ANGGARAN DASAR (AD)
ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART)
GERAKAN PEMUDA ISLAM (GPI)
ANGGARAN DASAR (AD)
GERAKAN PEMUDA ISLAM (GPI)
ANGGARAN DASAR (AD) GERAKAN PEMUDA ISLAM (GPI)
MUQADDIMAH Bismillahirrahmanirrahim
Bahwa, sesungguhnya wahyu Ilahi dan risalah
nabi Muhammad SAW adalah pedoman pokok hidup dan kehidupan umat manusia yang dapat memberikan kebahagian rohani dan jasmani di dunia dan akhirat.
Yakin, bahwa Islam Agama yang sangat
menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga
dapat diterima oleh semua kalangan
dimanapun berada.
Insaf, bahwa sesungguhnya pelaksanaan dan
penerapan Islam wajib diperjuangkan dengan
penuh keyakinan, keikhlasan, dan
Sadar, bahwa sesungguhnya tanggung jawab
pemuda sebagai tenaga penggerak, pelopor dan inti dari masyarakat dan negara, maka disusunlah organisasi yang menghimpun potensi generasi muda Islam dalam menuju masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT dengan Anggaran Dasar sebagai berikut:
BAB I
NAMA, WAKTU DAN KEDEDUKAN Pasal 1
Nama
Organisasi ini bernama Gerakan Pemuda Islam disingkat GPI, yang merupakan
transformasi perjuangan dari Gerakan
Pemuda Islam Indonesia (GPII).
Pasal 2 Waktu
Gerakan Pemuda Islam (GPI) didirikan di Jakarta pada tanggal 07 Dzulqaidah 1364
Hijriah. Bertepatan dengan tanggal 02 Oktober 1945 untuk jangka waktu yang tidak terbatas.
Pasal 3 Kedudukan
Gerakan Pemuda Islam (GPI) beralamat di
Jalan Menteng Raya No. 58 yang
berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia
BAB II
AZAS, BENTUK DAN SIFAT Pasal 4
Azas
Gerakan Pemuda Islam (GPI) berazaskan Islam.
Pasal 5 Bentuk
Gerakan Pemuda Islam (GPI) berbentuk organisasi kepemudaan yang berbasis kader atau massa pemuda Islam.
Pasal 6 Sifat
1. Gerakan Pemuda Islam (GPI) bersifat independen, bebas dan aktif dalam melaksanakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar. 2. GPI tidak berafiliasi dan tidak menjadi
bagian dari golongan/organisasi massa/ partai politik manapun juga.
3. Organisasi ini merupakan gerakan politik, pendidikan, kebudayaan dan dakwah.
BAB III
TUJUAN DAN USAHA Pasal 7
Tujuan
Gerakan Pemuda Islam (GPI) bertujuan membentuk kader pemuda Islam yang berpegang teguh kepada Al-Quran dan Sunnah serta bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur serta sejahtera.
Pasal 8 Usaha
1. Mendidik anggotanya menjadi pemuda– pemudi yang memahami dan menjiwai Al-Qur’an serta Sunnah.
2. Mempertinggi dan meningkatkan kualitas sumber daya pemuda dalam berbagai bidang kehidupan.
3. Menyelenggarakan berbagai kegiatan
pengkajian dan penelitian dalam upaya merumuskan serta memecahkan persoalan ummat dan bangsa.
4. Memberdayakan kegiatan bidang sosial dan ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup anggotanya dan ummat.
5. Berperan aktif menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar serta menggalang ukhuwah Islamiyah menuju persatuan dan kesatuan ummat.
6. Mencetak kader-kader pemimpin yang
keluasan pandangan dunia global dan berkepribadian muslim dalam segala bidang kehidupan.
7. Menumbuhkembangkan semangat dan kemampuan anggota untuk menguasai,
memanfaatkan serta mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kesejahteraan ummat manusia.
8. Mendidik anggotanya untuk memiliki dan memelihara jiwa independen/ mandiri dan
kesanggupan berdiri sendiri tanpa
ketergantungan kepada orang lain.
9. Menjalin dan meningkatkan kerjasama dengan lembaga lain dalam rangka kemaslahatan ummat, Bangsa dan Negara.
BAB IV
KEANGGOTAAN DAN PERMUSYAWARATAN Pasal 9
1. Yang dapat menjadi anggota GPI adalah generasi muda Islam baik putra maupun putri.
2. Anggota GPI terdiri dari : a. Anggota Muda
b. Anggota Biasa c. Anggota Luar Biasa d. Anggota Kehormatan, dan e. Anggota Purna (Alumni)
3. Status keanggotaan, hak dan kewajiban anggota GPI diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga (ART) Gerakan Pemuda Islam (GPI).
Pasal 10 Permusyawaratan
1. Majelis Permusyawaratan Gerakan Pemuda Islam (GPI) terdiri dari :
a. Muktamar.
b. Muktamar Luar Biasa (MLB). c. Musyawarah Wilayah (MUSWIL).
d. Musyawarah Wilayah Luar Biasa (MUSWILLUB).
e. Musyawarah Daerah (MUSDA). f. Musyawarah Daerah Luar Biasa
(MUSDALUB).
g. Musyawarah Cabang (MUSCAB). h. Musyawarah Cabang Luar Biasa
(MUSCABLUB).
i. Musyawarah Ranting (MUSRAN). j. Musyawarah Ranting Luar Biasa
(MUSRANLUB).
2. Permusyawaratan pimpinan organisasi terdiri dari :
a. Sidang Dewan Organisasi (SDO). b. Musyawarah Kerja Nasional
(MUKERNAS).
c. Musyawarah Kerja Wilayah (MUKERWIL).
d. Musyawarah Kerja Daerah (MUKERDA). e. Musyawarah Kerja Cabang (MUKERDA).
f. Musyawarah Kerja Ranting (MUKERRAN).
3. Selain jenis-jenis Permusyawaratan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) di atas, pimpinan organisasi sesuai
dengan tingkatan kewenangan dan
kebutuhannya dapat mengadakan rapat-rapat, yaitu :
a. Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS). b. Rapat Kerja Wilayah (RAKERWIL). c. Rapat Kerja Daerah (RAKERDA). d. Rapat Kerja Cabang (RAKERCAB). e. Rapat Kerja Ranting (RAKERRAN). f. Rapat Pleno.
g. Rapat Harian. h. Rapat Koordinasi.
BAB V
KEDAULATAN DAN STRUKTUR KEPEMIMPINAN
Kedaulatan
Kedaulatan berada ditangan anggota yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga (ART) Gerakan Pemuda Islam (GPI).
Pasal 12 Struktur Kepemimpinan
Struktur kepemimpinan organisasi GPI disusun dari atas ke bawah, dengan susunan sebagai berikut :
1. Tingkat Nasional bernama Pimpinan Pusat (PP) yang dipimpin oleh Ketua Umum dan berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia.
2. Tingkat Provinsi bernama Pimpinan
Wilayah (PW) yang dipimpin oleh Ketua Wilayah dan berkedudukan di Ibukota Provinsi atau yang disetarakan dengan itu.
3. Tingkat Kabupaten/Kota bernama
Ketua Daerah dan berkedudukan di
Ibukota Kabupaten/Kota atau yang
disetarakan dengan itu.
4. Tingkat Kecamatan bernama Pimpinan Cabang (PC) yang dipimpin oleh Ketua Cabang dan berkedudukan di Ibukota Kecamatan atau yang disetarakan dengan itu.
5. Tingkat Desa/Kelurahan bernama
Pimpinan Ranting (PR) yang dipimpin oleh Ketua Ranting dan berkedudukan di Desa/Kelurahan atau yang disetarakan dengan itu.
BAB VI
BADAN SEMI OTONOM ATAU LEMBAGA KHUSUS
Pasal 13
1. Untuk melaksanakan tugas dan kewajiban serta usaha-usaha tertentu yang bersifat khusus, maka dapat dibentuk Badan Semi
Otonom atau Lembaga Khusus di setiap tingkatan. Dari mulai Pimpinan Pusat sampai dengan Pimpinan Daerah.
2. Badan Semi Otonom yang wajib dibentuk di setiap jenjang kepengurusan GPI. Dari mulai Pimpinan Pusat sampai dengan Pimpinan Daerah adalah Brigade GPI dan Muslimah GPI.
3. Lembaga Khusus yang wajib dibentuk di setiap jenjang kepengurusan GPI. Dari mulai Pimpinan Pusat sampai dengan Pimpinan Daerah adalah Lembaga Bantuan Hukum Gerakan Pemuda Islam (LBH GPI). 4. Selain Badan Semi Otonom dan Lembaga
Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan (3) di atas. Setiap jenjang kepengurusan diperbolehkan membentuk Badan Semi Otonom dan/atau Lembaga Khusus lainnya sesuai dengan kebutuhan dan menyesuaikan kearifan lokal.
BAB VII KEUANGAN
Pasal 14
1. Keuangan dan harta benda organisasi di peroleh dari:
a. Iuran dan sumbangan sukarela anggota. b. Donasi dari donatur yang bersifat halal
dan tidak mangikat
c. Zakat, Infak, Shodakah, Hibah dan Wakaf.
d. Usaha-usaha lain yang halal, sah dan produktif.
