20 cm) untuk pemeliharaan dan diberi daun caisin. Pada bagian tutup kurungan plastik hitam tersebut diletakkan tabung reaksi (diameter 1 cm dan tinggi 12 cm) untuk penampung parasitoid yang muncul. Jumlah imago parasitoid dan larva (untuk parasitoid telur) atau imago P. xylostella (untuk parasitoid larva) yang terbentuk dicatat guna menentukan tingkat parasitisasi telur atau larva P. xylostella.

Imago parasitoid yang muncul dimasukkan dalam botol vial yang berisi alkohol 70%. Parasitoid yang didapatkan selanjutnya diidentifikasi di bawah mikroskop di Laboratorium Entomologi, Jurusan HPT, Fakultas Pertanian, Unsri. Identifikasi spesies parasitoid didasarkan atas ciri morfologinya. Identifikasi menggunakan buku acuan Alba (1988), Fitton & Walker 1992, Goulet & Huber (1993) dan Donald et al. (2000).

Pengamatan Populasi dan Serangan Plutella xylostella

Pengamatan populasi dan serangan telah dilakukan pada lokasi dan waktu yang sama dengan pengamatan parasitoid di atas. Populasi larva P. xylostella diamati dengan cara mengamati unit contoh, yang tersebar secara sistematik, sebanyak 10% dari populasi tanaman.

Pada lokasi dan waktu yang sama dengan pengamatan populasi, juga dilakukan pengamatan tingkat serangan atau kerusakan. Pada setiap lokasi pertanaman sayuran, diamati tanaman contoh sebanyak 10% dari populasi tanaman yang ada di masing-masing lokasi pertanaman (luas lahan sama dengan pengamatan di atas). Tanaman contoh diusahakan menyebar rata di petak pengamatan.

Pengamatan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Parasitisasi

Untuk mengamati pengaruh perbedaan pola tanam terhadap parasitisasi oleh parasitoid, maka pengamatan dilakukan pada tiga pola tanam kubis di Kerinjing, yaitu monokultur bebas gulma, monokultur bergulma, dan tumpang sari (polikultur) dengan tanaman caisin. Masing-masing lokasi tersebut luasnya sekitar 500 m2. Pengamatan parasitisasi, yang pada penelitian ini dipilih telur, dilakukan setiap minggu yang dimulai sejak tanaman berumur 1 minggu setelah tanam (mst) hingga menjelang panen.

Telur P. xylostella dari setiap lokasi yang berbeda akan dimasukkan dalam tempat yang terpisah, dicatat lokasi, dan waktu pengambilan contoh. Jumlah telur contoh yang diambil sebanyak-banyak, acak, dan menyebar rata di lokasi pengamatan. Telur contoh dimasukkan ke dalam tabung reaksi

(3)

Kecenderungan yang sama juga ditemukan pada

pertanaman kubis. Pada musim tanam Juli-Agustus,

parasitisasi telur P. xylostella berkisar 11,11-29,65 %,

sedangkan intensitas serangan larva berkisar antara

8,76-20,61 % (Gambar 3a). Pada musim tanam

September-Oktober, parasitisasi telur P. xylostella berkisar 18,59-47,25

%, sedangkan intensitas serangan larva hanya berkisar antara

0-3,94 % (Gambar 3b). Seperti halnya pada pertanaman

sawi, parasitisasi telur yang lebih tinggi akan diikuti oleh

lebih rendahnya intensitas serangan larva P. xylostella.

Kondisi ini terjadi karena telur-telur P. xylostella banyak

terparasit sehingga larva (fase merusak) yang terbentuk

sangat rendah yang akhirnya berdampak pada penurunan

intensitas serangannya. Dengan demikian, keberadaan

parasitoid telur di lapangan dapat menekan perkembangan

telur menjadi larva P. xylostella.

Parasitoid Larva

Pada pertanaman kubis di daerah dataran tinggi,

Pagaralam, populasi larva P. xylostella berkisar antara

0,05-0,13 ekor/tanaman, sedangkan parasitisasinya oleh D.

semiclausum berkisar antara 11,11-45,83% (Gambar 4a).

(diameter 1 cm dan tinggi 12 cm). Jumlah imago parasitoid dan larva P. xylostella yang terbentuk dicatat guna menentukan tingkat parasitisasi telur P. xylostella.

