• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. kemampuan anak untuk dapat mengembangkan dirinya terhadap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. kemampuan anak untuk dapat mengembangkan dirinya terhadap"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Interaksi Sosial

a. Pengertian Interaksi Sosial

Ariyanti, (2012) menyatakan kemampuan sosial merupakan kemampuan anak untuk dapat mengembangkan dirinya terhadap lingkungan serta memberi repons pada orang lain. Pengalaman sosialisasi pada anak awalnya sangat terbatas. Kemudian anak belajar untuk mengembangkan diri dalam suatu kelompok sosial dimulai dari orang-orang terdekat. Hal ini juga disampaikan (Ariyanti, 2014) mengatakan kemampuan sosialisasi anak dimulai dari berbagai kesempatan, pengalaman dengan orang dilingkungan sekitar, baik orang tua, saudara, teman sebaya atau teman sepermainan anak.

Menurut pendapat (Syaodih, 2005) Pengertian interaksi sosial merupakan suatu hubungan individu atau lebih dimana perilaku individu dapat mempengaruhi, mengubah, dan memperbaiki kelakuan individu lain disekitar atau sebaliknya. (Syaodih, 2005) hubungan antara anak yang satu dengan anak yang lain dengan usia yang sama merupakan bagian dari interaksi sosial yang dapat dilakukan ketika bermain dilingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat. Dalam berinteraksi dengan teman sebaya,

(2)

9

maka anak akan memilih teman bermain dengan usia yang sama untuk dapat berinteraksi agar anak dapat merasakan sendiri kedekatan ketika berinteraksi dalam kelompok. Hal tersebut dikarena anak harus memilih teman yang dirasakan nyaman terlebih dahulu sebelum menerima hubungan baik saat berinteraksi. Dalam penerimaan teman sebayanya anak harus mampu menerima persamaan usia, menunjukkan minat terhadap permainan, dapat menerima teman lain dari kelompok, atau dapat lepas dari orang tua dan terlebihnya dapat menerima teman dari kelas sosial yang berbeda.

Pendapat (Abdulsyani, 2007) Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dilakukan antara individu, kelompok satu maupun kelompok lain dengan kelas sosial. Pendapat lain menurut (Bonner dalam Ahmadi, 2007) bahwa interaksi sosial bersifat mengubah kelakuan individu ketika berhubungan dengan orang lain lain. Dimana kelakuan individu tersebut dapat mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebalikknya. Interaksi dapat terjadi ketika individu masuk dalam kelompk.

Menurut Thibaut dkk (dalam Asrori, 2006) memperjelaskan, interaksi adalah peristiwa saling berhubungan satu dengan yang lainnya ketika lebih dari dua orang hadir bersama untuk menciptakan hubungan melalui komunikasi antara satu dengan lain dalam kelompok.

Menurut (Basrowi, 2005) Interaksi sosial merupakan hubungan yang mempertemukan individu dengan orang. Bentuk interaksi yang

(3)

10

dilakukan dalam kelompok hanya bersifat kerjasama, tetapi hal ini dapat memunculkan rasa persaingan antar individu dan bahkan memuculkan masalah lain.

Pendapat Catron dkk, dalam ( Mutiah, 2010) interaksi yang dilakukan oleh teman sebaya, orang dewasa ketika berhubungan bertujuan untuk memecahkan masalah. Makna lain interaksi sosial disebutkan (Susanto, 2011) merupakan kegiatan yang saling berkaitan dengan orang lain sehingga terjalin sebuah hubungan. Kegiatan tersebut dapat berkaitan dengan kelompok lain yang saling memerlukan sosialisasi dalam hal bertingakah laku yang dapat diterima oleh orang lain. Perilaku yang diharapkan ketika seseorang ingin berhubungan dengan orang lain agar perannya dapat diterima oleh orang lain disekitarnya.

Proses sosial yang dimaksudkan adalah hubungan sosial anak dengan sesamanya atau orang-orang yang ada di dalam lingkungan anak itu sendiri. Bagaimana anak bersosialisasi dengan yang lain, seperti dengan orang tua, anggota keluarga, guru, dan orang lain yang ada disekitar lingkungan dimana anak berada, baik di rumah, di sekolah, maupun di lingkungan masyarakat.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Kemampuan Interaksi sosial adalah adanya hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara individu, kelompok satu dengan kelompok lain untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat mewujudkan komunikasi dalam suatu kelompok.

