BAB 4
RENCANA IMPLEMENTASI
Industri kreatif merupakan pilar utama dalam mengembangkan sektor ekonomi kreatif, memberikan dampak positif bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. “Industri kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreatifitas, ketrampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan, dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.” (UK DCMS Task Force, 1998)
Saung Angklung Udjo adalah termasuk industri kreatif dalam kelompok seni pertunjukan, yang definisinya sebagai berikut: “Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha, berkaitan dengan pengembangan konten, produksi pertunjukan, pertunjukan balet, tarian tradisional, tarian kontemporer, drama, musik tradisionil, musik teater, opera, termasuk tur musik etnik, desain dan pembuatan busana pertunjukkan, tata panggung dan tata pencahayaan.” (UK DCMS Task Force, 1998)
Riwayat usaha dan aspek legal: Saung Angklung Udjo (disingkat SAU), didirikan oleh Udjo Ngalagena (alm) yang akrab dengan panggilan Mang Udjo dan isterinya, Uum Sumiati. Mang Udjo dikenal sebagai pembuat angklung sejak tahun 1966, yang didasarkan atas hobi. SAU merupakan sanggar seni sebagai tempat pertunjukkan seni, laboratorium pendidikan sekaligus sebagai obyek wisata budaya khas Jawa Barat, dengan mengandalkan semangat gotong royong antar sesama warga.
Generasi kedua, putra-putri mang Udjo, berusaha membawa SAU untuk mewujudkan cita-cita dan harapan Abah Udjo (alm) yang atas kiprahnya dijuluki sebagai legenda Angklung, yaitu Angklung sebagai seni dan identitas budaya yang membanggakan. Pada awalnya SAU merupakan usaha keluarga, baru setelah tahun 1995, diadakan penataan dan berorientasi pada profit. Badan Hukum SAU
telah berbentuk Perusahaan Terbatas, yang setelah pak Udjo almarhum, diteruskan oleh putra-putrinya (ada ada 10 orang). Kondisi lokasi SAU dapat diibaratkan oase kebudayaan di tengah perkampungan padat, di atas tanah seluas 1,2 hektar. SAU masih berusaha melebarkan lokasinya, membeli rumah disekitarnya untuk dijadikan lahan hijau. Di lokasi ini berdasar penelitian ada sekitar 16 jenis burung, dan setiap Senin-Selasa diadakan pertemuan klub pencinta burung. SAU juga meneliti, ternyata telah ada 42 negara yang mengenal permainan angklung. Permintaan yang banyak sekali dari negara Belanda, juga Korea Selatan, bahkan di Korea Selatan angklung telah dikenalkan sejak masih Sekolah Dasar. Selain berbentuk Badan Hukum, SAU juga mendirikan Yayasan, untuk menjembatani pemberian beasiswa bagi anak-anak di sekitar lokasi SAU, sebagai bagian dari Corporate Social Responsibility.
SAU mendapat pembiayaan dan kerjasama dengan Bank Jabar. Pada saat ini SAU mempunyai 5 (lima) Bisnis Unit yang semuanya berorientasi profit. SAU merupakan holding company, dan cash cow nya adalah bisnis pertunjukan dan
production. Oleh karena itu SAU harus selalu mempunyai ide-ide segar, bagaimana membuat sebuah pertunjukan tidak monoton, dan menggarap ide-ide kreatif. Di satu sisi para pemain angklung dan penari yang sebagian besar masih anak-anak, bisa terlihat menyenangkan walau pelatihan nya tidak mudah.
Produksi Angklung sebagian diperoleh dari kemitraan, sekitar 80% berasal dari hasil produksi mitranya, dan nantinya SAU menambahkan sekitar 20% untuk teknologinya. SAU sudah menerapkan standarisasi mutu, bekerja sama dengan Sucofindo, sejak dari penanaman (saat lingkar batang tertentu telah di capai, pohon bambu di potong, pada saat musim kering, karena pada saat kemarau, kelembabannya rendah dan akan menghasilkan suara yang bagus).
4.1 Model Konseptual Implementasi Solusi Bisnis
Gambar 4.1 Model Konseptual Implementasi Solusi Bisnis
Berdasarkan hasil di bab 3, SAU harus melaksanakan solusi bisnis untuk implementasi 3 tahap yang telah dicanangkan selama 8 tahun (2010
hal apa saja yang harus direncanakan dan bagaimana men serta menghitung berapa kebutuhan sumber daya yang baru.