Untuk mengamati pengaruh pestisida terhadap parasitisasi oleh parasitoid, maka pengamatan dilakukan pada pertanaman kubis tumpang sari dengan tanaman jeruk di Kerinjing. Luas lahan yang diamati sekitar 1.000 m2. Pengamatan parasitisasi, yang pada penelitian ini dipilih telur, larva, dan pupa, dilakukan setiap minggu yang dimulai sejak tanaman berumur 1 minggu setelah tanam (mst) hingga menjelang panen. Pada minggu keempat hingga menjelang panen pertanaman diaplikasikan dengan insektitisida (sesuai kebiasaan petani).

Telur, larva, dan pupa, contoh diambil sebanyak mungkin, acak, dan menyebar rata di pertanaman. Selanjutnya, telur contoh dimasukkan ke dalam tabung reaksi (diameter 1 cm dan tinggi 12 cm). Larva atau pupa contoh dimasukkan ke dalam toples plastik kecil (diameter 10 cm dan tinggi 12 cm).

Jumlah imago parasitoid dan larva (untuk parasitoid telur) atau imago P. xylostella (untuk parasitoid larva dan pupa) yang terbentuk dicatat guna menentukan tingkat parasitisasi P. xylostella.

Analisis data

Jumlah imago parasitoid dan imago P. xylostella yang terbentuk dicatat guna menentukan tingkat parasitisasi P. xylostella. Tingkat parasitisasi dihitung dengan cara membagi jumlah inang yang terparasit dibagi total keseluruhan inang contoh dikali 100% (Elvinardewi et al. 2000). Penentuan tingkat serangan menggunakan kriteria intensitas serangan (Elvinardewi et al. 2000), yaitu 0 = tidak ada serangan, 1 = kerusakan > 0 hingga 25%, 2 = kerusakan > 25 hingga 50%, 3 = kerusakan >50 hingga 75% dan 4 = >75 hingga 100%. Data ditabulasi dan ditampilkan dalam bentuk grafik.

HASIL DAN PEMBAHASAN Parasitoid Telur (Trichogramma sp.)

Pada pertanaman sawi, hasil pengamatan populasi telur P. xylostella dan parasitisasi telur oleh Trichogramma sp. selama satu musim tanam sawi ditampilkan pada Gambar 1a. Populasi telur P. xylostella berkisar antara 0,02-0,08 butir/tanaman, sedangkan parasiti-sasinya berkisar antara 48,89-61,33%. Populasi telur cenderung meningkat seiring pertambahan umur tanaman. Peningkatan populasi telur diikuti dengan semakin meningkatnya parasitisasi oleh parasitoid telur. Fenomena ini terjadi karena perilaku parasitoid tersebut yang tergantung kerapatan populasi inang. Semakin tinggi

populasi inang, maka semakin tinggi pula jumlah inang yang dapat diparasit.

Pada pertanaman kubis, populasi telur P. xylostella berkisar antara 0,15-1,89 butir/tanaman, sedangkan parasitisasinya berkisar antara 18,59-47,25% (Gambar 1b). Populasi telur berfluktuasi selama satu musim tanam. Populasi telur tertinggi ditemukan saat tanaman kubis berumur 1 mst. Parasitisasi telur di pertanaman kubis tinggi saat awal tanam, sedangkan memasuki fase pembentukan krop, parasitisasi menurun. Fluktuasi tingkat parasitisasi ini mengikuti keberadaan inangnya (telur) seperti fenomena yang ditemukan pada pertanaman sawi. Hal ini menunjukkan bahwa kerja parasitoid telur ini bertautan padat (density dependent).

Dari hasil pengamatan selama dua musim tanam sawi di daerah dataran tinggi, Muarasiban, Pagaralam, parasitisasi telur yang tinggi dapat menurunkan intensitas serangan larva (Gambar 2). Pada musim tanam September-Oktober, parasitisasi telur P. xylostella berkisar 0-24.93 %, sedangkan intensitas serangan larva berkisar antara 5,39-22,35 % (Gambar 2a). Pada musim tanam, Oktober-November parasitisasi telur P. xylostella berkisar 48.89-61,33 %, sedangkan intensitas serangan larva hanya berkisar antara 0,55-1,44 % (Gambar 2b). Parasitisasi telur yang lebih tinggi pada musim tanam kedua diikuti oleh lebih rendahnya intensitas serangan larva P. xylostella dibandingkan musim tanam pertama.