2. Keuangan dan harta benda organisasi dikelola dengan prinsip transparansi, akuntabilitas, efektif dan efesien, serta
berkesinambungan demi terwujudnya
maksud dan tujuan organisasi.
BAB VIII PERUBAHAN
Perubahan Anggaran Dasar (AD) ini hanya dapat dilakukan oleh Muktamar Gerakan Pemuda Islam.
BAB IX PEMBUBARAN
Pasal 16
1. Pembubaran GPI hanya dapat dilakukan oleh Muktamar yang khusus bersidang untuk acara pembubaran dan mendapat persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Daerah, dengan ketentuan, keputusannya dianggap sah apabila disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) suara yang hadir.
2. Setelah organisasi ini dibubarkan, maka seluruh kekayaan organisasi diserahkan/ diwakafkan kepada lembaga sosial Islam atau yang mempunyai ikatan sejarah dengan Gerakan Pemuda Islam (GPI).
BAB X
KETENTUAN UMUM Pasal 17
Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar (AD) ini, akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga (ART) serta Peraturan-peraturan organisasi lainnya.
BAB XI PENGESAHAN
Pasal 18
1. Anggaran Dasar ini di sempurnakan dan disahkan oleh Muktamar Luar Biasa Gerakan Pemuda Islam (MLB GPI) di Puncak Bogor pada tanggal 2 sampai dengan 4 Oktober 2020 dan dinyatakan berlaku sejak tanggal ditetapkan.
2. Semua ketentuan dan aturan yang bertentangan dengan Anggaran Dasar ini, dinyatakan tidak berlaku.
ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART)
GERAKAN PEMUDA ISLAM (GPI)
ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART) GERAKAN PEMUDA ISLAM (GPI)
BAB I KEANGGOTAAN
Pasal 1
Syarat Menjadi Anggota
1. Pemuda-pemudi Islam yang berusia minimal 17 tahun dan maksimal 40 tahun. 2. Mengisi formulir dan permohonan secara tertulis untuk menjadi anggota atau kader GPI.
3. Mengikuti kaderisasi yang dilaksanakan oleh Gerakan Pemuda Islam (GPI).
4. Menyatakan kesediaan menjalankan AD-ART, GBHO, Khittah Perjuangan GPI. Serta Ketetapan dan Peraturan organisasi lainnya.
Pasal 2 Status Anggota
a. Generasi muda Islam berusia minimal 17 tahun, dan maksimal 40 tahun. b. Berkeinginan untuk menjadi kader GPI
dan ikut berpartisipasi dalam
kegiatan-kegiatan GPI.
c. Belum mengikuti pengkaderan GPI. 2. Anggota Biasa adalah :
a. Kader GPI yang berusia minimal 17 tahun, dan maksimal 40 tahun. b. Anggota muda yang telah lulus
kaderisasi GPI.
c. Memiliki Sertifikat dan Nomor Induk Anggota yang diterbitkan oleh Badan
Pengkaderan Nasional Gerakan
Pemuda Islam (BPN GPI). 3. Anggota Luar Biasa adalah :
a. Tokoh Islam atau orang yang berjasa terhadap GPI. Baik ditingkat nasional maupun daerah dan ingin menjadi Anggota Luar Biasa GPI.
b. Diangkat dan ditetapkan oleh Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Islam (PP GPI).
4. Anggota Kehormatan adalah :
a. Orang Islam yang berjasa terhadap perjuangan Islam.
b. Menyatakan kesediaan menjadi
anggota kehormatan GPI.
c. Diangkat dan ditetapkan oleh
Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Islam (PP GPI).
5. Anggota Purna adalah alumni kader GPI yang telah berusia lebih dari 40 tahun.
Pasal 3
Hak dan Kewajiban Anggota Hak Anggota
1. Anggota Muda.
a. Menghadiri dan mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh GPI.
b. Mendapatkan pembinaan dan pengarahan dari GPI.
2. Anggota Biasa.
a. Seluruh hak yang didapat Anggota Muda.
b. Memilih dan dipilih dalam
permusyawaratan pada setiap jenjang yang ada di GPI.
c. Menjabat sebagai pengurus pada setiap jenjang yang ada di GPI.
3. Anggota Luar Biasa, Anggota Kehormatan dan anggota Purna.
a. Menghadiri dan mengikuti kegiatan yang diselenggarakan GPI.
b. Memberi pertimbangan dan saran yang membangun kepada Pengurus GPI baik secara lisan maupun tertulis.
Kewajiban Anggota
a. Menjaga dan menjunjung tinggi nama baik agama Islam dan GPI.
b. Memahami, menghayati dan
mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
2. Anggota Biasa
a. Membayar iuran anggota yang telah ditetapkan.
b. Menjaga dan menjunjung tinggi nama baik agama Islam, Negara dan Organisasi Gerakan Pemuda Islam.
c. Memahami, menghayati dan
mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
d. Mentaati dan melaksanakan AD-ART, GBHO, Khittah Perjuangan GPI. Serta Ketetapan dan Peraturan organisasi lainnya.
e. Turut memberikan kontribusi, baik pemikiran maupun tenaga dalam
rangka memajukan da’wah Islam dan organisasi GPI.
3. Anggota Luar Biasa, Anggota Kehormatan dan Anggota Purna.
a. Memberikan kontribusi kepada
organisasi, baik moril maupun
materiil.
b. Menjaga dan menjunjung tinggi nama baik agama Islam dan GPI.
c. Memahami, menghayati dan
mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
d. Mentaati dan melaksanakan AD-ART, GBHO, Khittah Perjuangan GPI. Serta Ketetapan dan Peraturan organisasi lainnya.
Pasal 4
Hilangnya Keanggotaan
Seorang anggota dapat kehilangan
1. Atas permintaan sendiri. 2. Diberhentikan atau dipecat. 3. Meninggal Dunia.
Pasal 5 Rangkap Anggota
1. Rangkap keanggotaan dengan organisasi lain dapat dibenarkan jika tujuan dan misi
perjuangannya sejalan dan tidak
bertentangan dengan misi perjuangan GPI. 2. Syarat-syarat dan prosedur rangkap anggota akan diatur lebih lanjut dalam peraturan organisasi..
Pasal 6 Rangkap Jabatan
1. Selain jabatan publik, Ketua Umum Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang dan Pimpinan Ranting tidak diperbolehkan merangkap jabatan menjadi Pengurus
Harian pada organisasi sosial kepemudaan lainnya.
2. Dalam hal telah terjadi rangkap jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas. Maka yang bersangkutan diberikan kesempatan maksimal selama 7 (tujuh) hari untuk memilih serta menyatakan sikap secara tertulis.
3. Anggota GPI tidak diperbolehkan
merangkap jabatan dalam internal
struktural kepengurusan GPI, terkecuali
bertindak sebagai pelaksana tugas
sementara yang ditetapkan berdasarkan Rapat Pleno.
BAB II
PENGHARGAAN DAN SANKSI ORGANISASI Pasal 7
Penghargaan
1. Penghargaan organisasi dapat diberikan kepada Anggota yang berjasa dan
berprestasi serta mengangkat dan mengharumkan nama baik Organisasi Gerakan Pemuda Islam.
2. Bentuk dan tata cara penganugerahan penghargaan diatur dalam ketentuan tersendiri.
Pasal 8 Sanksi Organisasi
1. Anggota GPI dapat dijatuhi sanksi apabila: a. Berbuat melanggar nilai-nilai agama
Islam.
b. Bertindak mencemarkan dan
merugikan nama baik agama Islam dan organisasi GPI.
c. Melanggar AD-ART, GBHO, Khittah Perjuangan GPI. Serta Ketetapan dan Peraturan organisasi lainnya.
2. Sanksi kepada anggota, dapat berupa peringatan, skorsing dan pemecatan.
3. Anggota yang dapat di skorsing minimal telah:
a. Mendapat teguran secara lisan.
b. Mendapat teguran secara tertulis yaitu surat peringatan satu (SP-1).
4. Anggota yang dapat dipecat minimal telah: a. Mendapat teguran secara lisan.
b. Mendapat teguran secara tertulis yaitu surat peringatan (1, 2 dan SP-3).
5. Tata cara skorsing dan pemecatan anggota dalam pemberian sanksi akan diatur lebih lanjut dalam peraturan organisasi.
BAB III
PERMUSYAWARATAN ORGANISASI Pasal 9
A. MUKTAMAR
1. Muktamar adalah merupakan
tertinggi dalam organisasi Gerakan Pemuda Islam.
2. Muktamar diselenggarakan 3 (tiga) tahun sekali.
3. Muktamar diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat.
4. Pimpinan Pusat adalah penanggung jawab
penyelenggaraan Muktamar, dengan
membentuk Panitia Pelaksana Muktamar. 5. Muktamar di anggap sah apabila di hadiri sekurang-kurangnya separuh lebih satu dari jumlah peserta yang berhak hadir. 6. Pengurus Pimpinan Wilayah dan Pimpinan
Daerah yang berhak hadir dalam
muktamar adalah yang telah
mendapatkan surat keputusan dari Pimpinan Pusat dan di lantik.
7. Apabila ayat (1) pasal ini tidak terpenuhi maka muktamar di tunda selama 1 x 24 jam dan setelah itu muktamar di nyatakan sah.
Pasal 10
Wewenang Muktamar
1. Membahas dan menetapkan AD-ART, GBHO, Khittah Perjuangan, Rekomendasi Internal dan eksternal. Serta hal-hal lainnya yang di anggap penting dan perlu.
2. Meminta dan menilai Laporan
Pertanggung Jawaban (LPJ) Pengurus Pimpinan Pusat.
3. Memilih dan menetapkan Ketua
Umum/Ketua Formatur Pimpinan Pusat dan 4 (empat) orang anggota Formatur. 4. Menetapkan dan mengesahkan Formatur
Brigade dan Formatur Muslimah masing-masing 3 orang. Untuk dipilih salah satu oleh Ketua Umum/Ketua Formatur Pimpinan Pusat menjadi Komandan Brigade dan Ketua Muslimah Badan Semi Otonom Gerakan Pemuda Islam di tingkat Pusat.
Pasal 11 Peserta Muktamar
1. Peserta Muktamar terdiri dari Peserta Penuh dan Peserta Peninjau.
2. Peserta Penuh terdiri dari: a. Pengurus Pimpinan Pusat. b. Utusan Pimpinan Wilayah. c. Utusan Pimpinan Daerah. 3. Peserta Peninjau terdiri dari:
a. Anggota Luar Biasa, Anggota
Kehormatan dan Anggota Purna.
b. Utusan Pimpinan Wilayah dan
Pimpinan Daerah persiapan.
c. Ketua Lembaga dan Badan Khusus ditingkat Wilayah dan Daerah.
4. Peserta penuh dinyatakan sah apabila membawa mandat secara tertulis untuk menjadi peserta.
5. Peserta peninjau dinyatakan sah apabila membawa mandat secara tertulis, kecuali
Anggota Luar Biasa, Anggota Kehormatan dan Anggota Purna.
6. Peserta penuh mempunyai hak suara dan bicara serta hak memilih dan di pilih. 7. Peserta peninjau hanya memiliki hak
bicara.
8. Jumlah peserta dan peninjau ditentukan oleh Pimpinan Pusat.
Pasal 12
Pimpinan Sidang Muktamar
1. Pimpinan Sidang Muktamar dipilih dari
peserta dalam bentuk Presidium,
sekurang-kurangnya 5 (lima) orang. 2. Sebelum Pimpinan Sidang Muktamar
dipilih, sidang-sidang Muktamar dipimpin oleh Pengurus Pimpinan Pusat.
Pasal 13
Pelantikan dan Serah - Terima Jabatan
1. Selambat-lambatnya 30 x 24 jam Ketua Umum/Ketua Formatur terpilih dibantu
oleh Anggota Formatur lainnya. Harus selesai menyusun struktur pengurus dan personalia Pimpinan Pusat. ditandai dengan keluarnya SK (Surat Keputusan)
yang ditandatangani oleh Ketua
Umum/Ketua Formatur Pimpinan Pusat dan Anggota Formatur lainnya.
2. Selambat-lambatnya 30 hari setelah Pengurus Pimpinan Pusat terbentuk, maka sudah harus melakukan Pelantikan dan Serah - Terima Jabatan.
3. Mekanisme penyelenggaraan acara
pelantikan dan serah - terima jabatan akan diatur lebih lanjut dalam Pedoman dan Peraturan Organisasi.
Pasal 14
Muktamar Luar Biasa
Muktamar Luar Biasa dapat dilakukan apabila :
1. Terjadi pelanggaran terhadap konstitusi organisasi oleh Pimpinan Pusat.
2. Periode kepengurusan Pimpinan Pusat telah melebihi batas waktu yang telah ditentukan.
3. Terdapat masalah yang sangat mendesak serta mengancam eksistensi organisasi dan tidak dapat ditangguhkan sampai Muktamar berikutnya.
4. Terjadi kevakuman kepengurusan,
sehingga organisasi tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.
5. Muktamar Luar Biasa dapat diadakan atas inisiatif 3 (tiga) Pimpinan Wilayah dan mendapat persetujuan secara tertulis dari : 1/3 dari jumlah Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Daerah yang sah/definitif. 6. Segala ketentuan tentang Muktamar
Pasal 15
B. MUSYAWARAH WILAYAH
1. Musyawarah Wilayah (Muswil) merupakan musyawarah dan pengambilan keputusan tertinggi di tingkat Wilayah.
2. Muswil diadakan 3 (tiga) tahun sekali. 3. Muswil diselenggarakan oleh Pimpinan
Wilayah.
4. Pimpinan Wilayah adalah penanggung jawab penyelenggaraan Muswil, dengan membentuk Panitia Pelaksana Muswil. 5. Muswil di anggap sah apabila dihadiri
sekurang kurangnya separuh lebih satu dari jumlah peserta yang berhak hadir. 6. Penggurus Pimpinan Daerah yang berhak
hadir dalam Muswil adalah yang telah mendapatkan surat keputusan dari Pimpinan Pusat dan dilantik.
7. Penggurus Pimpinan Cabang yang berhak hadir dalam Muswil adalah yang telah
mendapatkan surat keputusan dari Pimpinan Wilayah dan dilantik.
8. Apabila ayat (1) pasal ini tidak terpenuhi maka Muswil ditunda selama 1 x 24 Jam dan setelah itu Muswil dinyatakan sah.
Pasal 16
Wewenang Musyawarah Wilayah
1. Menetapkan Rekomendasi Internal dan eksternal tingkat Wilayah. Serta hal-hal lain yang di anggap penting dan perlu.
2. Meminta dan menilai Laporan
Pertanggung Jawaban (LPJ) Pengurus Pimpinan Wilayah.
3. Memilih dan menetapkan Ketua
Wilayah/Ketua Formatur Pimpinan
Wilayah dan minimal 4 (empat) orang anggota Formatur.
4. Menetapkan dan mengesahkan Formatur Brigade dan Formatur Muslimah masing-masing 3 orang. Untuk dipilih salah satu
oleh Ketua Umum Wilayah/Ketua Formatur Pimpinan Wilayah menjadi Komandan Brigade dan Ketua Muslimah Badan Semi Otonom Gerakan Pemuda Islam di tingkat Wilayah.
Pasal 17
Peserta Musyawarah Wilayah
1. Peserta Muswil terdiri dari Peserta Penuh dan Peserta Peninjau.
2. Peserta Penuh terdiri dari: a. Pengurus Pimpinan Wilayah. b. Utusan Pimpinan Daerah. c. Utusan Pimpinan Cabang. 3. Peserta Peninjau terdiri dari:
a. Utusan Pimpinan Pusat.
b. Anggota Luar Biasa, Anggota
Kehormatan dan Anggota Purna c. Utusan Pimpinan Cabang dan Ranting
d. Ketua Lembaga dan Badan Khusus ditingkat Daerah dan Cabang.
4. Peserta penuh dinyatakan sah apabila membawa mandat secara tertulis untuk menjadi peserta.
5. Peserta peninjau dinyatakan sah apabila membawa mandat secara tertulis, kecuali Anggota Luar Biasa, Anggota Kehormatan dan Anggota Purna.
6. Peserta penuh mempunyai hak suara dan bicara serta hak memilih dan dipilih. 7. Peserta peninjau hanya memiliki hak
bicara.
8. Jumlah peserta dan peninjau ditentukan oleh Pimpinan Wilayah.
Pasal 18
Pimpinan Sidang Musyawarah Wilayah
1. Pimpinan Sidang Muswil dipilih dari
peserta dalam bentuk Presidium,
2. Sebelum Pimpinan Sidang Muswil dipilih, sidang-sidang Muswil dipimpin oleh Pengurus Pimpinan Wilayah.
Pasal 19
Pelantikan dan Serah- Terima Jabatan
1. Selambat-lambatnya 30 x 24 jam Ketua Umum Wilayah/Ketua Formatur terpilih dibantu oleh Anggota Formatur lainnya.
Harus selesai menyusun struktur
pengurus dan personalia Pimpinan
Wilayah. ditandai dengan adanya Struktur Kepengurusan dalam bentuk Berita Acara yang ditandatangani oleh Ketua Umum
Wilayah/Ketua Formatur Pimpinan
Wilayah dan Anggota Formatur lainnya. 2. Ketua Umum Wilayah/Ketua Formatur
dan Anggota Formatur lainnya segera mengajukan permohonan Pengesahan dan Pelantikan kepada Pimpinan Pusat.
3. Surat Keputusan (SK) pengesahan
susunan Pengurus dan Personalia
Pimpinan Wilayah. Diserahkan langsung oleh Pimpinan Pusat pada saat Pelantikan. 4. Selambat-lambatnya 30 hari setelah
Pengurus Pimpinan Wilayah telah
terbentuk. Maka Pimpinan Wilayah sudah harus melakukan Pelantikan dan Serah - Terima Jabatan.
5. Mekanisme penyelenggaraan acara
pelantikan dan serah - terima jabatan Pimpinan Wilayah akan diatur lebih lanjut dalam Pedoman dan Peraturan Organisasi.
Pasal 20
Musyawarah Wilayah Luar Biasa
Musyawarah Wilayah Luar Biasa dapat dilakukan apabila :
1. Terjadi pelanggaran terhadap konstitusi organisasi Gerakan Pemuda Islam oleh Pimpinan Wilayah.
2. Periode kepengurusan Pimpinan Wilayah telah melebihi batas waktu yang telah ditentukan oleh Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
3. Terdapat masalah yang sangat mendesak serta mengancam eksistensi organisasi dan tidak dapat ditangguhkan sampai Musyawarah Wilayah berikutnya.
4. Terjadi kevakuman kepengurusan,
sehingga organisasi tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.
5. Musyawarah Wilayah Luar Biasa dapat diadakan atas inisiatif 3 (tiga) Pimpinan Daerah dan mendapat persetujuan secara tertulis dari : 1/3 dari jumlah Pimpinan Daerah dan Pimpinan Cabang yang sah/definitif.
6. Segala ketentuan tentang Musyawarah Wilayah berlaku juga bagi Musyawarah Wilayah Luar Biasa.
Pasal 21
C. MUSYAWARAH DAERAH
1. Musyawarah Daerah (Musda) merupakan musyawarah dan pengambilan keputusan tertinggi di tingkat Daerah.
2. Musda diadakan 2 (dua) tahun sekali. 3. Musda diselenggarakan oleh Pimpinan
Daerah.
4. Pimpinan Daerah adalah penanggung jawab penyelenggaraan Musda, dengan membentuk Panitia Pelaksana Musda. 5. Musda dianggap sah apabila dihadiri
sekurang-kurangnya separuh lebih satu dari jumlah peserta yang berhak hadir. 6. Penggurus Pimpinan Cabang yang berhak
hadir dalam Musda adalah yang telah mendapatkan surat keputusan dari Pimpinan Wilayah dan telah dilantik. 7. Penggurus Pimpinan Ranting yang berhak
mendapatkan surat keputusan dari Pimpinan Daerah dan telah dilantik. 8. Apabila ayat (1) pasal ini tidak terpenuhi
maka Musda ditunda selama 1 x 24 Jam dan setelah itu Musda dinyatakan sah.
Pasal 22
Wewenang Musyawarah Daerah
1. Menetapkan Rokomendasi Internal dan eksternal ditingkat Daerah. Serta hal-hal lain yang di anggap penting dan perlu.
2. Meminta dan menilai Laporan
Pertanggung Jawaban (LPJ) Pengurus Pimpinan Daerah.
3. Memilih dan menetapkan Ketua Umum Daerah/Ketua Formatur Pimpinan Daerah minimal 2 (dua) orang anggota Formatur. 4. Menetapkan dan mengesahkan Formatur
Brigade dan Formatur Muslimah masing-masing 3 orang. Untuk dipilih salah satu
Formatur Pimpinan Daerah menjadi Komandan Brigade dan Ketua Muslimah Badan Semi Otonom Gerakan Pemuda Islam di tingkat Daerah.
Pasal 23
Peserta Musyawarah Daerah
1. Peserta Musda terdiri dari Peserta Penuh dan Peserta Peninjau.
2. Peserta Penuh terdiri dari: a. Pengurus Pimpinan Daerah. b. Utusan Pimpinan Cabang. c. Utusan Pimpinan Ranting. 3. Peserta Peninjau terdiri dari:
a. Utusan Pimpinan Pusat. b. Utusan Pimpinan Wilayah.
c. Anggota Luar Biasa, Anggota
Kehormatan dan Anggota Purna. d. Utusan Pimpinan Cabang dan Ranting
e. Ketua Lembaga dan Badan Khusus ditingkat Cabang dan Ranting.
4. Peserta penuh dinyatakan sah apabila membawa mandat secara tertulis untuk menjadi peserta.
5. Peserta peninjau dinyatakan sah apabila membawa mandat secara tertulis, kecuali Anggota Luar Biasa, Anggota Kehormatan dan Anggota Purna.
6. Peserta penuh mempunyai hak suara dan bicara serta hak memilih dan di pilih. 7. Peserta peninjau hanya memiliki hak
bicara.
8. Jumlah peserta dan peninjau ditentukan oleh Pimpinan Daerah.
Pasal 24
Pimpinan Sidang Musyawarah Daerah
1. Pimpinan Sidang Musda dipilih dari
peserta dalam bentuk Presidium,
2. Sebelum Pimpinan Sidang Musda dipilih, sidang-sidang musda dipimpin oleh Pengurus Pimpinan Daerah.
Pasal 25
Pelantikan dan Serah- Terima Jabatan
1. Selambat-lambatnya 30 x 24 jam Ketua Umum Daerah/Ketua Formatur terpilih dibantu oleh Anggota Formatur lainnya.
Harus selesai menyusun struktur
pengurus dan personalia Pimpinan
Daerah. ditandai dengan adanya Struktur Kepengurusan dalam bentuk Berita Acara yang ditandatangani oleh Ketua Umum Daerah/Ketua Formatur dan Anggota Formatur lainnya.
2. Ketua Umum Daerah/Ketua Formatur Pimpinan Daerah dan Anggota Formatur lainnya segera mengajukan permohonan Pengesahan dan Pelantikan kepada
Pimpinan Pusat melalui Pimpinan Wilayah.
3. Surat Keputusan (SK) pengesahan
susunan Pengurus dan Personalia
Pimpinan Daerah. Diserahkan langsung oleh Pimpinan Pusat pada saat Pelantikan, dan memberikan tembusan kepada Pimpinan Wilayah.
4. Selambat-lambatnya 30 hari setelah
Pengurus Pimpinan Daerah telah
terbentuk. Maka Pimpinan Daerah sudah harus melakukan Pelantikan dan Serah - Terima Jabatan.
5. Mekanisme penyelenggaraan acara
pelantikan dan serah - terima jabatan Pimpinan Daerah akan diatur lebih lanjut dalam Pedoman dan Peraturan Organisasi.
Pasal 26
Musyawarah Daerah Luar Biasa dapat dilakukan apabila :
1. Terjadi pelanggaran terhadap konstitusi organisasi Gerakan Pemuda Islam oleh Pimpinan Daerah.
2. Periode kepengurusan Pimpinan Daerah telah melebihi batas waktu yang telah ditentukan oleh Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
3. Terdapat masalah yang sangat mendesak serta mengancam eksistensi organisasi dan tidak dapat ditangguhkan sampai Musyawarah Daerah berikutnya.
4. Terjadi kevakuman kepengurusan,
sehingga organisasi tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.
5. Musyawarah Daerah Luar Biasa dapat diadakan atas inisiatif 3 (tiga) Pimpinan Cabang dan mendapat persetujuan secara tertulis dari : 1/3 dari jumlah Pimpinan
Cabang dan Pimpinan Ranting yang sah/definitif.
6. Segala ketentuan tentang Musyawarah Daerah berlaku juga bagi Musyawarah Daerah Luar Biasa.
Pasal 27
D. MUSYAWARAH CABANG
1. Musyawarah Cabang (Muscab) merupakan musyawarah dan pengambilan keputusan tertinggi di tingkat Cabang.
2. Muscab diadakan 2 (dua) tahun sekali. 3. Muscab diselenggarakan oleh Pimpinan
Cabang.
4. Pimpinan Cabang adalah penanggung jawab penyelenggaraan Muscab, dengan membentuk Panitia Pelaksana Muscab. 5. Muscab di anggap sah apabila dihadiri
sekurang-kurangnya separuh lebih satu dari jumlah peserta yang berhak hadir.
6. Pengurus Pimpinan Ranting yang berhak hadir dalam Muscab adalah yang telah mendapatkan surat keputusan dari Pimpinan Daerah dan dilantik.
7. Apabila ayat (1) pasal ini tidak terpenuhi maka Muscab ditunda selama 1 x 24 jam dan setelah itu Muscab dinyatakan sah.
Pasal 28
Wewenang Musyawarah Cabang
1. Menetapkan Rekomendasi Internal dan eksternal tingkat Cabang. Serta hal-hal lain yang di anggap penting dan perlu.
2. Meminta dan menilai Laporan
Pertanggung Jawaban (LPJ) Pengurus Pimpinan Cabang.
3. Memilih dan menetapkan Ketua
Cabang/Ketua Formatur Pimpinan
Cabang dan 2 (dua) orang anggota Formatur.
4. Menetapkan dan mengesahkan Formatur Brigade dan Formatur Muslimah masing-masing 3 orang. Untuk dipilih salah satu
oleh Ketua Umum Daerah/Ketua
Formatur Pimpinan Cabang menjadi Komandan Brigade dan Ketua Muslimah Badan Semi Otonom Gerakan Pemuda Islam di tingkat Cabang.
Pasal 29
Peserta Musyawarah Cabang
1. Peserta Muscab terdiri dari Peserta Penuh dan Peserta Peninjau.
2. Peserta Penuh terdiri dari: a. Pengurus Pimpinan Cabang. b. Utusan Pimpinan Ranting. 3. Peserta Peninjau terdiri dari:
a. Utusan Pimpinan Pusat. b. Utusan Pimpinan Wilayah. c. Utusan Pimpinan Daerah.
d. Anggota Luar Biasa, Anggota Kehormatan dan Anggota Purna e. Utusan Pimpinan Cabang dan Ranting
persiapan.
f. Ketua Lembaga dan Badan Khusus ditingkat Ranting.
4. Peserta penuh dinyatakan sah apabila membawa mandat secara tertulis untuk menjadi peserta.
5. Peserta peninjau dinyatakan sah apabila membawa mandat secara tertulis, kecuali Anggota Luar Biasa, Anggota Kehormatan dan Anggota Purna.
6. Peserta penuh mempunyai hak suara dan bicara Serta hak memilih dan dipilih. 7. Peserta peninjau hanya memiliki hak
bicara.
8. Jumlah peserta dan peninjau ditentukan oleh Pimpinan Cabang.
Pasal 30
Pimpinan Sidang Musyawarah Cabang
1. Pimpinan Sidang Muscab dipilih dari
peserta dalam bentuk Presidium,
sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang.
2. Sebelum Pimpinan Sidang Musda dipilih, sidang-sidang musda dipimpin oleh Pengurus Pimpinan Cabang.
Pasal 31
Pelantikan dan Serah- Terima Jabatan
1. Selambat-lambatnya 30 x 24 jam Ketua Umum Cabang/Ketua Formatur terpilih dibantu oleh Anggota Formatur lainnya.
Harus selesai menyusun struktur
pengurus dan personalia Pimpinan
Cabang. ditandai dengan adanya Struktur Kepengurusan dalam bentuk Berita Acara
yang ditandatangani oleh Ketua
Cabang/Ketua Formatur dan Anggota Formatur lainnya.
2. Ketua Umum Cabang/Ketua Formatur Pimpinan Cabang dan Anggota Formatur lainnya segera mengajukan permohonan Pengesahan dan Pelantikan kepada Pimpinan Wilayah melalui Pimpinan Daerah.
3. Surat Keputusan (SK) pengesahan
susunan Pengurus dan Personalia
Pimpinan Cabang. Diserahkan langsung oleh Pimpinan Wilayah pada saat Pelantikan, dan memberikan tembusan kepada Pimpinan Daerah.
4. Selambat-lambatnya 30 hari setelah
Pengurus Pimpinan Cabang telah
terbentuk. Maka Pimpinan cabang sudah harus melakukan Pelantikan dan Serah - Terima Jabatan.
5. Mekanisme penyelenggaraan acara
pelantikan dan serah - terima jabatan Pimpinan Cabang akan diatur lebih lanjut dalam Pedoman dan Peraturan Organisasi.
Pasal 32
Musyawarah Cabang Luar Biasa
Musyawarah Cabang Luar Biasa dapat dilakukan apabila :
1. Terjadi pelanggaran terhadap konstitusi organisasi Gerakan Pemuda Islam oleh Pimpinan Cabang.
2. Periode kepengurusan Pimpinan Cabang telah melebihi batas waktu yang telah ditentukan oleh Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
3. Terdapat masalah yang sangat mendesak serta mengancam eksistensi organisasi dan tidak dapat ditangguhkan sampai Musyawarah Cabang berikutnya.
4. Terjadi kevakuman kepengurusan,
sehingga organisasi tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.
5. Musyawarah Cabang Luar Biasa dapat diadakan atas inisiatif 3 (tiga) Pimpinan Ranting dan mendapat persetujuan secara
tertulis dari : 1/3 dari jumlah Pimpinan Ranting yang sah/definitif.
6. Segala ketentuan tentang Musyawarah Cabang berlaku juga bagi Musyawarah Cabang Luar Biasa.
Pasal 33
E. MUSYAWARAH RANTING
1. Musyawarah Ranting (Musran)
merupakan musyawarah dan pengambilan keputusan tertinggi di tingkat Ranting. 2. Musran diadakan 1 (satu) tahun sekali. 3. Musran diselenggarakan oleh Pimpinan
Ranting.
4. Pimpinan Ranting adalah penanggung jawab penyelenggaraan Musran, dengan membentuk Panitia Pelaksana Musran. 5. Musran di anggap sah apabila dihadiri
sekurang-kurangnya separuh lebih satu dari jumlah peserta yang berhak hadir.
6. Kader atau Anggota yang berhak hadir dalam Musran adalah yang telah ikut kaderisasi dan memiliki sertifikat serta terdaftar di Badan Pengkaderan Nasional Gerakan Pemuda Islam.
7. Apabila ayat (1) pasal ini tidak terpenuhi maka Musran di tunda selama 1 x 24 jam dan setelah itu Musran dinyatakan sah.
Pasal 34
Wewenang Musyawarah Ranting
1. Menetapkan Rekomendasi Internal dan eksternal tingkat Ranting. Serta hal-hal lain yang di anggap penting dan perlu.
2. Meminta dan menilai Laporan
Pertanggung Jawaban (LPJ) Pengurus Pimpinan Ranting.
3. Memilih dan menetapkan Ketua Umum
Ranting/Ketua Formatur Pimpinan
Ranting dan 2 (dua) orang anggota Formatur.
4. Menetapkan dan mengesahkan Formatur Brigade dan Formatur Muslimah masing-masing 3 orang. Untuk dipilih salah satu
oleh Ketua Umum Ranting/Ketua
Formatur Pimpinan Ranting menjadi Komandan Brigade dan Ketua Muslimah Badan Semi Otonom Gerakan Pemuda Islam di tingkat Ranting.
Pasal 35
Peserta Musyawarah Ranting
1. Peserta Musran terdiri dari Peserta Penuh dan Peserta Peninjau.
2. Peserta Penuh Musyawarah Ranting adalah seluruh kader atau anggota Ranting.
3. Peserta Peninjau terdiri dari: a. Utusan Pimpinan Daerah. b. Utusan Pimpinan Cabang.
c. Anggota Luar Biasa, Anggota
4. Peserta penuh mempunyai hak suara dan bicara serta hak memilih dan dipilih. 5. Peserta peninjau hanya memiliki hak
bicara.
Pasal 36
Pimpinan Sidang Musyawarah Ranting
1. Pimpinan Sidang Musran dipilih dari
peserta dalam bentuk Presidium,
sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang.
2. Sebelum Pimpinan Sidang Musran dipilih, sidang-sidang Musran dipimpin oleh Pengurus Pimpinan Ranting.
Pasal 37
Pelantikan dan Serah- Terima Jabatan
1. Selambat-lambatnya 30 x 24 jam Ketua Umum Ranting/Ketua Formatur terpilih dibantu oleh Anggota Formatur lainnya.
Harus selesai menyusun struktur
pengurus dan personalia Pimpinan
Kepengurusan dalam bentuk Berita Acara yang ditandatangani oleh Ketua Umum Ranting/Ketua Formatur dan Anggota Formatur lainnya.
2. Ketua Umum Ranting/Ketua Formatur Pimpinan Ranting dan Anggota Formatur lainnya segera mengajukan permohonan Pengesahan dan Pelantikan kepada Pimpinan Daerah melalui Pimpinan Cabang.
3. Surat Keputusan (SK) pengesahan
susunan Pengurus dan Personalia
Pimpinan Ranting. Diserahkan langsung
oleh Pimpinan Daerah pada saat
Pelantikan, den memberikan tembusan kepada Pimpinan Cabang.
4. Selambat-lambatnya 30 hari setelah
Pengurus Pimpinan Ranting telah
terbentuk. Maka Pimpinan Ranting sudah harus melakukan Pelantikan dan Serah - Terima Jabatan.
5. Mekanisme penyelenggaraan acara pelantikan dan serah - terima jabatan Pimpinan Ranting akan diatur lebih lanjut dalam Pedoman dan Peraturan Organisasi.
Pasal 38
Musyawarah Ranting Luar Biasa
Musyawarah Ranting Luar Biasa dapat dilakukan apabila :
1. Terjadi pelanggaran terhadap konstitusi organisasi Gerakan Pemuda Islam oleh Pimpinan Ranting.
2. Periode kepengurusan Pimpinan Ranting telah melebihi batas waktu yang telah ditentukan oleh Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
3. Terdapat masalah yang sangat mendesak serta mengancam eksistensi organisasi dan tidak dapat ditangguhkan sampai Musyawarah Ranting berikutnya.
4. Terjadi kevakuman kepengurusan, sehingga organisasi tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.
5. Musyawarah Ranting Luar Biasa dapat diadakan atas inisiatif 10 (sepuluh) orang kader atau anggota dan mendapat persetujuan secara tertulis dari : 1/3 dari jumlah kader atau anggota yang sah. 6. Segala ketentuan tentang Musyawarah
Ranting berlaku juga bagi Musyawarah Ranting Luar Biasa.
BAB IV HAK SUARA
Pasal 39 Muktamar
1. Pimpinan Pusat mempunyai hak 1 (satu) suara.
2. Pimpinan Wilayah mempunyai hak 1 (satu) suara, dan tambahan 1 (satu) suara dari setiap kelipatan 3 (tiga) Pimpinan Daerah.
3. Pimpinan Daerah mempunyai hak 1 (satu) suara.
Pasal 40 Musyawarah Wilayah
1. Pimpinan Wilayah mempunyai hak 1 (satu) suara.
2. Pimpinan Daerah mempunyai hak 1 (satu) suara, dan tambahan 1 (satu) suara dari setiap kelipatan 3 (tiga) Pimpinan Cabang. 3. Pimpinan Cabang mempunyai hak 1 (satu)
suara.
4. Apabila Pimpinan Wilayah belum memiliki Pimpinan Daerah maupun Pimpinan Cabang. Maka seluruh kader atau anggota memiliki hak 1 (satu) suara.
Pasal 41 Musyawarah Daerah
1. Pimpinan Daerah mempunyai hak 1 (satu) suara.
2. Pimpinan Cabang mempunyai hak 1 (satu) suara, dan tambahan 1 (satu) suara dari setiap kelipatan 3 (tiga) Pimpinan Ranting. 3. Pimpinan Ranting mempunyai hak 1 (satu)
suara.
4. Apabila Pimpinan Daerah belum memiliki Pimpinan Cabang maupun Pimpinan Ranting. Maka seluruh kader atau anggota memiliki hak 1 (satu) suara.
Pasal 42 Musyawarah Cabang
1. Pimpinan Cabang mempunyai hak 1 (satu) suara.
2. Pimpinan Ranting memiliki 1 (satu) suara. 3. Apabila Pimpinan Cabang belum memiliki
Pimpinan Ranting. Maka seluruh kader atau anggota memiliki hak 1 (satu) suara.
Pasal 43 Musyawarah Ranting
Setiap Kader dan Anggota memiliki hak 1 (satu) suara. BAB V SUSUNAN ORGANISASI Pasal 44 Pimpinan Ranting
1. Pimpinan Ranting dapat didirikan di tingkat Kelurahan/Desa. Apabila telah memiliki Kader atau Anggota minimal 20 (dua puluh) orang.
2. Pengesahan dan pengukuhan berdirinya Pimpinan Ranting baru, dilakukan oleh
Pimpinan Daerah berdasarkan
Rekomendasi dari Pimpinan Cabang.
Pasal 45 Pimpinan Cabang
1. Pimpinan Cabang dapat didirikan di daerah tingkat kecamatan. Apabila telah berdiri minimal 2 (dua) Pimpinan Ranting
atau memiliki Kader dan Anggota minimal 50 (lima puluh) orang.
2. Pengesahan dan pengukuhan berdirinya Pimpinan Cabang baru, dilakukan oleh
Pimpinan Wilayah berdasarkan
Rekomendasi dari Pimpinan Daerah.
Pasal 46 Pimpinan Daerah
1. Pimpinan Daerah dapat didirikan di daerah tingkat Kabupaten/Kota. Apabila telah berdiri minimal 2 (dua) Pimpinan Cabang atau memiliki Kader dan Anggota minimal 75 (tujuh puluh lima) orang. 2. Pengesahan dan pengukuhan berdirinya
Pimpinan Daerah baru, dilakukan oleh
Pimpinan Pusat berdasarkan
Rekomendasi dari Pimpinan Wilayah.
Pasal 47 Pimpinan Wilayah
1. Pimpinan Wilayah dapat didirikan di daerah tingkat Provinsi. Apabila telah berdiri minimal 2 (dua) Pimpinan Daerah atau memiliki Kader dan Anggota minimal 100 (Seratus) orang.
2. Pengesahan dan pengukuhan berdirinya Pimpinan Wilayah baru, dilakukan oleh Pimpinan Pusat.
BAB VI
STRUKTUR KEPEMIMPINAN Pasal 48
Kedudukan Pimpinan
Kepemimpinan organisasi Gerakan Pemuda Islam disusun secara hirarki sebagai berikut : 1. Pimpinan Pusat berkedudukan di Ibu Kota
Republik Indonesia.
2. Pimpinan Wilayah berkedudukan di ibukota Provinsi.
3. Pimpinan Daerah berkedudukan di
4. Pimpinan Cabang berkedudukan di ibukota Kecamatan.
5. Pimpinan Ranting berkedudukan di Desa/Kelurahan.
Pasal 49 Struktur Kekuasaan
1. Struktur kekuasaan dalam kepengurusan, secara hirarki adalah sebagai berikut : a. Ketua Umum
b. Ketua I Bidang Pembinaan
Aparatur Organisasi
c. Ketua II Bidang Politik dan
Kebijakan Publik
d. Ketua III Bidang Kemaritiman
dan Agraria
e. Ketua IV Bidang Hukum dan Hak
Asasi Manusia
f. Ketua V Bidang Hubungan
g. Ketua VI Bidang Informasi dan Media
h. Ketua VII Bidang Pendidikan,
Seni dan Budaya
i. Ketua VIII Bidang Sosial dan
Pemberdayaan Masyarakat
j. Ketua IX Bidang Usaha dan
Pemberdayaan Ekonomi Ummat k. Sekretaris.
l. Wakil Sekretaris. m. Bendahara Umum. n. Wakil Bendahara.
2. Penambahan Ketua Bidang dan
Departemen serta Lembaga Khusus dapat
dilakukan oleh Pimpinan Wilayah,
Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang dan Pimpinan Ranting sesuai dengan kearifan lokal serta kebutuhan masing-masing wilayah.
3. Ketidakhadiran Ketua Umum karena berhalangan sementara dalam aktivitas
organisasi lebih dari 1 (satu) bulan, maka
secara otomatis pemegang kendali
organisasi menjadi tanggung jawab
pengurus di bawahnya.
4. Pada situasi tertentu, Ketua Umum dapat menunjuk pejabat sementara di antara Ketua-ketua Bidang untuk menggantikan posisi Ketua Umum sementara. Dan harus dilakukan melalui surat penunjukan khusus untuk itu.
5. Ketentuan mengenai struktur kekuasaan pada Pasal ini, berlaku sama terhadap Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang dan juga Pimpinan Ranting Gerakan Pemuda Islam.
Pasal 50 A. PIMPINAN PUSAT
1. Pimpinan Pusat adalah pimpinan tertinggi organisasi Gerakan Pemuda Islam.
2. Apabila dianggap perlu Pimpinan Pusat dapat membentuk Koordinator Wilayah.
3. Pimpinan Pusat dapat melakukan
tindakan administratif atau sejenisnya bila terdapat Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Daerah yang vakum atau sudah selesai masa periodesasinya.
Pasal 51
Pengurus Pimpinan Pusat
1. Pimpinan Pusat sekurang-kurangnya
terdiri dari Ketua Umum dengan beberapa orang Ketua Bidang, seorang Sekretaris
Jenderal dengan beberapa Wakil
Sekretaris Jenderal, dan seorang
Bendahara Umum dengan beberapa orang Wakil Bendahara, Ketua Badan Semi Otonom dan Lembaga Khusus.
2. Pengurus Harian terdiri dari Ketua Umum, Ketua Bidang, Sekretaris Jenderal, Wakil
Sekretaris Jenderal, Bendahara Umum dan Wakil Bendahara Umum.
3. Pengurus Lengkap terdiri dari Pengurus Harian, Departemen-Departemen, Ketua Badan Semi Otonom dan Lembaga Khusus.
4. Pimpinan Badan Semi Otonom dan Lembaga Khusus, adalah termasuk Anggota Pleno yang berhak hadir dan diundang pada Rapat Pleno Pimpinan Pusat GPI.
Pasal 52
Tugas, Kewajiban dan Wewenang Pimpinan Pusat
1. Melaksanakan hasil – hasil Ketetapan dan Keputusan Muktamar.
2. Mendorong terselenggaranya proses
kaderisasi secara simultan di tingkat Pusat dan struktur di bawahnya.
3. Menyelenggarakan Muktamar pada akhir periode.
4. Menyiapkan Draf Materi Muktamar.
5. Memberikan Laporan Pertanggung
Jawaban kepada Muktamar.
6. Menyelenggarakan SDO dan Mukernas sekurang – kurangnya sekali dalam satu periode.
7. Mengesahkan dan melantik Pimpinan Wilayah (PW).
8. Mengesahkan dan melantik Pimpinan Daerah (PD), atas rekomendasi dari Pimpinan Wilayah (PW).
9. Melakukan skorsing, pemecatan dan rehabilitasi terhadap anggota / pengurus sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 10. Setiap keputusan Ketua Umum dianggap
sah apabila didukung sekurang – kurangnya setengah dari Pengurus Harian Pimpinan Pusat dan dikeluarkan melalui
surat resmi yang ditanda tangani oleh Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal.
Pasal 53
Periode Jabatan Pengurus
1. Pimpinan Pusat memiliki masa jabatan 3 (tiga) tahun dalam satu periode.
2. Seorang Anggota dapat menjabat sebagai Ketua Umum maksimum 2 (dua) periode berturut – turut.
3. Seorang Anggota dapat menjabat sebagai pengurus Pimpinan Pusat maksimum 3 (tiga) periode berturut – turut.
Pasal 54 B. PIMPINAN WILAYAH
1. Pimpinan Wilayah adalah pimpinan tertinggi kedua di organisasi Gerakan Pemuda Islam.
2. Apabila dianggap perlu Pimpinan Wilayah dapat membentuk Koordinator Daerah.
3. Pimpinan Wilayah dapat memberikan
masukan dan rekomendasi kepada
Pimpinan Pusat untuk segera melakukan tindakan administratif atau sejenisnya bila terdapat Pimpinan Daerah yang vakum atau sudah selesai masa periodesasinya. 4. Pimpinan Wilayah dapat melakukan
tindakan administratif atau sejenisnya bila terdapat Pimpinan Cabang yang vakum atau sudah selesai masa periodesasinya.
Pasal 55
Pengurus Pimpinan Wilayah
1. Pimpinan Wilayah sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua Umum Wilayah dengan beberapa orang Ketua Bidang, seorang Sekretaris Wilayah dengan beberapa Wakil
Sekretaris Wilayah, dan seorang
Bendahara Wilayah dengan beberapa orang Wakil Bendahara, Ketua Badan Semi Otonom dan Lembaga Khusus.
2. Pengurus Harian terdiri dari Ketua Umum
Wilayah, Ketua Bidang, Sekretaris
Wilayah, Wakil Sekretaris, Bendahara Wilayah dan Wakil Bendahara.
3. Pengurus Lengkap terdiri dari Pengurus Harian, Departemen-Departemen, Ketua Badan Semi Otonom dan Lembaga Khusus.
4. Pimpinan Badan Semi Otonom dan Lembaga Khusus, adalah termasuk Anggota Pleno yang berhak hadir dan diundang pada Rapat Pleno Pimpinan Wilayah GPI.
Pasal 56
Tugas, Kewajiban dan Wewenang Pimpinan Wilayah
1. Melaksanakan hasil – hasil Ketetapan dan Keputusan Musyawarah Wilayah.
2. Mendorong terselenggaranya proses kaderisasi secara simultan di tingkat Wilayah dan struktur di bawahnya.
3. Menyelenggarakan Musyawarah Wilayah pada akhir periode.
4. Menyiapkan Draf Materi Musyawarah Wilayah.
5. Memberikan Laporan Pertanggung
Jawaban kepada Musyawarah Wilayah. 6. Menyelenggarakan Mukerwil sekurang –
kurangnya sekali dalam satu periode.
7. Memberikan Rekomendasi kepada
Pimpinan Pusat terhadap permohonan pengesahkan Pimpinan Daerah (PD). 8. Mengesahkan dan melantik Pimpinan
Cabang (PC), atas rekomendasi dari Pimpinan Daerah (PD).
9. Melakukan skorsing, pemecatan dan rehabilitasi terhadap anggota / pengurus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
10. Setiap keputusan Ketua Wilayah dianggap sah apabila didukung sekurang – kurangnya setengah dari Pengurus Harian
Pimpinan Wilayah dan dikeluarkan
melalui surat resmi yang ditanda tangani oleh Ketua Umum Wilayah dan Sekretaris Wilayah.
Pasal 57
Periode Jabatan Pengurus
1. Pimpinan Wilayah memiliki masa jabatan 3 (tiga) tahun dalam satu periode.
2. Seorang Anggota dapat menjabat sebagai Ketua Wilayah maksimum 2 (dua) periode berturut – turut.
3. Seorang Anggota dapat menjabat sebagai pengurus Pimpinan Wilayah maksimum 3 (tiga) periode berturut – turut.
Pasal 58 C. PIMPINAN DAERAH
1. Pimpinan Daerah adalah pimpinan tertinggi ketiga di organisasi Gerakan Pemuda Islam.
2. Apabila dianggap perlu Pimpinan Daerah dapat membentuk Koordinator Cabang. 3. Pimpinan Daerah dapat memberikan
masukan dan rekomendasi kepada
Pimpinan Wilayah untuk segera
melakukan tindakan administratif atau sejenisnya bila terdapat Pimpinan Cabang yang vakum atau sudah selesai masa periodesasinya.
4. Pimpinan Daerah dapat melakukan tindakan administratif atau sejenisnya bila terdapat Pimpinan Ranting yang vakum atau sudah selesai masa periodesasinya.
Pasal 59
Pengurus Pimpinan Daerah
1. Pimpinan Daerah sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua Umum Daerah dengan
beberapa orang Ketua Bidang, seorang Sekretaris Daerah dengan beberapa Wakil
Sekretaris, dan seorang Bendahara
Daerah dengan beberapa orang Wakil Bendahara, Ketua Badan Semi Otonom dan Lembaga Khusus.
2. Pengurus Harian terdiri dari Ketua Daerah, Ketua Bidang, Sekretaris Daerah, Wakil Sekretaris, Bendahara Daerah dan Wakil Bendahara.
3. Pengurus Lengkap terdiri dari Pengurus Harian, Departemen-Departemen, Ketua Badan Semi Otonom dan Lembaga Khusus.
4. Pimpinan Badan Semi Otonom dan Lembaga Khusus, adalah termasuk Anggota Pleno yang berhak hadir dan diundang pada Rapat Pleno Pimpinan Daerah GPI.
Pasal 60
Tugas, Kewajiban dan Wewenang Pimpinan Daerah
1. Melaksanakan hasil – hasil Ketetapan dan Keputusan Musyawarah Daerah.
2. Mendorong terselenggaranya proses
kaderisasi secara simultan di tingkat Daerah dan struktur di bawahnya.
3. Menyelenggarakan Musyawarah Daerah pada akhir periode.
4. Menyiapkan Draf Materi Musyawarah Daerah.
5. Memberikan Laporan Pertanggung
Jawaban kepada Musyawarah Daerah. 6. Menyelenggarakan Mukerda sekurang –
kurangnya sekali dalam satu periode.
7. Memberikan Rekomendasi kepada
Pimpinan Wilayah terhadap permohonan pengesahkan Pimpinan Cabang (PC).
8. Mengesahkan dan melantik Pimpinan Ranting (PR), atas rekomendasi dari Pimpinan Cabang (PC).
9. Memberikan Rekomendasi skorsing,
pemecatan dan rehabilitasi terhadap
anggota/pengurus kepada Pimpinan
Pusat, melalui Pimpinan Wilayah.
10. Setiap keputusan Ketua Daerah dianggap sah apabila didukung sekurang – kurangnya setengah dari Pengurus Harian Pimpinan Daerah dan dikeluarkan melalui surat resmi yang ditanda tangani oleh Ketua Umum Daerah dan Sekretaris Daerah.
Pasal 61
Periode Jabatan Pengurus
1. Pimpinan Daerah memiliki masa jabatan 2 (dua) tahun dalam satu periode.
2. Seorang Anggota dapat menjabat sebagai Ketua Daerah maksimum 2 (dua) periode berturut – turut.
3. Seorang Anggota dapat menjabat sebagai pengurus Pimpinan Daerah maksimum 3 (tiga) periode berturut – turut.
Pasal 62 D. PIMPINAN CABANG
1. Pimpinan Cabang adalah pimpinan tertinggi keempat di organisasi Gerakan Pemuda Islam.
2. Apabila dianggap perlu Pimpinan Cabang dapat membentuk Koordinator Ranting. 3. Pimpinan Cabang dapat memberikan
masukan dan rekomendasi kepada
Pimpinan Daerah untuk segera melakukan tindakan administratif atau sejenisnya bila terdapat Pimpinan Ranting yang vakum atau sudah selesai masa periodesasinya.
Pasal 63
Pengurus Pimpinan Cabang
1. Pimpinan Cabang sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua Umum Cabang dengan beberapa orang Ketua Bidang, seorang Sekretaris Cabang dengan beberapa Wakil
Sekretaris, dan seorang Bendahara
Cabang dengan beberapa orang Wakil Bendahara.
2. Pengurus Harian terdiri dari Ketua Umum Cabang, Ketua Bidang, Sekretaris Cabang, Wakil Sekretaris Cabang, Bendahara Cabang dan Wakil Bendahara Cabang.
Pasal 64
Tugas, Kewajiban dan Wewenang Pimpinan Cabang
1. Melaksanakan hasil – hasil Ketetapan dan Keputusan Musyawarah Cabang.
2. Mendorong terselenggaranya proses kaderisasi secara simultan di tingkat Cabang dan struktur di bawahnya.
3. Menyelenggarakan Musyawarah Cabang pada akhir periode.
4. Menyiapkan Draf Materi Musyawarah Cabang.
5. Memberikan Laporan Pertanggung
Jawaban kepada Musyawarah Cabang. 6. Menyelenggarakan Mukercab sekurang –
kurangnya sekali dalam satu periode.
7. Memberikan Rekomendasi kepada
Pimpinan Daerah terhadap permohonan pengesahkan Pimpinan Ranting (PR).
8. Memberikan Rekomendasi skorsing,
pemecatan dan rehabilitasi terhadap
anggota/pengurus kepada Pimpinan
Pusat, melalui Pimpinan Daerah dan Pimpinan Wilayah.
9. Setiap keputusan Ketua Cabang dianggap sah apabila didukung sekurang –
kurangnya setengah dari Pengurus Harian Pimpinan Cabang dan dikeluarkan melalui surat resmi yang ditanda tangani oleh Ketua Umum Cabang dan Sekretaris Cabang.
Pasal 65
Periode Jabatan Pengurus
1. Pimpinan Cabang memiliki masa jabatan 2 (dua) tahun dalam satu periode.
2. Seorang Anggota dapat menjabat sebagai Ketua Umum Cabang maksimum 2 (dua) periode berturut – turut.
3. Seorang Anggota dapat menjabat sebagai pengurus Pimpinan Cabang maksimum 3 (tiga) periode berturut – turut.
Pasal 66 E. PIMPINAN RANTING
1. Pimpinan Ranting adalah pimpinan tertinggi kelima di organisasi Gerakan Pemuda Islam.
2. Apabila dianggap perlu Pimpinan Ranting
dapat membentuk Satuan-satuan
Kegiatan (SAGIAT). Sebagai sarana
pembinaan dan rekrutmen kader dan penjaringan anggota.
Pasal 67
Pengurus Pimpinan Ranting
1. Pimpinan Ranting sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua Umum Ranting dengan beberapa orang Ketua Bidang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan, Sekretaris Ranting dan Wakil Sekretaris, Bendahara Ranting dan Wakil Bendahara.
2. Pengurus Harian terdiri dari Ketua Ranting, Ketua Bidang, Sekretaris dan Wakil Sekretaris Ranting, Bendahara dan Wakil Bendahara Ranting.
Pasal 68
Tugas, Kewajiban dan Wewenang Pimpinan Ranting
1. Melaksanakan hasil – hasil Ketetapan dan Keputusan Musyawarah Ranting.
2. Mendorong terselenggaranya proses
kaderisasi secara simultan di tingkat Ranting.
3. Menyelenggarakan Musyawarah Ranting pada akhir periode.
4. Menyiapkan Draf Materi Musyawarah Ranting.
5. Memberikan Laporan Pertanggung
Jawaban kepada Musyawarah Ranting. 6. Menyelenggarakan Mukeran sekurang –
kurangnya sekali dalam satu periode.
7. Memberikan Rekomendasi Skorsing,
pemecatan dan rehabilitasi terhadap
anggota/pengurus kepada Pimpinan
Pusat, melalui Pimpinan Cabang,
Pimpinan Daerah dan Pimpinan Wilayah. 8. Setiap keputusan Ketua Ranting dianggap
sah apabila didukung sekurang – kurangnya setengah dari Pengurus Harian
Pimpinan Ranting dan dikeluarkan melalui surat resmi yang ditanda tangani oleh Ketua Umum Ranting dan Sekretaris Ranting.
Pasal 69
Periode Jabatan Pengurus
1. Pimpinan Ranting memiliki masa jabatan 1 (satu) tahun dalam satu periode.
2. Seorang Anggota dapat menjabat sebagai Ketua Umum Ranting maksimum 2 (dua) periode berturut – turut.
3. Seorang Anggota dapat menjabat sebagai pengurus Pimpinan Ranting maksimum 3 (tiga) periode berturut – turut.
Pasal 70
Perwakilan GPI di Luar Negeri
1. Untuk membantu pelaksanaan program kerja GPI di dunia internasional dapat dibentuk perwakilan GPI di luar negeri.
2. Perwakilan Luar Negeri adalah Badan yang dibentuk oleh Pimpinan Pusat untuk membantu pelaksanaan program kerja dan eksistensi GPI dalam komunikasi dengan dunia Internasional.
3. Syarat pembentukan perwakilan luar negeri sama dengan pembentukan yang ada di dalam negeri.
BAB VII
BADAN SEMI OTONOM Pasal 71
Pengertian, Macam, Kewenangan dan Status
1. Badan Semi Otonom adalah badan pembantu Pimpinan Gerakan Pemuda Islam di semua tingkatan yang dibentuk oleh Pimpinan untuk mengurusi usaha-usaha tertentu yang bersifat khusus. 2. Badan Semi Otonom GPI terdiri dari :
b. Muslimah Gerakan Pemuda Islam. 3. Badan Semi Otonom GPI memiliki
kewenangan khusus atau semi otonom untuk mengelola dan mengatur serta melaksanakan program kerja secara intern dan mandiri.
4. Badan Semi Otonom dapat meningkatkan keahlian anggotanya melalaui kegiatan pengkaderan dan latihan praktis lainnya untuk mendorong profesionalitas anggota
dalam bidang–bidang terkait serta
kegiatan sosial kemasyarakatan.
5. Badan Semi Otonom dapat melaksanakan kegiatan non-struktural dalam rangka proses rekrutmen kader.
6. Kebijakan strategis dalam Badan Semi Otonom harus sesuai dengan kebijakan Pimpinan di setiap tingkatan.
7. Status keanggotaan di Badan Semi Otonom menginduk pada ketentuan keanggotaan organisasi GPI.
8. Badan Semi Otonom bertanggung jawab langsung kepada Ketua di tingkat kepengurusan masing – masing.
9. Struktur Badan Semi Otonom dibentuk sampai tingkat Pimpinan Daerah.
Pasal 77 Tugas dan Kewajiban
1. Badan Semi Otonom memiliki tugas dan kewajiban yang sama dengan tugas dan kewajiban anggota GPI secara umum. 2. Secara khusus Badan Semi Otonom
memiliki tugas dan kewajiban
memumpuk, memelihara, menjaga dan mengamankan organisasi, kebijakan serta aparat organisasi di masing-masing tingkatan, Agama Islam dan ummat Islam secara keseluruhan.
BAB VIII
BADAN DAN LEMBAGA KHUSUS Pasal 73
A. BADAN KHUSUS
1. Badan Khusus adalah badan pembantu Pimpinan yang dibentuk oleh Pimpinan GPI dengan tugas – tugas khusus yang tidak berhubungan langsung dengan masyarakat.
2. Badan Khusus dapat dibentuk di tingkat Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Daerah.
3. Periodisasi Kepengurusan Badan Khusus sama dengan struktur Pimpinan GPI setingkat.
Pasal 74
Tugas dan Kewajiban Badan Khusus
1. Melaksanakan tugas dan kewajiban sesuai dengan fungsi dan bidang kerja yang ditugaskan.
2. Meningkatkan keahlian anggota melalui pendidikan, penelitian dan latihan kerja
praktis untuk mendorong profesionalitas anggota sesuai dengan bidang kerjanya.
Pasal 75
Personalia Badan Khusus
1. Formasi Badan Khusus
sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Bendahara.
2. Badan Khusus ditetapkan dan disahkan oleh masing-masing Pimpinan sesuai dengan tingkatannya masing-masing. 3. Masa jabatan Badan Khusus disesuaikan
dengan masa jabatan Pimpinan setingkat yang telah mengangkatnya.
4. Yang dapat menjadi pengurus Badan Khusus adalah Anggota Biasa dan Anggota Kehormatan, dan Anggota Purna serta tidak boleh merangkap dengan lembaga induknya.
5. Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan Badan Khusus diatur dalam ketentuan tersendiri.
Pasal 76
B. LEMBAGA KHUSUS
1. Badan Khusus adalah badan pembantu Pimpinan yang dibentuk oleh Pimpinan GPI dengan tugas – tugas khusus yang tidak berhubungan langsung dengan masyarakat. Baik dalam bentuk permanen atau semi permanen sesuai dengan kebutuhan.
2. Lembaga khusus hanya dapat dibentuk di tingkat Pimpinan Pusat.
3. Periodisasi kepengurusan Lembaga
Khusus tidak terikat dengan periodisasi Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Islam.
Pasal 77
1. Mengembangkan dan meningkatkan kecakapan para pemuda Islam dalam bidang tulis-menulis, pers dan jurnalistik untuk membangun citra pemuda Islam sebagai intelektual Muda Islam sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Mengelola, mengembangkan dan
mendayagunakan sumber-sumber dana organisasi.
3. Membina, mengembangkan dan
meningkatkan peranan GPI dalam
mengembangkan kualitas sumberdaya masyarakat dalam mengapresiasi dan
mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
4. Membina dan mengembangkan peranan
GPI dalam melakukan penegakan
Pasal 78
Hal-Hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini mengenai Badan Semi Otonom, Badan Khusus dan Lembaga khusus, akan diatur dalam aturan-aturan khusus.
BAB IX
KELUARGA BESAR GPI Pasal 79
Pengertian dan Status
1. Keluarga Besar GPI adalah Anggota Purna
GPI yang telah habis masa
keanggotaannya dan pernah aktif baik sebagai Anggota Biasa maupun Pengurus GPI.
2. GPI dan Keluarga Besar GPI memiliki hubungan historis, ideologis, dialogis dan
kekeluargaan dengan tetap
memperhatikan ketentuan-ketentuan