4.2 Rencana Implementasi
Berdasarkan hasil pengolahan data pada bab 3 sebelumnya, didapat rencana ekspansi kapasitas selama 8 tahun:
Tabel 4.1 Ekspansi Kapasitas
2010 2011 Kapasitas 7272 9940 Ekspansi 2668 2668 Jumlah 9940 12608 TAHAP I (2010 - 2012) • Rencana Implementasi • Kebutuhan Sumber Daya
Implementasi Solusi Bisnis
ambar 4.1 Model Konseptual Implementasi Solusi Bisnis
Berdasarkan hasil di bab 3, SAU harus melaksanakan solusi bisnis untuk implementasi 3 tahap yang telah dicanangkan selama 8 tahun (2010-2017). Hal hal apa saja yang harus direncanakan dan bagaimana mengimplementasikannya, serta menghitung berapa kebutuhan sumber daya yang baru.
4.2 Rencana Implementasi
Berdasarkan hasil pengolahan data pada bab 3 sebelumnya, didapat rencana ekspansi kapasitas selama 8 tahun:
Tabel 4.1 Ekspansi Kapasitas (sat: set angklung)
2011 2012 2013 2014 2015 2016 9940 12608 15276 17944 20612 23280 2668 2668 2668 2668 2668 2668 12608 15276 17944 20612 23280 25948 TAHAP II (2013 - 2015) •Rencana Implementasi • Kebutuhan Sumber Daya TAHAP III (2016-2017) •Rencana Implementasi •Kebutuhan Sumber Daya
Berdasarkan hasil di bab 3, SAU harus melaksanakan solusi bisnis untuk 2017). Hal-gimplementasikannya,
Berdasarkan hasil pengolahan data pada bab 3 sebelumnya, didapat rencana
2016 2017 23280 25948 2668 2668 25948 28616 TAHAP III 2017) Rencana Implementasi Kebutuhan Sumber Daya
Dapat dilihat pula posisi antara
Gambar 4.2 Strategi Ekspansi Kapasitas Keseluruhan
4.2.1 Rencana Implementasi Tahap 1
Gambar 4.
Dari grafik di atas dapat dilihat secara jelas, bahwa kapasitas SAU masih mencukupi permintaan. Tetapi
peningkatan kapasitas SAU tidak sebesar permintaannya. Maka perlu antisipasi agar kapasitas selalu melebihi permintaan pasar.
Di bawah ini adalah bentuk penerapan atas strategi ekspansi kapasitas: 2000 5000 8000 11000 14000 17000 20000 23000 26000 29000 2010 2011 9940 3410 2010
Dapat dilihat pula posisi antara kapasitas dan permintaan:
Strategi Ekspansi Kapasitas Keseluruhan
4.2.1 Rencana Implementasi Tahap 1
Gambar 4.3 Ekspansi Kapasitas 1
atas dapat dilihat secara jelas, bahwa kapasitas SAU masih mencukupi permintaan. Tetapi bila dilihat dari tingkat pertumbuhan permintaan, peningkatan kapasitas SAU tidak sebesar permintaannya. Maka perlu antisipasi agar kapasitas selalu melebihi permintaan pasar.
bentuk penerapan atas strategi ekspansi kapasitas: 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Demand Kapasitas 12608 15276 3410 6820 10230 2011 2012
TAHAP 1
Kapasitas Demandatas dapat dilihat secara jelas, bahwa kapasitas SAU masih bila dilihat dari tingkat pertumbuhan permintaan, peningkatan kapasitas SAU tidak sebesar permintaannya. Maka perlu antisipasi
a. Pangsa Pasar
Hal ini berkaitan dengan pangsa pasar yang akan digarap SAU.
Menjalin kerjasama dengan pemerintah Departemen Pendidikan Nasional untuk mendapat dukungan mengenai penjualan angklung ke sekolah-sekolah.
Menjalin kerjasama dengan rumah sakit maupun panti jompo, untuk merealisasikan angklung sebagai alat terapi bagi autis dan lanjut usia. Mendaftarkan angklung sebagai hak paten milik Indonesia
b. Mitra Pengrajin
Berkaitan dengan persiapan mitra memulai produksi angklung yang lebih banyak selama 3 tahun kedepan dengan jumlah yanga sama
Membuat dan menerapkan standar pengerjaan angklung yang harus dilakukan mitra.
