• Tidak ada hasil yang ditemukan

J. Sains & Teknologi, Agustus 2013, Vol.13 No.2 : ISSN PENGAWETAN TELUR DENGAN PERENDAMAN EKSTRAK DAUN MELINJO (GNETUM GNEMON LINN)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "J. Sains & Teknologi, Agustus 2013, Vol.13 No.2 : ISSN PENGAWETAN TELUR DENGAN PERENDAMAN EKSTRAK DAUN MELINJO (GNETUM GNEMON LINN)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGAWETAN TELUR DENGAN PERENDAMAN EKSTRAK DAUN MELINJO (GNETUM GNEMON LINN)

With Egg Preservation Immersion Melinjo Leaf Extract (Gnetum Gnemon Linn) Sri Lestari1, Ratmawati Malaka2, Syamsuddin Garantjang2

1

Fakultas Pertanian Universitas Khairun Ternate 2

Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin (E-mail: tari.kiss@yahoo.co.id)

ABSTRAK

Bahan pangan seperti telur ayam ras mempunyai sifat mudah rusak yaitu dalam waktu 14 hari yang disimpan pada suhu ruang akan mengalami penurunan kualitas, bahkan akan segera membusuk. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun melinjo (Gnetum gnemon L.) dan lama perendaman terhadap kualitas dan daya simpan telur. Data dianalisis dengan menggunakan RAL faktorial 3 x 3 dengan masing-masing 3 ulangan, meliputi pemberian kombinasi ekstrak melinjo (10,20 dan 30%), lama perendaman (12, 24 dan 36 jam) serta pengamatan dilakukan pada hari ke (0, 7, 14, 21, 28, 35 dan 42). Hasil penelitian untuk nilai Haugh Unit terbaik sampai pada pengamatan hari ke 42 adalah hanya perlakuan pemberian ekstrak melinjo 30% dengan lama perendaman 36 jam (A30B36) yang masih memiliki nilai Haugh

Unit 34.26 ± 0.18% dengan kualitas C. Untuk nilai Indeks Yolk pada pengamatan hari ke 35 hanya perlakuan ekstrak melinjo 30% dan lama perendaman 24 dan 36 jam (A30B24 dan A30B36)

yang memiliki nilai indeks yolk 0.26 ± 0.01% - 0.28 ± 0.01%. Sedangkan pada pengamatan hari ke 42 sama dengan hari ke 35 dengan nilai indeks yolk 0.24 ± 0.01% - 0.25 ± 0.00%. Disimpulkan bahwa pemberian ekstrak melinjo dan lama perendaman dapat mempertahankan kualitas dan memperpanjang masa simpan telur ayam ras.

Kata Kunci: Telur, Ekstrak Melinjo, Lama Perendaman

ABSTRACT

Foodstuffs such as eggs have a nature that is easily damaged within 14 days stored at room temperature will decrease the quality, even will soon rot. This study aims to determine the effect of leaf extract melinjo (Gnetum gnemon L.) and soaking time on quality and shelf life of eggs. Data were analyzed by using a 3 x 3 factorial CRD with 3 replicates each, include the provision of a combination of extract melinjo (10.20 and 30%), dipping time (12, 24 and 36 hours) as well as the observations were made on days (0, 7 , 14, 21, 28, 35 and 42). The results for the best value to the Haugh unit of observation was only 42 days into treatment melinjo extract 30% with soaking time of 36 hours (A30B36) that still has a Haugh unit value of 34.26 ± 0:18% with quality C. Yolk index

values for the observation day 35 only 30% melinjo extract treatment and soaking time 24 and 36 hours (A30B24 and A30B36) which has an index value of 0:26 ± 0:01% yolk - 12:28 ± 0.01%. While

on the observation day 42 to day 35 the same as the value of 0:24 ± 0:01 yolk index% - 0.25 ± 0.00%. It was concluded that the extract melinjo and soaking time can maintain the quality and extend the shelf life of eggs.

(2)

PENDAHULUAN

Telur merupakan salah satu bahan makanan yang hampir sempurna. Bahan makanan ini mengandung zat gizi lengkap antara lain protein, lemak, vitamin dan mineral. Telur segar yaitu telur yang baru diletakkan oleh induk ayam disarangnya, mempunyai daya simpan yang pendek. Jika dibiarkan dalam udara terbuka (suhu ruang) hanya tahan 10 - 14 hari, setelah waktu tersebut telur mengalami perubahan-perubahan ke arah kerusakan seperti terjadinya peng-uapan kadar air melalui pori kulit telur yang berakibat berkurangnya berat telur, perubahan komposisi kimia dan terja-dinya pengenceran isi telur (Syarief et al., 1990).

