• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Kepolisian

1. Pengertian Polisi

Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) dikatakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.(Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Pasal 5 ayat (1).

Polri yang dikenal dewasa ini adalah Kepolisian yang telah dibentuk sejak tanggal 19 Agustus 1945, Polri mencoba memakai sistem kepolisian federal membawah di Departemen Dalam Negeri dengan kekuasaan terkotak-kotak antar provinsi bahkan antar karasidenan.Maka mulai tanggal 1 Juli 1946 Polri menganut sistem Kepolisian Nasional (The Indonesian National Police). Sistem kepolisian ini dirasa sangat pas dengan Indonesia sebagai negara kesatuan, karenanya dalam waktu singkat Polri dapat membentuk

komando-komandonya sampai ke tingkat sektor (kecamatan).1

Sebagai komponen di dalam bangsa ini peran polri adalah sebgai penegak hukum dan menegakan ketertiban dalam lingkungan

(2)

10 masyarakat, pengayomi, pelindung dan pelayan masyarakat dalam

rangka mewujudkan keamanan dalam negeri.2

2. Fungsi Kepolisian

Pasal 2 menyatakan Bawha ”Fungsi Kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan Negara di bidang pemelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, penegak hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat”. Sedangkan Pasal 3: “(1) Pengemban fungsi Kepolisian adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dibantu oleh : a. kepolisian khusus, b. pegawai negri sipil dan/atau c. bentuk-bentuk pengamanan swakarsa. (2) Pengemban fungsi Kepolisian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a,b, dan c melaksanakan fungsi Kepolisian sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang menjadi dasar hukum masing-masing.3

3. Tugas Pokok Kepolisian

Pasal 13: Tugas Pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam UU No.2 tahun 20002 adalah sebagai berikut:

a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat b. Menegakkan hokum

c. Menurut pasal Pasal 14 UU Kepolisian RI tugas pokok Polri

adalah melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat.4

2Saleh Roeslan, 1983, Beberapa Asas Hukum Pidana dalam Presfektif Jakarta, Aksara Baru, hal. 80

3Tugas,fungsi dan wewenang polri dalam https://humas.polri.go.id akses pada 19 Juni 2019 4ibid

(3)

11

4. Kewenangan Kepolisian

Penjelasan tugas dan wewenang kepolisian dapat dilihat Pada Pasal 15 dan 16 UU Kepolisian RI, sedangkan kode etik kepolisian dapat dilihat dalam Pasal 18 .Sesuai dengan rumusan fungsi, tugas pokok, tugas dan wewenang Polri fungsi utama kepolisian sebagaimana diatur dalam UU No. 2 tahun 2002, meliputi :

a. Pre-emtif

Dalam hal ini Tugas Polri dalam adalah Community Policing, artinya upaya pendekatan kyang dilakukan kepada masyarakat secara social. Namun, konsep ini harus dibandingkan dengan sistem kepolisian dari luar yang

ditinjau dari administrasi pemerintahannya, sistem

kepolisian juga terkait dengan karakter sosial

masyarakatnya.

Konsep Community Policing sudah ada sesuai karakter dan budaya Indonesia (Jawa) dengan melakukan sistem keamanan lingkungan (siskamling) dalam komunitas-komunitas desa dan kampong, secara bergantian masyarakat merasa bertangggung jawab atas keamanan wilayahnya masing-masing.Hal ini juga ditunjang oleh kegiatan babinkamtibmas yang setiap saat harus selalu mengawasi daerahnya untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan khusus.

(4)

12 b. Preventif

Segala usaha dan kegiatan di bidang kepolisian preventif untuk memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, memelihara keselematan orang, benda dan barang termasuk memberikan perlindungan dan pertolongan , khususnya

mencegah terjadinya pelanggaran hukum. Dalam

melaksanakan tugas ini diperlukan kemampuan professional tekhnik tersendiri seperti patrolil, penjagaan pengawalan dan pengaturan.

c. Represif

Di bidang represif terdapat 2 (dua) jenis Peran dan Fungsi Kepolisian Negara Republik Indonesia yaitu represif justisiil dan non justisiil. UU No. 2 tahun 2002 memberi peran Polri untuk melakukan tindakan-tindakan represif non Justisiil terkait dengan Pasal 18 ayat 1(1) , yaitu wewenang ” diskresi kepolisian” yang umumnya menyangkut kasus ringan.

KUHAP memberi peran Polri dalam melaksanakan tugas represif justisil dengan menggunakan azas legalitas bersama unsur Criminal Justice sistem lainnya. Tugas ini memuat substansi tentang cara penyidikan dan penyelidikan sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya. Bila terjadi tindak pidana, penyidik melakukan kegiatan berupa:

(5)

13 a. Mencari dan menemukan suatu peristiwa Yang dianggap sebagai

tindak pidana;

b. Menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan; c. Mencari serta mengumpulkan bukti;

d. Membuat terang tindak pidana yang terjadi;

e. Menemukan tersangka pelaku tindak pidana.5

5. Faktor Penghambat Kepolisian

Faktor Penghambat Kepolisian Dalam Melaksanakan Tugasnya Dalam rangka penegakan hukum Polri sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan fungsinya yang saling berkaitan dengan beberapa situasi dan kondisi masyarakat setempat. Dalam praktik penegakan hukum, pihak Kepolisian menghadapi berbagai kendala, baik yang bersifat operasional maupun prosedural legal dan kemudian kendala ini tidak memberikan hasil yang optimal dalam upaya menekan kenaikan angka kriminalitas, bahkan terjadi sebaliknya.

Semua hambatan-hambatan tersebut di atas bermuara pada model-model pendekatan yang dipergunakan yang harus didukung dengan profesionalisme, mental, pendidikan bagi setiap anggota Polri. Berkenaan dengan hal tersebut, untuk mengetahui hambatan-hambatan terhadap peran dan fungsi yang dilakukan oleh kepolisian pada umumnya dan Polmas pada khususnya, dengan

(6)

14 mempergunakan faktor-faktor umum yang mempengaruhi proses penegakan hukum ialah:

a. Faktor hukumnya sendiri;

b. Faktor penegak hukum, yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum;

c. Faktor sarana atau fasilitas;

d. Faktor masyarakat, yaitu lingkungan dimana hukum terasebut berlaku atau diterapkan;

e. Faktor kebudayaan, yaitu sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia dalam

pergaulan hidup.6

B. Tinjauan Pencegahan 1. Pengertian Pencegahan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia , pencegahan adalah proses, cara, tindakan mencegah atau tindakan menahan agar sesuatu tidak terjadi. Dengan demikian, pencegahan merupakan tindakan. Pencegahan

identik dengan perilaku.7

Upaya preventif biasanya dilakukan kepada pihak yang belum atau rentan terhadap suatu masalah, definisi dari pencegahan adalah Prevention atau pencegahan terdiri dari berbagai pendekatan, prosedur dan metode yang dibuat untuk meningkatkan kompetensi

6Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, hlm.,8.

7 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1998. Kamus Besae Bahasa Indonesia. Balai Pustaka . Jakarta

(7)

15 interpersonal seseorangdan fungsinya sebagai individu, pasangan, dan sebagai orang tua.

Menurut Yunita dalam sebagian besar program preventif yang efektif memliki karakteristik sebagai berikut: 1.Fokus terhadap pemahaman mengenai resiko dan masalah dari perilaku yang ingin dicegah dalam kelompok sasaran. Desain untuk merubah “life trajectory” dari kelompok sasaran, dengan menyediakan pilihan dan kesempatan dalam jangka panjang yang sebelumnya tidak tersedia.

2. Tinjauan Faktor Penyebab

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya sebuah kejahatan. Pertama adalah faktor yang berasal atau terdapat dalam diri si pelaku yang maksudnya bahwa yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan sebuah kejahatan itu timbul dari dalam diri si pelaku itu sendiri yang didasari oleh faktor keturunan dan kejiwaan (penyakit jiwa). Faktor yang kedua adalah faktor yang berasal atau terdapat di luar diri pribadi si pelaku. Maksudnya adalah: bahwa yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan sebuah kejahatan itu timbul dari luar diri si pelaku itu sendiri yang didasari oleh faktor rumah tangga dan lingkungan.

Faktor penyebab terbagi atas 2 faktor diantaranya faktor internal dan faktor eksternal.

(8)

16 a. Faktor internal

Faktor Internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu yang meliputi, yaitu :

1) Sifat utama diri sendiri: daya emosional, rendahnya mental dan anomi.

2) Sifat pendukung dari individu, seperti : umur, gender, kedudukan didalam masyarakat, pendidikan dan

hiburan.8

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah factor yang terdapat pada lingkungan sekitar. Selain itu terdapat 6 faktor yang mempengaruhi fakktor eksternal tersebut yaitu faktor ekonomi, faktor agama, faktor bacaan, faktor film, faktor lingkungan,

faktor keluarga.9

3. Tinjauan Upaya Penaggulangan

Penanggulangan yaitu segala upaya yang dilakukan oleh oleh setiap orang maupun lembaga pemerintah atau swasta yang bertujuan mengusahakan pengamanan, penguasaan dan kesejahteraan hidup

sesuai hak asasi manusia yang ada.10

Tindak Pidana yang muncul di lingkungan masyarakatperlu adanya tindakan yang menindaklanjuti dengan memberikan upaya-upaya agar

8 Chainur Arrasjid, Suatu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminil. Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat, Medan: Fakultas Hukum USU, hlm. 37

9 Idid,hal.41.

10 Barda Nawawi Arief, 1998, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan Hukum Pidana, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, hal 49.

(9)

17 kejahatan tersebut dapat diminimalisir dan berkurang. Penanggulanan kejahatan dibagi menjadi tiga yaitu:

a. Upaya Pre-emtif

Yang dimaksud dengan upaya pre-emtif disini adalah upaya-upaya awal yang dilakukan oleh pihak kepolisian untuk mencegah terjadinya tindak pidana. Usaha-usaha yang dilakukan dalam penanggulan kejahatan secara pre-emtif menanamkan nilai-nilai/norma-norma yang baik sehingga norma-norma tersebut terinternalisai dalam diri seseorang.

Meskipun ada kesempatan untuk melakukan

pelanggaran/kejahatan tapi tidak ada niatnya untuk melakukan hal tersebut maka tidak akan terjadi kejahatan. Jadi dalam usaha pre-emtif faktor niat menjadi hilang meskipun ada

kesempatan.11

b. Upaya preventif

Upaya-upaya preventif ini adalah merupakan tindak lanjut dari upaya pre-emtif yang masih dalam tataran pencegahan sebelum terjadinya kejahatan. Dalam upaya preventif

ditekankan adalah menghilangkan kesempatan untuk

dilakukannya.12 Contoh ada orang ingin mencuri motor tetapi

kesempatan itu dihilangkan karena motor-motor yang ada ditempatkan ditempat penitipan motor, dengan demikian

11 Vivin Lusiana, 2019 , Tinjauan kriminologi Terhadap Kejahatan Penjarahan Pada saat Bencana Palu, Palu, Skripsi Fakultas Hukum Universitas Tadaluko Palu, hal. 167-168

(10)

18 kesempatan menjadi dan tidak terjadi kejahatan. Jadi dalam upaya preventif kesempatan ditutup.

c. Represif

Upaya ini dilakukan pada saat telah terjadi tindak pidana/kejahatan yang tindakan berupa penegakan hukum (law enforcement) dengan menjatuhkan hukuman. Upaya represif adalah suatu upaya penanggulangan kejahatan secara konsepsional yang ditempuh setelah terjadinya kejahatan. Penanggulangan dengan upaya represif untuk menindak para pelaku sesuai dengan perbuatannya serta memperbaikinya

kembali agar mereka sadar bahwa perbuatan yang

dilakukannya adalah perbuatan melanggar hukum dan merugikan masyarakat, sehingga tidak mengulanginya dan orang lain juga tidak akan melakukannya mengingat sanksi

yang ditanggungnya sangat berat.13

C. Tinjauan Tindak Pidana 1. Pengertian Tindak Pidana

Dapat dilihat dari kamus besar bahasa Indonesia maka kata tindak mengandung arti yaitu langkah, perbuatan kejahatan (tentang pembunuhan, perampokan, korupsi, dan sebagaimananya). Menurut Moeljatno mengatakan bahwa perbuatan yang di atur oleh hukum

(11)

19 pidana dinyatakan sebagai perbuatan yang dilarang dinamakan perbuatan pidana, juga disebut orang dengan delik. Menurut wujudnya atau sifatnya, perbuatan pidana ini adalah

perbuatan-perbuatan yang melawan hukum.14

Menurut Wirjono Prodjodikoro bahwa dalam perundang-undangan formal Indonesia, istilah “perisitiwa pidana” pernah digunakan secara resmi dalam UUDS 1950, yakni dalam Pasal 14 (1).Secara substansif, pengertian dari istilah “peristiwa pidana” lebih menunjuk kepada suatu kejadian yang dapat ditimbulkan oleh perbuatan manusia maupun oleh

gejala alam.15

Tindak pidana juga dapat diartikan sebagai suatu dasar yang pokok dalam menjatuhi pidana pada orang yang telah melakukan perbuatan pidana atas dasar pertanggung jawaban seseorang atas perbuatan yang telah dilakukannya. Akan tetapi, sebelum itu mengenai dilarang dan diancamnya suatu perbuatanmengenai perbuatannya sendiriberdasarkan asas legalitas (Principle of Legality ) yang menentukan bahwa tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana jika tidak ditentukan terlebih dahulu dalam perundang-undangan (Nullum Delictum Nulla Poena Sine Praevia Lege Poenali).

14Mahrus Ali, 2011, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta Timur, hal. 97.

15Wirjono Prodjodikoro, 2003, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, Refika Aditama, Bandung, hal. 33.

(12)

20

2. Jenis-Jenis Tindak Pidana

Menurut KUHP tindak pidana dapat diklasifikasikan atau dibedakan dalam 2 kelompok, 2 kelompok tersebut berada didalam buku kedua sebagai kelompok kejahatan dan ketiga menjadi kelompok

pelanggaran.16

a. Alasan pembedaan antara buku 2 dan buku 3 dalam KUHP adalah jenis pelanggaran lebih ringan dibandingkan kejahatan. Hal ini bisa dilihat dari ancaman hukuman pidana pada pelanggaran berupa pidana kurungan dan denda, sedangkan kejahatan dengan ancaman pidana penjara.

b. Berdasarkan cara perumusannya, ada 2 yaitu tindak pidana formil dan tindak pidana materil. Tindak pidana formil adalah tindak pidana yang dirumuskan untuk difokuskan pada suatu perbuatan tertentu. Tindak pidana materil adalah dapat menimbulkan akibat yang dilarang. Dapat kita simpulkan bahwa barang siapa yang menimbulkan akibat yang dilarang oleh Undang-undang itulah yang akan bertanggung jawab dan dapat dipidana.

c. Menurut bentuk kesalahan, dibedakan dapat dibedakan antara tindak pidana sengaja (dolus) dan tindak pidana tidak dengan sengaja (culpa). Tindak pidana sengaja adalah tindak pidana yang

dalam rumusannya dilakukan dengan kesengajaan atau

mengandung unsure kesengajaan, sedangkan tindak pidana tidak

(13)

21 sengaja adalah tindak pidana yang dalam rumusannya mengandung culpa.

d. Dilihat dari saat dan jangka waktu terjadinya,dapat dibedakan antara tindak pidana terjadi seketika dan tindak pidana terjadi dalam waktu lama atau berlangsung lama atau berlangsung terus menerus. Tindak pidana yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga untuk terwujudnya atau terjadinya dalam waktu seketika atau waktu singkat saja, disebut juga dengan Aflopende delicten. Sebaliknya, ada tindak pidana yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga terjadinya tindak pidana itu berlangsung lama, yakni setelah perbuatan dilakukan, tindak pidana itu masih berlangsung terus menerus yang disebut dengan voordurende delicten. Tindak pidana ini juga dapat disebut sebagai tindak pidana yang menciptakan suatu keadaan yang terlarang.

e. Dilihat dari sumbernya, dapat dibedakan antara tindak pidana umum dan tindak pidana khusus. Tindak pidana umum adalah semua tindak pidana yang dimuat dalam KUHP sebagai kodifikasi hukum pidana materil (Buku II dan Buku III). Sementara itu, tindak pidana khusus adalah semua tindak pidana yang terdapat di luar modifikasi KUHP.

f. Dilihat dari segi subjeknya, akan bisa membedakan antara tindak pidana Communia (tindak pidana yang dapat dilakukan oleh semua orang) dan tindak pidana propria (tindak pidana yang hanya dapat

(14)

22 dilakukan oleh orang yang berkualitas tertentu). Pada umumnya tindak pidana itu dibentuk dan dirumuskan untuk berlaku pada semua orang. Akan tetapi, ada perbuatan yang tidak patut yang khusus hanya dapat dilakukan oleh orang yang berkualitas tertentu saja, misalnya: pegawai negeri (pada kejahatan jabatan) dan nakhoda (pada kejahatan pelayaran).

g. Dilihat dari perlu tidaknya pengaduan didalam penuntutan, maka dibedakan antara tindak pidana biasa dan tindak pidana aduan. Tindak pidana biasa yang dimaksudkan ini adalah tindak pidana yang untuk dilakukannya penuntutan terhadap pembuatnya dantidak diisyaratkan adanya pengaduan dari yang berhak. Sementara itu, tindak aduan adalah tindak pidana yang dapat dilakukan penuntutan pidana apabila terlebih dahulu adanya pengaduan oleh yang berhak mengajukan pengaduan.

h. Dilihat dari berat atau ringanya ancaman pidana, dapat dibedakan antara tindak pidana bentuk pokok, tindak pidana diperberat dan tindak pidana yang diperingan. Dilihat dari berat ringannya, ada tindak pidana tertentu yaitu : Dalam bentuk pokok, Dalam bentuk

diperberat, Dalam bentuk ringan.17

(15)

23

3. Unsur-unsur Tindak Pidana

Dapat dilihat dalam KUHP terdapat 2 unsur tindak pidana yaitu: a. Unsur subjektif

1) Kesengajaan (dolus) dan ketidak sengajaan (culpa); 2) Maksud

3) Macam-macam maksud 4) Merencanakan terlebih dahulu

5) Perasaan takut.18

b. Unsur objektif

1) Sifat melawan hukum 2) Kualitas dari pelaku

3) Kausalitas 19

D. Tinjauan Kekerasan Pelajar 1. Pengertian Kekerasan Pelajar

Kekerasan merupakan serangan atau invasi (Ossault) terhadap fisik maupun integrasi mental psikologi seseorang. Kekerasan sebagai tindak kejahatan merupakan manifestasi kepribadian yang terganggu sebagai prototype perilaku menyimpang. Sementara perilaku menyimpang yang termasuk kejahatan adalah tingkah laku yang

18P.A.F. Lamintang, 1997, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, hal 193-194.

(16)

24 melanggar norma aturan perundang-undangan sebagaimana diatur

dalam KUHP.20

Sedangkan menurut Pasal 89 KUHP, yang disamakan melakukan kekerasan itu, membuat orang jadi pingsan atau tidak berdaya lagi (lemah). Melakukan kekerasan artinya mempergunakan tenaga atau kekuatan jasmani tidak kecil secara yang tidak sah, misalnya memukul dengan tenaga atau dengan segala macam senjata, menyepak, menendang dsb. Secara khusus dalam pasal KUHP memang tidak dijelaskan mengenai tindak pidana dengan kekerasan. Mengacu kepada definisi diatas maka pengertian tindak pidana dengan kekerasan mencakup hal-hal sebagai berikut:

a. Tindak pidana dengan kekerasan adalah perbuatan-perbuatan yang melawan hukum yang didahului, disertai, atau diikuti dengan kekerasan terhadap orang lain, dengan objek kejahatan berupa barang, atau orang telah memenuhi unsur-unsur materiil sebagaimana dimaksud dalam KUHP ataupun peraturan perundang-undangan lain yang sah.

b. Melakukan kekerasan adalah sebagaimana tersebut dalam pasal 89 KUHP yaitu membuat orang menjadi pingsan atau tidak berdaya maka perbuatan ini bersifat fisik.

c. Ancaman kekerasan disamping bersifat fisik, juga dapat bersifat psikis.

(17)

25 Mengacu pada pengertian yang terdapat dalam kamus maka pengertian pelaku adalah orang yang berbuat atau melakukan suatu pekerjaan dalam hal ini masih belum jelas apabila dikaitkan dengan perbuatan tindak pidana. Sedangkan menurut pengertian yang terdapat dalam peraturan hukum pelaku atau pembuat dader dipandang dari sudut Undang-undang sebagaimana tercantum dalam Pasal 55 KUHP, maka orang yang melakukan tindak pidana dapat dibagi atas 4 macam yaitu:

a. Orang yang melakukan sendiri suatu tindak pidana (pleger). b. Orang yang menyuruh melakukan (doen plegen)

c. Orang yang turut melakukan (medepleger)

d. Orang yang dengan sengaja membujuk melakukan

perbuatan itu (uitlokker).21

Menurut pengertian yang umum, adalah keturunan atau manusia yang masih kecil. Sebagai keturunan, anak adalah seseorang yang dilahirkan karena hubungan biologis antara laki-laki dan perempuan. Hubungan semacam itu telah berlangsung sepanjang sejarah umat manusia, yang menurut agama Samawi diawali dengan diturunkannya Adam dan Hawa di muka Bumi. Menurut Islam batasan anak adalah mereka yang telah mimpi bagi anak laki-laki dan telah datang haid bagi anak perempuan. Menurut bahasa, anak diartikan sebagai manusia yangmasih kecil, sedangkan

21Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hal.10

(18)

26 dalam kamus besar Bahasa Indonesia, anak dimaknai sebagai manusia

yang masih kecil yang belum dewasa.22

2. Menurut KUHP

Pasal 45 KUHP, definisi anak yang belum dewasa apabila anak belum berusia 16 tahun. Disebutkan bahwa apabila seorang anak tersangkut dalam suatu perkara pidana, hakim boleh memerintahkan supaya anak dikembalikan kepada orang tuanya, tetapi bila seorang anak sudah berumur 15tahun tersangkut dalam perkara pidana maka kepadanya dapat dikenai suatu pemidanaan dengan suatu pengaturan seperti pada Pasal 47 KUHP. Pasal tersebut hanya menyebutkan kata-kata belum dewasa yang mereka yang berumur 16 tahun. Ini dapat diartikan bahwa mereka yang belum berumur 16 tahun dapat disebut sebagai anak-anak.

3. Menurut KUH Perdata

Pasal 330 KUHPer ayat (1), bahwa batasan antara belum dewasa yang telah dewasa adalah 21 tahun, kecuali anak melangsungkan perkawinan sebelum mencapai usia 21 tahun, dan melakukan pendewasaan (Pasal 419 KUPer) dimana seseorang anak belum dewasa diberikan kepadanya suatu hak kedewasaan tertentu.

4. Undang-undang No.3 tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak

(19)

27 Pasal 1 ayat (2), bahwa seorang anak tetapdalam kewenangan orang tua selama anakbelum berusia 18 tahun dan belum melangsungkan perkawinan. Hal ini berarti bahwa seorang anak yang belum berusia 18 tahun atau belum menikah adalah dianggap belum dewasa.

Arti pelajar menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, adalah anak sekolah, terutama siswa yang pendidikan dasar yang mempunyai arti petunjuk yang diberikan agar dipahami. Bahwa yang dimaksud dengan pelajar adalah kelompok masyarakat muda yang belajar dari tingkat SD sampai SLTA (SMU) dan berusia antara 7 tahun sampai dengan 18 tahun.Remaja dalam kehidupan sosial sangat tertarik dengan kelompok sebayanya sehingga tak jarang orang tuanya dinomorsuakan sedangkan kelompoknya dinomorsatukan. Dalam kelompok itu remaja bisa melampiaskan perasaan tertekan yang dirasakan karena tidak mengerti dan tidak dianggap oleh orang tua serta kakak-kakaknya.

Perbuatan terlarang bagi anak adalah baik menurut peraturan perundang-undangan maupun menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Dalam hal ini peraturan tersebut baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis misalnya hukum adat ataupun aturan kesopanan dan kepantasan dalam masyarakat.

(20)

28 Kenakalan anak pelajar sekolah dapat diartikan sebagai suatu perbuatan anak remaja yang bertentangan dengan kaedah-kaedah hukum tertulis baik yang terdapat dalam KUHP atau perundang-undangan lainnya, ataupun perbuatan yang bersifat anti sosial, yang dapat menimbulkan keresahan dalam masyarakat, yang tidak tergolong

dalam delik tindak pidana umum ataupun delik khusus.23

KUHP memberikan batasan terhadap usia subjek hukum dalam dua alternative, Pertama; apabila pelaku berada dibawah usia 16 tahun maka hal tersebut akan tunduk dan berlaku Pasal 45, 46 dan 48 KUHP. Kedua, bila pelakunya berusia diatas 16 tahun maka berdasarkan Pasal 45 dan 46 KUHP anak delinquent tersebut akan diperlakukan sama

dengan pelaku kejahatan pada umumnya.24

KUHP tidak mengadakan pembagian mengenai kenakalan anak secara tersendiri. Mengenai kenakalan anak hanya menyebutkan bahwa perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh seorang anak yang berusia dibawah 16 tahun, hukumannya lebih ringan. Kenakalan anak adalah kelainan tingkah laku serta perbuatan ataupun tindakan anak-anak yang bersifat asosial, amoral, dalam hal mana terdapat pelanggaran-pelanggaran terhadap norma-norma sosial dan agama yang berlaku dalam masyarakat dan tindakan pelanggaran hukum. Kelompok atau gank sebenarnya tidak berbahaya asal

23Sudarsono, 1990, Pokok-pokok Hukum Islam, Jakarta, Rineka Cipta, hal. 59 24Sudarsono, Pokok-pokok Hukum Islam, hal. 60

(21)

29 saja bisa mengarahkan. Sebab dalam kelompok itu kaum remaja dapat memenuhi

kebutuhannya, misalnya kebutuhan dimengerti, kebutuhan dianggap, kebutuhan diperhatikan, kebutuhan mencari pengalaman baru, kebutuhan berprestasi, keburuhan diterima statusnya, kebutuhan harga diri, rasa aman, yang belum tentu diperoleh di rumah maupun sekolah. Pada umumnya gank kriminal pada masa awalnya merupakan kelompok bermain yang dinamis. Permainan yang mula-mula bersifat netral, baik dan menyenangkan, kemudian ditransformasikan dalam aksi ekspremental bersama yang berbahaya dan sering mengaggu atau merugikan orang lain.

Pada akhirnya kegiatan tadi ditingkatkan menjadi perbuatan kriminal.Semakin meningkatnaya kegiatan bersama dalam bentuk keberandalan dan kejahatan itu, mereka lalu menentukan padang perburuan atau teritorium oparasionalnya sendiri, menggunakan tata kerja yang lebih “sistematis”, dan biasanya dimanisfestasikan keluar dalam bentuk perkelahian kelompok, pengeroyokan, tantangan yang provokatif, perang batu, dan perkelahian antar sekolah. Aksi sedemikian ini khususnya bertujuan untuk mendapatkan prestige individual dan menjunjung tinggi nama kelompok (dengan dalih menjunjung tinggi nama sekolah).Perkelahian kelompok tersebut jelas akan memperkuat kesadaran kekamian, yaitu kesadaran menjadi anggota

(22)

30 dari satu ingroup atau satu rumpun “keluarga baru” dan memperteguh spirit de crops (semangat kelompok).

Dari kelompok itu kemudian keluar tekanan keras terhadap anggota untuk menegakkan kode kelompok, jika ada ketidak patuhan dan penyimpangan tingkah laku dari anggotanya akan dihukum dengan keras. Sebaliknya, rasa setiakawanan, solidaritas, loyalitas, dan kesediaan berkorban demi nama besar kelompok sendiri akandihargai oleh setiap anggota kelompok, khususnya oleh Kelompok tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Pada umumnya siswa menyatakan bahwa dengan belajar kelompok, siswa lebih mudah memahami materi pelajaran yang sedang dibahas, pada umumnya siswa menyatakan bahwa

Melalui identi- fikasi awal hambatan melaluipembelajaran bersama dengan guru PAUD Gugus 11 Arjowinangun untuk menemukenali faktor kegagalan pemahaman pada K13 PAUD dari

Karakteristik substrat maupun sedimennya pada Kawasan Pantai Ujong Pancu sendiri memiliki karateristik sedimen yang didominasi oleh pasir halus dimana pada

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh ukuran koomite audit, likuiditas, ukuran dewan komisaris, dan degree of operation leverage terhadap pengungkapan risiko

Pada pengujian serangan terhadap AP TP-LINK (TD- W8151N), proses berjalan cukup cepat dan hanya membutuhkan 15.602 detik untuk mendapatkan SSID yang terdeteksi sebagai

tidak mendapat asupan gizi yang baik. Namun ada sisi positif yang bisa dilihat dimana adanya jaminan kesehatan dan penambahan rumah sakit dan tenaga medis meskipun belum

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena berkat ridho-Nya publikasi ”Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2012” ini dapat diterbitkan Publikasi ini menyajikan data dari berbagai

Berdasarkan hasil penelitian dan manfaat yang diperoleh, maka beberapa saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut 1) Perlu dilakukan penelitian lanjutan