Menyebarluaskan standar ukuran angklung yang dibuat Bapak Handiman (seniman angklung senior)
Menyeleksi mitra pengrajin, diurutkan mitra mana saja yang mempunyai kemampuan menghasilkan angklung lebih banyak tetapi dengan kualitas sesuai standar SAU.
Mulai tahun 2009 SAU harus mensosialisasikan mengenai adanya tahapan-tahapan perluasan pasar yang akan dilaksanakan pada 2010. Mencari mitra baru yang berpotensial di daerah lain serta perluasan
mitra yang ada.
Berdasarkan uraian pada bab 3 sebelumnya, dalam setahun untuk menambah kapasitas sebanyak 2668 set angklung, dibutuhkan 6 mitra pengrajin. Pada tahun 2009, jumlah mitra tambahan ini harus sudah terpenuhi.
Meningkatkan kapasitas mitra pengrajin yang ada. Lebih mengutamakan pembuatan angklung unit.
Meningkatkan kemampuan ‘bukan sekedar outsourcing’, memiliki mitra tetap sebagai karyawannya yang hasil kerjanya paling baik. Menetapkan standard mutu angklung, baik bentuk fisiknya dan
Memberi penghargaan (uang/award) kepada mitra yang menghasilkan kualitas angklung yang baik.
Terdapat grade/urutan pada mitra, dari yang paling senior ke junior. Setiap tahun mitra sebaiknya dinaikkan grade-nya agar mitra SAU mempunyai keahlian yang sama.
c. Bahan Baku
Berkaitan dengan sumber pembuatan angklung yang harus tersedia setiap saat
Membuat dan menerapkan standar penebangan bambu kepada petani bambu untuk mendapatkan hasil bambu yang bagus.
Mulai tahun 2009 SAU harus mensosialisasikan kepada petani bambu mengenai adanya tahapan-tahapan perluasan pasar yang akan dilaksanakan pada 2010.
Mencari hutan bambu yang bisa dijadikan sumber bahan baku
Membuat kontrak baru dengan petani bambu, tentang hasil tebangan bambu dan jumlah yang harus mengutamakan setoran ke SAU
Mencoba mengembangkan penggunaan bambu jenis lain yang bisa dibuat angklung
Memberikan pengarahan kepada petani, mengenai cara menebang dan penyimpanan bambu yang baik dan benar
Mengatur ulang frekuensi kedatangan bambu
Pihak SAU harus datang ke hutan bambu secara periodik untuk melihat bagaimana stok bambu.
Pada triwulan pertama, kebutuhan bambu untuk produksi setahun harus sudah mulai dipenuhi. Hal ini untuk mencegah buruknya kualitas bambu karena musim hujan. Begitu seterusnya untuk tahun berikutnya.
Ketika bambu sudah datang, SAU langsung memberi obat anti rayap bagi batangan bambu agar awet disimpan lama.
Menyetok lebih banyak lilitan rotan untuk pengikat angklung.
Menghitung kebutuhan bambu jangka pendeknya, seperti menggunakan MRP, RCCP
d. Infrastruktur
Berkaitan dengan tempat produksi dan penyimpanan angklung. Pada tahun 2010 SAU harus membeli lahan seluas 1250 m2
tiap tahunnya yang diperuntukan membangun gudang penyimpanan. Pada tahun 2010 SAU harus membangun gudang penyimpanan yang
baru, karena saat ini hanya memiliki 2 gudang penyimpanan.
Mengatur ulang tata letak gudang penyimpanan agar mudah diakses untuk pengambilan dan penyimpanan angklung.
Mengatur sirkulasi udara serta posisi penyimpanan angklung yang baik.
