IIALAMAN PER}IYATAAI\I
ORISINALITAS
Makalah Non Seminar
ini
adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan benar.Nama NPM Tanda Tangan
.
ranggat Rislca Risdiani 1006702475@
9 Mei 2014IIALAMAN
PENGESAHANKarya ilmiah ini diajukan oleh,
NPM
Program Studi
Fakultas
Jenis Karya
Nama Mata Kuliah
Judul Karya Ilmiah
Ditetapkan di
Tanggal
Riska Risdiani
100670247s
Sastra Belanda
Ilmu Pengetahiran dan Budaya
MakalahNon Seminar
: Semantik-Pragmatik Belanda
: Media Pendidikan Seks Anak Usia Dini di Belanda: Analisis Diksi dan Gaya Bahasa pada Buku Cerita Bergambar Het ei yan mama, Allereerste infoboek -Selrsuele voorlichting dan Artikel Dalam Jaringan Rutgers
WF
Telah disetujui oleh dosenpembimbing jurnal untuk diunggah di lib.ui.ac.id/unggah dan dipublikasikan sebagai karya ilmiah sivitas akademika Universitas Indonesia.
Pembimbing Jurnal: Triaswari4 utanarihesti, M.Hum.
HALAMAN PERNYATAAII
PERSETUJUANPUBLIKASI
TUGAS AKIIIRUNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama NPM Program Studi Departemen Fakultas Jenis Karya Riska Risdiani t006702475 Sastra Belanda
IlmuPengetahuandanBudaya
-Skripsi/Tesis/Disertasi lKary aIlrniuh*'@
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Media Pendidikan Seks Anak Usia
Dini
di Belanda: Analisis Diksi dan Gaya Bahasa pada Buku Cerita Bergambar Het ei van mama, Allereerste infoboek - Seksuele voorlichting danArtikel
DalamJaringan Rutgers WPF
Beserta perangkat yang ada
(jika
diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusifini
Universitas lndonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.Demikian pernyataan
ini
saya buat dengan sebenarnya.Dibuat
di
: Depok Padatanggal
:9Mei20l4
Yang menyatakan,
R94
( Riska Risdiani)
I
7
FORMULIR PERSETUJUAN PUBLIKASI NASKAH RINGKAS
Nama NPM Fakultas Program Studi
Judul Naskah Ringkas
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Triaswarin Sutanarihesti, M. Hum.NIPAIUP
:0706050097adalah pembimbing dari mahasiswa @SZIS:nrofesi/Spesialis*: Riska Risdiani
1006702415
Ilmu Pengetahuan dan Budaya Sastra Belanda
Media Pendidikan Seks Anak usia Dini di Belanda: Analisis Diksi dan Gaya Bahasa pada Buku Cerita Bergambar Het ei van mama, Allereerste infoboek -Seksuele voorlichting dan Artikel Dalam Jaringan Rutgers WPF
Menyatakan bahwa naskah ringkas ini telah diperiksa dan disetujui untuk (pilih salah satu dengan memberi tanda silang):
SDapat diakses di UIANA (lib.ui.ac.id) saja.
ETidak
dapat diakses di UIANA karena:EData
yang digunakan untuk penulisan berasal dari instansi tertentu yang bersifat konfidensial.EAkan
ditunda publikasinya mengingat akan atau sedang dalam proses pengajuan Hak Paten/Hak Cipta hingga tahun...n
Akan dipresentasikan sebagai makalah pada Seminar Nasional, yaitu:...;...
...yangdiprediksi akan dipublikasikan sebagai prosiding pada
bulan
.tahtrn...[f
Akan ditulis dalambahasa Inggris dan dipresentasikan sebagai makalah pada Seminar Internasional yaitu:yang diprediksi akan dipublikasikan sebagai prosiding pada bulan ...1ahun...
EAkan
diterbitkan pada Jurnal Program StudilDepartemen/Fakultas di UI, yaitu:...y4n9
diprediksi akan d.ipublikasikan pada
bulan
tahunEAkan
diterbitkan pada Jumal Nasional yaitu:...yang
diprediksi akan dipublikasikan pada
bulan
tahunflAkan
ditulis dalam bahasa Inggris untuk dipersiapkan terbit pada Jurnal Internasionalyaitu:
...
...
...yangdiprediksi akan dipublikasikan pada
bulan
tahunDepok,
Pembimbing 9 Mei 2014
MEDIA PENDIDIKAN SEKS ANAK USIA DINI DI BELANDA:
ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA BUKU CERITA
BERGAMBAR
HET EI VAN MAMA, ALLEREERSTE INFOBOEK
SEKSUELE VOORLICHTING DAN ARTIKEL DALAM JARINGAN
RUTGERS WPF
Riska Risdiani, Triaswarin Sutanarihesti, M.Hum.
Program studi Belanda, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia, 2014
E-mail : rrisdiani@gmail.com
Abstrak
Pendidikan seks di Belanda telah diberikan kepada anak-anak sejak usia dini melalui berbagai jenis media sebagai sarana pembelajaran untuk memfasilitasi rasa keingintahuan anak-anak di Belanda. Tujuan utama penelitian kualitatif ini adalah untuk memaparkan diksi dan gaya bahasa yang digunakan dalam buku cerita bergambar berjudul Het ei van mama, Allereerste infoboek - Seksuele voorlichting dan artikel pada laman internet Rutgers WPF. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa diksi yang terdapat pada media-media tersebut seperti denotasi, konotasi dan gaya bahasa digunakan untuk memberikan nuansa dan penekanan tertentu dalam memberikan informasi kepada anak-anak. Gaya bahasa yang digunakan memiliki kecenderungan terhadap gaya bahasa yang memiliki karakteristik mudah dipahami oleh anak-anak seperti gaya bahasa personifikasi, metafora dan eufemisme. Tidak semua jenis gaya bahasa dapat digunakan dalam media pembelajaran untuk anak-anak.
