• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN STANDARISASI LABORATORIUM IPA SMPN SE-KABUPATEN DHARMASRAYA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN STANDARISASI LABORATORIUM IPA SMPN SE-KABUPATEN DHARMASRAYA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 ABSTRACT"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN STANDARISASI LABORATORIUM IPA SMPN SE-KABUPATEN

DHARMASRAYA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

¹Rino Hidayat, ²Ardi dan ³Liza Yulia Sari

Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

Natural Science is one of the main subjects in the junior high school curriculum. This class is closely related to the facilities and infrastructures provided to optimize the efferts to active the goals. One of the facilities needed in natural science class is a standardized laboratory. This research was designed for figuring out the standardization of natural science laboratories in SMPNs in Kabupaten Dharmasraya covering the space of the lab, the forniture, the aducationalequipments, the educational media, and other utilit ies. This was a descriptive research which was intended to see, review and describe the object researched as it was during the researc. The data was collected through questionnaire which was administered to 10 respondents who were the natural science teachers in SMPNs in Kabupaten Dharmasraya. The data gotten was analyzed by using percentage technique. Based on the quistionnare distributed, it was revealed that the number of the laboratories having standardized rooms was 76,6 % , the number of standardized forniture available was in adequate category 100 %, and the number of others standardized utilities was in poor category 37 % in general, it was concluded that natural science laboratories in SMPNs in Kabupaten Dharmasraya viewed from standardization factor was in adequate category 68,7 %.

Keywords : standarization, natural science, laboratories.

PENDAHULUAN

Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran utama dalam kurikulum sekolah menengah pertama. Mata pelajaran ini sangat terkait erat dengan sarana dan prasarana yang dapat menunjang optimalisasi pencapaian tujuannya. Salah satu sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pembelajaran IPA adalah ketersediaan laboratorium yang sesuai dengan standar.

Biologi sebagai bagian dari IPA merupakan salah satu ilmu yang memiliki arti penting bagi pendidikan di sekolah. Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, oleh karena itu biologi bukan hanya penguasaan tentang kumpulan pengetahuan berupa fakta – fakta, konsep – konsep, atau prinsip – prinsip saja, tetapi juga merupakan salah satu proses penemuan. Berhubungan dengan hal ini, maka pembelajaran biologi harus ditekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi alam sekitar secara ilmiah. Mempelajari Biologi menjadi kurang optimal apabila tidak ditunjang dengan pengalaman nyata kepada siswa, salah satunya dengan kegiatan pratikum.

Laboratorium adalah tempat riset ilmiah, eksperimen, pengukuran ataupun pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium biasanya dibuat untuk memungkinkan dilakukannya kegiatan-kegiatan tersebut secara terkendali. Menurut Wirjosoemarto dkk (2004:44) fasilitas laboratorium yang baik,

harus dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk memudahkan pemakai laboratorium dalam melakukan aktifitasnya. Fasilitas tersebut ada yang berupa fasilitas umum dan fasilitas khusus. Fasilitas umum merupakan fasilitas yang dapat digunakan oleh semua pemakai laboratorium, contohnya penerangan, ventilasi, air, bak cuci (sink), aliran listrik, dan gas. Fasilitas khususnya berupa peralatan dan mobiler, contohnya meja siswa/mahasiswa, meja guru/dosen, kursi, papan tulis, lemari alat, lemari bahan, lemari asam, ruang timbang, perlengkapan P3K, dan pemadaman kebakaran.

Berdasarkan wawancara penulis dengan guru Biologi kelas VIII SMPN 1 Koto Salak ibu Jasmanidar S.Pd pada tanggal 12 Februari 2014, terungkap bahwa SMP tersebut telah memiliki laboratorim IPA dan sudah dilengkapi dengan berbagai fasilitas, meskipun demikian, alat dan bahannya kurang terpelihara, seperti lemari yang sudah termakan usia, meja dan kursi yang sudah mulai lapuk, bahkan ada beberapa alat dan bahan yang tidak layak pakai karena sudah kadaluarsa, dan kurangnya perawatan. Ketersediaan sumber air bersih juga tidak memadai, sehingga siswa melakukan pratikum harus mengambil air keluar ruangan laboratorium.

Kenyataan lain penulis temui di SMPN 2 Koto Baru, sekolah tersebut sudah mempunyai laboratorium IPA yang cukup memadai. Ruangan laboratoriumnya sudah mampu menampung satu

(2)

rombongan belajar, perabotan seperti kursi, meja, lemari penyimpanan alat yang ada di dalamnya terpelihara dengan baik alat dan bahannya sudah tersedia. Meskipun demikian perabot masih belum mencukupi dan kurang ditata dengan rapi. Pencahayaan di laboratorium juga kurang mencukupi.

Keadaan laboratorium di SMPN 1 Pulau punjung begitu sangat memprihatinkan, labor yang tidak tertata dengan baik membuat keaadaan di laboratorium begitu berantakan, ketersedian meja dan kursi juga belum memadai , sumber air bersih yang belum tersedia, dan juga belum adanya pengelola labor. Hal tersebut membuat kondisi laboratorium tidak terjaga, bahkan bak cuci yang seharusnya digunakan untuk tempat pembersih malah terisi dengan sampah-sampah pastik bekas makanan yang sudah lama menumpuk di bak cuci tersebut.

Kenyataan yang sama penulis temui di SMPN 3 Koto Baru, SMPN 1 Sungai Rumbai dan SMPN 1 Koto Besar, kedua sekolah tersebut telah memiliki peralatan seperti kursi, meja dan lemari, tapi kondisinya ada yang sudah lapuk, dan ada juga yang sudah patah, begitu juga dengan alat-alat untuk praktikum alat-alatnya sudah ada tetapi masih banyak yang belum mencukupi.

Kenyataan tersebut sangat berbeda dengan keadaan laboratorium di SMPN 1 Sitiung, di SMP tersebut laboratoriumnya sudah sangat terjaga, ketersedian air bersih, pencahayaan yang memadai dan alat – alat dan bahan yang tertata dan terjaga dengan baik. Hal tersebut tidak terlepas dari campur tangan laboran dan kepala labornya, yang setiap semester menginventarisasi alat dan bahan yang ada di laboratorium tersebut, sehingga labor menjadi terjaga dan tertata dengan rapi.

Menteri Pendididikan Nasional Republik Indonesia telah mengeluarkan peraturan No. 24. Th 2007. Tgl 28 Juni 2007 tentang standar sarana dan prasarana sekolah Madrasah Pendidikan umum. Berkenaan dengan laboratorium maka diantara standar yang ditetapkan adalah, luas laboratorium, ruang penyimpanan dan persiapan, pencahayaan dan ketersedian air bersih, listrik, serta sarana berupa kursi, meja, lemari, bak cuci, dan lain sebagainya.

Yossinta duri (2013) telah melakukan penelitian tentang standarisasi laboratorium IPA SMP swasta se-kota Padang. Yosnita melaporkan bahwa sekolah yang laboratoriumnya yang memenuhi standar hanya 73,47 % dengan kategori kriteria baik. Sedangkan 26,52% lainnya laboratorium IPA SMP swasta di kota Padang tidak memenuhi standar.

Berdasarkan temuan penulis di lapangan dan peraturan Mendiknas No 24 Th 2007 serta penelitian yang terdahulu yang telah dilakukan, maka penulis melakukan penelitian tinjauan standarisasi laboratorium IPA SMPN

Se-Kabupaten Dharmasraya dan mengungkapkannya berdasarkan standar laboratorium IPA yang sesuai dengan peraturan Mentri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2007.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat,meninjau, melukiskan dan menggambarkan standarisasi Laboratorium IPA di SMPN Se-Kab upaten Dharmasraya. Teknik pengambilan sampel yaitu Simple random sampling. Dalam penelitian ini digunakan alat pengumpul data berupa angket, angket yang disusun berdasarkan Permendiknas No. 24 Tahun 2007. Tentang standar sarana dan prasarana laboratorium IPA di SMP. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi hasil angket Standarisasi Laboratorium IPA SMPN Se-Kabupaten Dharmasraya didapatkan presentase seperti yang ada pada tabel dibawah ini yang meliputi, luas ruangan, perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, dan perlengkapan lainnya. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Deskripsi data presentase tinjauan standarisasi laboratorium IPA di SMPN se-Kabupaten Dharmasraya. N o Indikator Variabel Standarisasi Laboratorium IPA Presen tase Kriteria 1 Luas Ruangan 76,6 % Baik 2 Perabot 61,9 % Cukup 3 Peralatan pendidikan 68,1 % Cukup 4 Media pendidikan 100 % Sangat baik 5 Perlengkapa n lainnya 37 % Kurang sekali Jumlah 343,6 %

Rata – rata 68,7 % Cukup Berdasarkan deskripsi data pada Tabel 1, dapat dilihat bahwa standarisasi laboratorium IPA di SMPN Se-Kabupaten Dharmasraya tahun ajaran 2013/2014 dapat dikategorikan cukup dengan persentase 68,7. Berikut paparan hasil angket tinjauan standarisasi laboratorium IPA SMPN se-Kabupaten Dharmasraya.

(3)

1. Tinjauan Standarisasi Laboratorium IPA SMPN Se-Kabupaten Dharmasraya ditinjau dari segi luas ruangan.

Berdasarkan hasil angket yang telah disebar, luas ruangan laboratorium IPA SMPN Se-Kabupaten Dharmasraya yang memenuhi standar sebanyak 76,6 % dengan kriteria baik, dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa dalam segi luas ruangan sudah memenuhi standar minimun dengan kriteria baik sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Permendiknas No. 24 Tahun 2007. Berdasarkan hasil tersebut, untuk luas ruangan semua SMPN Se-Kabupaten Dharmasraya sudah sesuai dengan apa yang telah ditetapkan, walaupun pada masing-masing sekolah ukuran laboratoriumnya bervariasi.

Menurut Wirjosoemarto (2004:42) ruangan laboratorium untuk pembelajaran sains umumnya terdiri dari ruangan utama dan ruang pelengkap. Ruangan utama adalah tempat peserta didik melakukan pratikum, sedangkan ruangan pelengkap umumnya terdiri dari ruangan persiapan dan ruangan penyimpanan. Ruang persiapan digunakan untuk menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang akan dipakai pada saat pratikum atau percobaan baik untuk peserta didik maupun guru. Ruang penyimpanan atau gudang terutama digunakan untuk menyimpan bahan-bahan persedian termasuk bahan-bahan kimia dan alat – alat yang pengunaannya tidak setiap saat (jarang). Penyimpanan alat-alat di dalam gudang tidak boleh disatukan dengan alat-alat gelas tidak boleh disatukan dengan alat-alat yang terbuat dari logam. Kepada pihak sekolah dianjurkan untuk membenahi dan memberikan penataan terhadap alat, bahan dan peralatan di laboratorium agar tertata rapi. Menurut Amien (1988:22), ruang penyimpanan sebagai tempat persediaan alat-alat atau bahan-bahan, harus tersusun secara sistematis, bukan merupakan timbunan, mudah dibersihkan, terang, tidak lembab,ventilasi cukup baik, kuat dan aman. 2. Tinjauan Standarisasi Laboratorium IPA SMPN

Se-Kabupaten Dharmasraya ditinjau dari segi Perabot.

Berdasarkan hasil angket yang telah disebar, perabotan di laboratorium IPA SMPN di Kabupaten dharmasraya yang memenuhi standar sebesar 61,9 % dengan kriteri cukup, hasil tersebut menunjukkan perabot yang ada dilaboratorium IPA di SMPN Se-Kabupaten Dharmasraya masih belum memadai dan belum sesuai dengan ketetapan Permendiknas N0. 24 Tahun 2007. Hal ini bisa menjadi acuan untuk pihak sekolah untuk melengkapi perabot seperti kursi, meja, lemari dan meja demonstrasi yang

masih kurang jumlahnya. Demi kelancaran kegiatan suatu pratikum perabot di laboratorium seperti lemari, meja, dan kursi harus terjaga dengan baik. Berdasarkan hasil dari angket, terdapat dibeberapa sekolah SMPN yang masih belum memadai. Hal ini dapat dilihat dari alat – alat dan bahan – bahan pratikum yang masih diletakkan di meja dan di lantai – lantai di ruangan penyimpanan, karena lemari yang tidak memadai untuk menampung alat dan bahan, dan ada pula lemari yang tidak bisa dikunci, dan juga tidak tersedianya meja demonstrasi.

Hal terpenting yang harus tersedia di laboratorium adalah ketersedian air bersih, kenyataan yang penulis temui di lapangan dari sepuluh sekolah sampel hanya dua sekolah yang sudah memiliki ketersediaan air bersih yang memadai yaitu pada SMPN 1 Sitiung dan SMPN 1 Tiumang, sedangkan didelapan SMPN lainnya ketersedian air bersih belum memadai, sehingga kalau dilaksanakan kegiatan pratikum siswa harus membawa air bersih dari luar ruangan laboratorium. Menurut Tarmizi (2009:58) dalam proses pratikum air adalah bahan yang sangat dibutuhkan dalam laboratorium, air tidak saja dibutuhkan dalam percobaan saja, tetapi juga digunakan untuk keperluan mencuci alat-alat pada saat pratikum dilaksanakan.

3. Tinjauan Standarisasi Laboratorium IPA SMPN Se-Kabupaten Dharmasraya ditinjau dari segi peralatan pendidikan.

Berdasarkan hasil angket yang telah disebar, peralatan pendidikan di laboratorium IPA SMPN yang memenuhi standar sebesar 68,5 % dengan kriteria cukup. Berdasarkan hasil dari angket yang telah disebar semua laboratorium sudah memiliki alat peraga yang lengkap hanya saja perawatannya dan penyimpanannya belum maksimal sehingga masih terdapat alat- alat rusak dan tidak dapat digunakan lagi seperti torso dan kerangka manusia banyak yang sudah patah karena kurangnya perawatan. Hal ini perlu diperhatikan lagi bagi pihak sekolah untuk mengadakan penataan dan perawatan yang teratur supaya peralatan pendidikan tidak mudah rusak, dengan memisahkan antara alat – alat yang masih bisa dipakai dan juga alat – alat yang sudah rusak.

Menurut Permendiknas No.24 Tahun 2007, peralatan pendidikan adalah sarana yang secara langsung digunakan untuk pembelajaran, karna digunakan untuk pembelajaran maka diharapkan peralatan pendidikan yang ada di laboratorium harus dalam jumlah yang standar sehingga proses pratikum berjalan dengan lancar.

(4)

Sehubungan dengan hal tersebut umumnya laboratorium IPA di SMPN Se-Kabupaten Dharmasraya belum memiliki tenaga laboran. Adanya tenaga laboran sangat berpengaruh terhadap perawatan dan pengelolalaan laboratorium. Hal ini terlihat jelas di SMPN 1 Sitiung yang telah memiliki laboran, laboratoriumnya tertata dengan rapi dan juga alat – alat bisa dipakai dan tidak bisa dipakai dipisahkan agar pada saat pratikum guru tidak susah lagi memisahkan antara alat-alat yang sudah rusak dan alat – alat yang bisa dipakai.

Menurut Amien (1998:62), tugas laboran yaitu menempatkan kembali alat-alat yang telah selesai digunakan pada tempat penyimpanannya semula dalam keadaan rapi. Hal ini sebaiknya perlu diperhatikan lagi bagi pihak sekolah agar menunjuk salah satu guru IPA untuk menjadi laboran agar terciptanya kelancaran kegiatan pratikum di laboratorium

4. Tinjauan Standarisasi Laboratorium IPA SMPN se-Kabupaten Dharmasraya ditinjau dari segi media pendidikan.

Berdasarkan hasil dari angket, media pendidikan di laboratorium IPA SMPN yang memenuhi standar 100 % dengan kriteria sangat baik. Hasil tersebut menunjukkan media pendidikan yang ada sudah memenuhi standar yang telah ditetapkan, semua laboratorium IPA di SMPN Se-Kabupaten Dharmasraya sudah memiliki papan tulis yang telah memenuhi standar dari permendiknas No. 24 Tahun 2007. 5. Tinjauan Standarisasi Laboratorium IPA SMPN

Se-Kabupaten Dharmasraya ditinjau dari perlengkapan lainnya.

Berdasarkan hasil angket yang telah disebar, diperoleh hasil perlengkapan lainnya yang memenuhi standar hanya 37 % dengan kriteria sangat kurang, umumnya laboratorium IPA di seluruh SMPN Se-Kabupaten Dharmasraya sudah memiliki aliran listrik dan kotak kontak, hanya saja jumlahnya tidak mencukupi dan kebanyakan hanya memiliki satu buah kotak kontak, begitu juga alat pemadam kebakaran, ada di beberapa sekolah yang sudah memiliki alat pemadan kebakaran tetapi tidak bisa digunakan lagi karena kurangnya perawatan dan kebanyakan sudah rusak, begitu juga P3K, ada beberapa sekolah yang tidak memiliki kotak P3K dan ada sekolah yang memilikinya namun peralatan P3K tersebut sudah banyak yang kadaluarsa.

Menurut Permendiknas No. 24 Tahun 2007, perlengkapan lainnya adalah alat mesin kantor dan peralatan tambahan yang digunakan untuk mendukung pembelajaran di sekolah. Peralatan lainnya seperti soket listrik, alat pemadan kebakaran, peralatan P3K, tempat sampah, dan jam dinding. Dari hasil angket, perlengkapan lainnya di laboratorium IPA.

Untuk itu pihak sekolah harus melengkapi perlengkapan lainnya seperti soket listrik, tempat sampah, jam dinding dan khususnya untuk alat pemadam kebakaran dan peralatan P3K, Karena alat tersebut sangat diperlukan apabila terjadi kebakaran dan terjadi luka atau cedera pada saat melakukan pratikum dilaboratorium. Menurut Wirjosoemanto (2004:58), pertolongan pertama pada kecelakaan dimaksudkan untuk memberikan perawatan darurat bagi korban sebelum pertolongan lebih lanjut diberikan oleh dokter. Namun usaha yang dilakukan dalam P3K harus semaksimal mungkin untuk menyelamatkan dan meringankan penderitaan korban dengan mencegah terjadinya cedera yang lebih parah. Oleh karena itu peralatan P3K harus tersedia di laboratorium untuk mencegah jika terjadinya kecelakaan pada saat pratikum berlangsung. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa standarisasi laboratorium IPA SMPN se-Kabupaten Dharmaraya Tahun Pelajaran 2014/2015 ditinjau dari segi luas ruangan yang memenuhi standar sebasar 76,6 % dengan kriteria baik, ditinjau segi perabotan yang memenuhi standar sebesar 61,9 % dengan kriteria cukup, ditinjau dari segi peralatan pendidikan yang memenuhi standar sebesar 68,5 % dengan kriteria cukup, ditinjau dari segi media pendidikan yang memenuhi standar sebesar 100% dengan kriteria sangat baik, ditinjau dari segi perlengkapan lainnya yang memenuhi standar sebesar 37% dengan kriteria kurang sekali.

Nilai rata- rata yang diperoleh adalah 68,7% yang berarti bahwa standarisasi laboratorium IPA di SMPN se-Kabupaten Dharmasraya berada pada kriteria cukup.

SARAN

Adapun saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwamasih banyak kekurangan yang harus dibenahi oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Dharmasraya dan oleh pihak Sekolah baik dari segi luas ruangan, perabotan, peralatan pendidikan, dan perlengkapan lainnya. Hal ini perlu dilakukan agar tercapainya kegiatan pratikum yang optimal dan sesuai dengan apa yang diharapkan dan sesuai dengan ketetapan permendiknas No. 24 Tahun 2007

2. Untuk sekolah sebaiknya memiliki laboran agar penyelenggaraan dan penggunaan laboratorium dapat berjalan dengan baik.

(5)

3. Sebaiknya alat – alat dan bahan – bahan di laboratorium dilakukan penginventarisasian secara berkala agar data lebih akurat.

4. Untuk peneliti yang ingin melanjutkan penelitian ini agar dapat melakukannya pada sekolah yang berbeda atau daerah yang berbeda. KEPUSTAKAAN

Amien, Mohammad. 1998 Buku Pedoman

Dan petunjuk Pratikum Pendidikan IPA Umum (General Science) Untuk Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Jakarta. Duri,Yossinta2013.”TinjauanStandarisasi

Laboratorium IPA di SMP Swasta Se-Kota Padang”.Skripsi.STKIP PGRI Sumatera Barat.Padang

Iskandar. 2009. Metodologi Pendidikan dan Sosial ( Kuantitatif dan Kualitatif ). Jakarta: Gaung Persada Press

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Jakarta: Grafindo Persada.

Tarmizi. 2009. Manajemen Loboratorium. Padang: UNP Press.

Wirjosoemarto, koesmadji., Adisendjaja, yusufilmi.Supriatno, Bambang., & Riandi 2004. Teknik Laboratorium. Bandung: UPI

.

Gambar

Tabel  1.  Deskripsi  data  presentase  tinjauan  standarisasi  laboratorium  IPA  di  SMPN  se-Kabupaten Dharmasraya

Referensi

Dokumen terkait

Jabatan Kesihatan Negeri Sarawak telah mengisytiharkan satu (1) kluster tamat iaitu Kluster Rayang, Serian setelah tiada kes baharu dikesan atau dilaporkan dalam tempoh

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi masalah pokok dari penelitian ini adalah “Bagaimanakah pengaruh pendidikan nilai dalam keluarga terhadap

hipotesis peneliti, dilakukan analisis statistik dengan analisis regresi. Cara pengambilannya menggunakan teknik random sampling, yaitu cara pengambilan/pemilihan

1168/Menkes/PER/X/1999 secara umum adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi,

Sistem informasi manajemen merupakan serangkaian sub bab informasi yang menyeluruh dan terkoordinasi dan secara rasional terpadu yang mampu mentransformasi data sehingga

Berdasarkan data di atas, pertambahan penduduk Kota Yogyakarta yang disebabkan oleh mobilitas permanen relatif sedikit (+1.947 jiwa), sehingga dapat dipastikan bahwa

Menurut Gagne, Wager, Goal, & Keller [6] menyatakan bahwa terdapat enam asusmsi dasar dalam desain instruksional. Keenam asumsi dasar tersebut dapat dijelaskan