© Copyright 2016
ANALISIS NETWORK PLANNING DENGAN CRITICAL
PATH METHOD (CPM) DALAM USAHA EFISIENSI
WAKTU PRODUKSI PAKAIAN BATIK PADA BUTIK
“OMAHKOE BATIK” DI SAMARINDA
Ibnu Dipoprasetyo 1Abstrak
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui waktu normal penyelesaian kegiatan produksi pakaian batik, bentuk jalur kritis yang digunakan dengan waktu yang paling efisien, dan selisih waktu antara waktu normal butik “Omahkoe Batik” dengan waktu perhitungan menggunakan Critical Path Method (CPM) dalam penyelesaian produksi pakaian batik. Kemudian teknik analisis data yang digunakan yaitu Critcal Path Method (CPM). Berdasarkan hasil penelitian waktu normal yang dibutuhkan Butik “Omahkoe Batik” dalam penyelesaian kegiatan produksi 1 pesanan long dress batik adalah 31,09 jam. Yang merupakan aktivitas jalur kritis adalah: desain, pengukuran, pembuatan pola, pemotongan, penjahitan, pemasangan aksesoris, pasang kancing, setrika, finishing, pengemasan produk. Waktu perhitungan menggunakan Critical Path Method (CPM) adalah 29,92 jam. Kemudian selisih waktu penyelesaiannya sebesar 1,17 jam. Selisih waktu tersebut menunjukkan bahwa perhitungan waktu menggunakan Critical Path Method (CPM) menghasilkan waktu penyelesaian produksi pakaian batik yang lebih efisien.
Kata Kunci : Network Planning, Critical Path Method (CPM), Efisiensi Waktu,
Produksi.
Pendahuluan
Latar Belakang Penelitian
Permintaan terhadap pakaian batik pada perusahaan pengelolanya biasanya diproses dalam bentuk pesanan. Proses produksi pesanan haruslah diselesaikan tepat pada waktunya. Jika proses produksi diselesaikan lebih lambat dari waktu yang telah dijadwalkan, maka berarti akan menyebabkan penambahan biaya di luar anggaran yang telah disepakati. Konsekuensi peningkatan biaya dapat dihindari jika perusahaan mampu membuat perencanaan untuk mempercepat aktivitas kerja pada proses produksi pesanan.
Dalam penelitian ini penulis ingin meneliti tentang kegiatan produksi pada Butik “Omahkoe Batik” di Samarinda. Butik “Omahkoe Batik” merupakan sebuah tempat usaha yang bergerak dalam bidang pengolahan kain batik dan
pengambilan bahan baku berupa kain batik tulis langsung dari produsen yang berada di pulau Jawa, kemudian kain batik tulis tersebut diolah menjadi berbagai jenis pakaian seperti gaun, kemeja, kebaya, seragam, dan lain-lain.
Selama ini butik “Omahkoe Batik” masih menggunakan perkiraan waktu berdasarkan pengalaman sebelumnya dan dijadikan sebagai pedoman untuk menentukan berapa lama kira-kira waktu penyelesaian produksi. Dari sekian banyak kegiatan, perusahaan melakukan secara acak kegiatan-kegiatan mana saja yang didahulukan proses pengerjaannya. Butik belum menerapkan sistem penjadwalan baku dalam proses produksinya, sehingga dalam perusahaan ini terjadi masalah penggunaan waktu yang belum efisien pada proses produksi. Selain itu penggunaan waktu yang belum efisien juga dipengaruhi oleh jumlah tenaga kerja bagian produksi yang terbatas.
