110
PEMANFAATAN ECENG GONDOK SEBAGAI BAHAN BAKU
PEMBUATAN PAKAN IKAN
Novia Fitarani1, Solechul Hidayat2, Sugi Handoyo Lubis3,
Thomas Adi Syaputra4
ABSTRAK
Kegagalan produksi pada budidaya ikan antara lain adalah akibat kurangnya pertumbuhan ikan karena kandungan karbohidrat pada pakan ikan yang diberikan rendah, kurangnya pemberian vitamin dan mineral yang terkandung dalam pakan ikan, tingginya harga pakan komersil dan beberapa hambatan lainnya sehingga perlu adanya alternatif penambahan bahan-bahan pada pakan ikan yang memacu peningkatan pertumbuhan ikan. Tujuan penelitian adalah mengetahui perbandingan biaya pembuatan pakan dengan menggunakan eceng gondok dan limbah ikan jika dibandingkan dengan pakan komersial. Dalam penelitian dilakukan pembuatan pakan dengan kandungan protein pakan 25% sebanyak 1 kg. Komposisi bahan yang dibutuhkan untuk 1 kg pakan yang dihasilkan adalah tepung eceng gondok 100 gr, silase ( limbah ikan ) 200 gr, ampas tahu 200 gr, Dedak halus 200 gr, dan bungkil jagung 300 gr. Sedangkan bahan tambahannya sagu 30 gr (di cairkan dengan air), vitamin 1 gr, terasi 20 gr, probiotik 50 gr, ragi tempe 50 gr, dan asam formiat 3 cc. Fermentasi dilakukan dengan menggunakan
Aspergilus niger atau Aspergilus orizae (ragi tempe). Limbah yang digunakan hasil
pertanian, yang pada umumnya mempunyai serat kasar tinggi (bonggol jagung, ampas tahu, eceng gondok). Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa bahan baku yang digunakan yaitu relatif lebih murah dibanding pakan ikan komersil, limbah eceng gondok dan limbah ikan dapat digunakan menjadi bahan baku pakan ikan yang memiliki nilai jual. Biaya pembuatan pakan dengan menggunakan limbah eceng gondok dan limbah ikan yaitu Rp. 5.795/kg. Biaya ini lebih murah jika dibandingkan dengan harga pakan komersil.
Kata Kunci : Pakan Ikan, Eceng Gondok, Bahan Baku I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu sumber andalan dalam pembangunan di Indonesia. Produksi dari perikanan budidaya sendiri secara keseluruhan diproyeksikan meningkat dengan rata-rata 4,9 % per tahun. Target tersebut antara lain didasarkan atas dasar potensi pengembangan daerah perikanan budidaya yang memungkinkan di wilayah Indonesia. Melihat besarnya potensi pengembangan perikanan budidaya serta didukung peluang pasar internasional yang masih terbuka luas, maka diharapkan sumbangan produksi perikanan budidaya semakin besar terhadap produksi nasional dan penerimaan devisa negara, keterkaitannya dalam penyerapan angkatan, serta peningkatan kesejahteraan petani/nelayan di Indonesia. Pada akhir tahun 2009, kontribusi dari produksi perikanan budidaya diharapkan dapat mencapai 5 juta ton
111
Dalam upaya mencapai target produksi, terdapat berbagai permasalahan yang menghambat upaya peningkatan produksi tersebut, antara lain kegagalan produksi akibat kurangnya pertumbuhan ikan karena kandungan karbohidrat pada pakan ikan yang diberikan rendah, kurangnya pemberian vitamin dan mineral yang terkandung dalam pakan ikan, tingginya harga pakan komersil, dan beberapa hambatan lainnya.
Berkaitan dengan permasalahan tersebut, perlu adanya alternatif penambahan bahan-bahan pada pakan ikan yang memacu peningkatan pertumbuhan ikan. Salah satu alternatifnya adalah dengan menambahkan eceng gondok dan limbah ikan. Beberapa keuntungan menggunakan tumbuhan antara lain relatif lebih aman, mudah diperoleh, murah, tidak menimbulkan resistensi, dan relatif tidak berbahaya terhadap lingkungan sekitarnya.