(4)

0 5 10 15 20 25 5 10 15 20 25 30 35

Umur tanaman sawi (hst)

In te ns ita s s er anga n l ar va (% ) 0 10 20 30 40 50 60 70 Pa ra si tisa si te lu r ( % ) Intensitas serangan Parasitisasi 0 5 10 15 20 25 5 10 15 20 25 30 35

Umur tanaman sawi (hst)

In te ns ita s s era ng an la rv a (% ) 0 10 20 30 40 50 60 70 Pa ra si tisa si te lu r ( % ) Intensitas serangan Parasitisasi

Gambar 2. Hubungan antara parasitisasi telur dan intensitas serangan larva Plutella xylostella di pertanaman sawi pada musim tanam September-Oktober 2003 (a) dan Oktober-November 2003 (b) di daerah dataran tinggi Muarasiban, Pagaralam, Sumatera Selatan

Gambar 1. Hubungan antara populasi telur Plutella xylostella dengan parasitisasi oleh Trichogramma sp. di

pertanaman sawi (a) dan kubis (b) di Pagaralam, Sumatera Selatan

0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 0.09 5 10 15 20 25 30 35

Umur tanaman sawi (hst)

P op ul as i t elu r ( bu tir /t an am an ) 0 10 20 30 40 50 60 70 P ar asi ti sa si t el ur ( % ) Pop. telur Parasitisasi 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 1 2 3 4 5 6 7 8 Umur tanaman kubis (mst)

P op ula si t elu r (b ut ir /t an ) 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 P ar asi ti sa si t elu r ( % ) Pop. telur Parasitisasi 0 5 10 15 20 25 1 2 3 4 5 6 7 8

Umur tanaman kubis (mst)

In te ns ita s se ra ng an la rv a (% ) 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Pa ra si tisa si te lu r ( % ) Intensitas serangan Parasitisasi 0 5 10 15 20 25 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Umur tanaman kubis (mst)

In te ns ita s s era ng an la rv a (% ) 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Pa ra si tis as i t el ur (% ) Intensitas serangan Parasitisasi

Gambar 3. Hubungan antara parasitisasi telur dan intensitas serangan larva Plutella xylostella di pertanaman kubis pada musim tanam Juli-Agustus 2003 (a) dan September-Oktober 2003 (b) di daerah dataran tinggi Kerinjing, Pagaralam, Sumatera Selatan

(5)

Populasi larva berfluktuasi selama satu musim

tanam kubis. Populasi larva tertinggi ditemukan saat

tanaman berumur 4 mst, sedangkan parasitisasi tertinggi

saat tanaman 5 mst. Kecenderung peningkatan populasi

larva diikuti peningkatan parasitisasi minggu berikutnya.

Pada pertanaman caisin di daerah dataran rendah, Sukarami, umumnya banyak ditemukan parasitoid larva, Cotesia sp. Populasi larva P. xylostella pada pertanaman caisin berkisar antara 0,10-0,39 ekor/tanaman, sedangkan parasitisasi oleh Cotesia sp. berkisar antara 16,67-41,27% (Gambar 4b). Populasi larva berfluktuasi selama satu musim tanam. Populasi larva tertinggi ditemukan saat tanaman caisin berumur 18 hari setelah tanam (hst), sedangkan parasitisasi tertinggi saat tanaman berumur 21 hst. Kecenderung peningkatan populasi larva diikuti peningkatan parasitisasi pada pengamatan berikutnya, seperti fenomena yang ditemukan pada pertanaman kubis. Hal ini menunjukkan bahwa kerja kedua parasitoid larva tersebut bertautan padat.

Dari hasil pengamatan selama dua musim tanam kubis di daerah dataran tinggi, Kerinjing, Pagaralam, parasitisasi larva yang tinggi cenderung menyebabkan penurunan intensitas serangan larva (Gambar 5).

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 3 6 9 12 15 18 21

Umur tanaman caisin (hst)

P opu la si la rv a ( ekor /t an ) 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 P ar asi ti sa si ( % ) Populasi Parasitisasi 0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 1 2 3 4 5 6 7 8 Umur tanaman kubis (mst)

Po pul a si la rv a (e ko r/ tanam an) 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 P ara si tis as i l a rv a (% ) Pop. Larva Parasitisasi

Gambar 4. Hubungan antara populasi larva Plutella xylostella dengan parasitisasinya oleh Diadegma semiclausum di pertanaman kubis di Kerinjing, Pagaralam (a); Hubungan antara populasi larva Plutella xylostella dengan parasitisasinya oleh Cotesia sp. di pertanaman caisin di Sukarami (b)

Namun, fenomena ini tidak konsisten seperti pada kasus parasitoid telur di atas (Gambar 2 dan 3). Pada musim tanam Juli-Agustus, parasitisasi larva P. xylostella berkisar 28,57-82,26 %, sedangkan intensitas serangan larva berkisar antara 7,88-10,74 % (Gambar 5a). Pada musim tanam September-Oktober, parasitisasi larva P. xylostella berkisar 11,11-45,83 %, sedangkan intensitas serangan larva hanya berkisar antara 4,67-5,89 % (Gambar 5b). Pada musim tanam pertama, tingkat parasitisasi larva cenderung lebih tinggi dibandingkan tingkat parasitisasi pada musim tanam kedua, tetapi intensitas serangan lebih tinggi pada musim tanam pertama dan sebaliknya pada musim tanam kedua. Kondisi ini dapat terjadi karena larva yang telah terparasit apalagi instar awal. Pada Gambar 1 terdapat data parasitisasi telur, larva, dan pupa P. xylostella selama satu musim tanam kubis. Pada awal tanam tingkat parasitisasi cenderung tinggi. Namun, saat memasuki fase pembentukan krop, tingkat parasitisasi menurun tajam. Kondisi tersebut disebabkan pada awal tanam penggunaan pestisida rendah, namun menjelang fase generatif (4-9 mst) penyemprotan sangat intensif (Gambar 6).

(6)

0 2 4 6 8 10 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Umur tanaman kubis (mst)

In te ns itas s er an gan la rv a (% ) 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Pa ra si tisa si la rv a ( % ) Intensitas serangan Parasitisasi 0 2 4 6 8 10 12 1 2 3 4 5 6 7 8

Umur tanaman kubis (mst)

In te ns it as s era ng an la rv a (% ) 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Pa ra si tis as i l arv a (% ) Intensitas serangan Parasitisasi

Gambar 5. Hubungan antara parasitisasi larva dan intensitas serangan larva Plutella xylostella oleh Diadema semiclausum di pertanaman kubis pada musim tanam Juli-Agustus 2003 (a) dan September-Oktober 2003 (b) di daerah dataran tinggi Kerinjing, Pagaralam, Sumatera Selatan

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Umur tanaman (mst) T ing ka t pa ra si ti sa si ( % ) Telur Larva Pupa

Gambar 6. Tingkat parasitisasi oleh parasitoid (Trichogramma sp.) pada telur, larva dan pupa Plutella xylostella selama satu musim pada pertanaman kubis; Tanda panah menunjukkan saat aplikasi insektisida

Umur tan. Parasitisasi telur P. xylostella (%) oleh Trichogramma sp.

(mst) Kubis monokultur Kubis polikultur*) Kubis bergulma

1 11,11 (54) - - 2 15,22 (35) 24,08 (39) 39,55 (20) 3 18,91 (45) 36,77 (26) 32,50 (18) 4 14.68 (37) 25,74 (19) 22,46 (28) 5 25,13 (47) 36,11 (21) 18,18 (29) 6 19.85 (53) 28,55 (21) 33,33 (18) 7 18,92 (42) 27,03 (30) 21,42 (23) 8 15,61 (64) 28,41 (29) 31,71 (32) 9 29.66 (61) 31,08 (34) 46,94 (19) Total 169,09 (438) 237,77 (219) 246,09 (187) Rata-rata 18,79 (48,67) 29,72 (27.38) 30,76 (23,38)

Tabel 1. Parasitisasi telur Plutella xylostella oleh Trichogramma sp. pada tiga tipe pertanaman kubis di daerah Pagaralam

*) Kubis tumpangsari dengan tanaman caisin; Angka di dalam kurung menunjukkan banyaknya telur contoh (butir)

(7)

KESIMPULAN DAN SARAN

Tingkat parasitisasi telur dan larva P. xylostella dipengaruhi oleh penyemprotan insektisida, fenologi tanaman, dan pola tanam. Selain itu, parasitisasi oleh parasitoid telur (Trichogramma spp.) dan larva (Diadegma semiclusum dan Cotesia sp.) cenderung mengikuti perkembangan populasi inangnya. Tingkat parasitisasi dapat mempengaruhi kerusakan oleh ulat daun kubis. Kerusakan daun Brassicaceae turun apabila tingkat parasitisasi tinggi.

Oleh karena itu, disarankan agar faktor-faktor yang dapat menghambat kehidupan parasitoid telur dan larva P. xylostella harus dihindari, sedangkan faktor yang menguntungkan perlu dipertahankan seperti pengelolaan tumbuhan berbunga di sekitar pertanaman kubis-kubisan (Brassicaceae).

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Irhandi, Windi Margareta, Tasilah, Ir. Djumadil (Kepala Cabang Dinas Pertanian Dempo Utara), Weny Fatnolita, S.P., Pak Thamrin (Kepala Desa Muarasiban), dan Pak Emerlan yang telah banyak membantu selama penelitian di lapangan. Penelitian ini merupakan bagian dari riset yang didanai oleh Proyek Riset Unggulan Terpadu (RUT) X, Kementerian Riset dan Teknologi, Republik Indonesia dengan kontrak No. 14.76/ SK/RUT/2003, 28 Januari 2003.

DAFTAR PUSTAKA

Alba, M.C. 1988. Trichogrammatids in The Philippines. Philipp. Ent. 7(3):253-271.

Donald, C., N. N. Endersby, P. Ridland, I. Porter & J. Lawrence. 2000. Field Guide to Pests, Diseases and Disorders of Vegetable Brassicas. AUSVEG, Department of Natural Resources and Environment. 85 p.

Elvinardewi, E., A. Hikmat, A.M. Suryadi, N.I. Chalid, R. Karyatiningsih, Daryanto & Haryati. 2000. Pedoman Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Hortikultura. Direktorat Perlindungan Tanaman, Jakarta. 115 h. Fitton, M. & A. Walker. 1992. Hymenopterous parasitoids

associated with diamondback moth: the taxonomic dilemma, pp. 225-231. In N.S. Talekar (ed.). Diamondback moth and other crucifer pests. Proceedings of The Second International Workshop, AVRDC, Taiwan. Goulet, H. & J.T. Huber. 1993. Hymenoptera of the World: An Identification Guide to Families. Center for Land and Biological Resources Research, Ottawa. 668 p. Herlinda, S. 2003. Ecology of diamondback moth, Plutella

xylostella L. (Lepidoptera: Yponomeutidae) on mustard (Brassica juncea Coss) in lowland area of South

Sumatera. Proceedings of an International Seminar & Exhibition on Prospectives of Lowland Development in Indonesia, Palembang December 8-9, 2003

Herlinda, S., M. B. Sitepu, D. Magrina, L. H. Taslim, Y. Pujiastuti & Suwandi. 2003. Parasitoids of Diamondback Moth Larvae, Plutella xylostella L. (Lepidoptera: Yponomeutidae) on Brassicaceous Crops in South Sumatera. Proceedings of an International Seminar on Organic Farming and Sustainable Agriculture in the Tropics and Subtropics, Palembang October 8-9, 2003. Idris, A.B. & E. Grafius. 1995. Wildflowers as nectar

sources for Diadegma insulare (Hymenoptera: Ichneumonidae), a parasitoid of diamondback moth (Lepidoptera: Yponomeutidae). Environ. Entomol. 24(6):1726-1735.

Kartosowondo, U. & Sunjaya. 1990. Potetial role of wild crucifers in the preservation of Diadegma eucerophaga Horstm. (Hymenoptera: Ichneumonidae), a parasitoid of the diamondback moth Plutella xylostella Linn. (Lepidoptera: Plutellidae). Biotropika 4:31-40.

Kartosuwondo, U. 1994. Populasi Plutella xylostella (L.) (Lepidoptera: Yponomeutidae) dan parasitoid Diadegma semiclausum Hellen (Hymenoptera: Ichneumonidae) pada kubis dan dua jenis Brassicaceae liar. Bul. HPT. 7(2):39-49.

Listyaningrum, W., Y. A. Trisyono & A. Purwantoro. 2003. Resistensi Plutella xylostella terhadap deltametrin. Prosiding Simposium Entomologi VI, Cipayung, 5-7 Maret 2003.