Tabel Waktu Rata-Rata Kegiatan Produksi Untuk 1 Jenis Pakaian
No. Nama Kegiatan Waktu Rata-Rata Kegiatan (Jam)
1 Desain 0.5
2 Pengukuran 0.25
3 Persiapan bahan dan peralatan 0.2
4 Pembuatan pola 1 5 Pemotongan 1.5 6 Penjahitan 6 7 Bordir 2 8 Pemasangan aksesoris 30 9 Pasang kancing 0.5 10 Setrika 0.25 11 Finishing 0.5 12 Pengemasan produk 0.1
Jumlah 42.8 jam atau 5 hari 2,8 jam
Sumber: Data Butik “Omahkoe Batik” Samarinda diolah Tahun 2016
Tabel Tenaga Kerja Bagian Produksi Butik “Omahkoe Batik”
No. Jenis Pekerjaan Jumlah Tenaga Kerja (Orang)
1 Pembuat pola dan pemotongan 1
2 Penjahit 1
3 Pembordir 1
4 Pemasang aksesoris 2
Jumlah 5
Sumber: Data Butik “Omahkoe Batik” Samarinda diolah Tahun 2016
Untuk membahas mengenai masalah di atas, maka penulis ingin mencoba menganalisis waktu produksi dan menuliskan hasilnya dalam skripsi dengan mengambil judul “Analisis Network Planning dengan Critical Path Method
(CPM) dalam Usaha Efisiensi Waktu Produksi Pakaian Batik pada Butik
Rumusan Masalah
a. Berapa waktu normal yang dibutuhkan butik “Omahkoe Batik” dalam penyelesaian kegiatan produksi pakaian batik?
b. Bagaimana bentuk jalur kritis yang digunakan dalam penyelesaian kegiatan produksi pakaian batik di butik “Omahkoe Batik” dengan waktu yang paling efisien?
c. Berapa besar selisih waktu antara waktu normal butik “Omahkoe Batik” dengan waktu perhitungan menggunakan Critical Path Method (CPM) dalam penyelesaian produksi pakaian batik?
Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui waktu normal yang dibutuhkan butik “Omahkoe Batik” dalam penyelesaian kegiatan produksi pakaian batik.
b. Untuk mengetahui bentuk jalur kritis yang digunakan dalam penyelesaian kegiatan produksi pakaian batik di butik “Omahkoe Batik” dengan waktu yang paling efisien.
c. Untuk mengetahui selisih waktu antara waktu normal butik “Omahkoe Batik” dengan waktu perhitungan menggunakan Critical Path Method (CPM) dalam penyelesaian produksi pakaian batik.
Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah pengetahuan dan menjadi referensi atau bahan masukkan bagi penelitian-penelitian
selanjutnya dengan lebih luas dan mendalam b. Manfaat Praktis
1) Dengan diperolehnya hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Butik “Omahkoe Batik” dalam mengevaluasi kegiatan produksi yang telah diterapkan sehingga dapat dijadikan dasar-dasar dalam pengambilan keputusan yang akan datang.
2) Diharapkan berguna sebagai informasi dan masukan bagi kalangan-kalangan yang memiliki profesi wirausaha dalam melakukan pengendalian usaha terutama pada kegiatan produksi.
Kerangka Dasar Teori
Manajemen Produksi dan Operasi
Reksohadiprodjo (2003:3) mengatakan bahwa manajemen produksi/operasi adalah kegiatan yang bertalian dengan penciptaan barang-barang dan jasa-jasa melalui pengubahan masukan/faktor produksi menjadi keluaran/hasil produksi, kegiatan mana memerlukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan pengawasan agar tujuan-tujuan dapat dicapai secara efesien dan efektif.
Network Planning
Badri (1997 : 13) mengatakan bahwa network planning pada prinsipnya adalah hubungan ketergantungan antara bagian-bagian pekerjaan (variables) yang digambarkan/divisualisasikan dalam diagram network. Dengan demikian diketahui bagian-bagian pekerjaan mana yang harus didahulukan, bila perlu dilembur (tambah biaya), pekerjaan mana yang menunggu selesainya pekerjaan yang lain, pekerjaan mana yang tidak perlu tergesa-gesa sehingga alat dan tenaga dapat digeser ke tempat lain demi efisiensi.
Simbol dan Notasi
Herjanto (2007:361) menyatakan bahwa terdapat simbol dan notasi yang dipakai dalam network planning yaitu:
a. Anak panah
Anak panah menggambarkan kegiatan (activity). Arah anak panah menunjukkan arah kegiatan, sehingga dapat diketahui kegiatan yang mendahului (preceding activity) dan kegiatan yang mengikuti (succeeding
activity). Suatu aktivitas baru dapat dimulai jika preceding event sudah selesai
dikerjakan. Setiap anak panah biasanya disertai dengan notasi yang memberikan identifikasi nama/jenis kegiatan dan estimasi waktu penyelesaian kegiatan yang bersangkutan.
b. Lingkaran
Lingkaran (node) menggambarkan peristiwa (event). Setiap kegiatan selalu dimulai dengan suatu peristiwa dan diakhiri dengan suatu peristiwa juga, yaitu peristiwa mulainya kegiatan dan peristiwa selesainya kegiatan itu. c. Anak panah terputus-putus (dummy)
Dummy menunjukkan suatu kegiatan semu, yang diperlukan untuk
menggambarkan adanya hubungan di antara dua kegiatan. Mengingat dummy merupakan kegiatan semu maka lama kegiatan dummy adalah nol.
Langkah-Langkah Pembuatan Network Planning
Herjanto (2007:364) menyatakan bahwa langkah-langkah pembuatan
network planning yaitu sebagai berikut:
a. Penggambaran Diagram Kerja Jaringan Kerja Suatu Proyek
Suatu diagram jaringan kerja proyek selalu dimulai dengan suatu peristiwa (yang menunjukkan saat dimulainya proyek) dan diakhiri oleh suatu peristiwa (yang menunjukkan saat berakhirnya proyek).
b. Dalam perhitungan waktu proyek dikenal beberapa istilah, sebagai berikut. 1) Earliest activity start time (ES), menunjukkan saat paling awal suatu
kegiatan dapat dimulai.
2) Earliest activity finish time (EF), menunjukkan saat paling awal selesainya suatu kegiatan.
3) Latest activity start time (LS), menunjukkan saat paling lambat suatu kegiatan harus dimulai.
4) Latest activity finish time (LF), menunjukkan saat paling lambat suatu kegiatan harus sudah dimulai.
Perhitungan waktu proyek dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama menghitung ES dan EF, dan tahap kedua menghitung LS dan LF. Perhitungan
ES dan EF dilakukan secara maju (forward pass): EFX = ESX + tX
Sementara, perhitungan LS dan LF dilakukan secara mundur (backward pass), yang dirumuskan sebagai berikut.
LSX = LFX - tX
Perhitungan dimulai dari kegiatan terakhir (dimana EF = LF) menuju ke kegiatan pertama (dimana ES = LS = 0).
Pada diagram jaringan kerja, posisi yang dipergunakan untuk menunjukkan
ES, LS, EF, dan LF dari suatu kegiatan X yang berasal dari peristiwa i dan
berakhir pada peristiwa j sebagai berikut.
Diagram Jaringan Kerja Peristiwa i dan j
c. Waktu Tenggang dan Lintasan Kritis
Waktu tenggang kegiatan (activity float time atau slack, S) dapat diukur sebagai perbedaan antara LF dan EF atau antara LS dan ES.
S = LFx - EFx = LSx - ESx
Lintasan kritis merupakan lintasan dengan jumlah waktu yang paling lama dibandingkan dengan semua lintasan lain.
Crtical Path Method (CPM)
Haming dan Nurnajamuddin (2011:100) mengatakan bahwa critical Path
Method (CPM) atau Metode Jalur Kritis (MJK) merupakan diagram kerja yang
memandang waktu pelaksanaan kegiatan yang ada dalam jaringan bersifat unik (tunggal) dan deterministic (pasti), dan dapat diprediksi karena ada pengalaman mengerjakan pekerjaan yang sama pada proyek sebelumnya.
Sifat-Sifat Jalur Kritis
Gitosudarmo (2000:123) menyatakan bahwa, jalur kritis memiliki sifat atau ciri-ciri sebagai berikut:
a. Jalur kritis merupakan jalur yang memakan waktu terpanjang dalam proses produksi itu.
b. Jalur Kritis adalah jalur yang tidak memiliki tenggang waktu antara waktu selesainya suatu tahap kegiatan dengan waktu mulainya suatu tahap kegiatan lain yang lain dalam proses produksi itu.
Efisiensi Waktu
Muchdoro (1997:180) mengatakan bahwa efisiensi waktu adalah tingkat kehematan dalam hal waktu saat pelaksanaan hingga kapan proyek itu selesai.
EF x LF x j ES x i LS x x t
Metode Penelitian Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Sugiyono (2007:11) mengatakan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain. Jenis penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dan menarik kesimpulan mengenai keadaan objek yang diteliti berdasarkan fakta yang terdapat dalam perusahaan.
Definisi Operasional
Agar diperoleh gambaran tentang variabel-variabel yang diteliti, maka berikut ini penulis akan memberikan definisi operasional yang berkaitan dengan permasalahan antara lain:
Tabel Definisi Operasional
Variabel Sub Variabel Indikator Sub Indikator
Network Planning Critical Path Method (CPM) 1. Diagram jaringan kerja 2. Perhitungan waktu proyek
3. Waktu tenggang dan lintasan kritis 1. Forward pass: EFX = ESX + tX 2. Backward pass: LSX= LFX - tX 1. S = LFx - EFx = LSx - ESx 2. ES = LS dan EF = LF Efisiensi Efisiensi waktu 1. Waktu penyelesaian
produksi
keseluruhan yang dilakukan butik “Omahkoe Batik” dan total waktu penjadwalan metode network planning. 1. Selisih waktu penyelesaian produksi keseluruhan yang dilakukan butik “Omahkoe Batik” dengan total waktu pada lintasan kritis
Sumber: Herjanto (2007:364) dan Muchdoro (1997:180)
Teknik Analisis Data
Metode yang digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian pada butik “Omahkoe Batik” adalah network planning dengan menggunakan teknik CPM (Critical Path Method) atau metode lintasan kritis.
Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan pengamatan dan penelitian yang dilakukan peneliti memperoleh hasil berupa:
a. Data Peralatan Mesin Produksi
1) Mesin jahit:
4 unit (2 unit digunakan, 2 unit tidak digunakan) 2) Mesin neci/obras:
2 unit (1 unit digunakan, 1 unit tidak digunakan) 3) Mesin lubang kancing:
1 unit digunakan 4) Mesin bordir:
1 unit digunakan
b. Data Waktu Penyelesaian Waktu Produksi
Berikut terdapat hasil pengukuran waktu penyelesaian produksi normal salah satu jenis pakaian batik yaitu 1 longdress:
Tabel Waktu Penyelesaian Produksi Normal Pesanan Long Dress
No. Jenis Pekerjaan Lama Kegiatan (Jam)
1 Desain 0,25
2 Pengukuran 0,33
3 Persiapan bahan dan peralatan 0,17
4 Pembuatan pola 1,5 5 Pemotongan 1 6 Penjahitan 3 7 Bordir 1 8 Pemasangan aksesoris 22,17 9 Pasang kancing 0,5 10 Setrika 0,25 11 Finishing 0,75 12 Pengemasan produk 0,17
Jumlah 31,09 atau 3 hari 7,09 jam
Sumber: Data Butik “Omahkoe Batik” Samarinda diolah tahun 2016
Pada tabel di atas merupakan penjelasan waktu dari 12 tahap kegiatan untuk memproduksi 1 long dress. Waktu yang digunakan merupakan waktu normal yang dimana pekerjaan dilakukan membutuhkan waktu yang wajar dan tidak terdapat kendala untuk menyelesaikannya.
Analisis
Analisis Waktu Penyelesaian Produksi Normal:
a. Penggambaran Diagram Kerja Jaringan Kerja Kegiatan Produksi Butik “Omahkoe Batik”
Berikut tabel kegiatan dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan produksi pakaian:
Tabel Kegiatan-Kegiatan Produksi Pesanan Long Dress disertai Kurun Waktu Penyelesaian Produksi Normal
No. Kode
Kegiatan Jenis Pekerjaan
Kegiatan Pendahulu Lama Kegiatan (Jam) 1 A Desain - 0,25 2 B Pengukuran A 0,33
3 C Persiapan bahan dan peralatan - 0,17
4 D Pembuatan pola B dan C 1,5
5 E Pemotongan D 1
6 F Penjahitan E 3
7 G Bordir E 1
8 H Pemasangan aksesoris F dan G 22,17
9 I Pasang kancing H 0,5
10 J Setrika I 0,25
11 K Finishing J 0,75
12 L Pengemasan produk K 0,17
Sumber: Data Butik “Omahkoe Batik” Samarinda diolah tahun 2016
Selanjutnya, kegiatan produksi tersebut dapat digambarkan dalam suatu bentuk diagram jaringan kerja sebagai berikut:
Diagram Jaringan Kerja Produksi Long Dress pada Waktu Penyelesaian Produksi Normal
b. Perhitungan Waktu Produksi
Dengan menggunakan data Butik “Omahkoe Batik” maka untuk perhitungan maju sebagai berikut:
Kegiatan A: ESA= 0 EFA = ESA + tA = 0 + 0,25 = 0,25 Kegiatan B: ESB= EFA = 0,25 EFB = 0,25 + 0,33 = 0,58 Kegiatan C: ESC=0 EFC = 0 + 0,17 = 0,17 Kegiatan D: ESD =max(EFB, EFC)=0,58 EFD = 0,58 + 1,5 = 2,08 Kegiatan E: ESE= 2,08 EFE = 2,08 + 1 = 3,08 Kegiatan F: ESF= 3,08 EFF = 3,08 + 3 = 6,08 Kegiatan G: ESG= 3,08 EFG = 3,08 + 1 = 4,08
Kegiatan H: ESH= max (EFF, EFG)=6,08 EFH=6,08+22,17=28,25
Kegiatan I: ESI= 28,25 EFI= 28,25+ 0,5= 28,75
Kegiatan J: ESJ= 28,75 EFJ= 28,75 + 0,25 = 29
Kegiatan K: ESK= 29 EFK= 29 + 0,75 = 29,75
Hasil perhitungan ES dan EF secara keseluruhan sebagaimana gambar berikut ini, di mana terlihat bahwa umur proyek (selesainya seluruh kegiatan proyek) sama dengan EF kegiatan terakhir, yaitu 29,92 jam.
Diagram Perhitungan Maju Waktu Penyelesaian Produksi Normal
Kemudian untuk uraian perhitungan mundur sebagai berikut: Kegiatan L: LFL= LSL = 29,92 EFL=29,92-0,17=29,75 Kegiatan K: LFK = EFL = 29,75 EFK= 29,75 - 0,75 = 29 Kegiatan J: LFJ = EFK = 29 EFJ = 29 - 0,25 = 28,75 Kegiatan I: LFI = EFJ = 28,75 EFI=28,75 - 0,5 =28,25 Kegiatan H: LFH = EFI =28,25 EFH=28,25–22,17=6,08 Kegiatan G: LFG = EFH = 6,08 EFG = 6,08 - 1 = 5,08 Kegiatan F: LFF = EFH = 6,08 EFF = 6,08 - 3 = 3,08
Kegiatan E: LFE = min (EFF , EFG)= 3,08 EFE = 3,08 - 1 = 2,08
Kegiatan D: LFD =EFE = 2,08 EFD = 2,08 - 1,5 = 0,58
Kegiatan C: LFC = EFD = 0,58 EFB = 0,58 - 0,17 =0,41
Kegiatan B:LFB = EFD= 0,58 EFB= 0,58 - 0,33 = 0,25
Kegiatan A: LFA = EFB = 0,25 EFB = 0,25 – 0,25 = 0
Hasil perhitungannya sebagai berikut:
Diagram Perhitungan Mundur Waktu Penyelesaian Produksi Normal
Hasil perhitungan ES, LS, EF, dan LF secara bersama-sama dapat dirangkum seperti terlihat dalam tabel:
Tabel Hasil Perhitungan ES, EF, LS,dan LF pada Waktu Penyelesaian Produksi Normal Kegiatan Waktu ES EF LS LF A 0,25 0 0,25 0 0,25 B 0,33 0,25 0,58 0,25 0,58 C 0,17 0 0,17 0,41 0,58 D 1,5 0,58 2,08 0,58 2,08 E 1 2,08 3,08 2,08 3,08 F 3 3,08 6,08 3,08 6,08 G 1 3,08 4,08 5,08 6,08 H 22,17 6,08 28,25 6,08 28,25 I 0,5 28,25 28,75 28,25 28,75 J 0,25 28,75 29 28,75 29 K 0,75 29 29,75 29 29,75 L 0,17 29,75 29,92 29,75 29,92
Sumber: Data Butik “Omahkoe Batik” Samarinda diolah tahun 2016 c. Waktu Tenggang dan Lintasan Kritis
Waktu tenggang kegiatan (activity float time atau slack, S) dapat diukur sebagai perbedaan antara LF dan EF atau antara LS dan ES.
S = LFx - EFx = LSx - ESx
Berikut perhitungan waktu tenggang kegiatan atau Slack seperti terlihat dalam tabel:
Tabel Hasil Perhitungan Waktu Tenggang Kegiatan atau Slack pada Waktu Penyelesaian Produksi Normal
Kegiatan Waktu ES EF LS LF Slack Keterangan
A 0,25 0 0,25 0 0,25 0 Kritis B 0,33 0,25 0,58 0,25 0,58 0 Kritis C 0,17 0 0,17 0,41 0,58 0,41 Waktu Luang D 1,5 0,58 2,08 0,58 2,08 0 Kritis E 1 2,08 3,08 2,08 3,08 0 Kritis F 3 3,08 6,08 3,08 6,08 0 Kritis G 1 3,08 4,08 5,08 6,08 2 Waktu Luang H 22,17 6,08 28,25 6,08 28,25 0 Kritis I 0,5 28,25 28,75 28,25 28,75 0 Kritis J 0,25 28,75 29 28,75 29 0 Kritis K 0,75 29 29,75 29 29,75 0 Kritis L 0,17 29,75 29,92 29,75 29,92 0 Kritis
Gambar Lintasan Kritis Kegiatan Produksi pada Waktu Penyelesaian Produksi Normal
Berdasarkan gambar di atas terdapat empat lintasan, yaitu: ABDEFHIJKL dengan panjang 29,92 jam ABDEGHIJKL dengan panjang 27,92 jam
CDEFHIJKL dengan panjang 29,51 jam
CDEGHIJKL dengan panjang 27,51 jam
Dari keempat lintasan tersebut, ABDEFHIJKL merupakan lintasan kritis karena merupakan lintasan dengan waktu yang terpanjang. Dengan demikian, perkiraan waktu penyelesaian produksi adalah 29,92 jam.
Pembahasan
Berdasarkan analisis data di atas maka terdapat beberapa pembahasan yang di antaranya:
a. Pembahasan mengenai waktu normal yang dibutuhkan butik “omahkoe batik” dalam penyelesaian kegiatan produksi pakaian batik:
1) Peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan produksi dengan mengambil sampel berupa salah satu jenis pakaian batik, yaitu long dress.
Long Dress dipilih karena merupakan salah satu jenis pakaian yang
memiliki jalur kegiatan produksi terlengkap, yaitu dengan 12 kegiatan. 2) Berdasarkan hasil pengamatan tersebut peneliti melakukan pengamatan
terhadap salah satu pesanan pakaian batik dari seorang customer Butik “Omahkoe Batik” yaitu berupa 1 long dress. Untuk waktu penyelesaiannya terdapat 2 pengamatan waktu secara keseluruhan, yaitu: waktu penyelesaian produksi normal dan waktu penyelesaian produksi tidak normal. Untuk waktu penyelesaian produksi normal dalam asumsi waktu 1 hari = 8 jam kerja, dikerjakan selama 31,09 jam atau 3 hari lebih 7,09 jam. Dan untuk waktu penyelesaian produksi tidak normal dikerjakan selama 152,92 jam atau 19 hari lebih 0,92 jam.
3) Waktu penyelesaian produksi tidak normal mengalami penambahan waktu karena terdapat permasalahan pada beberapa kegiatan produksi yang di antaranya:
a) Pada kegiatan persiapan bahan dan peralatan:
Permasalahan pada kegiatan ini yaitu salah satu bahan pakaian yang tidak tersedia di butik menyebabkan harus membeli bahan di luar dan memerlukan waktu yang cukup lama.
b) Pada kegiatan penjahitan, pemasangan aksesoris, dan pasang kancing: Keterbatasan tenaga kerja bagian produksi merupakan faktor utama yang menjadi kendala penyelesaian produksi pada butik. Jumlah tenaga kerja bagian produksi yang tersedia tidak seimbang dengan banyaknya pekerjaan yang dilakukan. Kemudian khusus pada kegiatan penjahitan terkadang mesin yang digunakan mengalami masalah seperti benang yang menyangkut dan membuat hasil jahitan tidak baik. Pada proses penjahitan ini tertunda beberapa saat karena harus memperbaiki kerusakan kecil tersebut.
c) Jumlah tenaga kerja yang tersedia juga tidak seimbang dengan jumlah mesin produksi yang dimiliki butik “Omahkoe Batik”. Terdapat mesin produksi berupa 2 unit mesin jahit dan 1 unit mesin neci/obras dengan kondisi yang masih baik tetapi tidak digunakan sama sekali.
b. Pembahasan mengenai bentuk jalur kritis yang digunakan dalam penyelesaian kegiatan produksi pakaian batik di butik “Omahkoe Batik” dengan waktu yang paling efisien:
1) Berdasarkan hasil analisis network planning dengan menggunakan
critical path method maka dari keseluruhan kegiatan produksi pesanan 1 long dress yang merupakan jalur kritis terdapat pada jalur kegiatan:
desain, pengukuran, pembuatan pola, pemotongan, penjahitan, pemasangan aksesoris, pasang kancing, setrika, finishing, pengemasan produk.
2) Jalur pada kegiatan-kegiatan di atas merupakan jalur penyelesaian proyek terlama dan tidak memiliki tenggang waktu.
c. Pembahasan mengenai selisih waktu antara waktu normal yang dibutuhkan butik “Omahkoe Batik” dengan waktu perhitungan menggunakan Critical
Path Method (CPM) dalam penyelesaian produksi pakaian batik:
1) Berdasarkan hasil perhitungan analisis network planning waktu perhitungan Critical Path Method (CPM) menghasilkan waktu penyelesaian produksi yang lebih efisien dibandingkan dengan waktu normal yang dibutuhkan butik “Omahkoe Batik”.
2) Dengan waktu penyelesaian produksi pakaian batik yang lebih efisien maka pekerjaan pesanan produksi lainnya dapat segera diselesaikan dan meminimalisir terjadinya keterlambatan.
3) Kemudian dengan adanya efisiensi waktu maka memungkinkan Butik “Omahkoe Batik” memanfaatkan waktu secara maksimal untuk menerima pesanan produksi pakaian batik yang lebih banyak lagi.
Penutup
Pada hasil pengamatan waktu normal yang dibutuhkan Butik “Omahkoe Batik” dalam penyelesaian produksi 1 pesanan long dress batik adalah 31,09 jam. Pada diagram jaringan kerja kegiatan produksi 1 pesanan long dress yang merupakan aktivitas jalur kritis adalah: (A) desain, (B) pengukuran,(D) pembuatan pola, (E) pemotongan, (F) penjahitan, (H) pemasangan aksesoris, (I) pasang kancing, (J) setrika, (K) finishing, (L) pengemasan produk.
Waktu normal yang dibutuhkan Butik “Omahkoe Batik” dalam penyelesaian kegiatan produksi 1 pesanan long dress batik adalah 31,09 jam dan waktu perhitungan menggunakan Critical Path Method (CPM) adalah 29,92 jam. Kemudian selisih waktu penyelesaiannya sebesar 1,17 jam. Selisih waktu tersebut menunjukkan bahwa waktu penyelesaian produksi pakaian batik lebih efisien.
Sebaiknya Butik “Omahkoe Batik” melakukan perencanaan yang matang sebelum pesanan pakaian batik dikerjakan terutama pada pakaian long dress.
Butik “Omahkoe Batik” sebaiknya perlu melakukan penambahan karyawan pada bagian penjahitan dan pemasangan aksesoris. Kemudian selain itu butik juga perlu melakukan pemeriksaan kondisi mesin-mesin dan alat-alat produksi yang akan digunakan, serta melakukan pemeliharaan (service) secara kontinyu agar keadaan mesin dan alat-alat produksi dalam kondisi prima.
Butik “Omahkoe Batik” sebaiknya menggunakan metode penjadwalan yang lebih pasti. Salah satunya yaitu menggunakan hasil analisis network
planning dengan critical path method (cpm) dalam proses produksi, sehingga
butik dapat membuat sistem perencanaan dan pengawasan yang lebih optimal serta dapat menghasilkan efisiensi waktu produksi dan peningkatan jumlah produksi.
Daftar Pustaka
Ahyari, Agus. 1999. Manajemen Produksi Perencanaan Sistem Produksi. Edisi 4. Yogyakarta: BPFE UGM
Ali ,Tubagus Haedar. 1989. Prinsip-Prinsip Network PlanningJakarta: Gramedia. Assauri, Sofyan. 1999. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi revisi Jakarta :
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Badri, Sofwan. 1997.Dasar-Dasar Network Planning. Jakarta: Gramedia.
Gitosudarmo, H. Indriyo. 2000. Sistem Perencanaan Dan Pengendalian Produksi, Edisi 2. Yogyakarta: BPFE UGM
Gitosudarmo,H. Indriyo. 2007. Manajemen Operasi,Edisi 3. Yogyakarta :BPFE UGM.
Griffin, Ricky W. 2004.Manajemen jilid 1, Edisi 7. Jakarta : Penerbit Erlangga. Haming, Murdifin dan Mahfud Nurnajamuddin. 2011.Manajemen Produksi
Modern. Jakarta: Bumi Aksara.
Husen, Abrar. 2011Manajemen Proyek Perencanaan, Penjadwalan, Dan
Pengendalian Proyek, Edisi Revisi. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 1999. Metode Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi Dan Manajemen. Yogyakarta:BPFE UGM.
Kusuma, Hendra. 1999. Manajemen Produksi Perencanaan Dan Pengendalian
Produksi. Yoyakarta : Penerbit Andi.
Muchdoro, A. M. 1997. Teori dan Perilaku Organisasi. Yogyakarta: UMM-Press. Muhardi. 2011. Manajemen Operasi Suatu Pendekatan Kuantitatif Untuk
Pengambilan Keputusan. Bandung : Refika Aditama.
Pardede, Pontas M.. 2003.Manajemen Operasi dan Produksi Teori, Model, dan
Kebijakan. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Reksohadiprojo,Sukanto. 2003.Manajemen Produksi Dan Operasi,Edisi 2. Yogyakarta :BPFE UGM.
Soeharto, Iman. 1995. Manajemen Proyek.. Jakarta: Erlangga.
Soeharto, Iman. 1999. Manajemen Proyek Jilid I dari Konseptual Sampai
Operasional. Jakarta : Erlangga.
Sumayang, Lalu. 2003. Dasar-Dasar Manajemen Produksi Dan Operasi.Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Terry, George R. dan L.W. Rue. 2014.Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta : Bumi Aksara.
Williams, Chuck. 2001. Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.
Yamit, Zulian. 2002.Manajemen Produksi Dan Operasi. Yogyakarta :Penerbit Ekonisia.
Skripsi:
Roni. 2010. Analisis Penjadwalan Proyek Untuk Memperoleh Efisiensi Waktu
Pada Konsorsium Bumi Prestasi Kencana. Universitas Mulawarman:
Samarinda.
Sumber Internet:
Nurhastuti, Heny. 2005. Analisis Network Dengan Metode PERT Dalam Proses
Produksi Drop Faset Pada Unit Industri Batu Mulia Sri Giri Sejati Wonogiri. (http://eprints.uns.ac.id/id/eprint/2964.html , diakses pada 25
Januari 2016).
Pratiwi, Octavia Eka. 2010. Teknik Penjadwalan Proses Produksi Batik Motif
Kembang Api Dengan Metode PERT Dan CPM Pada Batik Semar Surakarta. (http://eprints.uns.ac.id/id/eprint/8248.html , diakses pada 25
Januari 2016)
Widada, Fx. Dwi Antara Agung. 2004. Analisis PERT Dan CPM Untuk Pesanan
Khusus Pada CV. Batik Surya Kencana Yogyakarta.
(http://eprints.uns.ac.id/id/eprint/3199.html , diakses pada 25 Januari 2016).
Sumber Dokumen: