• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Pengembangan Konsepsi Awal Mahasiswa Melalui Model

Siklus Belajar Dalam Perkuliahan Telaah Kurikulum Biologi

Untuk Meningkatkan Mutu Proses Dan Hasil Pembelajaran

Drs. Irdam Idrus, M.Pd

Program Studi Pendidikan Biologi JPMIPA UNIB

Abstrak. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk meningkatkan proses dan hasil belajar

mahasiswa pada Mata Kuliah Telaah Kurikulum Biologi dengan menerapkan Model Siklus Belajar. Penelitian ini dilaksanakan di semester V tahun ajaran 2012/ 2013 Program Studi Pendidikan Biologi. Jenis Penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Permasalahan yang ingin diungkap adalah konsepsi awal mahasiswa, perubahan konsepsi mahasiswa setelah pembelajaran, aktivitas mahasiswa dan dosen selama pembelajaran, serta tanggapan mahasiswa terhadap pembelajaran yang diterapkan. Data dikumpulkan melalui lembar tes dan lembar observasi dosen dan mahasiswa. Analisis data observasi dilakukan secara deskriptif kuantitatif. Data tes dianalisis menggunakan rumus ketuntasan belajar klasikal. Hasil penelitian menunjukkan pada umumnya sebelum mengikuti pembelajaran mahasiswa sudah memiliki konsepsi awal namun ada yang ilmiah dan ada yang belum ilmiah; setelah pembelajaran terjadi perubahan konsepsi pada siklus I, meningkat pada siklus II dan Siklus III; selama pembelajaran dengan menerapkan model siklus belajar dalam perkuliahan telaah kurikulum biologi muncul beberapa efek iringan diantaranya meningkatnya kemampuan mengajar dosen, dan meningkatnya aktivitas mahasiswa dalam perkuliahan. Disarankan kepada dosen lain untuk dapat menggunakan Model Pembelajaran Siklus Belajar sebagai salah satu alternatif model yang diterapkan dalam pembelajaran.

Kata Kunci: Konsepsi Awal, Model Siklus Belajar

PENDAHULUAN

Dalam proses belajar mengajar yang dilakukan selama ini pada mata kuliah telaah kurikulum biologi, dosen biasanya lebih sering menggunakan metode ceramah dan diselingi dengan metode diskusi. Pendekatan pembelajaran lebih ke ekspositori (exposition), yang berarti dosen memberikan informasi berupa teori, generalisasi, hukum, dalil, serta bukti-bukti yang mendukung. Dalam hal ini mahasiswa hanya menerima saja informasi yang disampaikan oleh dosen. Bahan pengajaran telah diolah oleh dosen lalu disampaikan kepada mahasiswa, dan mahasiswa diharapkan belajar dari informasi yang diterimanya itu, hal seperti ini disebut ekspositori. Model pembelajaran ekspositori adalah aktivitas pembelajaran lebih didominasi oleh dosen atau berpusat

pada dosen (teacher centered). Kedudukan mahasiswa hanya sebagai objek pembelajaran. Oleh karena itu hanya akan terjadi transfer of knowledge, hasil belajarpun tidak maksimal.

Pada awal perkuliahan telaah kurikulum biologi, mahasiswa menganggap mata kuliah ini termasuk mata kuliah yang mudah, karena sebagian dari materi yang akan dipelajari sudah di perolehnya dari berbagai mata kuliah yang lain, walaupun pada dasarnya mahasiswa baru memperoleh filosofi-filosofi pendidikan dan pembelajaran, sedangkan pada mata kuliah telaah kurikulum biologi lebih mengarah kepada aplikasi dalam pembelajaran biologi, jadi mahasiswa dituntut untuk berfikir aplikatif, analitis, sintesis, dan evaluatif, bukan hanya sekedar berfikir hafalan, dan pemahaman. Kebiasaan mahasiswa belajar dalam bentuk

(2)

menghapal, merupakan kendala untuk mengembangkan konsep awal yang sudah mereka miliki, mahasiswa kesulitan untuk mengembangkan pengetahuannya lebih luas lagi. Mahasiswa cendrung belajar secara individual, sehingga sangat terbatas kemampuan untuk menganalisis materi pembelajaran. Kesiapan mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan masih dirasakan kurang, hanya beberapa mahasiswa yang mempelajari materi yang sudah di tugasi dosen, disamping belum tersedianya bahan ajar atau hand out yang terbaru yang siap diakses oleh mahasiswa, juga merupakan kendala bagi mahasiswa untuk mempersiapkan diri mengikuti proses pembelajaran. Akibat dari kendala-kendala di atas, akan menyebabkan motivasi dan aktifitas mahasiswa dalam proses pembelajaran akan menjadi rendah, dan pada akhirnya nilai mata kuliah telaah kurikulum biologipun rendah.

Berdasarkan uraian diatas, maka untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah telaah kurikulum biologi, perlu dilakukan perbaikan-perbaikan diantaranya pemilihan pendekatan dan model pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran. Upaya perbaikan yang dipandang tepat untuk meningkatkan hasil dan proses pembelajaran pada mata kuliah telaah kurikulum biologi di program studi pendidikan biologi adalah dengan mengubah model pembelajaran yang digunakan dosen dalam mengajar. Dari hasil kolaborasi tim pengajar mata kuliah telaah kurikulum biologi sepakat untuk mencoba menerapkan suatu alternatif model pembelajaran yaitu model Siklus Belajar. Model Siklus belajar didasari pada pendekatan konstruktivisme yang menyatakan bahwa proses belajar diawali dengan terjadinya konflik koognitif, sehingga pada akhir proses pembelajaran mahasiswa akan membangun sendiri pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungannya.

Driver & Leeach (dalam Yager, 1993:106) menyatakan bahwa karakteristik iklim pembelajaran yang sesuai dengan konstruktivisme ada empat: (1) mahasiswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan serta dapat merespon situasi pembelajaran berdasarkan konsepsi awal yang dimilikinya; (2) Melibatkan proses aktif dalam pembelajaran yang memungkinkan

mahasiswa mengkonstruksi

pengetahuannya; (3) Pengetahuan bukanlah sesuatu yang datang dari luar, melainkan seleksi secara personal dan sosial; (4) Seperti juga mahasiswa dosen juga mempunyai konsepsi awal.

Pendekatan ini menitikberatkan pada pengkonstruksian ide-ide atau gagasan-gagasan yang sudah dimiliki mahasiswa sebelum mempelajari sesuatu, yang mana ide-ide ini merupakan pengetahuan dasar dalam pengkonstruksian pengetahuan yang baru. Secara garis besar prinsip konstruktivisme yang diambil adalah bahwa pengetahuan dibangun oleh mahasiswa sendiri, baik secara personal maupun sosial, pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari dosen ke mahasiswa, kecuali melalui keaktifan mahasiswa sendiri untuk menalar, mahasiswa aktif mengkonstruksi terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep menuju ke yang lebih rinci, lengkap serta sesuai dengan konsep ilmiah, dosen hanya membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses proses konstruksi oleh mahasiswa tetap berjalan. Untuk mengimplementasikan pendekatan konstruktivisme ini dapat dilakukan melalui berbagai model pembelajaran diantaranya Model Siklus Belajar. model siklus belajar (Learning Cycle Model) terdiri 3 fase pembelajaran fase eksplorasi, pengenalan konsep; dan aplikasi konsep.

Dari uraian di atas, maka melalui Hibah Peningkatan Kualitas Pembelajaran (PPKP) FKIP UNIB dilakukan penelitian dengan judul ―Pengembangan Konsepsi awal mahasiswa melalui Model Siklus Belajar

(3)

dalam Perkuliahan Telaah Kurikulum Biologi Untuk Meningkatkan Proses Dan Hasil Pembelajaran‖. Dari hasil diskusi antara tim dosen pengampu mata kuliah Telaah Kurikulum Biologi disepakati permasalahan yang akan diungkap jawabannya dalam penelitian tindakan ini

secara umum adalah ‖Apakah

pembelajaran menggunakan model siklus belajar dapat meningkatkan proses dan hasil belajar mahasiswa Semester V dalam Mata Kuliah Telaah Kurikulum Biologi ?. Secara umum Penelitian ini bertujuan meningkatkan proses dan hasil belajar mahasiswa semester V pada mata kuliah Telaah Kurikulum Biologi. Hasil Penelitian sangat bermanfaat bagi mahasiswa terutama dapat meningkatkan keterampilan dan sikap ilmiah serta meningkatkan hasil belajar mahasiswa dalam mata kuliah Telaah Kurikulum Biologi.

Konsepsi yang dimiliki siswa/mahasiswa diberi nama dengan bermacam-macam antara lain Preconception , students conception, children science, misconceptions, alternative cocception, intutions, alternative frameworks, pre-understanding, preknowledge ( Osborne& Freyberg, 1985:12). Di dalam penelitian ini label tadi disebut konsepsi awal. Oleh karena itu pendidikan seharusnya memperhatikan konsepsi awal mahasiswa. Sehingga mahasiswa mendapat pengalaman mengkonstruk pengetahuan dengan benar berdasarkan mekanisme interaksi yang terencana terhadap benda-benda lingkungan sekitar (Dahar, 1989: 160-164).

Menurut Piaget (dalam Dahar, 1989:150-152) perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi memberikan kemampuan kepada seseorang untuk mensistematikkan atau mengorganisasikan prose-proses fisik atau psikologi menjadi sistem yang teratur (skema). Adaptasi

psikologi dilakukan oleh manusia melalui dua cara yaitu asimilasi dan akomudasi. Asimilasi terjadi apabila informasi baru atau masalah baru mengandung kesamaan dengan struktur mentalnya. Jika informasi baru itu berbeda dengan struktur mentalnya maka pada diri seseorang terjadi

ketidakpahaman yang disebut

disequilibrium (ketidakseimbangan).

Menurut Wheatley (1991:12), konsepsi awal akan termodifikasi melalui proses akomudasi dapat membantu menetralisir kegelisahan atau konflik yang muncul ketika berinteraksi dengan lingkungan. Dysktra, et al, (1992:637) menyatakan bahwa ada tiga bentuk perubahan konsepsi yang mungkin terjadi setelah pembelajaran. Perubahan konsepsi tersebut yaitu (1) pembedaan (differentation), (2) perluasan (class extension), dan (3) konseptualisasi ulang (reconceptualization). Perubahan konsepsi bentuk pembedaan terjadi bila konsep baru yang muncul sifatnya lebih umum dari konsep sebelumnya. Perubahan konsepsi bentuk perluasan kelas terjadi apabila konsep-konsep yang telah ada dapat diterapkan pada kasus-kasus lain yang mengandung konsep-konsep yang lebih khusus. Sedangkan perubahan konsepsi bentuk konseptualisasi ulang terjadi apabila perubahan yang menyeluruh dialami oleh konsep-konsep yang sudah ada karena konsep yang sudah ada ini sama sekali tidak sesuai dengan konsep ilmiah.

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Jenis penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengatasi masalah pembelajaran atau perbaikan pembelajaran dan peningkatan kualitas pembelajaran melalui serangkaian tindakan dan diikuti dengan refleksi kemudian mempraktekkan secara sistematis di dalam kelas. Penelitian tindakan kelas ini

(4)

berorientasi kepada gagasan-gagasan David Hopkin (1993), Stephen Kemmis (1992) dan Jhon Elliot (1993). Subyek penelitian ini adalah Mahasiswa Pendidikan Biologi semester V, Jur. PMIPA FKIP UNIB Tahun Ajaran 2012/2013 yang mengikuti perkuliahan Telaah Kurikulum Biologi. Data dikumpulkan melalui lembar observasi dosen dan mahasiswa, dan lembar tes. Analisa data observasi dilakukan secara deskriptif kuantitatif, data tes dianalisis menggunakan rumus ketuntasan belajar klasikal.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Selain hasil belajar indikator lain yang digunakan untuk melihat terjadi peningkatan kualitas pembelajaran adalah dari segi proses, dalam hal ini aktivitas dosen dan mahasiswa. Aktivitas dosen dalam memposisikan dirinya sebagai fasilitator dan mediator yang baik, sebagaimana tuntutan model siklus belajar. Dari observasi yang dilakukan oleh dua observer terhadap pembelajaran yang dilakukan dosen , diperoleh rata-rata skor 23 pada siklus I , siklus II 25, dan siklus III dengan rata-rata skor 27. Perbandingan aktivitas dosen pada siklus I, II, dan III beserta criteria dapat dilihat pada tabel 1.

Terjadi peningkatan aktivitas mengajar yang dilakukan oleh dosen dalam setiap siklusnya. Secara umum dosen sudah baik dalam menjalankan fungsinya sebagai fasilitator dan mediator dalam pembelajarannya. Pemusatan pembelajaran pada dosen yang selama ini cenderung digunakan oleh dosen dalam mengajar sudah mulai bisa ditinggalkan. Dosen dan mahasiswa sudah terlepas dari pemikiran bahwa dosen adalah sumber informasi atau pusat sumber belajar, hal ini sesuai dengan pendapat Hiynka (1998) bahwa berdasarkan teori konstruktivisme dosen maupun buku teks bukan lagi satu-satunya sumber informasi dalam pembelajaran.

Tabel 1. Peningkatan Aktivitas Dosen Pada Siklus I, II, dan III.

Siklus Observer Rata-rata skor Kategori 1 2 I 24 22 23 Baik II 26 24 25 Baik III 27 27 27 Baik

Tabel 2. Peningkatan Aktivitas Mahasiswa Pada Siklus I, II, dan III.

Siklus Observer Rata-rata skor Total kategori 1 2 I 22 22 22 Cukup II 23 25 24 Baik III 25 27 26 Baik

Aktivitas mahasiswa dari setiap siklus juga mengalami peningkatan, walaupun terdapat beberapa aspek dari lembar observasi yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan. Perbandingan aktivitas mahasiswa pada siklus I, II, dan III, disajikan pada tabel 2.

Dari observasi yang telah dilakukan oleh dua orang observer pada siklus I terhadap aktivitas mahasiswa diperoleh rata-rata skor 22 dengan kriteria cukup. Dari tabel 2 terlihat bahwa terjadi peningkatan aktivitas belajar mahasiswa dari tiap-tiap siklusnya. Pada siklus pertama terlihat bahwa aktivitas mahasiswa masih dikategorikan cukup. Tiga masalah yang mendasar pada siklus I yang perlu diperbaiki pertama Kemampuan mahasiswa dalam mempresentasikan hasil yang didapatkan didepan kelas. Kedua, kemampuan mahasiswa dalam mengajukan dan menjawab pertanyaan dalam diskusi kelas. Pannen (2005) bahwa belajar yang bermakna akan terjadi bila mahasiswa berperan secara aktif dalam proses belajar. Ketiga, mahasiswa mengerjakan evaluasi (post test) yang diberikan dosen.

(5)

Deskripsi Hasil Tes

Sebelum pembelajaran menerapkan model siklus belajar, dilakukan pre-test terhadap mahasiswa semester V, hal ini dilakukan untuk mengatahui pengetahuan awal yang dimiliki mahasiswa. Setelah dilakukan analisis diperoleh rata-rata nilai pengetahuan awal mahasiswa masih rendah, yaitu 55,73 dengan ketuntasan 32,43%, angka ini jauh dari angka ketuntasan yang ditetapkan mata kuliah yaitu tuntas secara klasikal apabila mahasiswa dikelas memperoleh nilai ≥ 70 sebesar 85%. Setelah proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Siklus Belajar berakhir, dosen memberikan evaluasi berupa tes akhir (post tes) dalam bentuk tes tertulis dengan bentuk soal essay. Hasil belajar yang dicapai mahasiswa dalam setiap siklus merupakan hasil evaluasi secara tertulis yang dilakukan dosen untuk mengevaluasi perkembangan hasil belajar mahasiswa. Dengan menerapkan pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa, sehingga mahasiswa diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan awal (konsep), dapat menghubungkan konsep dengan beberapa konsep yang lainnya, keaktifan pada saat proses belajar berlangsung dan meningkatkan motivasi dan prestasi mahasiswa. Menurut Karplus (1978:162-163) dalam siklus belajar terjadi interaksi antara konsepsi mahasiswa dan konsepsi dosen dengan memberikan aktivitas kepada mahasiswa yang seluas-luasnya berupa pengalaman fisikal (physical experience)

dan transmisi sosial (sosial transmission). Dari pengalaman tersebut mahasiswa mencoba menemukan keterhubungan (relationship) dan prinsip yang melibatkan beberapa konsep. Perbandingan prestasi belajar mahasiswa pada siklus I, II, dan III, disajikan dalam tabel 4.

Jika dibandingkan hasil belajar tiap siklus mahasiswa antara siklus I, II, dan III dapat digambarkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar dari tiap siklus. Lingkungan belajar yang kondusif, dimana mahasiswa belajar secara berkelompok, mahasiswa juga dituntut untuk mempunyai pengetahuan awal sebelum pembelajaran dimulai, dengan tuntutan pembelajaran secara aktif dan bersifat bekerjasama untuk tuntas dalam belajar untuk menunjang peningkatan hasil belajar yang diraih mahasiswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Bettencorunt (1989) bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman mahasiswa dengan dunia fisik dan lingkungannya.

Dari hasil belajar yang terus meningkat pada tiap siklusnya, serta proses pembelajaran yang dalam hal ini aktivitas dosen dan aktivitas mahasiswa yang juga semakin membaik dan meningkat dari penelitian yang telah dilakukan, adalah representasi bahwa telah terjadi peningkatan kualitas dalam perkuliahan telaah kurikulum di program studi pendidikan Biologi. Hal ini ditunjang oleh beberapa faktor, salah satunya adalah sikap dosen yang reflektif terhadap pengajaran yang dilakukannya.

Tabel 4. Peningkatan Hasil Belajar pada Siklus I, II, dan III No

Keadaan kelas Hasil pada siklus

I II III

1. Jumlah seluruh mahasiswa 37 37 37

2. Jumlah mahasiswa yang ikut tes 37 37 37

3. Jumlah mahasiswa yang mendapat nilai≥ 70 25 32 35

4. Jumlah mahasiswa yang mendapat nilai< 70 7 5 2

(6)

Seperti yang dikemukakan Hopkin (1993) dan Pollard dan Tan (1992) yang mendukung bahwa pengajar yang reflektif diri secara kritis tentang kemampuan mengajarnya kemudian memperbaiki hal-hal yang sekiranya kurang kondusif guna meningkatkan hasil belajar mahasiswa.

Dari hasil wawancara singkat dengan mahasiswa pada akhir pembelajaran diperoleh tanggapan yang cukup positif dari mahasiswa mengenai penerapan model pembelajaran siklus belajar. Mahasiswa merasa senang dan antusias mengikuti proses pembelajaran karena merasa dilibatkan secara penuh dalam mengaitkan pengetahuan awal dengan materi yang akan dipelajari oleh masing-masing kelompok, serta semakin terasahnya kemampuan dalam melakukan komunikasi, tanya jawab dalam diskusi serta kerjasama dan tanggung jawab secara individu, serta timbulnya kejujuran dalam masing-masing mahasiswa dalam mengerjakan evaluasi.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

Pada dasarnya sebelum mengikuti pembelajaran pada materi, ―menganalisis kurikulum dan tujuan pendidikan SMP dan SMA, Perjalanan kurikulum di Indonesia, mendeskripsikan kurikulum berbasis kompetensi‖, mahasiswa semester V telah memiliki konsepsi awal. Ada yang sama sekali tidak memiliki konsep tertentu, ada yang sudah memiliki tapi belum ilmiah, dan ada yang sudah memiliki konsepsi ilmiah, rata-rata nilai konsepsi awal mahasiswa adalah 49,73 dengan ketuntasan klasikal 32,43%.

Setelah dilakukan pembelajaran menggunakan model siklus belajar terjadi perubahan konsepsi mahasiswa pada mata kuliah telaah kurikulum biologi. Hal ini

ditunjukkan pada peningkatan hasil belajar mahasiswa dari siklus I, II, dan III.

Selama pembelajaran dengan model siklus belajar muncul efek iringan, yaitu berkembangnya ketramiplan dan sikap ilmiah siswa.

Penerapan model pembelajaran siklus belajar dapat meningkatkan aktivitas belajar pada mahasiswa dan dosen pada mata kuliah telaah kurikulum biologi. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya peningkatan aktivitas belajar mahasiswa dari siklus I ke siklus II dan ke siklus III

Pembelajaran menggunakan model siklus belajar memperoleh tanggapan positif dari mahasiswa, mahasiswa senang dan termotivasi belajar menggunakan model ini.

Saran

Dosen bisa menjadikan model pembelajaran siklus belajar sebagai salah satu alternatif untuk diterapkan dalam pembelajaran. Karena mampu mengubah konsepsi awal mahasiswa, meningkatkan aktivitas mahasiswa dalam tugas-tugas akademik, meningkat sikap positf mahasiswa terhadap perbedaan masing-masing individu, serta dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa.

DAFTAR PUSTAKA

Bell, B.F. (1993). Children’s Science, Constructivism and Learning In Science. Victoria: Deakin University

Cosgrove,M. & Osborne, R. (1985). Lesson Framework for Changing Children‘s Ideas dalam Osborne, R. Freyberg, P. (1985). Learning in Science: The Impliplication of Children’s Science. Auckland: Heinemann

Dahar,WR. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga

(7)

Dykstra, D, I, et al., (1992). Studying Conceptual Change in Learning Physics. Journal of Education, 76 (6), 615-652 Elliot, J. (1993). Action Research for

Education Change. Philadelphia: Open University Press

Gilbert, J. K. & Osborne, R.J. & Fensham, P. J. (1986) ”Children’s Science and Its Consequences for Teaching:. Dalam Brown, J. et al. (1986). Exploring The Curriculum: Science in Schools. Philadelphia: Open University.

Horsley, S.L. et al., (1990). Elementary School Science for the ’90. Alexandria, Virginia: Association for Supervision and Curriculum Development.

Hopkins, D. (1993). A Teacher’s Guide to Classroom Research. 2nd ed. Buckingham-Philadelphia: Open University Press.

Kemmis, S. & Taggart, R. (1992). The Action Research Planner. Rev. Ed. Victoria: Deakin University.

Yager, R.E. (1996). Science-Technology-Society: Providing Useful and Appropriate Science for All. Makakalah pada Seminar Sains-Teknologi-Masyarakat, tanggal 10 Juni 1996. Bandung.

Osborne, R. Freyberg, P. (1985). Learning in Science: The Impliplication of Children’s Science. Auckland: Heinemann

Pollard, A. & Tann, S. (1992). Reflective Teaching in The Primary School: A Handbook for the Classroom. London:Casell Education Limited. Pannen, P.,Mustafa, D., Sekar, W.M., 2005,

Konstruktivisme Dalam Pembelajaran, Jakarta: PAU, Ditjen Dikti, Diknas. Wheatley G.H.(1991). ―Constructivist

Perspectives in Science and Mathematics Learning‖. Journal of Science Education. 75(1), 9-21

(8)

Gambar

Tabel  1.  Peningkatan    Aktivitas  Dosen  Pada  Siklus I, II, dan III.
Tabel 4. Peningkatan Hasil Belajar pada Siklus I, II, dan III  No

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa peneliti telah melakukan penelitian untuk memecahkan masalah konvergensi prematur pada GA, diantaranya yaitu GA dengan Multi-Parent Crossover yang

Supervisi dapat dilakukan berjenjang dari Perawat Primer kepada Perawat associate dalam melakukan tindakan keperawatan. Setelah ditelaah dari data hasil penelitian maka

Selanjutnya, anggapan bahwa hanya perempuan desa, malu, kurang berani merupakan suatu konstruksi sosial yang dibangun oleh masyarakat berdasarkan perean gender tersebut

Kesulitan ini menimbulkan gagasan untuk melakukan penelitian perbaikan pengkalusan padi, agar akurasi inisiasi kalus lebih tinggi, sehingga eksplan untuk

calon pengguna Email Polri untuk personel dan satuan kerja di tingkat Mabes Polri mengajukan surat permohonan kepada Kadiv TIK Polri melalui Karotekinfo

Akan tetapi Kota Probolinggo yang masuk dalam peta tapal kuda dimana daerah tapal kuda dalam pemilihan umum PKB yang keluar sebagai suara terbanyak, hal yang ini tidak

Rancangan Undang-Undang Pengesahan Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Filipina mengenai Penetapan Batas Zona Ekonomi Eksklusif

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 81/ Menkes/ SK/ I/ 2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan di tingkat Provinsi, Kabupaten/