Kata Kunci : Bahasa Belanda; Diksi ; Gaya Bahasa; Pendidikan Seks; Anak-anak
SEX EDUCATION MEDIA FOR EARLY AGE CHILDREN IN NETHERLANDS: DICTION AND STYLE ANALYSIS ON GRAPHIC BOOKS HET EI VAN MAMA, ALLEREERSTE INFOBOEK SEKSUELE VOORLICHTING AND ONLINE ARTICLE
RUTGERS WPF
Abstract
Sex education in Netherlands society was taught from their early time of the children’s lifetime through medias to facilitate the infants curiousity. This is a qualitative descriptive study which aims to describe the dictions and style of language in the children graphic books entitled Het ei van mama, Allereerste infoboek - Seksuele voorlichting and an online article on Rutgers WPF. The analysis shows that diction that used on the media such as denotation, conotation and style gave a specific nuance. The style used a language with the characteristic that reasonably understandable for children such as personifications, metaphor and euphemism. Not all of language style that could be implemented for infants learning.
1 PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari para orangtua tentu pernah dihadapkan pada situasi saat mereka dilontari pertanyaan-pertanyaan mengenai seksualitas oleh anak-anak mereka. ‘Dari mana aku lahir?’ atau ‘bagaimana aku bisa ada di dunia ini?’. Jenis pertanyaan seperti itu memang tidak terlalu mudah untuk dijawab. Akan tetapi, orangtua harus tetap menjelaskan hal tersebut karena jika anak tidak mendapatkan jawaban dari orangtuanya, tentu ia akan merasa kecewa dan bahkan bisa saja ia mencari informasi tersebut dari orang lain. Ketidakpahaman anak-anak tentang hal tersebut dapat menimbulkan hal-hal negatif yang bisa saja membahayakan diri mereka. Oleh karena itu, pendidikan seks sangat penting bagi anak-anak.
Namun, jika melihat berbagai fenomena yang terjadi di Indonesia, agaknya masih timbul pro-kontra di dalam masyarakat. Masih banyak orang beranggapan bahwa membicarakan seks adalah hal yang tabu bagi anak-anak dan pendidikan seks akan mendorong anak-anak untuk berhubungan seks atau melakukan tindakan menyimpang lainnya. Seperti pada kutipan yang ada pada artikel digital di sebuah situs internet berikut. Banyak orang yang masih menganggap tabu urusan seks, sebab membicarakan dianggap hanya untuk orang dewasa dan seks sangat pribadi. Padahal seks adalah kebutuhan dasar manusia seperti halnya makan dan minum.1 Sebagian besar masyarakat juga masih memandang pendidikan seks seolah-olah sebagai suatu hal yang vulgar, belum pantas, dan bahkan tidak lazim.
Sementara itu, di negara maju seperti Belanda pendidikan seks sudah diberikan kepada anak-anak sejak usia dini melalui pendidikan formal maupun informal. Dalam wawancara dengan Radio Nederland, Mariela Castro Espín, seorang putri dari presiden Kuba menyatakan, statistik dari laporan PBB telah meyakinkannya bahwa "metode Belanda" bekerja dengan baik. Dengan penerangan seksual dini, keterbukaan mengomunikasikan seksualitas dan kampanye penggunaan kondom, kehamilan dan penyakit seksual di kalangan anak muda relatif sedikit, selain itu jumlah aborsi juga rendah. Selain itu, anak muda Belanda mulai aktif secara seksual di usia yang lebih tua dibandingkan anak muda di negara-negara di mana seks masih tabu.2 Bagi masyarakat Belanda, sangatlah penting untuk mencegah biasnya seks di kalangan anak-anak. Pendidikan seksual sangat diperlukan bagi perkembangan anak-anak dengan harapan agar mereka tidak memiliki kesalahan persepsi terhadap seksualitas dan tidak
1
http://www.psikologizone.com/masih-tabu-bicara-seks-hati-hati-bisa-bahaya/065116497
2
terjebak pada perilaku-perilaku seks yang kurang bertanggung jawab baik dari segi kesehatan maupun psikologis.
Pemerintah dan lembaga pendidikan Belanda menggunakan berbagai jenis media dalam menyukseskan program pendidikan seks yang telah mereka canangkan. Buku bergambar, alat permainan, dan situs internet yang menarik dimanfaatkan sebagai sarana pembelajaran yang dirasa ampuh untuk memfasilitasi rasa keingintahuan anak-anak Belanda. Tentu saja bahasa dan komposisi informasi yang ada pada media-media pendidikan seks tersebut disesuaikan dengan usia dan jenjang pendidikan dari anak-anak.
Bahasa yang merupakan alat komunikasi dalam masyarakat mempunyai makna yang berkaitan dengan kebudayaan yang ada, melatarbelakangi, dan hidup bersama bahasa itu sendiri. Oleh karena itu, untuk memahami suatu budaya, kita perlu memahami bahasanya. Sebaliknya, untuk memahami suatu bahasa, sangat diperlukan pemahaman budayanya.
Menurut Keraf (2001:12), ada dua pengertian bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer. Selain itu bahasa adalah sistem bunyi dan urutan bunyi vokal, yang terstruktur yang digunakan atau dapat digunakan dalam komunikasi interpersonal oleh sekelompok manusia dan secara lengkap digunakan mengungkapkan sesuatu yang terjadi di sekitar kehidupan manusia.
Hal-hal tersebutlah yang kemudian menimbulkan ketertarikan untuk meneliti tentang bagaimana diksi dan gaya bahasa yang terdapat pada media pendidikan seks anak usia dini di Belanda. Penelitian ini akan dibatasi pada analisis diksi dan gaya bahasa yang digunakan dalam menerangkan proses pembuatan bayi pada buku cerita bergambar Het ei van mama,
Allereerste infoboek - Seksuele voorlichting dan situs internet Rutgers WPF mengenai pilihan
kata dan gaya bahasa yang ditujukan untuk anak-anak usia dini yaitu anak-anak yang masuk dalam kategori kleuters3. Tujuan utama penulisan makalah ilmiah ini adalah untuk memaparkan diksi dan gaya bahasa yang digunakan dalam media-media pendidikan seks anak usia dini di Belanda.
3
2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Pilihan Kata
Menurut Lamuddin (2002:89) pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam suatu tuturan bahasa. Pemilihan kata dilakukan apabila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau kemiripan. Pemilihan kata dilakukan bukanlah sekadar memilih kata mana yang tepat, tetapi juga kata mana yang cocok. Menurut Gorys Keraf (2001:23-24) pengertian diksi atau pilihan kata jauh lebih luas dari apa yang dipantulkan oleh jalinan kata-kata. Istilah ini bukan saja dipergunakan untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan tetapi juga untuk meliputi fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan.
Pada intinya, ada beberapa pengertian mengenai diksi. Pertama, pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang akan dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. Kedua, pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat pendengar/penerima. Ketiga, pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosakata atau perbendaharaan kata bahasa.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:264) diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan). Jadi dapat disimpulkan bahwa diksi adalah pilihan kata yang dianggap tepat untuk mewakili buah pikiran atau gagasan seseorang.
2.1.1 Syarat-Syarat Keefektifan Diksi
Persoalan pendayagunaan kata pada dasarnya berkisar pada dua persoalan pokok, yaitu pertama, ketepatan memilih kata untuk mengungkapkan sebuah gagasan, hal atau barang yang akan dimanfaatkan dan kedua, kesesuaian atau kecocokan dalam mempergunakan kata-kata tadi (Keraf, 2001:87).
1. Ketepatan pilihan kata
Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis/pembaca. Ketepatan pemilihan kata menyangkut masalah makna kata dan kosakata. (Keraf, 2001:87)
2. Kesesuaian
Menurut Gorys Keraf (2001:103-104) kesesuaian diksi mempersoalkan apakah pilihan kata dan gaya bahasa yang dipergunakan tidak merusak suasana atau menyinggung perasaan orang yang hadir. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar kata-kata yang dipergunakan tidak akan mengganggu suasana dan tidak menimbulkan ketegangan antara penulis atau pembicara dengan para hadirin atau para pembaca.
2.1.2 Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif disebut juga dengan beberapa istilah, yaitu makna denotasional, makna kognitif, makna konseptual, makna ideasional, makna referensial, atau makna proposional. Disebut makna denotasional, referensial, konseptual atau ideasional, karena makna itu merujuk pada suatu referen, konsep dan ide tertentu dari suatu referen. Disebut makna kognitif karena makna itu bertalian dengan kesadaran atau pengetahuan, stimulus dan respon menyangkut hal-hal yang dapat diserap pancaindra dan rasio manusia. Disebut juga makna proporsional karena ia bertalian dengan informasi-informasi atau pernyataan-pernyataan yang bersifat faktual (Keraf, 2001:27).
Makna konotasi atau makna konotatif disebut juga makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif. Makna konotatif adalah suatu jenis makna dimana stimulus dan respon mengandung nilai-nilai emosional. Pilihan kata atau diksi lebih banyak bertalian dengan pilihan kata yang bersifat kognitif (Keraf, 2001: 28-29).
(1) Rumah itu luasnya 250 meter persegi. (denotatif) (2) Rumah itu luas sekali. (konotatif)
Dalam bentuk yang murni, makna denotatif dihubungkan dengan bahasa ilmiah. Seorang penulis yang hanya ingin menyampaikan informasi kepada kita, dalam hal ini khususnya bidang ilmiah, akan berkecenderungan untuk mempergunakan kata-kata yang denotatif. Pada contoh kalimat di atas, contoh nomor (1) bermakna denotatif karena bebas dari interpretasi.
Sementara itu, contoh nomor (2) bermakna konotatif karena berisi tafsiran atau interpretasi. (Keraf, 2001:28)
Menurut Rene Appel di buku yang berjudul Taal en Taalwetenschaap (2002) fenomena kata-kata seperti fiets dan rijwiel yang memiliki arti sepeda atau jurk dan japon yang memiliki arti gaun tidak hanya memiliki kaitan sinonim, tetapi kenyataannya kata-kata tersebut juga memiliki hubungan denotasi (sesuatu yang dijadikan sebagai referen) dan konotasi.4 Konotasi berkaitan dengan perasaan, nilai keindahan dan makna sosial dari kata tersebut.
2.2 Gaya Bahasa
Gaya bahasa (Stijlfiguren) adalah cara mengucapkan atau menulis sesuatu dengan berbeda danmembuat bahasa tersebut terlihat tidak biasa. Gaya bahasa digunakan untuk memperindah bahasa. Kata Stijl dalam bahasa belanda sendiri sebenarnya berarti indah. Terkadang gaya bahasa atau yang sering disebut kiasan juga digunakan untuk menekankan atau memperjelas sesuatu (Daniels, 2010: 177).
Menurut Wim Daniels, ada berbagai macam jenis gaya bahasa. Kiasan juga masuk ke dalamnya. Kiasan berarti penggambaran. Pendengar atau pembaca tidak hanya mendengar tentang besar atau kecil, tapi penutur dapat menggambarkannya dengan kurcaci ataupun
raksasa. Itulah yang disebut dengan kiasan. Dengan kata lain, melalui kiasan orang
membandingkan sesuatu dengan yang lainnya. Daniels membagi kiasan menjadi beberapa bentuk.
a. Simile
Pada gaya bahasa ini manusia, hewan, benda dibandingkan dengan hal lain dengan menggunakan kata penghubung als (=seperti/bagaikan). Penggunaan kata als sebagai perbandingan tersebut biasanya memudahkan untuk memahami makna.