Bahan pangan seperti telur ayam ras mempunyai sifat mudah rusak yaitu dalam waktu 14 hari yang disimpan pada suhu ruang akan mengalami penurunan kualitas, bahkan akan segera membusuk. Untuk mengatasi terjadinya kerusakan maka perlu diadakan pengawetan agar nilai gizinya tetap tinggi, tidak berubah rasa, tidak berbau busuk dan warna isinya tidak pudar. Pengawetan dapat dilakukan dengan cara kering, perendaman, penu-tupan kulit dengan bahan pengawet dan penyimpanan dalam ruangan pendingin (Hadiwiyoto, 1983).

Salah satu cara mempertahankan mutu telur supaya dapat tahan lama adalah dengan cara melakukan peren-daman atau pelapisan dengan cairan yaitu dilakukan dengan cara merendam telur segar dalam berbagai larutan seperti air kapur, larutan air garam dan filtrat atau penyamak nabati yang mengandung tanin (Syarief et al., 1990).

Tanin dapat dijumpai pada hampir semua jenis tumbuhan hijau di seluruh dunia baik tumbuhan tingkat tinggi maupun tingkat rendah dengan kadar dan kualitas yang berbeda-beda. Di Indonesia sumber tanin antara lain diperoleh dari jenis bakau-bakauan atau jenis-jenis dari Hutan Tanaman industri seperti akasia (Acacia sp.), ekaliptus (Eucalyptus sp.),

pinus (Pinus sp.), daun jambu biji (Psidium guajava) (Carter et al.,1978).

Selain tanaman tersebut, melinjo merupakan salah satu tanaman yang mengandung tanin, kandungan kimia melinjo terutama pada biji dan daunnya antara lain mengandung saponin, flavonoida dan tanin (Sintia et al., 2004). Melinjo (Gnetum gnemon L.) merupakan salah satu tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae) yang tumbuh di daerah tropis (Masdiana, 2007). Ilmuwan Jepang (Mori et al., 2008) menemukan bahwa melinjo (Gnetum gnemon L.) bukan penyebab penyakit asam urat, melinjo yang asli Indonesia dan sangat populer di negara ini kaya akan komponen polifenol yang disebut resveratrol.

Melinjo resveratrol, memiliki aktivi-tas antibakteri dan antioksidan (Hisada et al., 2005). Melinjo memberikan efek yang baik sebagai pengawet makanan, dari inhibitor rasa dan peningkat rasa (Santoso et al., 2008.). Melinjo membuat langkah penting pada industri makanan yang tidak menggunakan bahan kimia sintetik.

Daun melinjo (Gnetum gnemon L.) serta buahnya mengandung tanin, selain tanin daun melinjo juga mengandung saponin, flavonoida (Sintia et al., 2004). Menurut hasil analisa Lestari (belum dipublikasikan) kandungan senyawa tanin daun melinjo adalah 4,55%. Dengan adanya kandungan tanin pada daun melinjo maka mungkin saja daun melinjo dapat digunakan pada peng-awetan telur ayam ras.

Tanin akan bereaksi dengan protein yang terdapat pada kulit telur yang mempunyai sifat menyerupai kolagen kulit hewan sehingga terjadi proses penyamakan kulit berupa endapan berwarna coklat yang dapat menutup pori-pori kulit telur tersebut menjadi impermeable (tidak dapat tembus) terhadap gas dan udara dan penguapan air serta hilangnya karbon-dioksida pada kulit telur dapat dicegah sekecil mungkin (Karmila et al., 2008).

(3)

Umumnya sebagian masyarakat Indonesia belum mengetahui cara peng-awetan telur ayam ras menggunakan daun melinjo, oleh karena itu pada penelitian ini akan dikaji lebih dalam lagi mengenai pemanfaatan daun melinjo (Gnetum Gnemon L.) sebagai alternatif pengawetan telur ayam ras, sehingga menghasilkan telur yang dapat bertahan lebih lama. Selain itu dimaksudkan agar dapat memanfaatkan daun melinjo yang banyak terdapat di pulau Ternate dengan efektif dan lebih berguna bagi masyarakat, karena selama ini daun melinjo hanya dimanfaatkan sebagai sayur, mudah diperoleh, biaya peng-olahannya murah dan diharapkan dengan memanfaatkan ekstrak daun melinjo sebagai bahan coating atau penyamak pada telur ayam ras, akan memberikan nilai tambah dan dapat memperpanjang daya simpan telur segar.

BAHAN DAN METODE

Lokasi dan Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan, dari bulan Agustus - September 2011. Pelaksanaan penelitian ini ber-tempat di Pusat Kegiatan Penelitian Devisi Laboratorium Bioteknologi Perta-nian, Laboratorium Kimia dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar. Penelitian ini menggunakan rancangan RAL faktorial 3x3 dengan 3 ulangan (Steel et al.,1991). Pelaksanaan Penelitian

Daun melinjo yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun melinjo muda sesuai dengan pernyataan (Ummah, 2010) dimana kandungan tanin terbanyak terdapat pada daun muda. Daun melinjo diiris-iris kecil dikeringkan terlebih dahulu sebelum direbus (Karmila et al., 2008). Konsentrasi daun melinjo yang digunakan pada penelitian ini adalah perbandingan 10% (b/v), 20% (b/v) dan 30% (b/v), yaitu 1,5 kg, 3 kg dan 4,5 kg daun melinjo yang masing-masing direbus dalam 15 liter air. Selanjutnya untuk memperoleh zat tanin dari daun

melinjo tersebut direbus selama 10 menit (Nugroho, 2008). Campuran daun melinjo dan air dididihkan dengan tujuan untuk mempercepat larutnya tanin dalam air sehingga ekstrak tanin yang diperoleh lebih banyak serta untuk menghilangkan bakteri-bakteri yang ada dalam air. Setelah direbus kemudian airnya disaring dan didinginkan untuk menghilangkan ampas daun melinjo (Karmila et al., 2008).

Komponen internal telur yang diamati meliputi : Nilai Haugh Unit (HU) adalah indeks dari tinggi albumen kental terhadap berat telur (Abbas 1989). HU dinyatakan dengan rumus: HU = 100 log (H + 7,75 – 1,7 W0,37). Dimana: H = tinggi albumen kental (mm) W = berat telur (gr) x (Haugh, 1937).

Indeks yolk (cm) dihitung dengan perbandingan antara tinggi yolk dengan diameter rata-rata yolk (Munawaroh, 2010). Indeks yolk diukur dengan menggunakan jangka sorong. Data yang diperoleh dari semua peubah yang diamati dianalisa ragam menurut petunjuk (Steel et al., 1991) sesuai dengan rancangan RAL faktorial 3x3 dengan 3 ulangan.

HASIL

Haugh Unit

Analisis Ragam pemberian ekstrak melinjo pada pengamatan hari ke 0 tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap berat telur, dengan range angka antara 78.73 ± 0.05% - 83.00 ± 3.89%. Pada pengamatan hari ke 7 pemberian ekstrak berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap berat telur, dengan nilai antara 43.87 ± 0.16% - 62.80 ± 0.00%. Untuk peng-amatan hari ke 14, 21, 28, 35 dan 42 pemberian ekstrak melinjo berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap berat telur. Hariari ke 14 dengan nilai antara 33.87 ± 0.16% sampai 53.43 ± 2.17%, hari 21 dengan nilai 30.66 ± 0.07% - 51.90 ± 0.05%, hari ke 28 dengan nilai0.71 ± 0.00% - 50.26 ± 0.18%, hari ke 35 dengan nilai 0.71 ± 0.00% - 44.60

(4)

± 0.39% dan hari ke 42 dengan nilai 0.71 ± 0.00% - 34.26 ± 0.18%.

Pengamatan hari ke 28 perlakuan pemberian ekstrak melinjo 10% dengan lama perendaman 12, 24 dan 36 jam nilai Haugh Unit sudah rusak, dengan nilai hanya 0.71 ± 0.00%. Pada pengamatan hari ke 35 hanya perlakuan pemberian ekstrak melinjo 30% dan lama perendaman 12, 24 dan 36 jam serta pemberian ekstrak melinjo 20% dengan perendaman 36 jam yang masih memiliki kualitas C sedang perlakuan yang lain kualitas telurnya sudah rusak. Pada pengamatan hari ke 42 hanya perlakuan pemberian ekstrak melinjo 30% dengan lama perendaman 36 jam yang masih memiliki nilai Haugh Unit 34.26 ± 0.18% dengan kualitas C, pada perlakuan yang lain sudah rusak.

Indeks Yolk

Hasil penelitian menunjukan nilai rataan pengaruh perlakuan ekstrak daun melinjo dengan lama perendaman ter-hadap indeks yolk. Hasil Analisis Ragam pemberian ekstrak melinjo pada peng-amatan hari ke 0 dan 7 tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap indeks yolk dengan nilai 0.37 ± 0.00% - 0.39 ± 0.01% pada hari ke 0 dan 0.28 ± 0.07% - 0.37 ± 0.00% pada hari ke 7. Untuk pengamatan pada hari ke 14, 21, 28, 35 dan 42 berpengaruh sangat nyata (P<0,01). Pada hari ke 14 nilai indeks yolk antara 0.26 ± 0.01% - 0.35 ± 0.00%.

Pada pengamatan hari ke 21 hanya perlakuan pemberian ekstrak melinjo 30% dan lama perendaman 12, 24 dan 36 jam serta pemberian ekstrak melinjo 20% dengan lama perendaman 36 jam yang masih memiliki nilai indeks yolk bagus dengan nilai antara 0.29 ± 0.01% - 0.33 ± 0.01%. Pada hari ke 28 hanya perlakuan dengan ekstrak melinjo 30% dan perendaman 12, 24 dan 36 jam yang masih memiliki nilai indeks yolk 0.28 ± 0.01% - 0.30 ± 0.01%. Pada pengamatan hari ke 35 hanya perlakuan ekstrak melinjo 30% dan lama perendaman 24 dan 36 jam yang memiliki nilai indeks

yolk 0.26 ± 0.01% - 0.28 ± 0.01%. Sedangkan pada pengamatan hari ke 42 hanya sama dengan hari ke 35 yang memiliki nilai indeks yolk 0.24 ± 0.01% - 0.25 ± 0.00%.

PEMBAHASAN

Penelitian ini menunjukkan bahwa nilai Haugh Unit pengamatan hari ke 35 hanya perlakuan pemberian ekstrak melinjo 30% dengan perendaman 24 dan 36 jam (A30B24 dan A30B36) yang masih

memiliki kualitas B dengan nilai 44.26 ± 0.18% dan 44.60 ± 0.39% sedangkan yang lainnya memiliki nilai dibawah 31% dengan kualitas C.

Haugh Unit merupakan satuan yang digunakan untuk mengukur kualitas telur dengan melihat kesegaran isinya. Se-makin tinggi nilai Haugh Unit telur, semakin bagus kualitas telur tersebut, namun bila telur disimpan pada suhu kamar dengan kelembaban yang lebih rendah dari 70% akan kehilangan 10 – 15 HU (Jones, 2006). Penentuan kualitas telur berdasarkan Haugh Unit menurut standar United State Department of Agri-culture (USDA, 2000) adalah sebagai berikut: Nilai haugh unit kurang dari 31 % digolongkan kualitas C, nilai haugh unit antara 31 – 60 % digolongkan kualitas B, nilai haugh unit antara 60 – 72 % digolongkan kualitas A, Nilai haugh unit lebih dari 72 % digolongkan kualitas AA. Nilai Haugh Unit penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. Pada penelitian ini meunjukkan bahwa pada pengamatan hari ke 28 nilai Haugh Unit pada perlakuan pemberian ekstrak melinjo 10% dengan perendaman 12, 24 dan 36 jam sudah berkualitas C karena nilainya dibawah 31% yaitu 0.71 ± 0.00%. Pada pengamatan hari ke 35 hanya perlakuan pemberian ekstrak melinjo 30% dengan perendaman 24 dan 36 jam (A30B24 dan

A30B36) yang masih memiliki kualitas B

dengan nilai 44.26 ± 0.18% dan 44.60 ± 0.39% sedangkan yang lainnya berkualitas C.

Penurunan nilai Haugh Unit terjadi karena perubahan suhu, meningkatnya

(5)

kelembaban yang menyebabkan hilang-nya karbondioksida (CO2) dan lamanya

penyimpanan (Nursiam, 2011). Sedang-kan menurut (Anonim, 2002) penurunan nilai Haugh Unit terkait dengan pecahnya serat glikoprotein ovomucin. (Anonim, 2002).

Pengawetan telur merupakan salah satu usaha untuk mencegah menurunnya kualitas telur, dalam penelitian ini menggunakan tanin yang terdapat dalam daun melinjo, manfaatkan tanin juga berasal dari tanaman daun teh (Catechin). Pada dasarnya bahan tanin merupakan senyawa yang berbentuk larutan ber-warna dan mampu berikatan dengan albumen telur. Protein dalam telur akan berikatan dengan catechin yang terkan-dung dalam teh membentuk senyawa kompleks yang stabil dan dapat memper-panjang masa simpan telur sampai 1 bulan (Nugroho, 2008). Pengawetan telur ayam konsumsi juga dapat dilakukan dengan menggunakan ekstrak kulit bakau mampu mempertahankan kualitas telur sampai 2 bulan (Anonim, 2002).

Berdasarkan nilai indeks telur rata-rata pada penelitian sampai pengamatan hari ke 42 yang memiliki indeks yolk tertinggi adalah pada perlakuan A30B24

dan A30B36 dengan nilai Ikt (indeks

kuning telur) 0.025 ± 0.00 dan 0.024 ± 0.01 dengan nilai rata-rata 0.20 ± 0.007. Penurunan nilai Ikt ini sesuai dengan pernyataan (Romanoff et al., 1963) dalam (Soeparno at al., 2011) bahwa penyimpanan telur menyebabkan terja-dinya pemindahan air dari putih telur menuju kuning telur sebanyak 10 mg/hari pada suhu 10oC. Tekanan osmotik kuning telur lebih besar dari putih telur sehingga air dari putih telur berpindah menuju kuning telur. Perpindahan air secara terus menerus akan menyebabkan viskositas kuning telur menurun sehingga kuning telur menjadi pipih kemudian akan pecah. Pemindahan air ini tergantung pada kekentalan putih telur. Kuning telur akan menjadi semakin lembek sehingga indeks kuning telur menurun, kemudian membrane vitelin

akan rusak dan menyebabkan kuning telur rusak. Lebih lanjut dikatakan bahwa indeks kuning telur akan menurun dari 0.45 menjadi 0.30 apabila disimpan selama 25 hari pada suhu 25oC. Tinggi kuning telur menurun lebih cepat setelah tiga minggu penyimpanan ketika di-simpan pada suhu 25oC.

Semakin lama disimpan maka nilai lkt (indeks kuning telur) semakin kecil akibat migrasi air, lebih lanjut dikatakan bahwa nilai Ikt normal adalah 0,33 – 0,50 (%), rata rata telur memiliki nilai Ikt sebesar 0,42 (%) (Firdaus, 2010). Penu-runan kualitas albumen dan kuning telur sebagai pengaruh waktu penyimpanan juga sesuai dengan temuan (Fasenko et al.,1995); (Monira et al., 2003) dan (Miles et al., 2004) yang mengamati penurunan indeks albumen dan kuning telur dengan meningkatnya waktu penyimpanan.

Penyimpanan telur menyebabkan terjadinya pemindahan air dari putih telur menuju kuning telur sebanyak 10 mg/hari pada suhu 10oC. Tekanan osmotik kuning telur lebih besar dari putih telur sehingga air dari putih telur berpindah menuju kuning telur. Perpindahan air secara terus menerus akan menyebabkan viskositas kuning telur menurun sehingga kuning telur menjadi pipih kemudian akan pecah. Pemindahan air ini tergantung pada kekentalan putih telur. Kuning telur akan menjadi semakin lembek sehingga indeks kuning telur menurun, kemudian membran vitelin akan rusak dan menyebabkan kuning telur rusak (Romanoff et al., 1963) dalam (Soeparno at al., 2011).

KESIMPULAN DAN SARAN

Ekstrak melinjo memberikan pengaruh terhadap kualitas eksternal dan internal telur, semakin tinggi kandungan ekstrak melinjo (20 dan 30%) menunjukkan kualitas telur yang lebih bagus. Lama perendaman yang lebih lama (24 dan 36 jam) lebih dapat mempertahan kualitas dan daya simpan telur. Kombinasi perlakuan antara ekstrak

(6)

melinjo dan lama perendaman terbaik sampai pada pengamatan hari ke 42 adalah pada kombinasi perlakuan (A30B30). Perlu penelitian lebih lanjut

dengan meningkatkan jumlah konsentrasi ekstrak daun melinjo dengan peren-daman 24 jam untuk memperpanjang daya simpan telur yang lebih maksimal. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2002). Telur Awet dengan Kulit Bakau. (Online). (www.poul tryindonesia.com. Diakses pada 8 Februari2011).

Carter, F. L., A. M. Carlo and J. B. Stanley. (1978). Termiticidal Com-ponents of Wood Extracts: 7-Methyljuglone from Diospyros virginia. Journal Agriculture Food Chemistry. 26(4): 869-873.

Fasenko G.N., V.L. Christensen, M.R. Bakst, and J.N. Petite. (1995). Evaluating yolk membranes from short and long stored turkey eggs using transmission electron micros-copy. Poultry Sci. 74(Suppl. 1): 44. (Abstr).

Hadiwiyoto. (1983). Hasil-Hasil Olahan Susu, Ikan, daging dan telur. Edisi ke-2 Yogyakarta: Liberty.

Hisada. H., Asahara. M., Kato., Sakan. F. (2005). Antibacterial and Anti-oxidative Constituents of Melinjo Seeds and their Application to Foods. Japan. Science Links Japan. Karmila.M.,Maryati.,Jusmawati. (2008).

Pemanfaatan Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.), sebagai Alter-natif Pengawetan Telur Ayam Ras. FMIPA.UNM. Makassar.

Masdiana.A.A. (2007). Embriogenesis in Vivo pada Biji Melinjo(Gnetum Gnemon L.) dan Pengaruh Asam Absisat terhadap Perkembangan in Vitro Bakal Embrio .Phd Theses From JBPTITBPP Biologi-ITB. (Online): http://digilib.itb.ac.id/in dex.php. Diakses 8 Februari 2011). Mori, M. (2008). Relationship between

Lifestyle-related Diseases with the Intake of Indonesian Traditional

Fruit Melinjo Rich in Phytoes-trogens. Niigata, Jepang. The 4th International Niigata Symposium on Diet and Health Integrative Function of Diet in Anti-aging and Cancer Prevention.

Munawaroh, N. (2010). Telur. (Online). (http://nikmatyangbersinar.blogspot. com/2010/01/telur_15.htmDiakses 3 Februari. 2011).

Nursiam. I. (2011). Uji Kualitas Telur. (Online). http://intannursiam.word press.com/2011/02/26/uji-kualitas-telur/. Diakses Senin 18 April 2011. Romanoff, A.L & A.J. Romanoff. (1963).

The Avian Egg. John Willey and Sons Inc., New York.

Santoso, M. (2008). Inhibition of Fish Lipid Oxidation by the Extract of Indonesia Edible Plant Seed `Melinjo`. Japanese Society for Food Science and Technology. Kyoto, Jepang.

Soeparno. (1996). Pengolahan Hasil Ternak. Modul 8. Universitas Terbuka, Jakarta.

Steel, R.G dan J.H. Torrie. (1991). Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. Edisi 2. Alihbahasa Bambang Sumantri. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Syarief dan H. Halid. (1990). Buku

Monograf Teknologi Penyimpanan Pangan. Laboratorium Rekayasa Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ummah.M.K. (2010). Ekstraksi dan Pengujian Aktivitas Antibakteri Senyawa tanin pada Daun Belim-bing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.)(Kajian Variasi Pelarut), Skripsi, Kimia UIN Malang, Malang.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini yaitu efektivitas iklan televisi Telkomsel 4G LTE, data yang didapat dari hasil kuisioner akan dianalisis menggunakan model dan alat analisis

Hasil pengujian porositas, kekuatan tarik, kekerasan dan struktur mikro material model propeller shaft hasil proses HPDC (High Pressure Die Casting) dipengaruhi

Program Konstruksi Kapal Kayu Dalam kegiatan pengabdian ini untuk memberikan pengetahuan mengenai desain konstruksi kapal kayu maka akan digunakan aplikasi yang telah

Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang peneliti lakukan terletak pada objek penelitian yang membawa nilai-nilai islami dalam peranya, sedangkan

Berdasarkan angka sementara hasil pencacahan lengkap Sensus Pertanian 2013, jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Donggala mengalami kenaikan sebanyak

Oleh itu, berdasarkan kepada keputusan ujian kolerasi dan regrasi mendapati kajian ini perlu menerima hipotesis H1 iaitu hubungan perniagaan mempunyai hubungan

Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang dan selaku Pembimbing I, atas kesabaran, kebaikan hati, serta kesediaan dalam meluangkan waktu selama membimbing penulis