Sastrosiswojo, S. & S. Sastrodihardjo. 1986. Status of biological control of diamondback moth by introduction of parasitoid, Diadegma eucerophaga in Indonesia, pp. 185-194. In N.S. Talekar & T.D. Griggs (eds.). Diamondback Moth Management. Proceedings of The First International Workshop, AVRDC, Taiwan.

Sastrosiswojo, S. 1993. Biological control of the diamondback moth under Indonesian’s National IPM Program. Lembang Hort. Res. Inst., Lembang, Bandung. 13 p. Sastrosiswojo, S. 1994. Potential use of Diadegma

semiclausum for controlling diamondback moth on cabbage. International Training Course on Biological Control, Bogor Agricultural University in cooperation with Clemson University and USAID. 11 p.

Sastrosiswojo, S., T.K. Moekasan, T. Rukmana, H. Sutanto, I.S. Purnamasari, & A. Kurnia. 2003. Status resistensi lima strain Plutella xylostella L. (Lepidoptera: Yponomeutidae) terhadap formulasi fipronil, deltametrin, profenofos, abamektin dan Bacillus thuringiensis.

(8)

Makalah Simposium Entomologi VI, Cipayung, 5-7 Maret 2003.

Shelton, A. M., F. V. Sances, J. Hawley, J. D. Tang, m. Boune, D. Jungers, H. L. Collins & J. Farias. 2000. Assessment of insecticide resistance after the outbreak of diamondback moth (Lepidoptera: Plutellidae) in California in 1997. J. Econ. Entomol. 93:931-936. Tabashnik, B. E. 1991. Determining the mode of inheritance

of pesticide resistance with backcross experiments. J. Econ. Entomol. 84:703-712.

Winasa, I.W. & Herlinda, S. 2003. Population of Diamondback Moth, Plutella xylostella L. (Lepidoptera: Yponomeutidae), and Its Damage and Parasitoids on Brassicaceous Crops. Proceedings of an International Seminar on Organic Farming and Sustainable Agriculture in the Tropics and Subtropics, Palembang October 8-9, 2003.

Zhao, J. Z., Y. X. Li, H. L. Collin, L. Gusukuma-Minuto, R. F. L. Mau, G. D. Thompson & A. M. Shelton. 2002. Monitoring and characterization of diamondback moth (Lepidoptera: Plutellidae) resistance to spinosad. J. Econ. Entomol. 95(2):430-436.

Gambar

Gambar 1. Hubungan antara populasi telur Plutella xylostella dengan parasitisasi oleh Trichogramma sp
Gambar 4.  Hubungan antara populasi larva Plutella xylostella dengan parasitisasinya  oleh Diadegma semiclausum di pertanaman kubis di Kerinjing, Pagaralam (a); Hubungan antara populasi larva Plutella xylostella dengan parasitisasinya oleh Cotesia sp
Tabel 1. Parasitisasi telur Plutella xylostella oleh Trichogramma sp. pada tiga tipe pertanaman kubis di daerah Pagaralam

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil perhitungan terdapat pengaruh positif dan signifikan harga dan kualitas pelayanan terhadap kepuasan pengunjung Taman Wisata Alam Grojogan Sewu

2018, Pengaruh Leverage, Likuiditas, Komisaris Independen, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Moderating (Studi

Tahap awal penelitian yaitu seeding dan aklimatisasi dilakukan dengan melakukan re-sirkulasi bibit mikroorganisme anaerob dan dilanjutkan dengan melakukan adaptasi mikroorganisme

Penelitian ini bertujuan menda- patkan nilai kekakuan dan kekuatan lentur maksimum bambu betung dengan posisi kulit bambu yang berbeda, serta untuk menentukan nilai kekuatan

Hasil uji mann-whitney kelompok tanpa perlakuan terhadap konsentrasi 25% yakni probabilitas = 0.00< α = 0.05, kelompok tanpa perlakuan te rhadap konsentrasi 50%

a) Pembicaraan yang berkaitan dengan layanan psikologi hanya dilakukan dengan mereka yang secara jelas terlibat dalam permasalahan atau kepentingan tersebut. b)

Kadar glukosa yang rendah, yaitu hipoglikemia dicegah dengan pelepasan glukosa dari simpanan glikogen hati yang besar melalui jalur glikogenolisis dan sintesis glukosa dari

Communications Manager Bukalapak, tujuan iklan Bukalapak edisi “Gunakan Jari mu dan Jadilah Pahlawan di Bukalapak” adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat