• Tidak ada hasil yang ditemukan

LARANGAN SUAP-MENYUAP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LARANGAN SUAP-MENYUAP"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

LARANGAN SUAP-MENYUAP

Dosen Pengampu : Mansur S.Ag

Disusun oleh :

Nama : Abdul Basid Fuadi

NIM :11340014

Prodi : Ilmu Hukum (A)

FAKULTAH SYARI'AH DAN HUKUM

UIN SUNAN KALIJAGA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul ”LARANGAN SUAP-MENYUAP"

Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai suap-menyuap dan hukumnya dalam islam Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang hukum suap- menyuap.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

(3)

1. TEKS AYAT DAN TERJEMAHANNYA

Maka tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaiman berkata: "Apakah (patut) kamu menolong aku dengan harta? maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu. (Q.S An-Naml : 36)

2. KATA KUNCI

-Hadiah : secara bahasa berarti himpunan atau kumpulan (Al-Jauhari dalam Kamusnya al-Shihah), sedangkan dalam konteks ini berarti ejumlah harta yang diberikan seseorang pada orang lain dimaksudkan supaya maksud dan tujuan pemberi hadiah dapat terlaksana.

3. TAFSIRAN DARI LITERATUR TAFSIR

Berdasarkan tafsir Khatib Asy-syarbani yang dikenal dengan nma sirajum munir menjelaskan, Atumiddunani bimalin maksudnya adalah utusan yang diutus ratu negeri Saba', lalu Sulaiman yang berkata kepada utusan tersebut, Kamu (utusan), dan orang-orang yang bersamamu, dan orang yang mengutusmu. Adapun maksudku kepada kalian adalah semata-mata urusan agama yang bebas dari urusan dunia, ini menunjukkan bahwa Sulaiman tidak meridhai yang lain selain keta'atan kepada Allah SWT.

Fama ataniyallah khairun mimma atakum maksudnya kekuasaan terhadap hikmah-hikmah dan kenabian serta kerajaan, dan Dia yang paling kaya, tidak yang kaya selain Allah, dan jika aku meminta, Allah akan memberinya.

Apa yang aku terima lebih utama dari apa yang kamu terima berupa kerajaan tanpa agama dan kenabian, tetapi krena kebodohanmu, kamu merasa bangga dengan apa yang kamu berikan, padahal aku bukanlah sepertimu, karena dunia bukanlah tujuanku, Allah telah mengokohkanku di dunia dan meberiku dari keni'matan dunia itu.

(4)

Dalam tafsir al-kabir atau dikenal dengan mafatihul ghaib menjelaskan atumidunani bi malin perkataan ini menunjukkan sedikitnya rasa peduli Sulaiman terhadap hadiah itu.

4. ANALISA TAFSIR

Suap itu adalah uang ataupun barang yang diberikan untuk membatalkan sesuatu yang hak atau membenarkan yang batil,dengan pengertian ini,maka hukumnya haram terhadapkedua belah pihak (pemberi dan penerimanya).

Hal ini bersesuaian dengan hadist Rasulullah SAW :

artinya : “Abu hurairah r.a berkata:Rasulullah SAW melaknat penyuap dan yang diberi suap dalam urusan hukum.”

(H.R Ahmad dan Imam yang Empat dan dihasankan oleh Turmudzi dan di shahihkan untuk Ibn Hibban)

Suap menyuap sangat berbahaya bagi kehidupan masyarakat karena akan merusak berbagai tatanan atas sistem yang ada di dalam masyarakat,dan menyebabkan terjadinya kecerobohan dan kesalahan dalam menetapkan hukum sehingga hukum dipermainkan dengan uang.akibatnya ,terjadi kekacauan dan ketidakadilan .Dengan suap,banyak para pelanggar yang seharusnya diberi hukuman berat justru mendapat hukuman ringan ,bahkan lolos dari jeratan hukum.sebaliknya,banyak pelanggar hukum kecil,yang dilakukan oleh orang kecil mendapat hukuman sangat berat karena tidak memiliki uang untuk menyuap para hakim.

Dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Abu Humaid al-Sa’idi, salah seorang sahabat Nabi, menuturkan, “Rasulullah saw menugaskan pada seorang pria dari Bani Asad bernama Abdullah al-Latbiah ke suatu tempat untuk mengumpulkan harta zakat. Sepulangnya dari tugas, ia menghadap Nabi saw dan berkata, “Harta yang ini adalah hadiah untuk engkau, sedangkan harta yang itu mereka hadiahkan untuk saya.”

Mendengar laporan tersebut, Rasulullah saw bangkit menuju mimbar untuk memberikan pengarahan :

"Apa yang terjadi pada seorang petugas yang telah kusuruh ini, dengan enak ia mengatakan harta ini adalah untuk engkau dan harta yang lainnya adalah hadiah

(5)

ibunya,, apakah hadiah itu akan tetap datang padanya atau tidak? Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada dalam genggaman-Nya, salah seorang kalian tidak memperoleh sedikit pun dari hadiah (ketika menjadi pejabat) kecuali di hari kiamat nanti ia datang dengan memikulnya, di pundaknya terdapat unta atau sapi betina atau kambing yang mengeluarkan suara khasnya masing-masing...” (HR. Muslim, No. 3413)

Perbedaan antara hadiah dan suap bagi seorang pejabat sangat tipis. Karenanya, lebih hati-hati jika hadiah tersebut dijauhi. Memang, Nabi saw pernah menerima hadiah ketika beliau menjadi kepala pemerintahan, tetapi hal itu tidak bisa digeneralisir, sebab beliau di samping menjadi kepala pemerintahan juga sebagai pemimpin agama (Nabi) yang takut sekali dalam menyelewengkan wewenangnya. Selain itu, hal tersebut juga merupakan salah satu kekhususan bagi beliau yang tidak layak bagi umatnya.

Khalifah Umar bin Abdul Aziz dikenal gigih menolak hadiah yang dikirimkan kepadanya. Suatu ketika ada seorang pria memberitahukan kepadanya bahwa Rasulullah saw dulu pernah menerima hadiah, padahal beliau sedang menjabat kepala pemerintahan. Mendengar hal itu, Khalifah Umar dengan tegas menjawab, “Harta tersebut bagi Nabi saw adalah hadiah, sedangkan bagi kita (umatnya) adalah suap. Orang memberikan hadiah kepada beliau karena melihat posisinya sebagai seorang Nabi bukan seorang kepala pemerintahan, sedangkan kita, orang memberikan hadiah karena melihat posisi kita sebagai seorang birokrat.”

Seorang hakim yang diberi ‘bingkisan’, tentu di dalamnya terselip sebuah ‘tujuan’. Pepatah mengatakan, “Ada udang di balik batu”. Jika memang hadiah tersebut tulus diberikan kepadanya, kenapa sebelum menjabat sebagai hakim, ia tidak menerimanya. Oleh karena itu, di balik pemberian tersebut, seorang pemberi bermaksud ingin menyuap si hakim agar mencabut putusan atas kesalahannya, atau mempercepat agar hak-haknya segera diluluskan. Semua itu hukumnya haram.

(6)

masyarakat umum akan berdampak pada rusaknya tatanan moral dan lambatnya target kesejahteraan yang merata di setiap lapisan masyarakat. Keadilan nantinya hanya sebuah isapan jempol semata, tidak ada implementasinya sedikit pun. Sebaliknya, kedzaliman semakin merebak dan kemungkaran merajalela. Orang yang sudah terbukti salah dengan mudah dibebaskan, adapun orang yang benar, dengan berbagai cara akhirnya dijebloskan ke penjara.

Di samping itu, budaya korupsi ini akan membuat hak warga ternoda, yang seharusnya ia diakhirkan, dengan ‘amplop’ bisa didahulukan, begitu pula yang seharusnya didahulukan, karena tidak ‘setor’ maka urusannya menjadi ngeloyor. Lebih-lebih jika budaya ini secara diam-diam dilegalkan, maka setiap pejabat akan berlomba-lomba bekerja jika di depannya terdapat ‘lahan yang basah’. Mereka tidak menyadari bahwa mereka diangkat sebagai abdi masyarakat yang harus menjalankan tugas mereka sebaik-baiknya demi mewujudkan tatanan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera.

Dengan demikian pantaslah kalau Rasulullah melarang seorang pegawai atau petugas negara untuk menerima hadiah karena menimbulkan kemadaratan walaupun pada asalnya menerima hadiah itu dianjurkan.dalam kaidah Ushul Fiqh dinyatakan bahwa “suatu perantara yang akan menimbulkan suatu kemadaratan, tidak boleh dilakukan.”

5. KESIMPULAN

Dalam Islam, para pegawai instansi atau para pemegang kekuasaan dilarang menerima hadiah yang diberikan kepadanya berkaitan dengan jabatannya. Jika ia tidak menduduki suatu jabatan dipastikan tidak akan menerima hadiah tersebut. Dengan demikian hadiah tersebut akan menjadikannya melakukan perbuatan kolusi dan nepotisme.

Menyuap dalam masalah hukum adalah memberikan sesuatu baik berupa uang maupun halnya kepada penegak hukum agar terlepas dari ancaman hukum atau mendapat hukuman ringan.

(7)

Referensi

Dokumen terkait

Jika menggunakan Standard Cost (2.C.5), Setelah save warehouse FGIN akan secara otomatis mengubah Job Costing/ Pembiayaan Pesanan yang sudah dibuat sebelumnya saat proses Material

Hasil analisis statistik deskriptif menunjukkan konsumen yang mengetahui tentang keberadaan produk pengganti tas plastik dan yang tidak mengetahui memiliki nilai

• Adalah program yang dikerjakan oleh kelompok mahasiswa minimal 3 fakultas di desa lokasi KKN dengan masing-masing memberikan kontribusi sesuai bidang ilmunya dari permasalahan

ANGGARAN, SATKER PEGAWAI BARANG MODAL SOSIAL TANAH DATAR. 86 MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI

No. Nama Peneliti/ Tahun Judul Tempat Penelitian Pendekatan dan Analisis Hasil Penelitian Persama an Perbedaan 1 Yulianti/ 2013 Universit as Pasunda n Bandung

Hasil penelitian terhadap pelaksanaan kegiatan PHBS yang dilakukan pada Sekolah dasar di wilayah kerja puskesmas pancur batu bahwa kegiatan PHBSkurangdilaksanakan dengan

Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan penerapan metode role playing dengan media audio visual, (2) meningkatkan motivasi belajar siswa, (3) meningkatkan hasil belajar

Daya Anugrah Mandiri Manado akan dapat diukur dengan efektif jika perusahaan menerapkan metode balanced scorecard yang fokusnya tidak berpusat pada pengukuran