(3a) Zo bang als een wezel. (heel erg bang) ‘Takut bagaikan musang.’ (sangat takut) (3b) Zo eerlijk als goud
‘Jujur bagaikan emas.’
Pada contoh (3a) rasa takut diibaratkan dengan seekor musang yang dikenal sebagai seekor binatang yang biasa mencari makanan pada malam hari, seolah takut pada matahari sang raja
4
http://www.goeievraag.nl/vraag/wetenschap/taal/verschil-tussen-denotatief-connotatief-metanotatief.295340
siang. Sedangkan dalam (3b) sifat jujur seseorang dibandingkan dengan emas. Emas adalah benda berharga yang berkilau, jadi jujur merupakan sikap yang baik dan sangat dihargai.
b. Metafora
Gaya bahasa jenis ini digunakan jika membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata penghubung als.
(4) Je bent een engel. (Je bent lief.)
‘Kamu malaikat.’ (Kamu baik.)
Kalimat di atas memberikan gambaran bahwa seseorang yang baik diibaratkan seperti malaikat. Malaikat memiliki asosiasi sebagai makhluk tuhan yang sangat baik dan tidak memiliki dosa. Namun, dalam membandingkannya, tidak digunakan kata hubung ‘seperti’.
c. Anastrof dan Prolepsis
Gaya anastrof sering pula disebut sebagai inversi. Urutan kata pada majas ini dibedakan dari urutan kata yang umum digunakan. Pada contoh di bawah ini, struktur kalimat (5a) merupakan struktur kalimat yang umum digunakan, sedangkan kalimat (5b) menggunakan struktur yang berbeda untuk memberikan penekanan bahwa informasi yang terlebih dahulu dituliskan atau dituturkan merupakan informasi yang paling penting.
(5a) We denken dat het toeval is.
‘Kami pikir itu adalah sebuah kebetulan.’ (5b) Toeval is het, denken we.
‘Itu adalah sebuah kebetulan, pikir kami.’
Jika digunakan untuk memberikan penekanan yang sangat kuat dibandingkan dengan ujaran normal maka disebut sebagai vooropplaatsing atau juga prolepsis.
(6a) Zijn gezicht was rood nadat hij een half uur had gelopen. ‘Wajahnya merah setelah ia setengah jam berlari.’
(6b) Rood. Dat was zijn gezicht nadat hij een half uur had gelopen. ‘Merah. Begitulah wajahnya setelah ia setengah jam berlari.’
Struktur atau urutan kata pada kalimat (6a) merupakan struktur kalimat yang lazim digunakan, sedangkan kalimat (6b) merupakan contoh kalimat prolepsis yang memberikan penekanan yang sangat kuat pada keadaan wajah yang merah. Berikut contoh prolepsis pada kalimat lainnya
(6c) Saskia zette de krant op de tafel. (Saskia meletakkan koran di atas meja.)
De krant zette Saskia op de tafel. (Koran diletakkan Saskia di atas meja.)
Penekanannya ada pada koran yang diletakkan, bukan benda lain.
d. Personifikasi
Penutur atau penulis dapat membuat seolah-olah benda atau hewan dapat melakukan atau merasakan hal selayaknya seorang manusia. Termasuk ketika penulis membuat seolah-olah hewan-hewan dapat berbicara. Hal tersebut juga termasuk dalam personifikasi.
(7) De huizen groetten mij vriendelijk.
‘Rumah-rumah menyapaku bersahabat.’
Pada contoh kalimat (7) dapat terlihat bahwa benda berperilaku seolah-olah seperti manusia yang bisa menyapa dengan cara yang bersahabat.
e. Eufemisme
Ungkapan halus atau memperhalus dengan tujuan tidak menyinggung dan juga membangun nuansa berbeda.
(8a) Doodgaan = mati
Heengaan = mati
(8b) Blind = buta
visueel gehandicapt = buta
Pada contoh (8a) kata doodgaan dan heengaan memiliki arti yang sama yaitu mati. Namun kata heengaan kerap digunakan untuk memperhalus dan membuat kesan dan nuansa berbeda. Begitu pula dengan kata-kata pada contoh (8b). Kata visueel gehandicapt merupakan bentuk halus dari kata blind.
f. Subjeksi
Pada bentuk majas subjeksi, penulis atau penutur mengajukan sebuah pertanyaan yang langsung dijawab sendiri olehnya.
(9) “Kunnen we overleven zonder eten? Natuurlijk niet!”
“Bisakah kita bertahan hidup tanpa makan? Tentu tidak!”
Penulis atau penutur pada kalimat (9) menggunakan pertanyaan tentang sebuah topik pada pembaca atau mitra tuturnya yang kemudian disusul oleh jawabannya sendiri.
g. Alokusi
Penulis atau penutur berbicara secara langsung pada pembaca dengan menggunakan kata sapaan langsung yaitu u, je, atau jullie yang berarti anda, kamu atau kalian. Penggunaan majas ini dimaksudkan untuk membuat pembaca atau mitra tutur merasa dilibatkan secara langsung.
(10) “Beste lezer, ik zal je iets vertellen over mijn verhaal.”
“ Pembaca yang baik, aku akan bercerita padamu tentang kisahku.”
h. Hiperbola
Majas hiperbola digunakan untuk melebih-lebihkan atau membesar-besarkan dari kenyataan atau keadaan yang sebenarnya.
(11) Ik heb je al wel honderd keer gezegd dat je een regenjas moet aantrekken. Aku sudah beribu kali mengatakan padamu untuk mengenakan jas hujan.
3 METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Langkah pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan data atau informasi aktual mengenai media pendidikan seks untuk anak usia dini di Belanda. Kemudian mengidentifikasi, membaca dan membandingkan informasi-informasi dari data-data yang diperoleh untuk mendapatkan gambaran yang sistematis dan objektif. Sumber data pada penelitian ini adalah buku cerita bergambar berjudul Het ei van mama (2012) karya Babette Cole, Allereerste infoboek -
Seksuele voorlichting (2009) karya Isabelle Fougere dan artikel online pada situs internet
Rutgers WPF.5 Data akan disajikan dalam bentuk teks deskriptif dan dengan mencantumkan
daftar kata maupun kalimat dari buku dan laman yang menjadi korpus data. Penelitian ini dilakukan berdasarkan pada fakta tentang diksi dan gaya bahasa yang digunakan dan terdapat pada media-media pendidikan seks anak usia dini di Belanda.
4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Peran media dalam pendidikan seks anak usia dini semakin penting artinya karena media merupakan saluran penyampai informasi dan pesan-pesan pendidikan yang tepat untuk anak
5
usia dini. (Association of Education and Communication Technology (1977) mengungkapkan bahwa media merupakan segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. Buku, film, kaset dan foto adalah contoh-contohnya. Ketiga media pendidikan seks anak usia dini yang ada di belanda yakni buku cerita bergambar Het ei van
mama, Allereerste infoboek seksuele voorlichting dan laman internet Rutgers WPFmengemas
informasi-informasi yang ditujukan untuk pembacanya dengan menggunakan diksi dan gaya bahasa seperti yang akan dibahas berikut ini.
4.1 Analisis Diksi dan Gaya Bahasa pada Het ei van mama
Buku cerita bergambar (prentenboek) yang berjudul Het ei van mama (2012) karya Babette Cole merupakan buku yang ditujukan untuk pembaca anak-anak kategori kleuters. Buku tersebut adalah buku edukatif yang menceritakan tentang sepasang orangtua yang sedang menjelaskan bagaimana proses pembuatan bayi kepada kedua anaknya yang masing-masing berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Pada bagian awal cerita tokoh orangtua memberikan ilustrasi-ilustrasi unik dan lucu untuk menjelaskan proses tersebut (Tabel 1), sampai pada akhirnya kedua anak mereka justru menertawakan penjelasan dari kedua orangtuanya dan berbalik menerangkan tentang proses pembuatan bayi yang sebenarnya sudah mereka ketahui sebelumnya (Tabel 2).
4.1.1 Diksi pada Het ei van Mama
Jika dilihat dari ketepatan dan kesesuaian pilihan katanya, penggunaan diksi dalam buku cerita Het ei van mama dapat dikatakan sudah memenuhi syarat-syarat keefektifan diksi. Hal itu dapat terlihat dari penggunaan kata-kata yang ada pada buku yang ditujukan untuk anak-anak usia dini tersebut.
“Hoor eens even.” = “Dengarkanlah.”
Kata–kata di atas diucapkan oleh tokoh orangtua pada saat mengawali penjelasan mereka mengenai proses pembuatan bayi kepada kedua anaknya. Kata-kata tersebut digunakan untuk menimbulkan gagasan yang terdapat pada imajinasi anak. Di kehidupan sehari-hari, kata-kata
“Hoor eens even” merupakan kata-kata yang sering di dengar anak-anak karena kata-kata
tersebut lazim digunakan oleh penutur sebagai tanda bahwa mitra tuturnya harus memperhatikan dan mendengarkan apa yang hendak dibicarakan oleh penutur. Dengan demikian, ketika membaca kata-kata tersebut anak-anak sudah terbiasa dan akan memposisikan diri mereka sebagai objek yang siap untuk diberikan penjelasan.
Ketepatan dan kesesuaian pilihan kata dalam buku Het ei van mama juga terdapat pada daftar kalimat berikut ini.
Tabel 1 (Penjelasan proses pembuatan bayi oleh tokoh orangtua)
1 “Baby-meisjes worden gemaakt van ijs en snoep en andere zoete troep.” Zei mama.
“Bayi-bayi perempuan dibuat dari es dan
cemilan dan pasukan manis lainnya.”
Kata mama.
2 “Baby-jongens worden gemaakt van
slakken, kakkerlakken, en kontjes van kleine hondjes.” Zei papa.
“Bayi-bayi lelaki dibuat dari siput-siput,
kecoa-kecoa, dan bokong dari anjing kecil.” Kata papa.
3 “Sommige baby’s worden gebracht door
een dinosaurus.”
“Beberapa bayi dibawa oleh
dinosaurus.”
4 “Je kunt ze maken van peperkoek.” “Kamu bisa membuatnya dari kue jahe.”
5 “Je kunt ze kweken uit zaadjes, in een
potje op de vensterbank.” Zei mama.
“Kamu bisa mengembangbiakkannya dari
biji-biji, di sebuah pot kecil di bawah
jendela” Kata mama.
6 “Of je knijpt ze gewoon even uit een
tube.”
“Atau kamu tekan keluar begitu saja dari
tabung.”
7 “Mama heeft een ei gelegd op de sofa.” Zei papa.
“het ontplofte.”
“En jullie vlogen eruit.”
“Mama meletakkan sebuah telur di atas sofa.” Kata papa.
“Itu meledak”
“Dan kalian terbang ke luar.”
Dari kalimat-kalimat yang terdapat pada tabel di atas, terlihat bahwa tokoh orangtua memberikan ilustrasi dan pengandaian-pengandaian mengenai proses pembuatan bayi dengan kata-kata atau hal-hal yang akrab dengan anak-anak. Pada kalimat-kalimat ilustrasi nomor 1-4 digunakan kata-kata seperti ijs, snoep, slakken, kakkerlakken, kontjes van kleine hondjes,
dinosaurus dan peperkoek. Kata-kata tersebut merupakan jenis kata-kata yang dapat dengan
sangat mudah dipahami oleh anak-anak. Penggunaan kata-kata itu ditujukan untuk membangun suasana dan secara perlahan-lahan menggiring pembaca yang merupakan anak-anak agar dapat masuk ke dalam maksud cerita yang lebih dalam. Anak-anak-anak juga secara tidak sadar dibangun imajinasinya, karena tidak mudah bagi anak-anak untuk memahami sebuah konteks secara langsung.
Pada ilustrasi-ilustrasi selanjutnya, yakni kalimat nomor 5-7, penjelasan dari tokoh orangtua semakin mengarah pada penggunaan kata-kata bermakna khusus yang memiliki kedekatan bentuk dan fungsi dengan organ-organ asli tubuh yang berperan dalam proses pembuatan bayi, seperti pada kata Zaadjes (biji-biji), tube (tabung) dan ei (telur). Kata-kata tersebut dipilih berdasarkan prinsip ketepatan pilihan kata (bab II) untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca.
Tabel 2 (Penjelasan proses pembuatan bayi oleh tokoh anak)
1 “Mama heeft inderdaad eitjes. Ze
zitten in haar buik.”
“Mama tentu saja mempunyai telur-telur
kecil. Mereka ada di dalam perut mama.”
2 “En papa heeft zaadjes in twee potjes
aan de buitenkant van zijn buik”
“Dan papa memiliki biji-biji kecil yang terdapat di dua buah pot kecil yang ada di sisi luar perutnya”
3 “Papa heeft ook een tube. De zaadjes
komen uit de potjes. Door de tube”
“Papa juga punya sebuah tabung. Biji-biji
kecil keluar dari pot-pot kecil. Melalui
tabung.”
4 “De tube gaat in mama’s buik. Door
een klein gaatje. Dan zwemmen de
zaadjes naar binnen met hun
staartjes.”
“Tabungnya masuk ke dalam perut mama. Melalui lubang kecil. Kemudian biji-biji kecil itu berenang ke dalam dengan menggunakan ekor kecil mereka.”
Penggunaan diksi pada penjelasan proses pembuatan bayi yang dilakukan oleh tokoh anak laki-laki dan anak perempuan memiliki ciri yang unik. Meskipun kedua tokoh tersebut telah menggunakan kata-kata khusus yang memiliki asosiasi makna pada bentuk dan fungsi organ-organ asli tubuh yang berperan dalam proses pembuatan bayi, seperti pada kata zaadjes (biji-biji), potjes (pot-pot) dan eitjes (telur-telur), Kedua tokoh tersebut juga banyak menggunakan artikel –tje pada kata-kata yang mereka tuturkan dalam cerita. Artikel tersebut digunakan untuk menghaluskan kata. Penggunaan kata Mama dan Papa yang menggantikan Moeder dan
Vader juga menambah kesan kedekatan interpersonal dan akan lebih memberikan
kenyamanan untuk pembaca anak-anak.
4.1.2 Gaya bahasa pada Het ei van mama
Jenis gaya bahasa pertama yang muncul pada buku Het ei van mama adalah gaya bahasa personifikasi seperti pada contoh (7).
“Sommige baby’s worden gebracht door een dinosaurus.” “Beberapa bayi dibawa oleh dinosaurus.”
Pada kalimat tersebut dikatakan bahwa beberapa bayi dibawa oleh dinosaurus. Penulis membuat seolah-olah dinosaurus dapat membawa bayi seperti yang dapat dilakukan oleh manusia. Kemudian pada penjelasan yang diberikan oleh tokoh anak, tersapat gaya bahasa lain yang digunakan, yaitu majas metafora seperti pada contoh (4).
“Papa heeft ook een tube. De zaadjes komen uit de potjes door de tube.”
“Papa juga punya sebuah tabung. Biji-biji kecil keluar dari pot-pot kecil melalui tabung.” Kata tube yang digunakan juga merupakan metafora yang memiliki makna piemel yang berarti penis. Kata tube tersebut mengalami perluasan makna karena memiliki persamaan bentuk dan sifat dengan kata piemel.
Metafora lainnya terlihat pada kalimat ‘En papa heeft zaadjes in twee potjes aan de
buitenkant van zijn buik’ yang memiliki arti “Dan papa memiliki biji-biji kecil yang terdapat
di dua buah pot kecil yang ada di sisi luar perutnya.” Kalimat tersebut menggunakan acuan
‘twee potjes’ yang berarti ‘dua buah pot kecil’ untuk menghaluskan dan mengisyaratkan
makna yang dimaksud sesungguhnya yaitu testis.
Majas lain yang terdapat dalam buku ini adalah majas Eufemisme seperti pada contoh (8).
Gambar 1 (Ilustrasi cerita dari buku Het ei van mama)
“Hier zie je hoe mama’s en papa’s in mekaar kunnen passen.”
“Disini (gambar 1) kamu bisa lihat bagaimana mama dan papa menyesuaikan satu sama lain.” Eufemisme terdapat dalam frase ‘mekaar kunnen passen’ yang memiliki makna
‘menyesuaikan satu sama lain’ . Frase tersebut digunakan untuk menggantikan kata ‘vrijen’
yang secara harfiah berarti ‘bersetubuh’.
Majas alokusi pada contoh (10) juga banyak digunakan penulis pada buku cerita ini. “Je kunt ze maken van peperkoek.”
“Je kunt ze kweken uit zaadjes, in een potje op de vensterbank.” Zei mama. “Of je knijpt ze gewoon even uit een tube.”
Penulis menggunakan kata ganti Je yang berarti kamu untuk melibatkan pembaca anak-anak secara langsung agar informasi dapat tersampaikan dan lebih mudah dimengerti oleh anak-anak.
Dari penjelasan tersebut terlihat bahwa penulis buku menggunakan pilihan kata serta gaya bahasa tertentu untuk menghasilkan sebuah cerita yang menarik. Penulis membangun nuansa-nuansa makna yang sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan tetap berusaha untuk memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi kalimat yang jelas, efektif dan efisien bagi pembacanya.
4.2 Analisis diksi dan Gaya Bahasa pada Allereerste infoboek-seksuele voorlichting
Pada buku kedua yang berjudul Allereerste infoboek-seksuele voorlichting (2009) karya Isabelle Fougere yang juga ditujukan untuk anak-anak usia 3-6 tahun, diceritakan pula tentang tokoh orangtua yang menjelaskan proses pembuatan bayi atau proses pembuahan yang terjadi di rahim kepada anaknya. Namun, buku cerita bergambar ini tidak memberikan ilustrasi pengantar lain tentang proses pembuatan bayi kepada pembacanya. Pada awal cerita tokoh-tokoh yang terdiri dari ayah, ibu dan dua orang anak sedang berada di taman dan bersama-sama mengamati ke sekeliling mereka. Di taman tersebut, mereka melihat ada pasangan kekasih yang duduk di bangku taman dan juga hewan-hewan berpasangan bersama anak-anak mereka. Kemudian tokoh mama dan papa menjelaskan proses pembuatan bayi.
4.2.1 Diksi pada Allereerste infoboek seksuele opvoeding
Diksi yang muncul pada buku ini adalah banyaknya penggunan denotasi yang lebih lugas jika dibandingkan dengan buku sebelumnya. Pilihan-pilihan kata yang digunakan pada buku cerita bergambar kedua cenderung lebih bersifat denotatif seperti terlihat pada penggunaan kata
vrijen yang berarti bersetubuh. Frekuensi penggunaan kata tersebut dalam kehidupan
sehari-hari cenderung sangat jarang digunakan dan jarang didengar oleh anak-anak.
Tabel 4
“Als je groot wordt, is het anders: dan ga je
zoenen en met elkaar vrijen.”
“Jika kamu sudah besar, itu akan berbeda: kamu akan berciuman dan bersetubuh.”
“Als de papa zijn zaadcelletjes heeft vrijgelaten in de baarmoeder van de mama, zwemmen deze met hun kleine staart naar een eicel.”
“Jika papa mengeluarkan sel-sel sperma di dalam rahim mama, sel-sel sperma tersebut berenang dengan menggunakan ekornya menuju sel telur.”
Meskipun dalam penjelasan mengenai proses pembuatan bayi masih digunakan kata mama dan papa sebagai pengganti kata moeder dan vader, penulis memilih untuk menggunakan kata-kata khusus seperti zaadcelletjes yang berarti sel-sel sperma, baarmoeder yang berarti rahim dan juga eicel yang berarti sel telur. Kata zaadcelletjes, baarmoeder dan eicel merupakan kata-kata khusus yang digunakan di bidang biologi dan kesehatan.
Dari analisis pada buku kedua terlihat bahwa penulis menggunakan kata denotasi yang konkrit dan khusus dalam menyajikan informasi yang ingin disampaikan. Hal tersebut baik
dilakukan agar menghindari terjadinya kesalahpahaman dan juga bertujuan untuk membiasakan anak-anak mempelajari hal-hal yang benar dan konkrit sejak dini.
4.2.1 Gaya bahasa pada Allereerste infoboek-seksuele voorlichting
Ada dua jenis gaya bahasa yang digunakan pada buku ini yaitu gaya bahasa hiperbola seperti pada contoh (11) dan alokusi pada contoh (10).
“Als een man en een vrouw elkaar ontmoeten, worden ze soms verliefd op elkaar. Ze willen
voor altijd bij elkaar blijven en samen kinderen krijgen.”
“Jika seorang laki-laki dan seorang perempuan saling bertemu, kadang mereka menjadi jatuh cinta satu sama lain. Mereka ingin selamanya tinggal bersama dan memperoleh anak-anak.”
Voor altijd yang berarti selamanya merupakan sebuah bentuk majas hiperbola. Karena pada
kenyataannya tidak ada manusia yang dapat hidup bersama untuk selamanya.
Serupa dengan buku Het ei van mama, penulis buku Allereerste infoboek seksuele opvoeding juga menggunakan kata ganti Je yang berarti kamu untuk melibatkan pembaca anak-anak secara langsung.
“Kinderen kunnen ook verliefd zijn. Ze geven elkaar kusjes en spelen samen. Als je groot wordt, is het anders: dan ga je zoenen en met elkaar vrijen.”
“Anak-anak juga bisa jatuh cinta. Mereka berciuman dan bermain bersama. Jika kamu sudah besar, itu akan berbeda: Kamu akan berciuman dan bersetubuh.”
4.3 Analisis Diksi dan Gaya Bahasa situs internet Rutgers WPF
Rutgers WPF merupakan sebuah lembaga penerangan seksual Belanda. Lembaga tersebut
berdiri sejak 1 Januari 2011. Tidak hanya memproduksi buku-buku pendidikan seks anak, lembaga ini juga menyediakan artikel informasi digital pada situs resmi mereka.
4.3.1 Diksi pada situs internet Rutgerswpf
Pilihan kata denotasi dan konotasi juga muncul dalam artikel online di situs lembaga Rutgers
WPF. Lembaga tersebut merupakan lembaga yang memberikan perhatian pada pendidikan
seks untuk anak usia dini. Pada artikel yang berjudul Hoe ben ik geboren? yang memiliki arti “Bagaimana aku lahir?” berisi informasi tentang pembuahan rahim dan bagaimana bayi bisa muncul di dalam rahim ibu.
“Een baby ontstaat in de buik van de mama doordat een zaadcel van de papa (dat is een klein
“Seorang bayi ada di perut mama karena sel sperma papa (itu adalah benih yang keluar dari
penis papa jika papa dan mama bersetubuh).”
“De piemel van de man komt dan in de vagina van de vrouw.” “Penis laki-laki masuk ke dalam vagina perempuan.”
Dari kalimat-kalimat tersebut dapat dilihat bahwa kata-kata dalam artikel tersebut memiliki makna lugas, yaitu terlihat pada kata zaadcel, zaadje, piemel, vagina dan juga vrijen. Kata-kata tersebut secara jelas tertera tanpa menggunakan istilah atau Kata-kata pengganti lainnya. Serupa dengan kedua buku cerita bergambar sebelumnya, pada artikel ini dipilih kata ‘mama
en papa’ sebagai pengganti ‘moeder en vader’.
4.3.2 Gaya bahasa pada artikel digital Rutgers WPF
Gaya bahasa pertama yang terdapat pada artikel digital di situs internet Rutgers WPF adalah subjeksi seperti pada contoh (9). Penulis mengajukan pertanyaan yang kemudian langsung dijawab oleh penulis itu sendiri.
“Hoe kunnen die zaadcel en eicel dan bij elkaar komen? Dat gebeurt als een man en een vrouw samen gaan vrijen.”
“Bagaimana bisa sel sperma dan sel telur bertemu? Itu terjadi jika seorang laki-laki dan seorang perempuan bersetubuh bersama.”
Selanjutnya ada gaya bahasa prolepsis seperti pada contoh (6) yang turut memberikan nuansa berbeda pada artikel edukatif tersebut.
“Vrijen doen twee mensen als ze van elkaar houden.”
“Bersetubuh dilakukan oleh dua orang jika mereka saling mencintai.”
Penekanan diberikan pada kata vrijen untuk memberikan kesan bahwa informasi penting yang hendak disampaikan adalah pengertian dari kata vrijen itu sendiri. Bagaimana penulis memberikan pandangan tentang makna kata bersetubuh.
Gaya bahasa terakhir yang muncul pada artikel online Rutgers WPF adalah gaya bahasa simile seperti contoh (3). Pada kalimat ini bayi diibaratkan sebagai butiran kecil gula.
“In het begin is hij nog zo klein als een korreltje suiker.”
5 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis diksi dan gaya bahasa yang terdapat pada buku cerita bergambar berjudul Het ei van mama (2012) karya Babette Cole, Allereerste infoboek - Seksuele
voorlichting (2009) karya Isabelle Fougere, dan situs internet Rutgers WPF dapat disimpulkan
bahwa diksi yang terdapat pada media-media tersebut seperti denotasi dan konotasi merupakan sebuah pemanfaatan keragaman bahasa yang bertujuan untuk memperindah, memberikan nuansa dan penekanan tertentu dalam memberikan informasi kepada anak-anak. Pada buku Het ei van mama banyak digunakan diksi-diksi variatif yang akrab dengan kehidupan anak sehari-hari sehingga anak-anak bisa dengan cepat memahami informasi yang mereka dapatkan. Sedangkan pada dua media lainnya yaitu pada Allereerste infoboek -
Seksuele opvoeding dan situs internet Rutgers WPF, penggunaan diksi denotatif lebih banyak
dipilih untuk menyampaikan informasi agar menghindari terjadinya kesalahpahaman dan juga bertujuan untuk membiasakan anak-anak mempelajari hal-hal yang benar dan konkrit sejak dini.
Hal tersebut juga menunjukkan bahwa diksi sangat berkaitan erat dengan gaya bahasa dalam terbentuknya suatu wacana kebahasaan. Selaras dengan diksi yang digunakan, gaya bahasa yang digunakan dalam buku Het ei van mama lebih banyak menggunakan gaya bahasa metafora dan eufemisme untuk mendukung penciptaan nuansa-nuansa tertentu. Sementara itu, gaya bahasa hiperbola digunakan pada buku Allereerste infoboek - Seksuele voorlichting. Hal yang menarik adalah munculnya gaya bahasa alokusi pada kedua buku cerita bergambar tersebut. Gaya bahasa subjeksi, prolepsis dan simile digunakan pada artikel online di situs internet Rutgers WPF. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa meskipun informasi yang hendak disampaikan oleh ketiga media pendidikan seks tersebut sama, yakni pendidikan mengenai proses pembuatan bayi, tidak menjamin penggunaan jenis diksi dan penerapan jenis gaya bahasanya juga sama. Tidak ada pakem tertentu dari segi kebahasaan bagi penulis untuk dapat menghasilkan karya yang bersifat edukatif dan ditujukan untuk anak-anak. Namun, penggunaan diksi dan gaya bahasa dalam media pembelajaran anak-anak tentu harus selalu dikemas sesuai dengan sasaran pembacanya dan tujuan yang hendak dicapai yakni menginformasikan hal-hal yang baik untuk anak-anak.
DAFTAR REFERENSI
Finoza, Lamuddin. 2002. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia. Keraf, Gorys. 2001. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.
Daniels, Wim. 2010. Het Grote Taalboek: Overzicht. Groningen: Scala Leuker Leren.
Koenen Woordenboek Nederlands. 2006. Utrecht-Antwerpen.
Moeimam, Susi, Hein Steinheuer. 2008. Kamus Belanda-Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.
Laman Internet http://www.scalaleukerleren.nl/proefmateriaaltaalboek.html http://educatie-en-school.infonu.nl http://www.lespakketrelatiesenseksualiteit.nl/digibord/digilessen/ http://www.psikologizone.com/masih-tabu-bicara-seks-hati-hati-bisa-bahaya/065116497 http://archief.rnw.nl/bahasa-indonesia/article/pendidikan-seks-ala-belanda-ditiru-kuba http://www.goeievraag.nl/vraag/wetenschap/taal/verschil-tussen-denotatief-connotatief-metanotatief.295340
Semua data dijelajah pada 13 Mei 2013 pukul 20.30
KORPUS DATA
Cole, Babette. 2012. Het Ei Van Mama. Amsterdam: Davidsfonds.
Fougere, Isabelle. 2009. Allereerste Infoboek Seksuele Voorlichting. Amsterdam: Deltas Centrale Uitgeverij.