(4)

11

Aspek penting yang terkandung dalam pembelajaran sosialisasi anak perasekolah disebutkan (Beaty, 2013) seperti berikut ini:

1. Malakukan kontak dan bermain dengan anak-anak lain. 2. Berinteraksi dengan teman sebaya, untuk memberi dan

menerima.

3. Bergaul dengan teman sebaya, untuk berinteraksi dengan harmonis.

4. Memandang hal-hal dari sudut pandang anak lain. 5. Mengambil giliran, menunggu giliran.

6. Berbagi dengan anak-anak lain.

7. Menunjukkan penghargaan pada hak anak-anak lain. 8. Menyelesaikan konflik antarpersonal.

Interaksi sosial dapat dibedakan menjadi beberapa macam sesuai dengan pendapat (Asrori 2008),bahwa dalam setiap interaksi akan terjadi hubungan antar individu dengan kelomok yang menimpulkan adanya komunikasi antar pribadi. Demikian pula sebaliknya, setiap komunikasi antar pribadi senantiasa mengandung interaksi. Interaksi di bagi menjadi tiga hal, yaitu:

1. Interaksi verbal

Interaksi verbal merupakan interaksi yang terjadi jika dua orang atau lebih melakukan kontak terhadap yang lain dengan menggunakan alat-alat artikulasi atau pembicaraan. Prosesnya terjadi dalam bentuk saling bertukar percakapan satu sama lain.

(5)

12 2. Interaksi fisik

Interaksi fisik adalah interaksi yang terjadi manakala dua orang atau lebih melakukan kontak dengan menggunakan bahasa-bahasa tubuh. Misalnya ketika berbicara maka akan terlihat dari ekspresi wajah, kontak mata, gerak-gerik tubuh dan posisi tubuh saat berbicara.

3. Interaksi emosional

Interaksi emosional merupakan interaksi yang terjadi antara individu melakukan hubungan kontak satu sam lain dengan mencurahkan perasaannya dalam suatu percakapan. Contoh emosi tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk mengeluarkan air mata sebagai tanda sedih, haru terhadap hal yang dirasakan, atau bahkan mengeluarkan air mata sebagai tanda sedih, tertawa saat bahagia.

a. Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Interaksi Sosial

Seseorang dalam interaksi sosial, dapat menyesuaikan dirinya secara pasif bahkan ketika dirinya sedang dipengaruhi oleh orang lain.

Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial adalah sebagai berikut:

1. Faktor Imitasi

Merupakan dorongan untuk menirukan orang lain. Misalnya, cara bicara, tingkah laku, berpakaian dan lain-lain.

(6)

13

Pengaruh psikis yang datang dari dirinya sendiri maupun orang lain, yang umumnya diterima tanpa adanya kritik.

3. Faktor identifikasi

Merupakan dorongan untuk menjadi sama (identik) dengan orang lain.

4. Faktor simpati

Merupakan rasa ketertarikan kepada orang lain. Interaksi sosial yang terjadi atas dasar simpati, biasanya jauh lebih mendalam dibandingkan dengan interaksi sosial atas dasar sugesti atau imitasi saja

5. Faktor introyeksi.

Introyeksi merupakan gejala yang sangat mirip dengan simpati. Introyeksi terjadi sesudah terjadinya interaksi berdasarkan antara dua orang atau lebih. Introyeksi dapat diartikan sebagai kondisi di mana kegiatan, tingkah laku, jiwa khas seseorang seolah-olah telah mendarah daging pada diri pribadi lain, meskipun tidak ada lagi interaksi di antara pribadi-pribadi tersebut.

b. Bagian-bagian Interaksi Sosial

Komunikasi merupakan bagian yang terjadinya pada interaksi sosial. Hal terutama ketika seseorang memulai komunikasi untuk dapat saling memahami satu dengan yang lain dalam kegiatan saling menafsirkan perilaku tersebut diwujudkan dalam pembicaraan,

(7)

gerakan-14

gerakan fisik, maupun sikap dan perasaan-perasaan yang disampaikan. Kemampuan berkomunikasi merupakan modal penting yang harus dimiliki anak utama anak yang sulit mengembangkan interaksi sosialnya. Dalam berhubungan ketika seseorang berkomunikasi dengan orang lain, tidak hanya berkomunikasi yang baik dengan kata-kata yang dapat dipahami, tetapi komunikasi penting menarik lawan bicaranya sehingga lawan bicara dapat tertarik dan mengerti (Susanto, 2011).

c. Pengukuran Kemampuan Interaksi Sosial

Pengukuran kemampuan Interaksi sosial dapat dikaji dari tingkat pencapaian perkembangan interksi sosial berdasarkan Indikator Kurikulum PAUD 2013.

Tabel 2.1

Tingkat Pencapaian Perkembangan Interaksi Sosial Lingkup

Perkembangan

Usia 4-<5 tahun

Interaksi Sosial

1. Mulai mengajak teman bermain

2. Berbicara dengan teman sebaya tentang rencana bermain (Misal:memutuskan siapa yang memulai bermain.

(8)

15 Lingkup

Perkembangan

Usia 4-<5 tahun

bermain dengan sebaya (Misal:memutuskan siapa yang memulai bermain). 4. Mau bekerjasama dengan

teman dalam kelompok ketika melakukan kegiatan.

2.1.2. Bermain Lompat Tali Karet Gelang a. Pengertian Bermain

Menurut (Suyono dkk, 2011) mengatakan bermain dinyatakan sebagai bentuk perilaku yang tidak memiliki tujuan khusus, tetapi bermain dapat memperbaiki antara manusia dengan manusia lainnya dalam kondisi yang sama untuk mendatangkan tujuan yang sama dimasa yang akan datang. Misalnya, saat seekor hewan seperti anak kucing bermain-main dengan segulung benang maka dapat memberinya sebuah pengalaman bagaimana kucing tersebut dapat menghadapi mangsanya ketika menjumpai mangsanya dikemudian hari. Bermain pada dasarnya adalah hal memboroskan tenaga untuk memperoleh suatu kesenangan saja tanpa memunculkan manfaat. Bermain juga dapat memiliki tujuan untuk kesegaran jasmani, ketenangan pada jiwa dan sekaligus memberi manfaat bagi pembelajaran.

(9)

16

Menurut pendapat (Sodono, 2012) bermain merupakan rangkaian kegiatan yang dimainkan atau tanpa mempergunakan alat-alat khusus yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, hanya saja bermain dapat memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak. Hal yang disampaikan (Suherman, 2010) bermain suatu tindakan atau kesibukan yang dilakukan tanpa paksaan hanya saja dilakukan secara suka rela pada batas-batas tempat dan waktu, berdasarkan aturan-aturan yang diciptakan akan tetapi diakui secara suka rela dengan tujuan yang ada dalam diri sendiri, dan disertai dengan perasaan senang dan tegang serta bermain merupakan suatu hal diperlukan oleh kehidupan.

Menurut Montessori (dalam Sudono, 2012), Seorang tokoh pendidikan memperjelaskan bahwa ketika anak bermain, anak akan mempelajari banyak hal dari lingkungan sekitarnya. Terutama menyerapkan segala sesuatu yang dialami anak. Untuk itu, perunya perencanaan, persiapan lingkungan belajar anak yang baik harus dirancang dengan sebaik mungkin sehingga anak dapat memperoleh sesuatu yang dapat berguna untuk kesempatan belajar yang sangat menyenangkan bagi anak itu sendiri.

Fungsi bermain bagi anak dapat dibagi beberapa macam (Suherman, 2010).

a. Mengembangkan fungsi sensoris-motoris b. Mengembangkan fungsi kognitif

(10)

17 d. Mengembangkan kesadaran diri e. Mengembangkan kreativitas

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan kegiatan yang dilakukan dengan dengan suka rela tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian namun mengikat dengan aturan tertentu sehingga memberikan kesenangan, mengembangkan imajinasi pada anak sehingga anak dapat mengembangkan fungsi sensoris-motoris, fungsi kognitif, fungsi sosial, kesadaran diri, dan kreativitas.

b. Pengertian Lompat Tali Karet Gelang

Hasil pendapat disampaikan (Doeloe, 2011) permainan lompat tali adalah permainan yang disusun dari karet gelang yang dirangkai satu persatu dalam bentuk yang panjang sehingga menyerupai tali yang dapat diperggunakan. Permainan ini adalah permainan sangat populer di sekitar tahun 70-an sampai 80-an, menjadi permainan favorit saat keluar main setiap orang yang memainkannya di rumah, di sekolah dan dalam keadaan apapun akan merasakan kesengan. Permainan ini sangat sederhana namun dapat bermanfaat dijadikan sebagai sarana olahraga. Permainan tali tersebut terbuat dari jalinan karet gelang terdiri dari berbagai macam warna yang dapat dijangkau sekitar kita. Cara bermain lompat tali dapat dilakukan individu maupun dalam kelompok, jika anak hanya bermain sendiri maka anak akan mengikatkan tali pada tiang atau benda apapun yang memungkinkan kemudian anak akan melompatinya. Jika bermain

(11)

18

secara berkelompok biasanya melibatkan tiga atau lebih anak, dua anak akan memegang ujung tali; satu dibagian kiri, satu lagi dibagian kanan, sementara anak yang lainnya mendapat giliran untuk melompati tali. Tali direntangkan dengan ketinggian tertentu, mulai dari ketinggian paling rendah hingga paling tinggi. Anak yang dapat melompat tinggi, maka anak tersebut keluar sebagai pemenang. Sementara anak yang kalah akan bergantian menjadi pemegang tali disampaikan (Kristianto, 2014).

Pendapat (Nggonbocah, 2015) permainan lompat tali dapat dilakukan sebagai sarana olah raga anak karena anak belajar bagaimana melompat yang benar sehingga secara tidak disadar oleh anak, anak sudah menggerakkan tubuhnya secara terus menerus sehingga anak mengeluarkan keringat dan menjadikan anak sehat. Hal ini juga dapat mengajarkan anak lebih kreatif dalam merangkai karet. Disamping itu sosialisasi anak juga terlatih karena berkumpul dengan teman bermain sehingga anak saling berbicara antara satu sama lain, bercanda, tertawa dan lain-lain sebagainya. Hal ini dimulai dari teman sebaya terdekat anak. c. Manfaat Bermain Lompat Tali Karet Gelang

Manfaat bermain lompat tali karet gelang disampaikan (Niu, 2013) adalah sebagai berikut;

1) Motorik Kasar

Bermain lompat tali merupakan suatu kegiatan yang baik bagi tubuh. Secara fisik anak jadi lebih terampil, berani, dan memiliki teknik melompat melompat. Permainan lompat tali memerlukan keterampilan

(12)

19

merangsang rasa keingin tahuan anak cara melompat yang benar. Permainan lompat tali tidak hanya diperlukan anak lebih terampil namun anak juga dapat tumbuh menjadi cekatan, tangkas dan dinamis. Otot-otot anak pun dapat kuat, berisi, padat serta terlatih. Selain melatih fisik, permainan lompat tali juga bisa membuat anak-anak mahir melompat tinggi dan mengembangkan kecerdasan kinestetik anak. Lompat tali juga dapat membantu mengurangi obesitas pada anak.

2) Emosi

Untuk melakukan suatu lompatan dengan ketinggian anak membutuhkan keberanian dari diri anak sendiri. Berarti, secara emosi anak dituntut untuk membuat suatu keputusan apakah anak akan melakukan lompatan atau tidak dan saat bermain anak-anak akan melepaskan emosinya, mereka akan bergerak, tertawa dan berteriak.

3) Sosialisasi

Untuk bermain tali dalam berkelompok,bearti anak membutuhkan teman yang memberi kesempatannya bagnya untuk bersosialisasi sehingga anak terbiasa dan nyaman dalam kelompok. Dalam bermain anak dapat belajar berempati, bergiliran, dan menaati aturan bermain.

4) Intelektual

Melakukan suatu lompatan, terkadang anak juga belajar berhitung, maka secara matematis anak belajar berhitung dalam lompatannya sesuai jumlah yang telah ditentukan dalam aturan permainan. Contohnya anak

(13)

20

harus mengulang sampai 3 kali perhitungan, apabila anak gagal dalam melompat maka anak harus bergantian menjadi pemegang tali.

5) Moral

Dalam permainan tradisional anak mengenal konsep menang atau kalah. Namun, menang atau kalah tidak menjadikan anak sebagai pemain bertengkar, anak dapat belajar untuk bersikap menerima kekalahan maupun kemenangan dalam setiap permainan. Permainan tidak dituntut anak yang unggul dalam bermain, karena setiap anak memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dalam permainan. Dengan demikian permainan tersebut mengurangi ego anak-anak.

d. Langkah-Langkah Bermain Lompat Tali Karet Gelang

Langkah-langkah bermain lompat tali karet gelang disampaikan (Niu, 2013) berikut ini.

1). Pemain

Pemain tali merdeka ini berjumlah 3-10 orang. Pemain dibagi dalam dua kelompok, yaitu pemegang karet dan pelompat karet.

2). Tempat permainan

Permainan ini tidak membutuhkan tempat yang luas. Oleh karena itu, dapat dimainkan di mana saja dan kapan saja, seperti: di halaman sekolah (pada waktu istirahat) dan di halaman rumah.

3). Peralatan yang dibutuhkan

Peralatan yang digunakan dalam permainan ini adalah karet-karet gelang yang dianyam memanjang. Berikut cara merangkainya:

(14)

21

a. Siapkan dua buah karet. Masukkan karet yang satu ke karet yang lain. b. Lalu, tarik kedua ujung karet

c. Lakukan hal yang sama hingga menjadi tali karet yang panjang (Lerin, 2009).

4). Aturan permainan

Permainan tali karet gelang tergolong permainan sederhana karena hanya melompati anyaman karet dengan ketinggian tertentu. Jika pemain dapat melompati tali-karet, maka anak akan tetap menjadi pelompat hingga merasa lelah dan berhenti bermain. Namun, apabila gagal dalam sewaktu melompat, pemain tersebut akan menggantikan posisi pemegang tali hingga ada pemain lain yang juga gagal dan menggantikan posisinya.

Ada beberapa ukuran ketinggian tali karet yang harus dilompati, yaitu:

a) Tali berada pada batas lutut pemegang tali.

b) Tali berada sebatas di pinggang. Sewaktu melompat pemain tidak boleh mengenai tali karet.

c) Posisi tali berada di ketiak. Pemain boleh mengenai tali asal tidak terjerat. d) Posisi tali sebatas telinga.

e) Posisi tali sebatas kepala.

f) Posisi tali satu jengkal dari kepala.

g) Posisi tali seacungan atau hasta. Pemegang tali, posisi ini adalah posisi tertinggi dan disebut posisi merdeka.

(15)

22

a) Untuk pemain yang akan menjadi pemegang tali adalah 2 anak yaitu melakukan dengan cara, tangan diluruskan dan ditekuk. Kemudian mengambil keputusan bersama panjang atau pendek yang jadi. Sambil bernyanyi,

Panjang pendek 2x Yang pendek jadi

b) Apabila nyanyian yang pendek jadi, maka anak yang posisi tangannya ditekuk dinyatakan kalah, dan yang tangannya lurus dinyatakan menang. Dan ini dilakukan berulang-ulang hingga tersisa 2 anak yang akan menjadi pemenang tali.

c) Kedua anak tersebut nantinya akan melakukan suit, untuk menentukan siapa yang terlebih dahulu akan menggantikan pemain yang gagal ketika melompat. Suit adalah adu ketangkasan menggunakan jari-jemari tangan, khususnya ibu jari, jari telunjuk dan jari kelingking. Ibu jari dilambangkan sebagai gajah, jari telunjuk sebagai manusia dan jari kelingking sebagai semut. Apabila ibu jari beradu dengan jari telunjuk, maka ibu jari akan menang, karena gajah akan menang jika bertarung dengan seorang manusia. Namun apabila ibu jari beradu dengan jari kelingking, maka ibu jari akan kalah, sebab semut dapat dengan mudah memasuki telinga gajah, sehingga gajah akan kalah. Sedangkan apabila jari kelingking beradu dengan jari telunjuk, maka jari kelingking akan kalah, sebab semut akan kalah dengan manusia yang mempunyai banyak akal.

(16)

23

d) Setelah semuanya siap, maka satu-persatu pemain akan melompati tali dengan berbagai macam tahap ketinggian yang telah disebutkan di atas. Pada ketinggian-ketinggian yang sebatas lutut dan pinggang, umumnya para pemain dapat melompatinya, walaupun pada ketinggian tersebut tali tidak boleh tersentuh tubuh pemain. Pada tahap ketinggian yang sebatas dada hingga satu jengkal di atas kepala, mulai ada pemain yang merasa kesulitan untuk melompatinya. Tahap yang paling sulit adalah ketika tali berada seacungan hasta pemegangnya. Pada tahap ketinggian seperti ini, pada umumnya hanya pemain-pemain yang memiliki postur tubuh yang tinggi dan atau sering bermain tali merdeka saja yang dapat melompatinya. Agar mempermudah lompatan, pemain juga boleh melakukan gerakan berputar menyamping, yang jika diamati akan nampak seperti perputaran baling-baling.

e) Gerakan berputar pada umumnya dilakukan oleh anak laki-laki. Selain berputar, pemain juga boleh memegang dan menurunkan tali terlebih dahulu sebelum melompat. Cara ini biasanya dilakukan oleh anak-anak perempuan. Pemain yang telah berhasil melompati tali yang setinggi acungan tangan, akan menunggu pemain lain selesai melompat. Dan, setelah seluruh pemain berhasil melompat, maka tali akan diturunkan kembali sebatas lutut. Begitu seterusnya, hingga pemain merasa lelah dan berhenti bermain.

(17)

24 2.2. Penelitian yang Relevan

Penelitian oleh Nopi Apriyani (2014) berjudul “Meningkatkan Keterampilan Kinestetik Anak Melalui Permainan Tali Pada Kelompok B Paud Tunas Bangsa Kecamatan Ulu Manna Kabupaten Bengkulu Selatan”,menemukan bahwa siklus kedua terjadi peningkatan pembelajaran. Siklus 1 keterampilan anak dalam bermain 50%, kelenturan anak dalam bermain 37, 5%, kecepatan anak dalam bermain 56 ,25%, sedangkan siklus 2 keterampilan anak dalam bermain 87, 5%, kelenturan dalam bermain 73,75%, kecepatan dalam bermain 81, 25%. Berdasarkan hasil penelitihan dapat disimpulkan bahwa melalui bermain lompat tali dapat meningkatkan keterampilan anak .

Penelitian Oleh Sri Prihatini Puspitowati (2013 )Yang berjudul “Upaya Meningkatkan Motorik Kasar Anak Melalui Permainan Tradisional Lompat Tali Pada Kelompok B Di Tk Pertiwi Sribit Delanggu Kabupaten Klaten Tahun Ajaran 2012/2013”, menunjukkan bahwa motorik kasar dengan menggunakan permainan tradisional lompat tali pada anak kelompok B TK Pertiwi Sribit Delanggu Klaten mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Motorik kasar anak meningkat dari prasiklus 57,6% menjadi 63,3% pada siklus I. Pada siklus II kemampuannya meningkat menjadi 73,3% dan pada siklus III meningkat hingga mencapai 83,2%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran dengan permainan tradisional lompat tali dapat meningkatkan motorik kasar.

(18)

25

Pada penelitian yang dilakukan oleh Nunik (2013) berjudul “Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Anak Melalui Metode Kerja Kelompok Pada Kelompok B Tk Anata Pura Petimbe”, menunjukkan bahwa metode kerja kelompok dapat meningkatkan kemampuan interaksi sosial anak. Pada siklus 2, kemampuan anak untuk saling berbagi yang masuk dalam kategori sangat baik dan baik naik menjadi 85% dibandingkan dengan hasil yang diperoleh pada siklus pertama yaitu sebesar 50%. Jumlah anak yang mau bekerja sama pada kategori sangat baik dan baik juga meningkat dari hanya sebesar 45% pada siklus 1 menjadi 90% pada siklus 2. Sikap tolong-menolong pada kategori sangat baik dan baik, dari 50% pada siklus pertama menjadi 100% pada siklus kedua. Secara umum terjadi peningkatan rata-rata 43,33% dari siklus satu ke siklus dua, walaupun masih ada anak yang belum meningkat kemampuan interaksi sosial tetapi hanya berkisar 8,33% dari masing-masing aspek yang diamati dengan kategori kurang. 2.3. Kerangka Berpikir

Interaksi Sosialmemainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan, maka perlu diketahui bagaimana perkembangan dan pengaruh interaksi terhadap penyesuaian pribadi anak. Hal ini terjadi karena diakui bahwa seseorang dalam perkembangan kepribadiannya tidak dapat dilepaskan dengan perkembangan perilaku (sosial ).

Oleh karena itu Taman Kanak-Kanak (TK) sebagai salah satu wadah peletak dasar utama konsep diri anak-anak baik secara interaksi, intelektual, sikap dan lain sebagainya hendaklah menjadi dasar bagi para pendidik Anak

(19)

26

Usia Dini dalam mengembangkan metode dan media pada kurikulum pengajaran di TK.

Kegiatan pembelajaran anak TK menggunakan pendekatan bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain. Maka, bermain lompat tali karet gelang dapat dijadikan metode pembelajaran alternatif dalam meningkatkan kemampuan interaksi sosia anak. Melalui bermain lompat tali karet gelang, anak dilatih bersosialisasi karena berkumpul dengan banyak teman sehingga mereka saling bercakap-cakap, bercanda dan lain-lain, sehingga anak bisa terlatih untuk aktif berbicara, walaupun dengan teman sebaya. Permainan ini juga dapat melatih emosi anak untuk mengikuti dan mematuhi aturan permainan. Selain itu, permainan ini juga melatih kreativitas karena diharuskan untuk merangkai gelang karet menjadi tali yang panjang.

(20)

27

Berdasarkan pemikiran di atas dapat dituangkan dalam bagan sebagai berikut:

Gambar 2.1

Bagan Alur Pemikiran 2.4. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka teori di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah “Bermain lompat tali karet gelang mampu meningkatkan kemampuan interaksi sosialAnak Usia 4-5 tahun di Taman Kanak-kanak Laboratorium Kristen Satya Wacana Salatiga.

Perbaikan dengan

PTK 1. Anak sulit bersosialisasi.

2. Tingkat kesabaran anak kurang Kondisi awal Ada peningkatan dari kondisi awal, namun belum maksimal

1. Anak mulai dapat bermain bersama 2. Anak mulai dapat

menyesuaikan diri dengan aturan permainan. 3. Anak mulai bisa

bekerjasama. 4. Anak mulai mengerti perannya dalam bermain Siklus I Siklus II 1. Anak sudah mengerti perannya dalam permainan. 2. Anak suka bermain

bersama.

3. Anak mengikuti aturan permainan

Penelitian selesai

Referensi

Dokumen terkait

Produksi TSS pada perlakuan paket teknologi A dengan produksi 1,77 g per tanaman lebih tinggi daripada hasil penelitian Rosliani, Palupi &amp; Hilman (2012) dengan produksi

tidak disukai sehingga seringkali takut mengalami kegagalan dalam melakukan hubungan sosial. Oleh karena itu, individu ini sering menolak sendiri, merasa tidak

Diasumsikan karena entitas, lembaga, institusi dan mukalaf (orang yang bertanggung jawab) dalam islam tidak dapat dipisahkan, etika pribadi sebagai seorang muslim yang mukalaf

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh kemandirian pribadi terhadap perilaku kewirausahaan pada pedagang pakaian Pasar Petisah

Pada metode ini untuk mengetahui tingkat kecelakaan (accident rate) suatu ruas jalan adalah jumlah kecelakaan setiap 100 juta km per perjalanan ( Pignataro ,1973). Tabel

Terdapat empat bentuk dukungan sosial menurut Sarafino (2011), yaitu: 1) Dukungan emosional, merupakan wujud seperti empati, perhatian, dan turut prihatin pada

Nama Mahasiswa : Diah Fajarianti(I) NIM : 1400001203 Program Studi : Bimbingan dan Konseling Unit/Kelompok : XVII.D.I Lokasi KKN : Dusun Soka, Desa/Kelurahan

10 Jumlah perjalanan wisatawan nusantara (juta perjalanan) 11 Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (Triliun Rupiah) 12 Jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata yang