• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan pada Remaja yang dibesarkan oleh OrangTua Tunggal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan pada Remaja yang dibesarkan oleh OrangTua Tunggal"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebahagiaan pada Remaja yang dibesarkan oleh OrangTua Tunggal 1. Kebahagiaan

a. Pengertian Kebahagiaan

Aprilianto (2008) mengungkapkan bahwa bahagia adalah kondisi internal yang sangat menyenangkan sehingga membuat kita merasa sangat nyaman karena semua hal yang kita alami dan hadapi pada saat itu, ditempat itu, sangat sesuai dengan apa yang kita inginkan. Kebahagiaan merupakan konsep yang luas, seperti emosi positif atau pengalaman yang menyenangkan, rendahnya mood yang negatif, dan memiliki kepuasan hidup yang tinggi (Dinner, Lucas, Oishi, 2005).

Pada dasarnya setiap orang memiliki tujuan dalam hidup untuk mencapai kebahagiaan.Kebahagiaan yang dicapai tidak hanya berupa keadaan subjektif yang bersifat sementara. Kebahagiaan merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktifitas positif yang tidak mempunyai komponen perasaan sama sekali. Seligman memberikan gambaran, individu yang mendapatkan kebahagiaan yang autentik (sejati) yaitu individu yang telah dapat mengidentifikasi dan mengolah atau melatih kekuatan dasar (terdiri dari kekuatan dan keutamaan) yang dimilikinya dan menggunakannya

(2)

pada kehidupan sehari-hari, baik dalam pekerjaan, cinta, permainan, dan pengasuhan (Seligman, 2005)

Kebahagiaan merupakan evaluasi yang dilakukan seseorang terhadap hidupnya, mencakup segi kognitif dan afeksi.Evaluasi kognitif sebagai komponen kebahagiaan seseorang diarahkan pada penilaian kepuasan individu dalam berbagai aspek kehidupan, seperti pekerjaan, keluarga, dan pernikahan.Sedangkan evaluasi afektif merupakan evaluasi mengenai seberapa sering seseorang mengalami emosi positif dan emosi negatif (McKennell, 1980).

Secara harifah, kata bahagia merupakan kata sifat yang diartikan sebagai keadaan atau perasaan senang, tentram dan bebas dari segala yang menyusahkan.Sedangkan kebahagiaan berarti perasaan bahagia; kesenangan dan ketentraman hidup lahir batin; keberuntungan; kemujuran yang bersifat lahir batin (Rofi’udin, 2013). Pendapat lain mengenai kebahagiaan juga dikemukakan oleh Argyle, Martin, dan Lu menyatakan bahwa kebahagiaan ditandai dengan keberadaan tiga komponen, yaitu emosi positif, kepuasan dan hilangnya emosi negatif seperti kecemasan (Abdel-Khalek, 2006).

Beberapa dari definisi yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan adalah ketika seseorang mengalami emosi positif, dan hilangnya emosi negatif seperti kecemasan, mengalami kesenangan dan ketentraman hidup lahir batin.

(3)

b. Aspek-aspek Kebahagiaan

Menurut Seligman (2005) lima aspek utama kebahagiaan, yaitu: 1) Relasi Sosial yang positif

Relasi sosial yang positif ialah relasi yang tercipta bila adanya dukungan sosial yang membuat individu mampu mengembangkan harga diri, meminimalkan masalah-masalah psikologis, kemampuan pemecahan masalah yang adaptif, dan membuat individu menjadi sehat secara fisik.Menjalin relasi sosial yang positif bukan hanya sekedar dengan teman, pasangan, ataupun anak, tetapi menjalin relasi sosial yang positif dengan individu yang ada disekitar.

2) Keterlibatan Penuh

Keterlibatan penuh yang dimaksud ialah mengikuti berbagai aktifitas yang bukan hanya berhubungan dengan pemenuhan tanggung jawab (kuliah atau kerja).Tetapi, juga aktifitas-aktifitas yang disenangi seperti hobi dan aktivitas bersama keluarga.Dalam melaksanakan aktifitas-aktifitas tersebut, seseorang tidak hanya terlibat secara fisik, namun turut melibatkan hati dan pikirannya secara penuh.

3) Penemuan makna dalam keseharian

Penemuan makna dalam keseharian yang dimaksud ialah bagaimana individu mampu memperoleh makna positif atau manfaat positif ketika dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan

(4)

terlibat secara penuh terhadap aktivitas yang dilakukannya sehingga dapat menimbulkan rasa bahagia pada individu tersebut. 4) Optimis

Optimis merupakan sikap pikiran positif yang dapat memberikan keuntungan dalam jajaran yang luas seperti, kesehatan, umut panjang, keberhasilan pekerjaan dan memperoleh nilai yang tinggi dalam prestasi. Individu yang optimis mengenai masa depan merasa lebih bahagia dan puas dengan kehidupannya. Individu yang mengevaluasi dirinya dengan cara yang positif, akan memiliki kontrol yang baik terhadap hidupnya, sehingga memiliki impian dan harapan yang positif tentang masa depan.

5) Ketahanan Diri

Ketahanan diri yang dimaksud ialah kemampuan seseorang untuk bangkit dari peristiwa yang tidak menyenangkan.Kebahagiaan seseorang tidak bergantung pada seberapa banyak peristiwa menyenangkan yang dialami, melainkan sejauh mana seseorang memiliki ketahanan diri.Orang yang berbahagia juga mengatur bagaimana emosi positif yang dimiliki seseorang dapat menetralkan emosi negatifnya.

Shaver dan Feedman (dalam Hurlock, 1997) berpendapat terdapat tiga emosi kebahagiaan yang disebut dengan “tiga A kebahagiaan” yaitu berupa:

(5)

1) Sikap menerima (acceptance)

Shaver dan Feedman (dalam Hurlock, 1997) mengatakan bahwa kebahagiaan adalah bagaimana individu memandang keadaan diri sendiri dan bukan membandingkan dengan milik orang lain. Kebahagiaan bergantung pada sikap menerima dan menikmati keadaan orang lain dan apa yang dimiliki, serta mempertahankan keseimbangan antara harapan dan prestasi. 2) Kasih sayang (affection)

Kasih sayang merupakan hal yang normal yang dialami manusia. Kasih sayang muncul dari sikap penerimaan orang lain terhadap diri sendiri. Semakin diterima baik oleh orang lain, maka semakin banyak kasih sayang yang diharapkan. Dengan semakin banyak kasih sayang yang dirasakan, maka semakin banyak pula kebahagiaan yang dialami individu. 3) Prestasi (achievement)

Prestasi adalah ketercapaiannya sebuah tujuan seseorang. Kebahagiaan akan tercipta seiring dengan prestasi yang diraihnya. Jika individu memiliki tujuan yang kurang realistis, maka akan menimbulkan kegagalan yang berakibat timbulnya rasa tidak puas dan tidak bahagia.

(6)

Andrews dan McKennell (dalam Alan Carr, 2004: 11) mengatakan bahwa hasil studi analitik terhadap ukuran kebahagiaan dan subjective well-being (SWB), menunjukkan bahwa kebahagiaan memiliki dua aspek, yaitu:

1) Aspek Afektif yang berupa pengalaman emosional sukacita, kegembiraan, kepuasan dan emosi positif lainnya.

2) Aspek Kognitif berupa kepuasan di berbagai bidang kehidupan, seperti kepuasan dalam bidang keluarga atau pekerjaan dan pengalaman kepuasan lainnya.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aspek kebahagiaan terdiri dari aspek afektif dan kognitif namun melihat dari penelitian yang akan peneliti angkat maka aspek-aspek kebahagiaan yang peneliti gunakan adalah relasi sosial yang positif, kemudian adanya keterlibatan penuh, terdapat penemuan makna dalam keseharian, dan adanya optimis serta ketahanan diri.

c. Karakteristik Kebahagiaan

Setiap orang dapat mencapai kebahagiaan akan tetapi tidak semua orang dapat memiliki kebahagiaan. Menurut Myres (2012), seorang ahli kejiwaan yang berhasil mengadakan penelitian tentang solusi mencari kebahagiaan bagi manusia modern. Ada empat karakteristik yang selalu ada pada orang yang memiliki kebahagiaan dalam hidupnya, yaitu :

(7)

1) Menghargai diri sendiri

Orang yang bahagia cenderung menyukai dirinya sendiri. Mereka cenderung setuju dengan pernyataan seperti “ Saya adalah orang yang menyenangkan”. Jadi, pada umumnya orang yang bahagia adalah orang yang memiliki kepercayaan diri yang cukup tinggi seperti diatas.

2) Optimis

Ada dua dimensi untuk menilai apakah seseorang termasuk optimis atau pesimis, yaitu dimensi permanen (menentukan berapa lama seseorang menyerah) dan dimensi pervasif (menentukan apakah ketidakberdayaan melebar ke banyak situasi). Orang yang optimis percaya bahwa peristiwa baik memiliki penyebab permanen dan peristiwa buruk bersifat sementara sehingga individu berusaha untuk lebih keras pada setiap kesempatan agar individu tersebut dapat mengalami peristiwa baik lagi (Seligman, 2001). Sedangkan orang yang pesimis menyerah di segala aspek ketika mengalami peristiwa buruk di area tertentu.

3) Terbuka

Orang yang bahagia pada umunnya lebih terbuka terhadap orang lain serta lebih senang membantu orang lain yang membutuhkan bantuannya.

(8)

4) Mampu mengendalikan diri

Orang yang bahagia pada umumnya merasa memiliki kontrol pada hidupnya. Orang yang bahagia merasa memiliki kekuatan atau kelebihan sehingga biasanya berhasil lebih baik di sekolah atau pekerjaan.

Berdasarkan uraian diatas, maka daapat disimpulkan bahwa karakteristik kebahagiaan adalah menghargai diri sendiri, optimis, terbuka dan mampu mengendalikan dirinya.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebahagiaan

Menurut Carr (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan antara lain :

1) Kepribadian

Dalam budaya barat individu yang memiliki tipe kepribadian extrovert lebih bahagia daripada individu tipe neurotisisme.Individu extrovert memiliki kecocokan dengan lingkungan sosial sehingga sering terlibat dalam interaksi sosial.Inidvidu yang memiliki tipe kepribadian extrovert memiliki suasana hati yang positif dalam bersosialisasi.

2) Budaya

Faktor budaya berperan dalam tingkat kebahagiaan individu.Carr (2004) mengatakan bahwa budaya dalam kesamaan sosial memiliki tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi.

(9)

3) Pernikahan

Orang yang menikah lebih bahagia daripada orang yang belum menikah.

4) Dukungan sosial

Ada hubungan antara dukungan sosial dengan kebahagiaan.Hubungan antara anggota keluarga lainnya saling memberikan dukungan sosial untuk semua anggota keluarga.Dukungan sosial ini tidak hanya membawa kebahagiaan tetapi dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan ialah kepribadian, budaya, pernikahan, dan dukungan sosial.

2. Orangtua Tunggal

a. Pengertian Orangtua Tunggal

Orang tua tunggal (dalam konsep barat disebut dengan single parent) yaitu orang tua dalam satu keluarga yang tinggal sendiri yaitu ayah saja atau ibu saja.Single parent dapat terjadi karena perceraian, atau karena salah satu meninggal dunia.Kejadian ini dapat menimpa siapa saja, baik muda maupun tua, dalam kondisi ayah meninggal dunia, sehingga ibu menyendiri bersama seluruh anggota keluarganya, atau ibu meninggal dunia sehingga ayah menyendiri bersama dengan keluarganya. Dalam keadaan inilah orangtua tunggal dihadapkan

(10)

kepada kenyataan dan tantangan untuk melakukan berbagai tugas dan fungsi keluarga sendirian (Surya, 2003)

Single parent dalam kamus Oxford Learner’s Pocket Dictionary dijelaskan sebagai parent caring for a child on his/ her own (Manser, 1991), yang artinya: satu orang yang menjaga anaknya sendiri. Sedangkan menurut pendapat Greenberg (2006), single parent families is a result of in creased marital separation, divorce, and out-ofwedlock pregnancies rather than widowhood, yang artinya: keluarga orang tua tunggal adalah keluarga dari hasil perpisahan perkawinan, perceraian, dan kehamilan diluar nikah. Menurut Yusuf (2003) single parent families (keluarga single parent) berarti keluarga yang terdiri dari ayah atau ibu yang bertanggung jawab mengurus anak setelah perceraian, kematian atau kelahiran anak diluar nikah.

Santrock (2002) mengemukakan bahwa ada dua macam single parent yaitu: a) single parent mother adalah ibu sebagai orangtua tunggal harus menggantikan peran ayah sebagai kepala keluarga, pengambil keputusan, pencari nafkah disamping perannya mengurus rumah tangga, membesarkan, membimbing dan memenuhi kebutuhan psikis anak. b) single parent father adalah ayah sebagai orangtua tunggal harus menggantikan peran ibu sebagai ibu rumah tangga yang mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti membersihkan rumah, memasak dan mengatur pemasukan dan pengeluaran rumah tangga, selain itu juga memperhatikan dan memenuhi kebutuhan fisik dan

(11)

psikis anak-anaknya, selain kewajiban sebagai kepala rumah tangga yang harus mencari nafkah untuk keluarganya

Berdasarkan berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa keluarga dengan single parent adalah keluarga yang hanya terdiri dari satu orang tua dimana para orang tua tunggal secara sendirian membesarkan anak-anaknya tanpa kehadiran, dukungan, tanggung jawab pasangannya dan hidup bersama dengan anak-anaknya dalam satu rumah.

b. Penyebab Terjadinya Keluarga dengan Orangtua Tunggal

Sesuai dengan pemikiran Mianda (2002) keluarga dengan orang tua tunggal dapat disebabkan oleh banyak hal yaitu apakah ditinggal mati oleh suami, karena perceraian atau bahkan seorang wanita lajang yang hanya mengadopsi anak.

Keluarga dengan orang tua tunggal dapat disebabkan oleh adanya perceraian, kematian, orang tua angkat dan orang tua berpisah tempat tinggal /belum bercerai (Hendi, Dkk. 2001).

1) Kematian

Orang tua tunggal yang disebabkan oleh kematian salah satu orang tua akan menimbulkan krisis yang dihadapi anggota keluarga. Namun menurut (Polak, 1979), krisis yang ditimbulkan oleh kematian seorang ayah tidak begitu besar bila dibandingkan dengan akibat perceraian. Kehilangan seorang ayah akibat kematian sangat mengganggu ekonomi sebuah keluarga karena

(12)

peranan ekonomi yang dijalankan ayah telah tiada akan tetapi, hal itu tidak lantas tidak mendukung pendidikan anak menyebabkan para istri yang ditinggalkan itu mencarikan ayah tiri bagi anak-anaknya. Peran ayah secara wajar dapat digantikan oleh ibu dari pada mengambil ayah tiri.Hal ini karena dianggap peran ayah tiri. 2) Perceraian

Ikatan yang mempertalikan suami dan istri dalam perkawinan kadangkala rapuh dan bahkan putus sehingga terjadi perpisahan atau bahkan perceraian.Terjadinya perceraian maka dengan sendirinya fungsi keluarga yang mengalami gangguan dan pihak yang bercerai maupun anak-anak harus menyesuaikan diri dengan situasi baru. Demikian peningkatan angka perceraian dalam masyarakat pun membawa peningkatan gaya hidup khas keluarga bercerai (single parent), seperti gaya menjanda atau menduda, adanya anak yang harus hidup dengan salah satu orang tua saja, dan bahkan hidup terpisah dengan saudara kandung (Kamanto, 2004).

Terputusnya keluarga di sini disebabkan karena salah satu atau kedua pasangan itu memutuskan untuk saling meninggalkan, dan dengan demikian berhenti melaksanakan kewajiban dan peranannya (Goode, 1986).

(13)

3) Orang tua angkat

Orang tua tunggal yang disebabkan karena orang tua angkat ini merupakan orang tua baik perempuan maupun laki-laki yang mengasuh dan menghidupi anak angkatnya (bukan anak kandung).

4) Orang tua berpisah tempat tinggal (belum bercerai)

Orang tua tunggal bentuk ini biasanya disebabkan karena orang tua memiliki pekerjaan diluar daerah sehingga membuat mereka untuk berpisah tempat tinggal namun tidak bercerai.Biasanya anak, menjadi asuhan orang tua perempuan. Berdasarkan uraian diatas, penyebab terjadinya keluarga dengan orang tunggal adalah kematian, perceraian, oang tua angkat, dan orang tua berpisah tempat tinggal (belum bercerai).Dalam penelitian ini penyebab single parent ialah perceraian.

c. Bentuk-bentuk Orangtua Tunggal 1) Single mother

Menjadi single parent dan menjalankan peran ganda bukan merupakan hal yang mudah bagi seorang wanita, terutama dalam hal membesarkan anak. Hal ini dikarenakan, di satu sisi ia harus memenuhi kebutuhan psikologis anak-anaknya (pemberian kasih sayang, perhatian, rasa aman) dan di sisi lain ia pun harus memenuhi semua kebutuhanfisik anak-anaknya (kebutuhan sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan dan kebutuhan lain yang berkaitan dengan materi). Artinya, wanita yang berstatus

(14)

sebagai single parent dan menjalankan peran ganda bukan merupakan hal yang mudah bagi seorang wanita, terutama dalam hal membesarkan anak. Hal ini dikarenakan, di satu sisi ia harus memenuhi kebutuhan psikologis anak-anaknya (pemberian kasih sayang, perhatian, rasa aman) dan di sisi lain ia pun harus memenuhi semua kebutuhan parent harus mampu mengkombinasikan antara pekerjaan domestik dan publik demi tercapainya tujuan keluarga yang utama, yakni membentuk anak yang berkualitas. Bukan hal yang mudah menjalankan dua peran tersebut sekaligus. Oleh sebab itu dibutuhkan manajemen keluarga khusus dan matang agar anak yang dibesarkan pada kondisi keluarga single parent pun sama berkualitasnya dengan anak yang dibasarkan pada keluarga utuh (Mianda, 2002).

Kematangan wanita yang berstatus sebagai single parent merupakan hal utama yang dibutuhkan dalam membesarkan serta mendidik anak.Hal tersebut dikarenakan, kematangan pada wanita sebagai single parent dapat mempengaruhi caranya dalam memanajemen diri dan keluarganya, terutama dalam membentuk anak yang berkualitas.Kematangan dalam segi fisik dan terutama psikologis menjadi faktor yang utama yang dibutuhkan untuk keberhasilan wanita sebagai single parent dalam membesarkan anaknya (Mianda, 2002).

(15)

Wanita yang berstatus single parent harus mencari uang untuk menafkahi keluarganya dan juga harus memenuhi kebutuhan kasih sayang keluarganya dan harus melakukan perencanaan yang matang dalam pengorganisasian kegiatanya menjalankan peran ganda. Dalam melakukan perencanaan tersebut, single mother harus mengkomunikasikan rencana yang telah di buat pada keluarga terdekatnya (orang tua, paman atau bibi), terutama yang akan dimintai bantuan nantinya (Mianda, 2002).

Keadaan lain yang menyebabkan terjadinya single parent pada seorang ibu adalah karena kematian. Sesuai dengan pendapat Henslin (2007) yang mengemukakan “wanita dibandingkan laki-laki, lebih mungkin ditinggalkan oleh pasangan setelah menikah dan menghadapi masalah terkait dengan statusnya “. Seorang ibu akan mengalami guncangan dahsyat atas kematian suaminya. Si anakpun akan mengalami guncangan serupa, terutama dengan kesiapan mental yang jauh lebih minim untuk menerima kenyataan itu. Apalagi, bila ia belum memahami makna dan hakikat kematian. Belum lagi, jika si anak mengalami kekurangan-kekurangan, baik secara fisik maupun mental. Disamping itu, peran ganda sebagai suami diantaranya mencari nafkah penghidupan sehari-hari, akan banyak menyita waktu ibu, sehingga sempit baginya untukmendidikanak-anaknya. Ibu memiliki peran yang cukup penting dan memainkan peran dalam menentukan proses

(16)

pembimbingan dan pembangunan kepribadian anak pasca kematian suami. Persoalan di mana kaum ibu pasca kematian suaminya memiliki dua tugas yang amat penting, keibuan dan juga kebapakan.Kemampuan menggabungkan dan menjalankan kedua tugas itu dengan baik dan benar harus dimiliki oleh ibu yang mempunyai berstatus single parent (Henslin, 2007).

Pasca kematian suami, seorang wanita mempunyai dua kedudukan sekaligus sebagai ibu yang merupakan jabatan alamiah dan sebagai ayah.Ia akan memiliki dua bentuk sikap, sikap sebagai ibu yang harus bersikap lembut kepada anak-anaknya, dan sebagai ayah yang bersikap jantan dan memegang kendali aturan dan tata tertib, serta berperan sebagai penegak keadilan dalam rumah tangga. Sosok ibu adalah teman bermain anak yang pertama, sekaligus sebagai orang yang pertama kali bergaul dengannya.Sosok ibu sebagai ayah, pasca kematian suaminya, seorang ibu walaupun dia perempuan harus menduduki posisi ayah dan bertanggung jawab dan menjaga perilaku serta kedisiplinan anaknya. Dengan tugas baru yang diembannya itu, ia memiliki tanggungjawab yang jauh lebih sulit dan berat daripada sebelumnya. Sehingga seorang anak yang tinggal dengan ibu diantaranya memiliki sifat yang lembut dan sabar.Perilakunya juga memiliki sisi yang positif dan negatif. Positifnya adalah anak tersebut lebih memiliki rasa tanggung jawab terhadap keluarganya

(17)

terlebih jika ibunya sudah lanjut usia dan sangat menyayangi ibunya. Sedangkan dari segi negatifnya ialah anak mengalami trauma dengan pernikahanya kedua orang tuanya (perceraian), hal yang demikian akan meyebabkan anak menjadi penyendiri, murung dan tidak suka bergaul. Tentunya anak yang berasal dari keluarga single parent merasa berbeda dengan keluarga utuh (Mianda, 2002).

2) Single Father

Single father merupakan bagian dari single parent.Seorang ayah yang menjadi pemimpin dalam sebuah keluarga yang menjaga, mendidik dan membesarkan serta menjadi wali bagi anak-anaknya disebut sebagai single father.Sebagai ayah, secara budaya mereka lebih disiapkan untuk bekerja mencari nafkah guna memenuhi semua kebutuhan hidup keluarga, dan bukannya disiapkan untuk merawat, mendidik, mejaga, dan memberikan perhatian kepada anak-anaknya.Namun, sebagai parasingle father merasa harus menjalankan fungsi tersebut. Hal inilah yang membuat para single fatherbersalah kepada anak-anaknya, karena keterbatasan waktu yang dimiliki dalam memberikan perhatian dan kasih sayang.Walaupun telah dibantu oleh kerabat dekat, mereka masih merasakan adanya tanggung jawab yang besar serta kesulitan dalam merawat anak-anaknya.Selain figur ibu, anak juga memerlukan figur ayah bagi pengembangan karakternya. Hal ini

(18)

karena ada peran-peran ayah yang khas, yang sulit tergantikan oleh perempuan meskipun perempuan tersebut adalah single parentyang berperan sebagai ayah-ibu sekaligus. Peran ayah ini diperlukan baik bagi anak laki-laki maupun anak perempuan.Umumnya ayah bersikap lebih santai, lugas, dan banyak memberi kebebasan pada anak untuk bereksplorasi. Ayah membantu anak bersifat tegar, kompetitif, menyukai tantangan, dan senang mencoba (Mianda, 2002).

Jadi dengan uraian di atas ada dua bentuk orang tua tunggal yaitu single mother dan single father. Pada penelitian ini bentuk single parent yang sesuai dengan latar belakang partisipan adalah single father.

3) Kebahagiaan Remaja yang Dibesarkan oleh Orangtua Tunggal

Keluarga yang utuh lebih mudah memenuhi dan menyalurkan kebutuhan anak, karena anak mempunyai ayah dan ibu yang dapat bekerja sama dalam hal membahagiakan anak. Hal tersebut akan berbeda dengan anak yang tidak mempunyai keluarga yang utuh. Namun, pada kenyataannya banyak orang tua yang tidak memahami anak, tidak memperhatikan perasaan anak. Banyak orang tua yang mengesampingkan perasaan anak demi mementingkan perasaan mereka sendiri. Hal tersebut yang membuat anak menjadi pribadi yang tidak baik. Anak dihadapkan dengan masalah dari orang tuanya sehingga membuat anak kebingungan

(19)

memilih dan memilah siapa yang benar dan siapa yang salah di antara ayah dan ibunya. Pada akhirnya anak lelah dan tidak dapat mengontrol dirinya sendiri. Keluarga yang tidak utuh disebabkan oleh perceraian orang tua yang memisahkan anak dari salah satu orang tuanya, sehingga anak tidak bisa mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya, perceraian membuat anak cenderung mendapat perlakuan yang tidak layak dari orang tua dan lingkungan (Muliana, 2016).

Seperti yang dikatakan oleh Musbikin (2008), perceraian yang memisahkan antara ayah dan ibu apapun penyebabnya akan memberi dampak yang buruk bagi anak, perceraian membuat anak kehilangan salah satu dari orang tuanya. Sehingga anak membutuhkan waktu yang lebih banyak lagi untuk dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang berbeda. Hal ini jelas dapat menghambat kebahagiaan anak. Perceraian orang tua tidak hanya memberi dampak buruk bagi fisik anak, akan tetapi juga berdampak buruk bagi jiwa anak. Hal ini disebabkan karena orang tua yang mempertahankan egonya masing-masing sehingga mereka tidak mendapat jalan keluar dari masalah mereka dan para orang tua lebih memilih bercerai.

B. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana gambaran kebahagiaan remaja yang dibesarkan oleh orang tua tunggal?

Referensi

Dokumen terkait

kuliner yang disajikan pada momen-momen terrentu saja, sepcrti kuliner yang hanya dapat ditcmul pada kegiatan tradisi atau upacara.. tcrtcntu- Namun terkadang, ada

Keywords: Citric acid; Continuous deionization; Electrodeionization; Ion-exchange

[r]

Arus listrik dapat menghasilkan panas dan elektron-elektron yang mampu berinteraksi dengan membran sel bakteri hingga dapat menghambat dan/atau menonaktifkan bakteri Escerichia

resitasi secara lengkap maka KKM yang ditetapkan sebesar 80%, dapat dilampaui. Peningkatan KKM pada Siklus II ini menjadi indikasi bahwa perbaikan terhadap pelaksanaan

Untuk orang-orang yang saat ini sedang duduk dan kesakitan di luar sana, jika saya ingin meringkas hidup saya dan meringkas apa yang dapat mereka lakukan dalam

Tujuan penelitian untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa yang ikut organisasi Rohis dengan siswa yang tidak

Contoh: Untuk analisis banjir maupun debit kekeringan, maka input yang harus dimasukkan adalah "E".. " Jumlah kelas :" masukkan informasi mengenai jumlah