Eceng gondok juga dikenal sebagai gulma karena banyak sekali akibat negatif yang ditimbulkan, salah satunya dapat menurunkan jumlah cahaya yang masuk kedalam perairan sehingga menyebabkan menurunnya tingkat kelarutan oksigen dalam air dan mengganggu ekosistem perairan. Penambahan eceng gondok dikarenakan pemanfaatan limbah eceng gondok yang sering kali dibuang begitu saja, dan biasanya digunakan pada pembuatan kerajinan serta pupuk kompos.
Limbah ikan adalah bahan yang merupakan buangan dari proses perlakuan atau pengolahan untuk memperoleh hasil utama atau hasil samping. Penambahan limbah ikan dimaksudkan agar memanfaatkan limbah yang tidak digunakan dan meminimalisir biaya. Pemilihan ikan nila sebagai ikan percobaan karena budidaya nila cukup mudah dan banyak digemari masyarakat, tetapi alasan yang paling utama adalah ikan nila merupakan ikan jenis herbivora yang pada umumnya memakan tumbuh-tumbuhan (Khairuman dan Khairul Amri, 2003), karena bahan penambahan pakan ikan sebagian besar berasal dari bahan nabati seperti eceng gondok, ampas tahu dan dedak halus.
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbandingan biaya pembuatan pakan ikan dengan menggunakan eceng gondok.
112 2.1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakaan dalam penelitian adalah timbangan digital, blender, baskom, lap, beker glass, baskom, pengering (tampah atau terpal), Pengayak, dandang, panci, kompor, talenan, pisau, sendok, dan pencetak pellet. Sedangkan bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan komersil merk shinta untuk perbandingan harga, dan bahan lainnya yaitu antara lain dapat dilihat pada tabel.
Tabel 1. Kebutuhan bahan pakan pellet ikan nila
Bahan Pokok Bahan Tambahan
Jenis Bahan dan takaran (dosis) Jenis Bahan dan takaran (dosis)
- Tepung eceng gondok
- Tepung ampas tahu - Silase ( limbah ikan ) - Dedak halus -Tongkol Jagung 10 % 20 % 20 % 20 % 30 % - Kanji / sagu - Multi Vitamin - terasi - Probiotik 2 % 0,1 % 2 – 5% 5 % -Aspergilus niger ( ragi tempe ) - asam formiat -molase -Air 5% / kg bahan pakan 2 cc 10 ml 2.2. Metode Penelitian 2.2.1 Persiapan Penelitian
Dalam persiapan penelitian, langkah-langkah kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Penyusunan Formulasi Pakan
Dalam menyusun formulasi pakan ikan, perhitungan mutlak diperlukan untuk menentukan komposisi pakan yang sesuai dengan standar kebutuhan nutrisi ikan. Pada prinsipnya perhitungan ini mempunyai tujuan untuk mendapatkan pakan yang ekonomis, layak nutrisi dan disenangi oleh ikan. Metode yang digunakan dalam penyusunan formulasi adalah metode bujur sangkar atau segi empat, dengan kebutuhan protein pakan 25% maka komposisi yang didapat untuk 1 kg pakan yang dihasilkan adalah tepung eceng gondok 100 gr, silase ( limbah ikan ) 200 gr, ampas tahu 200 gr, Dedak halus 200 gr, dan bungkil jagung 300 gr. Sedangkan bahan tambahannya sagu 30 gr ( di cairkan dengan air ), vitamin 1 gr, terasi 20 gr, probiotik 50 gr, ragi tempe 50 gr, dan asam formiat 3 cc.
113 b. Fermentasi
Beberapa keuntungan dari teknik fermentasi bahan pakan adalah kandungan gizi pakan akan meningkat karena aktivitas bakteri fermentasi yang mengubah protein komplek menjadi asam amino sederhana yang mudah diserap oleh ikan. Adapun bahan yang difermentasi adalah eceng gondok, ampas tahu, bungkil jagung dan pembuatan silase pada limbah ikan.
Fermentasi menggunakan Aspergilus niger atau Aspergilus orizae (ragi tempe). Limbah yang digunakan hasil pertanian, yang pada umumnya mempunyai serat kasar tinggi (tongkol jagung, ampas tahu, eceng gondok). Adapun cara membuat fermentasi ampas tahu dan jagung :
1) Bahan dicincang atau ditepung kasar
2) Bahan setengah halus, kemudian dibasahi dengan menggunakan air bersih. 3) Bahan dalam keadaan lembab, kemudian dikukus selama (10-15) menit. 4) Setelah dikukus, kemudian bahan dituang di nyiru, didinginkan
5) Setelah dingin, campurkan ragi tempe secara merata, dengan dosis minimal 3% dari setiap kilogram bahan pakan.
6) Tutup rapat dan simpan selam minimal 24 jam, ditempat yang sejuk serta sirkulasi udara berjalan dengan baik serta terhindar dari sinar matahari secara langsung.
7) Apabila jamur tempe sudah tumbuh, yang ditandai adanya warna putih-putih seperti kapas, pada bahan pakan, maka proses peragian dianggap selesai.
8) Bahan pakan dijemur, setelah kering ditepungkan kembali,dan bahan sudah siap digunakan.
Cara pembuatan fermentasi eceng gondok :
1) Daun enceng gondok dipotong, dengan ukuran 2-3 cm, kemudian dilayukan hingga kadar air 50 %.
2) Timbang enceng gondok yang sudah layu 200 gr. 3) Tambahkan Aspergilus orizae 50 gr dan molase 10 ml. 4) Tambahkan air 15 %
5) Campurkan daun enceng gondok, A. orizae, molase dan air sampai menjadi rata. 6) Masukkan kantong plastik yang berlubang kecil, peram sampai 6 minggu. c. Pembuatan Silase Limbah ikan
114
Silase merupakan produk cair yang dibuat dari sisa-sisa olahan hasil perikanan yang dicairkan oleh enzim-enzim pada ikan dengan bantuan asam ( asam formiat untuk menggumpalkan lemak & asam propionat untuk mencegah bakteri pembusuk). Adapun cara pembuatan silase yaitu
1) Penghancuran / penggilingan bahan sampai berukuran 0,5 – 1 cm
2) Perendaman asam dengan asam formiat (formid acid dosis 3 cc setiap kg ikan) (membuat kondisi asam dan memisahkan lemak), aduk sampai rata terutama 3-4 hari pertama.
3) Penghilangan lemak dengan cara membuang lapisan lemak yg terbentuk pd air perasan.
4) Pemeraman sampai terbentuk bau asam segar dan terjadi perubahan warna menjadi agak gelap dan terbentuk cairan asam.
5) Penyaringan untuk memisahkan padatan dan diperoleh cairan silase asam
6) Pada hari ke-5 sudah mencair menjadi silase, Simpan hingga tiba saatnya digunakan.
3.2.2 Pencampuran Bahan Baku
Sebelum dilakukan pencampuran bahan baku maka dilakukan penimbangan terlebih dahulu sesuai dengan formulasi pakan yang sudah dihitung. Adapun komposisi bahannya yaitu tepung eceng gondok 100 gr, silase ( limbah ikan ) 200 gr, ampas tahu 200 gr, Dedak halus 200 gr, dan bungkil jagung 300 gr. Sedangkan bahan tambahannya sagu 30 gr (dicairkan dengan air), terasi 20 gr. Setelah ditimbang dilakukan pencampuran bahan baku dengan menggunakan mixer atau menggunakan pengaduk sendok serta diberi air sedikit- demi sedikit sampai tekstur mudah dicetak dan tercampur rata. Adonan yang telah terlihat tercampur rata, dan kompak lalu dikukus hingga masak ( dapat dilihat jika adonan ditusuk dengan lidi tidak lengket ). Khusus bahan vitamin dicampurkan dengan bahan adonan lainnya setelah adonan dimasak supaya vitaminnya tidak rusak atau hilang.
3.3.3 Pencetakan dan Pengeringan
Setelah dilakukan pencampuran bahan baku sesuai komposisi dan dikukus, maka dilakukan pencetakan adonan pellet dengan ukuran sesuai bukaan mulut ikan usia 2 bulan. Kemudian setelah dicetak, hasil cetakan dikeringkan dengan cara dijemur dan diangin-anginkan dengan tidak terkena sinar matahari secara langsung. Pengeringan
115
dilakukan hingga kadar airnya antara 10-12 % ( Ahmad Mudjiman, 2008). Pakan pelet siap diberikan untuk ikan yang dipelihara dan untuk pemberian probiotik dicampur saat pakan sudah jadi dengan cara merendam pakan dengan probiotik sebanyak 3% dari berat pakan.
III. HASIL PENELITIAN 3.1 Hasil Penelitian
Di bawah ini merupakan tabel analisa harga bahan baku dalam 1 kg pakan yang ditambahkan tepung kulit singkong dan tepung daun singkong dengan pakan komersil.
Tabel 2. Perbandingan harga bahan baku dalam 1 kg pakan komersil dan pakan buatan bahan eceng gondok dan limbah ikan
Pakan Komersil Pakan berbahan eceng gondok dan limbah ikan
Pakan Shinta 1 – 3 Rp. 12.000 / kg
- Tepung eceng gondok ( Gratis ) - Limbah ikan 200 gr Rp. 600 - ampas tahu 200 gr Rp. 600 - dedak halus 200 gr Rp. 600 - tongkol jagung gratis - Kanji 30 gr Rp. 240 - Vitamin 1 gr Rp. 500 - Terasi 20 gr Rp. 1000 - Probiotik 50 gr Rp. 1250
- Aspergilus niger ( ragi tempe ) 150 gr Rp. 720 - asam formiat 3 cc Rp. 285
- Molase 10 ml
( belum termasuk tenaga kerja dan lain – lain )
Rp. 12.000 Rp. 5.795
3.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Untuk analisa harga bahan baku dalam 1 kg pakan buatan lebih murah dibanding pakan ikan komersil karena menggunakan limbah yang kurang dimanfaatkan, sehingga disarankan para petani tradisional dapat membuat pakan sendiri. Maka dengan adanya
116
penelitian ini, pembudidaya dapat meningkatkan hasil produksi dengan mempersingkat proses budidaya dan meminimalisir biaya pakan dengan memberikan pellet dari eceng gondok dan limbah dalam usaha pembesaran ikan.
IV. KESIMPULAN
Dari penelitian diatas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Dilihat dari penghitungan bahan baku yang digunakan yaitu relatif lebih murah dibanding pakan ikan komersil karena menggunakan limbah yang tidak dimanfaatkan.
2. Limbah eceng gondok dan limbah ikan dapat digunakan menjadi bahan baku pakan ikan yang memiliki nilai jual
3. Memanfaatkan limbah yang dibuang dengan percuma
DAFTAR PUSTAKA
http://www.infofish.com/search_caf.php?src=mountains&uid\
Sri Sumiyati, Mochtar Hadiwidodo. (2017) Pemanfaatan eceng gondok (eichhornia crassipes (mart.) Solms.) Dalam penyisihan logam berat chrom (cr) pada limbah electroplating. TEKNIK – Vol. 28 No. 1 Tahun 2007, ISSN 0852-1697 Asep Samsudin, Hendra Husnussalam. (2017). IbM Pemanfaatan Tanaman Eceng
Gondok (Eichornia crassipes) untuk Kerajinan Tas. Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Agrokreatif. Mei 2017, Vol 3 (1): 34−39