• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

7

Teori merupakan alat terpenting bagi suatu ilmu pegetahuan. Tanpa adanya teori, hanya ada serangkaian fakta-fakta yang belum teranalisis dan belum dapat dikategorikan sebagai lmu pengetahuan. Dengan demikian, teori bertugas sebagai pembimbing dalam suatu karya ilmiah.

2.1 Pragmatik

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga tahun 2005 disebutkan bahwa Pragmatik adalah yang berkenaan dengan syarat-syarat yang mengakibatkan serasi tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi. Pragmatik ialah berkenaan dengan syarat-syarat yang mengakibatkan serasi tidaknya bahasa dalam komunikasi (KBBI, 1993: 177).

Peccei (1989:2) dalam bukunya yang berjudul Pragmatics menjelaskan, ”pragmatics concentrate an aspects of meaning that cannot be predicted by linguistic knowledge alone and takes into account knowledge about the physical

and social world.”.

Bisa disimpulkan bahwa pragmatik adalah ilmu yang tidak bisa dipahami hanya dengan mengandalkan pengetahuan linguistik saja, tetapi kita juga harus memahami setidaknya sedikit bagian dari ilmu sosial.

(2)

2.2 Tindak Tutur (Speech Acts)

Tindak tutur atau yang dalam bahasa Inggris disebut speech acts adalah salah satu cabang ilmu pragmatik. Searle (Cobley 1996:269) menyebutkan bahwa “speech acts are characteristically performed in the utterance of sounds or the making or marks.”. tindak tutur dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: tindak tutur

lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi.

2.2.1 Tindakan Lokusi (Locutionary Act)

Menurut Searle (1969) dalam bukunya yang berjudul Speech Acts and Essay in the Philosophy of Language, tindakan lokusi adalah saat pembicara

mengatakan sesuatu. Dalam tindakan lokusi tidak dipermasalahkan maksud dan fungsi perkataan yang disampaikan oleh pembicara. Misalkan perkataan “I am hungry” semata-mata diungkapkan untuk memberitahu pendengar bahwa

pembicara sedang merasa lapar.

Saat seseorang melakukan tindak lokusi, mereka pasti juga sedang bertanya atau menjawab sebuah pertanyaan, memberikan informasi atau peringatan kepada seseorang, memberikan sebuah keputusan, mengucapkan sebuah ujaran, membuat sebuah janji, dan memberikan definisi untuk sesuatu,

Austin (1962:98) mengatakan,

“in performing a locutionary act we shall also be performing such an act as: asking or answering questions, giving information or an assurance or a warning, announcing a verdict or an intention, pronouncing a sentence, making an appointment or an appeal or a criticism, making an identification or giving a description, and the numerous like.”

(3)

Contoh:

“I‟ll be home for dinner.”

(Austin, 1962:94-98) Pada contoh di atas tindakan ilokusi terjadi pada ujaran, “I‟ll be home for dinner.” Pembicara mengucapkan ujaran tersebut semata-mata hanya ingin

memberitahu kepada pendengar bahwa ia akan hadir pada saat makan malam.

2.2.2 Tindakan Ilokusi (Illocutionary Act)

Menurut Searle (1969) dalam bukunya yang berjudul Speech Acts and Essay in the Philosophy of Language, tindakan ilokusi adalah saat pendengar

memberikan respon terhadap ujaran pembicara. Tindakan ilokusi memiliki maksud dan fungsi tertentu. Misalkan perkataan “I am hungry” diucapkan pembicara bukan semata-mata untuk memberitahu pendengar bahwa pembicara sedang merasa lapar, namun pembicara ingin pendengar melakukan sesuatu yang berkaitan dengan ucapannya, misal membelikan pembicara makanan. Bisa dikatakan bahwa tindakan ilokusi adalah aksi nyata dari ujaran yang diucapkan oleh pembicara.

Contoh:

“I‟ll be home for dinner.”

(Austin, 1962:94-98) Pada contoh di atas, tindakan ilokusi dari ujaran “I‟ll be home for dinner.” adalah pembicara ingin pendengar melakukan sesuatu, dalam contoh ini,

(4)

pembicara ingin pendengar menyiapkan masakan saat makan malam tiba karena pembicara akan tiba saat waktunya makan malam.

2.2.3 Tindakan Perlokusi (Perlocutionary Act)

Menurut Searle (1969) dalam bukunya yang berjudul Speech Acts and Essay in the Philosophy of Language, tindakan perlokusi adalah saat dimana

ujaran pembicara mempunyai efek terhadap pendengar.. Tindakan perlokusi menimbulkan sebuah pengaruh kepada pendengar. Misalkan setelah pembicara mengatakan “I am hungry”, pendengar langsung memberikan makanan kepada pembicara. Tindakan perlokusi juga bisa dikatakan sebagai efek dari ujaran yang diucapkan oleh pembicara kepada pendengarnya.

