Modul ke:
Fakultas
Program Studi
KONSTITUSI DAN
RULE OF LAW
A. Pengertian dan Definisi Konstitusi B. Hakikat dan fungsi Konstitusi (UUD)
C. Dinamika Pelaksanaan Konstitusi (UUD 1945) D. Institusi dan Mekanisme Pembuatan konstitusi
(UUD 1945), UU, PERPU, PP, dan PERDA E. Pengertian Rule of Law
F. Latar Belakang Rule of Law G. Fungsi Rule of Law
H. Dinamika pelaksanaan Rule of Law
Udjiani Hatiningrum, SH., M Si
07
EKONOMI DAN BISNIS Akuntansi ManajemenA. Pengertian dan Definisi konstitusi .
Konstitusi :
Peraturan tertulis maupun tidak tertulis
yang mengatur pemerintahan.
Para ahli hukum ada yang membedakan arti
konstitusi dengan UUD dan ada juga yang
L.J. Van
Apeldoorn
Membedakan konstitusi dengan
UUD.
Menurutnya konstitusi adalah
memuat peraturan tertulis dan
peraturan tidak tertulis, sedangkan
UUD (gronwet) adalah bagian
tertulis dari konstitusi.
• Sri Sumantri
Menyamakan arti keduanya sesuai
dengan praktik ketatanegaraan di
sebagian besar negara-negara dunia
termasuk Indonesia.
E.C.S Wade
Mengartikan UUD adalah naskah yang
memberikan rangka dan tugas pokok dari
badan-badan pemerintahan suatu negara
dan menentukan pokok-pokok cara kerja
badan-badan tersebut
C.F. Strong
memberikan pengertian konstitusi suatu
kumpulan asas-asas yang menyelenggarakan
kekuasaan pemerintahan (arti luas), hak-hak
dari pemerintah dan hubungan antara
pemerintah dan yang diperintah
(menyangkut HAM).
Herman Heler
Membagi pengertian konstitusi menjadi tiga, yaitu:1. Konstitusi mencerminkan kehidupan politik di dalam masyarakat sebagai suatu kenyataan (mengandung arti politis dan sosiologis) .
2. Konstitusi adalah suatu kesatuan
kaedah yang hidup dalam masyarakat (mengandung arti hukum atau yuridis). 3. Konstitusi adalah kesepakatan yang
ditulis dalam suatu naskah sebagai UU yang tertinggi yang berlaku dalam suatu negara.
B. Hakikat dan Fungsi Konstitusi (UUD).
Pada hakikatnya konstitusi
(UUD) itu berisi 3 hal pokok
1. Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi
manusia dan warganegaranya,
2. Ditetapkan susunan ketatanegaraan
suatu negara yang bersifat fundamental,
3. Adanya pembagian dan pembatasan
ketatanegaraan yang juga bersifat
fundamental.
Dalam kerangka kehidupan negara, konstitusi (UUD)
secara umum memiliki fungsi sebagai:
1. Tata aturan dalam pendirian lembaga-lembaga
yang permanen (lembaga suprastruktur dan
infrastruktur politik).
2. Tata aturan dalam hubungan negara dengan warga
negara serta dengan negara lain.
3. Sumber hukum dasar yang tertinggi.
4. Artinya bahwa seluruh peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku harus mengacu pada
Secara khusus, fungsi konstitusi (UUD) dalam
negara demokrasi dan negara komunis :
NEGARA DEMOKRASI NEGARA KOMUNIS
1. Membatasi kekuasaan
pemerintah sedemikian rupa sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat
sewenang-wenang (absolut). 2. Sebagai cara yang efektif
dalam membagi kekuasaan. 3. Sebagai perwujudan dari
hukum yang tertinggi (supremasi hukum) yang harus ditaati oleh rakyat dan pengusanya.
1. Sebagai cerminan kemenangan-kemenangan yang telah dicapai dalam perjuangan ke arah
masyarakat komunis.
2. Sebagai pencatatan formal (legal) dari perjuangan yang telah dicapai.
3. Sebagai dasar hukum untuk perubahan masyarakat yang diciata-citakan dan dapat diubah setiap kali ada
pencapaian kemajuan dalam masyarakat komunis.
C. Dinamika Pelaksanaan Konstitusi (UUD 1945)
1. UUD 1945, berlaku 18 Agustus 1945 sampai 27
Desember 1949
2. Konstitusi RIS, berlaku 27 Desember 1949 sampai
17 Agustus 1950
3. UUDS, berlaku 15 Agustus 1950 sampai 5 Juli
1959
4. UUD 1945, berlaku 5 Juli 1959 sampai 1966
5. UUD 1945 pada tahun 1966 sampai dengan 1999
6. UUD 1945 Amandemen 1999, berlaku pada
D. Institusi dan Mekanisme PembuatanKonstitusi
(UUD 1945), UU, PERPU, PP, dan PERDA.
Institusi (lembaga) yang bertugas untuk membuat
konstitusi (UUD 1945) dan peraturan
perundang-undangan yang ada di bawahnya meliputi 2 institusi
(lembaga), yaitu :
1. Badan Legislatif (DPR); dan
2. Badan Eksekutif (Presiden).
Dalam pelaksanaan Amandemen Konstitusi (UUD)
1945, MPR menggunakan mekanisme sebagai berikut :
1)
MPR mengadakan rapat konsultasi dengan
seluruh badan kelengkapan MPR dan anggotanya yaitu
DPR 1945 dan DPD.
2)
Mendapat persetujuan 2/3 anggota DPR/MPR
atas rencana amandmen UUD 1945 tersebut.
3)
MPR membentuk Panitia Perumus Badan
Pekerja (BP-MPR) yang bertugas merumuskan RUUD
1945.
4)
Dalam pembahasan panitia perumus
mengadakan rapat dengar pendapat dengan
elemen-elemen yang meliputi pemerintah, profesional,
pengusaha, parpol, LSM, ormas, OKP, tokoh
masyarakat, dan unsur-unsur lain yang terkait.
5)
Hasil perumusan Panitia Badan Pekerja MPR RI
menyerahkan hasil perumusan RUU kepada pimpinan
MPR RI.
6)
Pimpinan MPR menyelenggarakan Sidang
Umum MPR RI Tahunan untuk mendengarkan
pandangan umum fraksi-fraksi yang ada di MPR RI
guna menetapkan Rancangan UUD 1945 (konstitusi)
Amandemen menjadi UUD 1945 Amandemen.
Dalam pelaksanaan Amandemen Konstitusi (UUD) 1945, MPR menggunakan mekanisme :
1. MPR mengadakan rapat konsultasi dengan seluruh badan kelengkapan MPR dan anggotanya yaitu DPR 1945 dan DPD.
2. Mendapat persetujuan 2/3 anggota DPR/MPR atas rencana amandmen UUD 1945 tersebut.
3. MPR membentuk Panitia Perumus Badan Pekerja (BP-MPR) yang bertugas merumuskan RUUD 1945.
4. Dalam pembahasan panitia perumus mengadakan rapat dengar pendapat dengan elemen-elemen yang meliputi pemerintah, profesional, pengusaha, parpol, LSM, ormas, OKP, tokoh masyarakat, dan unsur-unsur lain yang
terkait.
5. Hasil perumusan Panitia Badan Pekerja MPR RI menyerahkan hasil perumusan RUU kepada pimpinan MPR RI.
6. Pimpinan MPR menyelenggarakan Sidang Umum MPR RI Tahunan untuk mendengarkan pandangan umum fraksi-fraksi yang ada di MPR RI guna menetapkan Rancangan UUD 1945 (konstitusi) Amandemen menjadi
Mekanisme Pembuatan UU dilakukan secara bersama-sama oleh Presiden (Eksekutif) dengan DPR RI (Legislatif)
1. Pemerintah mengajukan RUU melalui Menteri Sekretariat Negara kepada Setjen DPR RI.
2. Setjen DPR RI mengirimkan RUU kepada pimpinan DPR RI. 3. Pimpinan DPR RI mengirimkan RUU tersebut kepada komisi
yang terkait.
4. Pimpinan Komisi membentuk panitia khusus (pansus) untuk
membahas RUU usulan pemerintah atau usulan inisiatif DPR RI. 5. Panitia khusus mengadakan rapat dengar pendapat (hearing)
dengan Parpol, LSM, ormas, tokoh masyarakat, dan unsur-unsur lain yang terkait.
6. DPR mengadakan Sidang Paripurna untuk mendengarkan pandangan umum dari fraksi-fraksi yang selanjutnya
Mekanisme Pembuatan UU dilakukan oleh DPR RI (Legislatif) :
1. Komisi mengajukan usul inisiatif RU kepada Badan Legislatif DPR RI.
2. Badan Legislasi DPR RI mengirimkan RUU kepada pemerintah
untuk dibahas dan selanjutnya dikembalikan lagi kepada pimpinan DPR RI.
3. Pimpinan DPR RI mengirimkan RUU tersebut kepada komisi yang terkait.
4. Pimpinan Komisi membentuk panitia khusus (pansus) untuk membahas RUU usulan pemerintah atau usulan inisiatif DPR RI. 5. Pansus mengadakan rapat dengar pendapat dengan
elemen-elemen yang meliputi, pemerintah, profesional, pengusaha,
parpol, LSM, ormas, tokoh masyarakat, dan unsur lain yang terkait. 6. Pimpinan DPR RI mengadakan Sidang Paripurna untuk
mendengarkan pandangan umum dari fraksi-fraksi yang selanjutnya menetapkan RUU menjadi UU.
Mekanisme Pembuatan PERDA dilakukan secara
bersama-sama oleh Gubernur/Bupati/Walikota dengan DPRD Tingkat I dan II.
1. Pemda Tingkat I atau II mengajukan rancangan Rancangan PERDA kepada DPRD melalui Sekretaris DPRD I atau II.
2. Sekretaris DPRD mengirim Rancangan PERDA kepada pimpinan DPRD tingkat I atau II.
3. Pimpinan DPRD tingkat I atau II mengirimkan Rancangan PERDA tersebut kepada komisi yang terkait.
4. Keempat, pimpinan komisi membentuk pansus untuk membahas Rancangan PERDA usulam pemerintah atau inisiatif DPRD I atau II. 5. Pansus mengadakan dengar pendapat dengan elemen-elemen yang
meliputi , unsur pemerintah, profesional, pengusaha, parpol, LSM, ormas, tokoh masyarakat, dan unsur lain yang terkait di daerah.
6. DPRD tingkat I atau II mengadakan sidang paripurna untuk mendengarkan pandangan umum dari fraksi-fraksi yang selanjutnya menetapkan
Mekanisme Pembuatan Peraturan Pemerintah
(PP) adalah sepenuhnya dilakukan oleh
Pemerintah (Eksekutif) :
PP berfungsi sebagai peraturan mengenai
pelaksanaan undang-undang atau Perpu
(Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-undang).
Menurut Ketetapan MPR RI Nomor III/MPR/2000,
tentang sumber hukum dan tata urutan
perundang-undangan Negara Republik Indonesia adalah :
1. Undang-Undang Dasar 1945
2. Ketetapan MPR RI
3. Undang-undang
4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (
PERPU )
5. Peraturan Pemerintah ( PP )
6. Keputusan Presiden ( Kepres )
7. Perturan Daerah ( Perda )
E. Pengertian Rule of law
Friedman (1959) membedakan
rule of law menjadi 2 (dua) :
Pengertian secara formal
(in the formal sense)
Pengertian secara
hakiki/materiil
(ideological sense).
Secara formal, rule of law diartikan
sebagai
kekuasaan umum yang terorganisasi (organized
public power), hal ini dapat diartikan bahwa
setiap negara mempunyai aparat penegak
hukum.
Secara hakiki, rule of law terkait dengan
penegakkan hukum yang menyangkut ukuran
hukum yaitu baik dan buruk (just and unjust
law).
Ada tidaknya penegakkan hukum, tidak cukup
hanya ditentukan oleh adanya hukum saja
, akan
tetapi lebih dari itu, ada tidaknya penegakkan
hukum ditentukan oleh ada tidaknya keadilan
yang dapat dinikmati setiap anggota masyarakat
.
Pengertian rule of law :
penegakkan hukum yang menyangkut
aturan hukum (baik dan buruk), dan adanya
jaminan keadilan bagi warga negara.
F. Latar belakang Rule Of Law
Di Indonesia, inti dari rule of law adalah :
jaminan adanya keadilan bagi masyarakatnya,
khususnya keadilan sosial.
Pembukaan UUD 1945 memuat prinsip-prinsip
rule of law,
yang pada hakikatnya merupakan
jaminan secara normal terhadap ”rasa
G. Fungsi Rule of Law
Fungsi rule of law :
1. Indonesia : negara hukum
2. Kekuasaan kehakiman: kekuasaan merdeka
3. Warga negara sama kedudukan dalam
hukum
4. HAM (perlakuan dan jaminan hukum: adil)
5. Setiap orang mendapat imbalan dan
H. Dinamika Pelaksaan Rule of Law
Proses penegakkan hukum di lakukan oleh
lembaga penegak hukum yang terdiri dari :
1. Kepolisian
2. Kejaksaan
3. KPK
4. Badan Peradilan:
a. Mahkamah Agung
b. Mahkamah Konstitusi
c. Pengadilan Negri
d. Pengadilan Tinggi
POTRET HUKUM DI INDONESIA
POTRET HUKUM DI INDONESIA
http://www.antaranews.com/berita/477917/kejagung-cegah-labora-sitorus-yang-tidak-kembali-ke-tahanan