e. Teknologi
Berkaitan dengan alat atau metode yang berhubungan dengan proses produksi
Penerapan system barcode pada tiap angklung yang sudah jadi, hal ini memudahkan untuk megurus garansi
Penerapan software untuk mengontrol antara antrian pesanan, stok yang ada dan kapasitas tersedia
4.2.2 Rencana Implementasi Tahap 2
Gambar 4.4
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa peningkatan kapasitas dari tahun
2015 tidak seimbang dengan peningkatan permintaan. Untuk mencegah terjadinya hal ini, maka pada tahun sebelumnya perlu penambahan/dibantu dengan teknologi. Agar tidak terjadi kekurangan kapasitas, maka perlu menambah mitra lebih dari tahun – tahun sebelumnya. Jika tiap tahun SAU hanya menambah 6 mitra, maka untuk tahun 2015 perlu menambah 3 mitra lagi agar permintaan dapat terpenuhi. Maka grafik setelah penambahan menjadi 9 mitra di tahun 2015 seperti digambarkan dibawah ini:
17944 15132
2013
4.2.2 Rencana Implementasi Tahap 2
Gambar 4.4 Ekspansi Kapasitas 2
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa peningkatan kapasitas dari tahun
2015 tidak seimbang dengan peningkatan permintaan. Untuk mencegah terjadinya hal ini, maka pada tahun sebelumnya perlu penambahan/dibantu dengan teknologi. Agar tidak terjadi kekurangan kapasitas, maka perlu menambah mitra sebelumnya. Jika tiap tahun SAU hanya menambah 6 mitra, maka untuk tahun 2015 perlu menambah 3 mitra lagi agar permintaan dapat terpenuhi. Maka grafik setelah penambahan menjadi 9 mitra di tahun 2015 seperti
20612 23280 15132 20034 24936 2014 2015
TAHAP 2
Kapasitas DemandDari grafik di atas dapat dilihat bahwa peningkatan kapasitas dari tahun 2014 ke 2015 tidak seimbang dengan peningkatan permintaan. Untuk mencegah terjadinya hal ini, maka pada tahun sebelumnya perlu penambahan/dibantu dengan teknologi. Agar tidak terjadi kekurangan kapasitas, maka perlu menambah mitra sebelumnya. Jika tiap tahun SAU hanya menambah 6 mitra, maka untuk tahun 2015 perlu menambah 3 mitra lagi agar permintaan dapat terpenuhi. Maka grafik setelah penambahan menjadi 9 mitra di tahun 2015 seperti
Gambar 4.5
a. Pangsa Pasar
Hal ini berkaitan dengan pangsa pasar yang akan digarap SAU.
Menjalin kerjasama dengan Departemen Pendidikan Nasional setempat untuk memasukan angklung ke sekolah
luas.
Mengadakan riset pasar untuk mengatahui sampai sejauh mana perkembangan dan kebutuhan akan angklung
b. Mitra Pengrajin
Berkaitan dengan persiapan mitra memulai produksi angklung yang lebih banyak selama 3 tahun kedepan dengan jumlah yanga sama
Mengotrol pen dilakukan mitra.
Mengotrol penerapan standar ukuran angklung yang dibuat Bapak Handiman (seniman angklung senior)
Menghitung kebutuhan jangka pendeknya, seperti menggunakan MRP, RCCP
Mengevaluasi apakah mitra d dijadwalkan pada tahap 1
Memberikan kompensasi (bayaran lebih) kepada mitra yang telah naik
grade
17944
15132
2013
Gambar 4.5 Ekspansi Kapasitas 2 dengan 9 mitra
Hal ini berkaitan dengan pangsa pasar yang akan digarap SAU.
Menjalin kerjasama dengan Departemen Pendidikan Nasional setempat untuk memasukan angklung ke sekolah ke daerah yang lebih
Mengadakan riset pasar untuk mengatahui sampai sejauh mana perkembangan dan kebutuhan akan angklung
Berkaitan dengan persiapan mitra memulai produksi angklung yang lebih banyak selama 3 tahun kedepan dengan jumlah yanga sama
Mengotrol penerapan standar pengerjaan angklung yang harus dilakukan mitra.
Mengotrol penerapan standar ukuran angklung yang dibuat Bapak Handiman (seniman angklung senior)
Menghitung kebutuhan jangka pendeknya, seperti menggunakan
Mengevaluasi apakah mitra dapat memenuhi semua kapasitas yang dijadwalkan pada tahap 1
Memberikan kompensasi (bayaran lebih) kepada mitra yang telah naik 20612 15132 20034 24936 2014 2015
TAHAP 2
Kapasitas DemandMenjalin kerjasama dengan Departemen Pendidikan Nasional ke daerah yang lebih
Mengadakan riset pasar untuk mengatahui sampai sejauh mana
Berkaitan dengan persiapan mitra memulai produksi angklung yang lebih
erapan standar pengerjaan angklung yang harus
Mengotrol penerapan standar ukuran angklung yang dibuat Bapak
Menghitung kebutuhan jangka pendeknya, seperti menggunakan
apat memenuhi semua kapasitas yang
Menambah 6 mitra pengrajin lagi untuk memenuhi kebutuhan produksi
Penyetoran produk 80% sebaiknya diubah, yang tadinya SAU mengikat angklung setoran dan mempernis. Dikarenakan telah meningkatnya kemampuan mitra, maka SAU hanya bertugas mempernis dan QC saja. Pengikatan dilakukan mitra.
Menerapkan spesialisasi mitra, bila pada tahap 1 ada 20 mitra dengan kapasitasnya masing-masing dan membuat semua jenis produk angklung. Mulai saat ini setiap mitra membuat 1 jenis angklung agar produksinya bisa lebih maksimal dan kualitasnya baik.
Bagi mitra pengrajin yang baru, tidak diberlakukan spesialisasi produk.
Bernegoisasi dengan calon mitra baru yang berada di daerah Jakarta, Cianjur, Padalarang, Cirebon, Cianjur, Cicalengka, Ujung berung, Banjaran, Tasikmalaya dan Ciamis. Untuk dipilih mitra mana saja yang berpotensial.
c. Bahan Baku
Berkaitan dengan sumber pembuatan angklung yang harus tersedia setiap saat
Penerapan standar penebangan bambu kepada petani bambu untuk mendapatkan hasil bambu yang bagus.
SAU harus memikirkan bagaimana kemungkinan untuk mempunyai hutan bambu sendiri ataukah hanya menyewa lahan untuk ditanami bambu. Agar dapat menghasilkan kualitas rumpun bambu yang baik. Bekerja sama dengan dinas kehutanan, untuk ijin penebangan
bambu-bambu.
Membuat kontrak dengan ketua petani bambu setempat untuk tetap mengutamakan setoran bambu ke SAU, hal ini dilakukan untuk mencegah masuknya perusahaan asing yang menggunakan bahan baku utamanya bambu juga. Seperti ketika masuknya WTO, ada perusahaan asing yang membuat pulp dari bambu.
Besarnya kebutuhan bambu yang semakin banyak, maka SAU perlu bekerjasama dengan Pusat Laboratorium Kultur Jaringan Bambu3, yang dapat memenuhi penyediaan bibit bambu, yang memiliki persyaratan yang diperlukan jenis, kualitas, kuantitas dan waktu. d. Infrastruktur
Berkaitan dengan tempat produksi dan penyimpanan angklung
Membeli lahan lagi seluas 1250 m2 tiap tahunnya untuk kepentingan produksi.
Membangun gudang penyimpanan, bisa ditingkat atau buat baru Tanah yang baru dibeli, bisa untuk tempat pertunjukan dan area parkir
bus pengunjung.
Mengatur ulang tata letak lantai untuk produksi yang dilakukan di SAU. Perlu memikirkan dimana akan diletakkan mesin-meisn yang baru
Membangun tempat atau kolam untuk pengawetan angklung, jadi untuk mengawetkan tidak perlu menggunakan kuas satu persatu. Jadi dimasukkan saja pada kolam/bak penampungan.
Membuat tempat khusus (lahan) untuk menjemur angklung yang diproduksi di SAU.
e. R&D
Untuk pengembangan produk, harus berinovasi setelah 5 tahun. Sebab umur angklung yang dirancang SAU adalah sampai 5 tahun. Harus terus berinovasi angklung.
f. Teknologi
Berkaitan dengan alat atau metode yang berhubungan dengan proses produksi, untuk mengejar kekurangan kapasitas bisa dibantu dengan alat bantu produksi.
Mesin yang bisa digunakan:
3
1) Mesin Pembelah Bambu 14
Fungsi mesin: membelah bambu, digunakan dalam pembuatan kerajinan tangan, dll. Spesifikasi:
- Rangka : UNP, Plat MS - Kapasitas : 2 – 4 batang/jam - Penggerak: Diesel 6 HP - Harga : Rp. 19.250.000
Gambar 4.6 Mesin Pembelah Bambu 1
2) Mesin Pembelah Bambu 25
Fungsi mesin: membelah bambu menjadi beberapa bagian sesuai ukuran jumlah bagian yang diinginkan.
Gambar 4.7 Mesin Pembelah Bambu 2
4 http://indonetwork.co.id/wira_perdana_mandiri/169488/pembelah-bambu.htm, diakses 26
mei 2009
5
http://surabaya.indonetwork.or.id/vicca_c25/1280611/mesin-pembelah-bambu-bamboo-splitting-machine.htm, diakses 26 mei 2009
Mencoba menerapkan metode baru pengeringan bambu, yang bisa diterapkan di hutan bambu maupun di SAU sendiri
Mencari teknologi untuk pendauran ulang angklung yang akan diolah menjadi briket.
4.2.3 Rencana Implementasi Tahap 3
Gambar 4.8
Dari grafik di atas dapat dilihat, sampai tahun 2016 masih terjadi kekurangan kapasitas, pada tahun 2017 permintaan baru bisa terpenuhi meski hanya sebanyak permintaan saja.
Karena telah terjadi penambahan 9 mitra di tahun 2015, maka untuk kapasitas pada tahun 2016 meningkat, yang digambarkan pada grafik dibawah ini:
6
http://www.bamboocentral.org/PDF_files/VSDManual10vs2IND.pdf 25948
2016
Mencoba menerapkan metode baru pengeringan bambu, yang bisa diterapkan di hutan bambu maupun di SAU sendiri6.
Mencari teknologi untuk pendauran ulang angklung yang akan diolah
Rencana Implementasi Tahap 3
Gambar 4.8 Ekspansi Kapasitas 3
Dari grafik di atas dapat dilihat, sampai tahun 2016 masih terjadi kekurangan kapasitas, pada tahun 2017 permintaan baru bisa terpenuhi meski hanya sebanyak
jadi penambahan 9 mitra di tahun 2015, maka untuk kapasitas pada tahun 2016 meningkat, yang digambarkan pada grafik dibawah ini:
http://www.bamboocentral.org/PDF_files/VSDManual10vs2IND.pdf, diakses 26 mei 2009 28616 26774 28612 2016 2017
TAHAP 3
Kapasitas DemandMencoba menerapkan metode baru pengeringan bambu, yang bisa
Mencari teknologi untuk pendauran ulang angklung yang akan diolah
Dari grafik di atas dapat dilihat, sampai tahun 2016 masih terjadi kekurangan kapasitas, pada tahun 2017 permintaan baru bisa terpenuhi meski hanya sebanyak
jadi penambahan 9 mitra di tahun 2015, maka untuk kapasitas pada tahun 2016 meningkat, yang digambarkan pada grafik dibawah ini:
Gambar 4.9 Ekspansi Kapasitas Tahap 3 Baru
a. Distribusi
Hal ini berkaitan dengan pan
berhubungan dengan cara pengiriman/ekspedisi angklung ke luar negeri. Selain itu untuk melindungi angklung agar tidak diiambil/diklaim negara lain, perlu mematenkan angklung atau alat music tradisional lainnya yang diproduksi SAU. SAU bisa memilih
produknya. atau franchise
SAU masih ada
menyelenggarakan marketing program berkesinambungan.
b. Mitra Pengrajin
Berkaitan dengan persiapan mitra memulai produksi angklung yang lebih banyak selama 3 tahun kedepan dengan jumlah yanga sama
Menerapkan standar pengerjaan angklung yang harus dilakukan mitra. Menyebarluaskan standar ukuran angklung yang dibuat Bapak
Handiman (seniman angklung senior)
Mengevaluasi apakah mitra dapat memenuhi semua kapasit dijadwalkan pada tahap
Memberikan kompensasi (bayaran lebih) kepada mitra yang telah naik
grade
Mitra pengrajin yang harus ditambah adalah 6 mitra 27766
2016
Gambar 4.9 Ekspansi Kapasitas Tahap 3 Baru
Hal ini berkaitan dengan pangsa pasar yang akan digarap SAU
berhubungan dengan cara pengiriman/ekspedisi angklung ke luar negeri. Selain itu untuk melindungi angklung agar tidak diiambil/diklaim negara lain, perlu mematenkan angklung atau alat music tradisional lainnya yang diproduksi SAU. SAU bisa memilih lisensi sebagai perlindungan
franchise. Jika dengan system franchise, keterlibatan yaitu memonitor, memandu, memberi pelatihan, menyelenggarakan marketing program-nya dan bantuan-bantuan lain yang
Berkaitan dengan persiapan mitra memulai produksi angklung yang lebih banyak selama 3 tahun kedepan dengan jumlah yanga sama
Menerapkan standar pengerjaan angklung yang harus dilakukan mitra. Menyebarluaskan standar ukuran angklung yang dibuat Bapak Handiman (seniman angklung senior)
Mengevaluasi apakah mitra dapat memenuhi semua kapasit dijadwalkan pada tahap 2
Memberikan kompensasi (bayaran lebih) kepada mitra yang telah naik
Mitra pengrajin yang harus ditambah adalah 6 mitra 30434 26774 28612 2016 2017
TAHAP 3
Kapasitas Demandgsa pasar yang akan digarap SAU, serta berhubungan dengan cara pengiriman/ekspedisi angklung ke luar negeri. Selain itu untuk melindungi angklung agar tidak diiambil/diklaim negara lain, perlu mematenkan angklung atau alat music tradisional lainnya yang lisensi sebagai perlindungan , keterlibatan yaitu memonitor, memandu, memberi pelatihan, bantuan lain yang
Berkaitan dengan persiapan mitra memulai produksi angklung yang lebih
Menerapkan standar pengerjaan angklung yang harus dilakukan mitra. Menyebarluaskan standar ukuran angklung yang dibuat Bapak
Mengevaluasi apakah mitra dapat memenuhi semua kapasitas yang
Tetap melakukan spesialisasi pembuatan angklung pada mitra.
Merekap ulang kualitas dan jumlah setoran set angklung, dipilih mitra mana yang kurang produktif.
c. Bahan Baku
Berkaitan dengan sumber pembuatan angklung yang harus tersedia setiap saat.
Penerapan standar penebangan bambu kepada petani bambu untuk mendapatkan hasil bambu yang bagus.
Mencoba melakukan pengeringan bambu di SAU.
Menghitung kebutuhan jangka pendeknya, seperti menggunakan MRP, RCCP
Memiliki hutan bambu sendiri, untuk lahannya bisa menyewa. Hal ini dilakukan selain turut serta melestarikan lingkungan juga sebagai percontohan bambu yang berkualitas baik untuk angkung.
d. Infrastruktur
Berkaitan dengan tempat produksi dan penyimpanan angklung.
Membeli lahan lagi seluas 1250 m2 tiap tahunnya untuk kepentingan produksi.
Membangun gudang penyimpanan, bisa ditingkat atau buat baru. Membangun tempat untuk pengeringan bambu.
e. Teknologi
Berkaitan dengan alat atau metode yang berhubungan dengan proses produksi.
Mencoba menerapkan ERP software
Membuat jaringan IT yang bisa berhubungan langsung dengan seluruh dunia, khususnya negara pasar potensial yang dituju (Asia dan Eropa).
4.3 Kebutuhan Sumber Daya
Untuk melaksanakan semua rencananya untuk tiap tahap ekspansi pasar, diperlukan pelaku/actor yang menjalankan semua rencana yang telah disusun sebelumnya. Adapun sumber daya yang dibutuhkan Saung Angklung Udjo dilihat dari segi man, money, machine, material, dan methods antara lain:
Tabel 4.2 Tabel Kebutuhan Sumber Daya SAU
Sumber Daya TAHAP I TAHAP II TAHAP III
Man
1. Menjalin kerjasama dengan Depdiknas & institusi lain
1. Menjalin kerjasama dengan Departemen Pendidikan Nasional setempat untuk memasukan angklung ke sekolah ke daerah yang lebih luas.
1. Mengotrol penerapan standar pengerjaan angklung yang harus dilakukan mitra.
2. Menyeleksi, merangking mitra berdasarkan hasil produksinya
2. Mengadakan riset pasar untuk mengatahui sampai sejauh mana perkembangan dan kebutuhan akan angklung.
2. Mengotrol pengimplementasian standar ukuran angklung yang dibuat Bapak Handiman (seniman angklung senior). 3. Menjadikan mitra yang terbaik
sebagai mitra tetap SAU
3. Memberikan kompensasi (bayaran lebih) kepada mitra yang telah naik grade.
3. Mengevaluasi apakah mitra dapat
memenuhi semua kapasitas yang
dijadwalkan pada tahap 2. 4. Membuat kontrak baru dengan
mitra
4. Menambah 6 mitra pengrajin lagi untuk memenuhi kebutuhan produksi
4. Memberikan kompensasi (bayaran lebih) kepada mitra yang telah naik grade.
5. Bernegoisasi dengan calon mitra baru 5. Mitra pengrajin yang harus ditambah
adalah 6 mitra.
6. Bekerjasama dengan Pusat Laboratorium
Kultur Jaringan Bambu
6. Tetap melakukan spesialisasi pembuatan angklung pada mitra.
7. Membuat kontrak dengan ketua petani
bambu setempat untuk tetap mengutamakan setoran bambu ke SAU
7. Merekap ulang kualitas dan jumlah setoran set angklung, dipilih mitra mana yang kurang produktif.
8. Menerapkan spesialisasi mitra
Tabel 4.3 Tabel Kebutuhan Sumber Daya SAU (lanjutan)
Sumber Daya TAHAP I TAHAP II TAHAP III
Money
1. Pembelian lahan seluas 1250 m2/ tahunnya yang diperuntukan
membangun gudang penyimpanan.
1. Membeli lahan lagi seluas 1250 m2 tiap tahunnya untuk kepentingan produksi.
1. Menghitung kebutuhan jangka
pendeknya, seperti menggunakan MRP, RCCP.
2. Pada tahun 2010 SAU harus membangun gudang penyimpanan yang baru, karena saat ini hanya memiliki 2 gudang penyimpanan
2. Membangun gudang penyimpanan, bisa ditingkat atau buat baru.
2. Memiliki hutan bambu sendiri, untuk lahannya bisa menyewa.
3. Memberi penghargaan (uang/award) kepada mitra yang menghasilkan kualitas angklung yang baik.
3. Tanah yang baru dibeli, bisa untuk tempat pertunjukan dan area parkir bus pengunjung.
3. Membeli lahan lagi seluas 1250 m2 tiap tahunnya untuk kepentingan produksi.
4. Mengatur ulang jumlah dan frekuensi kedatangan bambu
4. Mengatur ulang tata letak lantai untuk produksi yang dilakukan di SAU. Perlu memikirkan dimana akan diletakkan mesin-mesin yang baru.
4. Membangun gudang penyimpanan, bisa ditingkat atau buat baru.
5. Membangun tempat atau kolam untuk
pengawetan angklung. Jadi dimasukkan saja pada kolam/bak penampungan.
5. Membangun tempat untuk pengeringan bambu
6. Membuat tempat khusus (lahan) untuk
menjemur angklung yang diproduksi di SAU
Machine/Technology
1. Penerapan system barcode pada tiap angklung yang sudah jadi, hal ini memudahkan untuk megurus garansi
1. Membeli mesin pembelah bambu 1. Mencoba menerapkan ERP software.
2. Penerapan software untuk
mengontrol antara antrian pesanan, stok yang ada dan kapasitas tersedia
2. Membeli / membuat alat untuk pengeringan bambu
2. Membuat jaringan IT yang bisa berhubungan langsung dengan seluruh dunia, khususnya negara pasar potensial yang dituju (Asia dan Eropa
3. Penerapan software untuk quality control
3. Membeli alat untuk pendauran ulang angklung bekas
Tabel 4.4 Tabel Kebutuhan Sumber Daya SAU (lanjutan)
Sumber Daya TAHAP I TAHAP II TAHAP III
Materials
1. Mencari hutan bambu yang baru. 1. Menghitung kebutuhan bambu untuk jangka waktu pendek (bulan-tahunan).
2. Memastikan stok cukup untuk
produksi selama setahun.
2. Mengatur ulang (pertahun) jumlah dan frekuensi kedatangan bambu.
3. Menyetok lilitan rotan.
Methods
1. Membuat & menerapkan standar pembuatan angklung.
1. Mengotrol penerapkan standar pengerjaan angklung yang harus dilakukan mitra.
1. Mematenkan angklung
2. Mensosialisasikan standar ukuran yang dibuat Bp. Handiman.
2. Mengotrol penerapan standar ukuran angklung yang dibuat Bapak Handiman.
2. Lisensi/franchising untuk pasar luar negeri..
3. Menghitung kebutuhan bambu untuk kondisi jangka pendek (bulan – tahun)
3. kondisi jangka pendek (bulan – tahun) 3. Penerapan standar penebangan bambu kepada petani bambu untuk mendapatkan hasil bambu yang bagus.
4. Mencoba mengembangkan penggunaan bambu jenis lain yang bisa dibuat angklung
4. Merubah metode setoran angklung. 4. Mencoba melakukan pengeringan bambu di SAU
5. Mengatur ulang tata letak gudang penyimpanan agar mudah diakses untuk pengambilan dan penyimpanan
angklung
5. Menerapkan spesialisasi mitra.
6. Mengatur sirkulasi udara serta posisi penyimpanan angklung yang baik.
6. Mengevaluasi apakah mitra dapat memenuhi semua kapasitas yang dijadwalkan pada tahap 1
1.4 Estimasi Waktu Implementasi
Untuk estimasi waktu implementasi rencana ekspansi kapasitas jangka panjang dapat dilihat dalam bentuk gantt chart berikut ini: Tabel 4.5 Tabel Estimasi Waktu Pelaksanaan Implementasi Tahap I