Contoh:

“I‟ll be home for dinner.”

(Austin, 1962:94-98)

Pada contoh di atas, tindakan perlokusi dari ujaran “I‟ll be home for dinner.” adalah pendengar yang menyiapkan makanan untuk pembicara.

Pendengar mengerti sepenuhnya ujaran dari pembicara yang mengimplikasikan bahwa pembicara menginginkan pendengar untuk menyiapkan makanan pada waktu makan malam.

(5)

2.3 Prinsip Kerjasama (Cooperative Principles)

Menurut Grice (1975:45) ketika seseorang melakukan sebuah percakapan, pembicara dan pendengar patuh Cooperative Principles, Grice juga mengatakan, “make your conversational conttibution what is required, at the stage at which it occurs, by the accepted purposes or direction of the talk exchange in which you

are engaged.”

2.3.1 Macam-macam Maksim (Kinds of Maxims)

Grice membagi Cooperative Principles ke dalam empat jenis, yaitu: Maxim of Quality, Maxim of Quantity, Maxim of Relation, dan yang terakhir

adalah Maxim of Manner.

2.3.1.1 Maksim Kualitas (Maxim of Quality)

Grice (1975:46) mengatakan dalam bukunya yang berjudul Logic and Conversation, “do not say what you believe to be false and do not say that for

which you lack adequate evidence.”. Menurut Thomas (1995) dalam bukunya

yang berjudul Meaning in Interaction, untuk memenuhi maksim kualitas pembicara maupun pendengar harus mengatakan sebuah ujaran yang mereka percaya bukanlah sebuah kebohongan dan jangan berkata sebuah ujaran yang tidak mempunyai bukti yang cukup bahwa ujaran tersebut merupakan sebuah kebenaran.

Contoh:

(6)

Wife : They‟re on the table in the hall.

(Thomas, 1995:64) Dalam contoh di atas, yang menunjukkan bahwa maksim kulaitas itu sebuah kebenaran adalah jawaban dari Wife yang memberitahukan dengan jujur kepada Husband dimanakah kunci mobil mereka berada.

2.3.1.2 Maksim Kuantitas (Maxim of Quantity)

Grice (1975:45) mengatakan dalam bukunya yang berjudul Logic and Conversation, “make your contribution as informative as is required and do not

make your contribution more informative than is required.”. Menurut Thomas

(1995) dalam bukunya yang berjudul Meaning in Interaction, untuk memenuhi sebuah maksim kuantitas pembicara maupun pendengar harus membuat informasi yang mereka berikan se-informatif mungkin dan jangan memberikan informasi yang berlebihan atau terlalu sedikit.

Contoh:

Husband : Where are the car keys?

Wife : They‟re on the table in the hall.

(Thomas, 1995:64)

Dalam contoh di atas, yang menunjukkan bahwa maksim kuantitas adalah pernyataan yang seperlunya adalah jawaban Wife kepada pertanyaan Husband dimana Wife memberikan informasi yang cukup kepada Husband.

(7)

2.3.1.3 Maksim Relevansi (Maxim of Relation)

Grice (1975:46) mengatakan dalam bukunya yang berjudul Logic and Conversation, “maxim of relation is where one tries to be relevant, and says

things that are pertinent to the discussion.”. Menurut Thomas (1995) dalam

bukunya yang berjudul Meaning in Interaction, untuk memenuhi sebuah maksim relevansi pembicara maupun pendengar harus mengatakan sebuah ujaran yang se-relevan mungkin.

Contoh:

Husband : Where are the car keys?

Wife : They‟re on the table in the hall.

(Thomas, 1995:64) Dalam contoh di atas, yang menunjukkan bahwa maksim relevansi adalah sebuah pernyataan yang relevan adalah ketika Wife menjawab pertanyaan dari Husband. Wife telah menjawab pertanyaan Husband dengan sesuai dan membuat

keinginan Husband untuk mengetahui dimana kunci mobil mereka berada tercapai.

2.3.1.4 Maksim Cara (Maxim of Manner)

Grice (1975:46) mengatakan dalam bukunya yang berjudul Logic and Conversation, “aviod obscurity of expression, avoid ambiguity, be brief (avoid

unnecessary prolixity), and be orderly.”. Menurut Thomas (1995) dalam bukunya

yang berjudul Meaning in Interaction, untuk memenuhi sebuah maksim pelaksanaan pembicara maupun pendengar harus menghindari ketidakjelasan pada

(8)

ekspresi mereka dan ujaran yang ambigu, harus mengucapkan ujaran yang ringkas.

Contoh:

Husband : Where are the car keys?

Wife : They‟re on the table in the hall.

(Thomas, 1995:64) Dalam contoh di atas, yang menunjukkan bahwa maksim pelaksanaan bukanlah kalimat yang ambigu adalah jawaban Wife kepada Husband. Wife memberitahukan dengan ringkas dan jelas kepada Husband dimana kunci mobil mereka berada dan menghindari keambiguan pada ujarannya.

2.3.2 Pelanggaran Maksim (Flouting Maxims)

Pelanggaran maksim terjadi ketika aturan maksim tidak dipatuhi demi menjaga citra lawan bicara dan pelanggaran maksim bisa terjadi ketika pembicara gagal memahami respon yang diberikan oleh pendengar atas apa yang sebelumnya dikatakan oleh pembicara yang pada akhirnya pembicara mengimplikasi respon dari pendengar tersebut.

2.3.2.1 Pelanggaran Maksim Kualitas (Flouting Maxim of Quality)

Pelanggaran maksim kualitas terjadi ketika pembicara tidak mengatakan ujaran yang sesuai dengan apa yang dia maksud, pelanggaran maksim kualitas juga bisa terjadi jika pembicara atau pendengar mengatakan sesuatu yang sudah jelas kebohongannya atau sesuatu yang tidak memiliki bukti yang cukup jelas. Ini

(9)

juga dapat diungkapkan melalui majas. Pembicara dapat membesar-besarkan maksud dari ujarannya dengan menggunakan majas hiperbola, contohnya “I could eat a whole horse.”. selain hiperbola, majas lain yang bisa digunakan adalah

majas metafora, ironi, dan banter.

Contoh:

Pembicaranya adalah Lady Lucinda Lambton dan dia sedang membicarakan John Patten yang pada saat itu merupakan menteri pendidikan Amerika Serikat.

“I lived in the same house as that man for three years and he‟s the man I hate most in all the world. In all my greasy past, he is the biggest grease

spot.”

(Thomas, 1995:68)

Dalam contoh di atas Lady Lucinda Lambton bisa dikatakan melakukan pelanggaran maksim kualitas karena John Patten bukanlah seseorang yang gemuk, lalu Lucinda Lambton juga tidak meyakinkan para pendengarnya bahwa John Patten adalah seseorang yang gemuk.

2.3.2.2 Pelanggaran Maksim Kuantitas (Flouting Maxim of Quantity)

Pelanggaran maksim kuantitas terjadi ketika pembicara memberi informasi yang berlebihan atau tidak memberikan informasi yang cukup kepada pendengarnya.

(10)

Contoh:

A: Well, how do I look? B: Your shoes are nice.

Di dalam contoh di atas pelanggaran maksim kuantitas terjadi karena B tidak menjawab pertanyaan A secara lengkap. A bertanya apakah dia terlihat baik saat itu, tetapi B hanya menjawab sepatu A terlihat bagus saat itu.

Contoh 2:

Pembicaranya adalah Rupert Allason (penulis buku, ahli dalam bidang intelijen Inggris). Dia sedang berdiskusi mengenai identitas dari “Fifth Man”.

“It was either Graham Mitchell or Roger Hollis and I don‟t believe it was Roger Hollis.”

(Thomas, 1995:65)

Dalam contoh di atas, Rupert Allasom memberikan informasi berlebih. Seharusnya dia bisa menjawab pertanyaan pendengar dengan hanya “The Fifth Man was Graham Mitchell.”

Contoh 3:

A bertanya kepada B mengenai kekasih baru C. A: Is he nice?

(11)

(Thomas, 1995:66)

Dalam contoh di atas, B bisa menjawab pertanyaan A dengan hanya “No.” Tetapi B memberikan jawaban yang kurang informatif kepada A.

2.3.2.3 Pelanggaran Maksim Relevansi (Flouting Maxim of Relation)

Pelanggaran maksim relevansi terjadi ketika pembicara berharap pendengar dapat membayangkan ujaran yang tidak diujarkan dan menyambungkan dengan ujaran yang diujarkannya atau jika pendengar memberikan respon yang sama sekali tidak berhubungan dengan topik yang dibicarakan.

Contoh:

A: So, what do you think of Mark? B: His roommate is a wonderful cook.

Di dalam contoh di atas pelanggaran maksim relevansi terjadi karena B tidak menjawab pertanyaan A dengan sesuai. A menanyakan pendapat B tentang Mark, tetapi B menjawab pertanyaan A dengan “His roommate is a wonderful cook.”.

Contoh 2:

Olivia : I finished working on my face. I grabbed my bag and a coat. I told my mother I was going out... She asked me where I was going. I repeated

myself, „Out.’.

(12)

Pada contoh di atas, sebenarnya pembicara, Olivia, merespon dengan jujur dan jelas, tetapi respon Olivia tidak memjawab pertanyaan ibunya. Apa yang ujaran tersebut langgar adalah ujaran Olivia tidak membuat ibunya puas. Ibunya bisa melihat bahwa Olivia akan pergi, apa yang ibunya ingin tahu adalah kemana Olivia akan pergi.

2.3.2.4 Pelanggaran Maksim Cara (Flouting Maxim of Manner)

Pelanggaran maksim pelaksanaan terjadi ketika pendengar menutupi sesuatu dengan mengatakannya tidak jelas atau ambigu. Hal ini terjadi agar orang ketiga tidak mengetahui apa yang sedang dibicarakannya.

Contoh:

A: What are you off to?

B: I was thinking of going out to get some of that funny white stuff for somebody. A: Okay, but don‟t be long – dinner‟s nearly ready.

Di dalam contoh di atas pelanggaran maksim pelaksanaan bisa terjadi karena B menjawab pertanyaan A dengan tidak jelas apa yang akan dia lakukan di luar rumah.

Contoh 2:

Interaksi ini terjadi pada saat wawancara melalu radio dengan seseorang yang bekerja di pemerintahan Amerika yang tidak disebutkan namanya di Port-au-Prince, Haiti:

(13)

Interviewer : Did the United States Government play any part in

DDuvalier‟s departure? Did they, for example, actively

Dencourage him to leave?

Official : I would not try to steer you away from that conclusion.

(Thomas, 1995:71)

Pada contoh di atas, juru bicara dari pemerintahan Amerika harusnya bisa menjawab pertanyaan pewawancara tersebut dengan ujaran “No.” Respon yang diberikan juru bicara tersebut sangat berbelit-belit dan sudah jelas melanggar maksim pelaksanaan karena jawaban dari petugas yang tidak jelas, apakah pemerintah Amerika mendukung Duvalier untuk berhenti atau tidak.

2.4 Konteks (Context)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, konteks diartikan sebagai (1) bagian atau uraian atau kalimat yang dapat mendukung atau menambah kejelasan makna; (2) situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian.

Menurut Cutting (2002:3-9) dalam bukunya yang berjudul Pragmatics and Discourse, konteks adalah pengetahuan dunia fisik dan sosial serta faktor-faktor

sosio-psikologis yang mempengaruhi komunikasi sebagaimana pengetahuan waktu dan tempat di dalam kata-kata yang dituturkan atau dituliskan. Cutting membagi konteks menjadi tiga macam, yaitu situational context, background knowledge context, dan co-textual context.

(14)

2.4.1 Konteks Situasi (Situational Context)

Konteks situasi adalah sebuah konteks yang menggambarkan segala sesuatu yang sedang terjadi di sekitarnya pada saat percakapan itu berlangsung. Menurut Stone-Goldman dan Olswang (2003) dalam jurnalnya Learning to Look, Leraning to See: Using Ethnography to Develop Cultural Sensitivity, konteks

situasi itu terdiri dari setting atau tempat terjadinya konteks situasi tersebut, activity atau jenis percakapan apa yang pembicara dan pendengar lakukan, dan

environment atau situasi di sekitar percakapan itu terjadi, seperti jumlah orang

yang bercakap-cakap, waktu percakapan itu berlangsung, dan lain-lain. Konteks situasi menggambarkan segala sesuatu yang ada pada saat sebuah percakapan sedang berlangsung.

Contoh:

Fifth Grade Classroom – The children have just left the room for recess,

all but one who is tidying her desk. Mr. Coggins, the teacher, ask Lesley,

his favorite student, to give an important message to another student,

Geralyn. “Please tell Geralyn to come in a little early from recess.” Out the door goes Lesley. Lesley sees Geralyn across the playground sitting on

a bench talking with her friend Lisen. They are whispering, lloking around

only occasionally. All of a sudden, Lisen covers her eyes; Geralyn pats her

on the shoulder. They continue to talk quietly. Lesley – waits and watches

for a few moments, and then approaches slowly, hoping one of the girls

(15)

“Excuse me Geralyn, but Mr. Coggins wanted me to tell you to come in a little early from recess. Sorry to disturb you guys.”

(Stone-Goldman, 2003)

Pada skenario di atas bisa ditentukan bahwa setting dari konteks situasi tersebut adalah sebuah sekolah, lebih tepatnya sebuah ruangan kelas lima SD dan sebuah lapangan. Activity dari konteks situasi tersebut adalah sebuah perintah yang diberikan oleh Mr. Coggins kepada Lesley pada ujaran “Please tell Geralyn to come in a little early from recess.” dan sebuah diskusi pribadi yang dilakukan

oleh Geralyn dan Lisen. Sedangkan environment yang ada pada konteks situasi tersebut adalah ada empat orang yang terlibat dalam konteks situasi tersebut (satu orang guru dan tiga orang murid) dan konteks situasi tersebut terjadi pada jam istirahat sekolah.

2.4.2 Konteks Berdasarkan Pengetahuan (Background Knowledge Context) Konteks berdasarkan pengetahuan adalah sebuah konteks yang mana pembicara dan pendengar mengetahui mengenai apa yang mereka bicarakan, seperti membicarakan seseorang atau budaya. Ada dua jenis konteks berdasarkan pengetahuan, yaitu konteks kultural dan konteks antarpersonel.

2.4.2.1 Konteks Kultural (Cultural Context)

Konteks kultural adalah sebuah informasi atau pengetahuan yang dimiliki oleh pembicara dan pendengar mengenai sebuah ruang lingkup kehidupan.

(16)

Menurut Stone-Goldman dan Olswang (2003) dalam jurnalnya Learning to Look, Leraning to See: Using Ethnography to Develop Cultural Sensitivity, kultur dibagi

menjadi dua, yaitu personal culture dan social culture. Personal culture adalah sesuatu yang sudah ada semenjak kita lahir, contohnya: umur, ras, jenis kelamin, dan lain-lain. Sedangkan social culture adalah sebuah aturan dalam kehidupan sosial di lingkungan hidup kita, seperti kepercayaan.

2.4.2.2 Konteks Antar Personel (Interpersonal Context)

Konteks antarpersonel adalah informasi mengenai seseorang yang mencakup informasi mengenai kehidupan pribadi pembicara atau yang dibicarakannya. Menurut Stone-Goldman dan Olswang (2003) dalam jurnalnya Learning to Look, Leraning to See: Using Ethnography to Develop Cultural

Sensitivity, sebuah konteks antar personal bisa terjadi jika pembicara mempunyai

hubungan dengan orang yang dibicarakannya, misal: keluarga, teman, mitra kerja, dan lain-lain.

2.4.3 Koteks Konteks (Co-Textual Context)

Konteks koteks adalah ketika pembicara dan pendengar mengetahui apa atau siapa yang sebenarnya sedang mereka bicarakan.

Contoh:

Retailers, which make a large portion of their annual revenue during the

(17)

shoppers over the weekend, with a number of stores opened early to make

the most of the sales rush.

(Stone-Goldman, 2003) Pada contoh di atas konteks “the weekend” itu berarti Thanksgiving weekend di Amerika Serikat, masyarakat Amerika tentu tahu apa yang dimaksud

“the weekend” pada ujaran tersebut. Oleh karena itu, “the weekend” termasuk ke dalam konteks koteks karena maupun pembicara ataupun pendengarnya (masyarakat Amerika) mengetahui maksud dari ujaran “the weekend” tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Penghubung Kec.Ciruas, Lebak Wangi, Pontang, dan Tirtayasa (1.. Nambo - Teras

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu tempering pada sambungan las SMAW baja SS400 setelah di quenching dengan Larutan NaCl terhadap ketahanan bending

Penelitian selanjutnya yaitu dilakukan oleh Nurazizah, Sulaeman dan Tina (2019) dimana hasil pene- litiannya menunjukan bahwa dalam penyajian laporan keuangannya, BAZNAS

Penelitian Saheen dkk (2011, h.236-237) yang berjudul Effects Of Breast Cancer On Physiological And Psychological Health Of Patients memberikan hasil bahwa kanker

asam nitrat untuk membentuk DNT yang selanjutnya akan dihidrogenasi untuk membentuk TDA yang masih berupa campuran. Selanjutnya campuran TDA ini dipurifikasi dengan

Disamping proses pembuatan yang relatif mudah, keramik semikonduktor ini memiliki sifat-sifat yang memungkinkan untuk digunakan dalam berbagai aplikasi diantaranya

Dengan mempertimbangkan hasil pengawasan DPD RI mengenai pelaksanaan UU PPTKILN bahwa berbagai penyimpangan di dalam penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri yang salah

Pajak penghasilan pasal 21 adalah pajak penghasilan yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah, honorium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan