!"#" %&'()*) !"#" %&'()*) +,)*(*-.&/"0#12 32*410" 30"5*6*/" .&/"0#12 32*410" 30"5*6*/" 78"9120"#&
78"9120"#&0 0 3&(:&(:&2&83&(:&(:&2&8 ""
PSIKOEDUKASI: INTERVENSI REHABILITASI DAN PREVENSI PSIKOEDUKASI: INTERVENSI REHABILITASI DAN PREVENSI
Ada banyak bentuk intervensi yang dapat digunakan dalam dunia psikologi, baik Ada banyak bentuk intervensi yang dapat digunakan dalam dunia psikologi, baik itu intervensi individual, kelompok, bahkan komunitas. Tiap intervensi memiliki itu intervensi individual, kelompok, bahkan komunitas. Tiap intervensi memiliki pendekatannya
pendekatannya masing-masing masing-masing apakah apakah psikoanalisa, psikoanalisa, psikodinamika,psikodinamika, cognitive-behavior cognitive-behavior ,, humanistik, dan sebagainya. Salah satu intervensi yang dapat digunakan dalam berbagai humanistik, dan sebagainya. Salah satu intervensi yang dapat digunakan dalam berbagai seting
seting dan dapat dan dapat diterapkan secara inditerapkan secara individual ataupun dividual ataupun kelompok kelompok adalah Psikoedukasi.adalah Psikoedukasi. Psikoedukasi sebenanrnya sudah cukup populer dalam praktek-praktek
Psikoedukasi sebenanrnya sudah cukup populer dalam praktek-praktek helping helping selama 30 selama 30
tahun terakhir di Amerika dan seluruh dunia. Namun, untuk Indonesia sendiri bentuk tahun terakhir di Amerika dan seluruh dunia. Namun, untuk Indonesia sendiri bentuk intervensi ini belum banyak diterapkan untuk setiap seting. Beberapa tokoh dan organisasi intervensi ini belum banyak diterapkan untuk setiap seting. Beberapa tokoh dan organisasi psikologi mendefinisikan Psikoedukasi secara berbeda, yaitu:
psikologi mendefinisikan Psikoedukasi secara berbeda, yaitu:
Psikoedukasi adalah suatu bentuk pendidikan ataupun pelatihan terhadap seseorang Psikoedukasi adalah suatu bentuk pendidikan ataupun pelatihan terhadap seseorang dengan gangguan psikiatri yang bertujuan untuk proses treatment dan rehabilitasi. dengan gangguan psikiatri yang bertujuan untuk proses treatment dan rehabilitasi. Sasaran dari psikoedukasi adalah untuk mengembangkan dan meningkatkan Sasaran dari psikoedukasi adalah untuk mengembangkan dan meningkatkan penerimaan
penerimaan pasien pasien terhadap terhadap penyakit penyakit ataupun ataupun gangguan gangguan yang yang ia ia alami,alami, meningkatkan pertisipasi pasien dalam terapi, dan pengembangan coping meningkatkan pertisipasi pasien dalam terapi, dan pengembangan coping mechanism ketika pasien menghadapi masalah yang berkaitan dengan penyakit mechanism ketika pasien menghadapi masalah yang berkaitan dengan penyakit tersebut. (Goldman, 1998 dikutip dari Bordbar &
tersebut. (Goldman, 1998 dikutip dari Bordbar & Faridhosseini, 2010)Faridhosseini, 2010)
Definisi istilah psikoedukasi adalah suatu intervensi yang dapat dilakukan pada Definisi istilah psikoedukasi adalah suatu intervensi yang dapat dilakukan pada individu, keluarga, dan kelompok yang fokus pada mendidik partisipannya individu, keluarga, dan kelompok yang fokus pada mendidik partisipannya mengenai tantangan signifikan dalam hidup, membantu partisipan mengembangkan mengenai tantangan signifikan dalam hidup, membantu partisipan mengembangkan sumber-sumber dukungan dan dukungan sosial dalam menghadapi tantangan sumber-sumber dukungan dan dukungan sosial dalam menghadapi tantangan tersebut, dan mengembangkan keterampilan coping untuk menghadapi tantangan tersebut, dan mengembangkan keterampilan coping untuk menghadapi tantangan tersebut. (Griffith, 2006 dikutip dari Walsh, 2010)
tersebut. (Griffith, 2006 dikutip dari Walsh, 2010) Psikoeduakasi adalah
Psikoeduakasi adalah treatment treatment yang yang diberikan diberikan secara secara profesional profesional dimanadimana mengintegrasikan intervensi psikoterapeutik dan edukasi (Lukens & McFarlane, mengintegrasikan intervensi psikoterapeutik dan edukasi (Lukens & McFarlane, 2004)
2004)
The definition of psychoeducational groups addresses the importance of educational an The definition of psychoeducational groups addresses the importance of educational an prevention in s
prevention in such groupsuch groups. These groups . These groups serve to educaserve to educate those facing te those facing a potential a potential threat orthreat or a developmental life event or to teach coping skills to dealing with an immediate life crisis. a developmental life event or to teach coping skills to dealing with an immediate life crisis. ASGW
ASGW defined defined the the goal goal for for such such groups groups as as ‘preventing ‘preventing an an array array of of educational educational andand psychological
psychological disturbance disturbance from from occuring occuring (( Association Association for for Specialist Specialist in in Group Group WorkWork (ASGW), 1991 dikutip dari Brown, 2011
(ASGW), 1991 dikutip dari Brown, 2011))
Definition
Definition of of psychoeducation psychoeducation is is any any structured structured group group or or individual individual program program thatthat addresses an illness from a multi dimensional viewpoint including familial, social, addresses an illness from a multi dimensional viewpoint including familial, social, biological and pharmacological perspective, as well as providing serv
biological and pharmacological perspective, as well as providing serv ice users andice users and
carers with information support and management stratgies.
carers with information support and management stratgies. ((The National InstituteThe National Institute
for
for Health Health and and Clinical Clinical ExcellenceExcellence (NICE), 2006 dikutip dari Bordbar &(NICE), 2006 dikutip dari Bordbar & Faridhosseini, 2010)
!"#" %&'()*) +,)*(*-.&/"0#12 32*410" 30"5*6*/"
78"9120"#&0 3&(:&(:&2&8 #
Berdasarkan definisi-definisi di atas, Psikoedukasi (PE) dapat diterapkan tidak hanya kepada individu tetapi juga dapat diterapkan pada keluarga dan kelompok. PE dapat digunakan sebagai bagian dari proses treatment dan sebagai bagian dari rehabilitasi bagi pasien yang mengalami penyakit ataupun gangguan tertentu. PE banyak diberikan kepada pasien dengan gangguan psikiatri termasuk anggota keluarga dan orang yang berkepentingan untuk merawat pasien tersebut. Walaupun demikian, PE tidak hanya dapat diterapkan pada ranah psikiatri tetapi dapat juga diterapkan pada ranah lainnya. PE dapat diterapkan tidak hanya pada individu atau kelompok yang memiliki gangguan psikiatri, tetapi juga digunakan agar individu dapat menghadapi tantangan tertentu dalam tiap tingkat perkembangan manusia sehingga mereka dapat terhindar dari masalah yang berkaitan dengan tantangan yang mereka hadapi. Dengan penjelasan tersebut, dapat dikatakan bahwa Psikoedukasi adalah suatu bentuk intervensi psikologi, baik individual ataupun kelompok, yang bertujuan tidak hanya membantu proses penyembuhan klien (rehabilitasi) tetapi juga sebagai suatu bentuk pencegahan agar klien tidak mengalami masalah yang sama ketika harus menghadapi penyakit atau gangguan yang sama, ataupun agar individu dapat menyelsaikan tantangan yang mereka hadapi sebelum menjadi gangguan. PE merupakan proses empowerment untuk mengembangkan dan menguatkan keterampilan yang sudah dimiliki untuk menekan munculnya suatu gangguan mental. Karena PE dapat diterapkan sebagai bagian dari persiapan sesorang untuk menghadapi berbagai tantangan dalam tiap tahapan perkembangan kehidupan, maka PE dapat diterapkan hampir pada setiap seting kehidupan. Selain itu, karena modelnya yang fleksibel, dimana memadukan informasi terkait gangguan tertentu dan alat-alat untuk mengatasi situasi-situasi tertentu, psikoedukasi berpotensi untuk diterapkan pada area yang luar terkait dengan berbagai bentuk gangguan dan tantangan hidup yang bervariasi (Lukens & McFarlane, 2004). Ini menunjukkan bahwa PE diterapkan pada berbagai seting misalnya rumah sakit, bisnis, perguruan tinggi, pemerintahan, lembaga pelayanan sosial, dan bahkan militer.
Di dalam Walsh (2010), ia menjelaskan mengenai pengertian psikoedukasi dari Griffiths (2006). Berdasarkan pengertian tersebut, ia ditarik kesimpulan bahwa fokus dari psikoedukasi adalah sebagai berikut:
!
Mendidik partisipaan mengenai tantangan dalam hidup!
Membantu partisipan mengembangkan sumber-sumber dukungan dan dukungan sosial!"#" %&'()*) +,)*(*-.&/"0#12 32*410" 30"5*6*/"
78"9120"#&0 3&(:&(:&2&8 $
!
Mengembangkan keterampilan coping untuk menghadapi tantangan hidup!
Mengembangkan dukungan emosional!
Mengurangi sense of stigma dari partisipan!
Mengubah sikap dan belief dari partisipan terhadap suatu gangguan (disorder )!
Mengidentifikasi dan mengeksplorasi perasaan terhadap suatu isu!
Mengembangkan keterampilan penyelesaian masalah!
Mengembangkan keterampilan crisis-interventionPsikoedukasi tidak hanya bertujuan untuk treatment tetapi juga rehabilitasi. Ini berkaitan dengan mengajarkan seseorang mengenai suatu masalah sehingga mereka bisa menurunkan stres yang terkait dengan masalah tersebut dan mencegah agar masalah tersebut tidak terjadi kembali. Psikoedukasi juga didasarkan pada kekuatan partisipan dan lebih fokus pada saat ini dan masa depan daripada kesulitan-kesulitan di masa lalu.
Menurut Walsh (2010), PE dapat menjadi intervensi tunggal, tetapi juga sering digunakan bersamaan dengan beberapa intervensi lainnya untuk membantu partisipan menghadapi tantangan kehidupan tertentu. Psikoedukasi tidak sama dengan psikoterapi walaupun kadang terjadi tumpang tindih antara kedua intervensi tersebut. Psikoedukasi kadang ikut menjadi bagian dari sebuah psikoterapi. Walsh (2010) menjelaskan bahwa psikoterapi dapat dipahami sebagai proses interaksi antara seorang profesional dan
kliennya (individu, keluarga, atau kelompok) yang bertujuan untuk mengurangi distres, disabiliti, malfungsi dari sistem klien pada fungsi kognisi, afeksi, dan perilaku. Psikoterapi juga lebih fokus pada diri individu yang mendapatkan intervensi, sedangkan psikoedukasi
fokus pada sistem yang lebih besar dan mencoba untuk tidak mempatologikan pasien. Kebanyakan intervensi psikososial didasarkan pada model medis tradisional yang didesain untuk mengobati patologi, gangguan, dan disfungsi. Sebaliknya, psikoedukasi merefleksikan paradigma yang lebih menyeluruh dengan pendekatan competence-based , menekankan pada kesehatan, kolaborasi, coping , dan empowerment (Dixon, 1999; Marsh, 1992, dikutip dari Lukens & McFarlane, 2004 ). Psikoedukasi didasarkan pada kekuatan dan fokus pada masa sekarang.
Psikoedukasi, baik individu ataupun kelompok tidak hanya memberikan informasi-informasi penting terkait dengan permasalahan partisipannya tetapi juga mengajarkan keterampilan-keterampilan yang dianggap penting bagi partisipannya untuk menghadapi situasi permasalahannya. Psikoedukasi kelompok dapat diterapkan pada berbagai
!"#" %&'()*) +,)*(*-.&/"0#12 32*410" 30"5*6*/"
78"9120"#&0 3&(:&(:&2&8 %
kelompok usia dan level pendidikan. Asumpsi lainnya, PE kelompok lebih menekankan pada proses belajar dan pendidikan daripada self-awareness dan self-understanding
dimana komponen kognitif memiliki proporsi yang lebih besar daripada komponen afektif (Brown, 2011). Namun ini tidak berarti bahwa PE sama sekali tidak menyentuh aspek self-awareness dan self-understanding . Hal ini dikembalikan kepada sasaran dari PE itu sendiri
anak-anak, remaja, dan orang dewasa di berbagai seting. Psikoedukasi kelompok ini juga dapat terdiri dari 1 sesi ataupun lebih.
Berbicara tentang Psikoedukasi kelompok, sekilas tampak serupa dengan konseling dan terapi kelompok. Akan tetapi, terdapat perbedaan-perbedaan yang perlu dihayati sebagai dasar untuk menentukan kompetensi dan pengetahuan apa saja yang diperlukan untuk mengadakan psikoedukasi kelompok. Brown (2011) menjelaskan hal tersebut dalam sebuah tabel yang menjelaskan perbedaan kedua kelompok.
Psikoedukasi Kelompok Konseling dan Terapi Kelompok
Menekankan pengajaran dan instruksi Menekankan pengalaman dan perasaan Menggunakan aktivitas yang terstruktur dan
terencana
Sedikit menggunakan aktivitas yang terstruktur dan terencana
Tujuan kelompok biasanya ditentukan oleh pemimpin kelompok
Tujuan kelompok ditentukan oleh anggota kelompok
Pemimpin kelompok berperan sebagai fasilitator, guru
Pemimpin kelompok melakukan pengarahan, intervensi, dan perlindungan terhadap anggotanya
Fokus pada pencegahan Fokus pada self-awareness
Tidak ada pemilihan terhadap anggota kelompoknya
Pemilihan anggota kelompok penting untuk dilakukan di awal pembentukannya
Anggota kelompok bisa berjumlah sangat besar
Biasanya terbatas hanya pada 5-10 anggota kelompok
Pembukaan diri dapat dilakukan tetapi tidak diharuskan
Diharapkan adanya pembukaan diri Privasi dan kerahasiaan bukan merupakan
penekanan utama
Privasi dan kerahasiaan menjadi hal penting dan mendasar
Sesinya dapat dibatasi hingga hanya menjadi satu sesi
Biasanya terdiri dari beberapa sesi
Penekanan pada tugas Penekanan pada mempertahankan
keberlangsungan kelompok daripada tugas Tabel 1. Perbandingan antara Psikoedukasi Kelompok dan Konseling & Terapi Kelompok
Brown (2011) menjelaskan PE dengan lebih luas. Psikoedukasi kelompok dapat bervariasi dari hanya berupa kelompok diskusi hingga menjadi suatu kelompok self-help.
Beberapa bentuk kelompok yang termasuk dalam PE namun memiliki setting dan konten informasi yang berbeda, misalnya task group yang bertujuan untuk pencapaian penyelesaian tugas. Training/work group bertujuan untuk membuat partisipannya mampu
!"#" %&'()*) +,)*(*-.&/"0#12 32*410" 30"5*6*/"
78"9120"#&0 3&(:&(:&2&8 &
pengembangan keterampilan sosial yang bertujuan untuk pencegahan ataupun remedial. Contoh-contoh kelompok tersebut adalah bagian kecil dari PE yang disesuaikan dengan tujuan dan kebutuhan dari kelompok tersebut.
Teori-teori yang melatarbelakangi PE antara lain adalah teori sistem ekologi, teori kognitif-perilaku, teori belajar, group practice models, stress and coping models, model dukungan sosial, dan pendekatan naratif (Anderson, Reiss, & Hogarty, 1986, dikutip dari Lukens & McFarlane, 2004). Teori sistem ekologi ini memberikan kerangka kerja untuk menilai dan membantu individu dalam memahami gangguan ataupun pengalamannya dikaitkan dengan sistem lain dalam kehidupannya, misalnya pasangan, keluarga, sekolah. PE juga mengadaptasi konsep-konsep dasar dari existensial-humanistik, behaviorist , dan teori kognitif. Pendekatan humanistik yang mendasari PE adalah existential-humanistic theory yang menyatakan bahwa manusia mampu membuat keputusan pribadi yang didukung dengan potensi untuk berkembang dan penguasaan lingkungannya, sekaligus bertindak dengan bertanggung jawab. Teori behaviorist menekankan pada pengaruh dari
manipulasi lingkungan. Teori kognitif fokus pada penguasaan terhadap keterampilan kognisi-emosi yang menjadi komponen dari proses psycho-training .
PE dapat digunakan dalam berbagai seting situasi. Untuk bidang klinis sendiri, PE banyak digunakan bersamaan dengan psikoterapi pada klien-klien dengan gangguan psikologi, di sekolah atau instansi pendidikan ataupun pada health psychology atau medical psychology. Misalnya PE pada skizofrenia, bipolar disorder, depresi, penggunaan narkoba ataupun alkohol. PE diberikan agar klien tersebut memiliki pemahaman dan penerimaan terhadap gangguannya untuk menghindari terjadinya kemungkinan relapse. PE tidak hanya diberikan kepada klien, tetapi juga kepada anggota keluarga sebagai suatu sistem dukungan sosial terdekat bagi klien. Untuk penerapan pada instansi atau organisasi misalnya adalah penerapan pada sekolah dan universitas. PE yang diberikan biasanya terkait dengan topik-topik tertentu, misalnya bullying , bahaya narkoba, kesehatan reproduksi, ataupun kekerasan dalam pacaran. PE pada sekolah biasanya menjadi bagian dari Bimbingan Konseling sesuai dengan kebutuhan siswa.
Untuk bidang health psychology atau medical psychology, PE banyak diterapkan pada pasien-pasien penderita penyakit tertentu. Misalnya pada pasien diabetes, mereka
mendapatkan PE mengenai gaya hidup yang mendukung kesembuhan mereka atau setidaknya mendukung dalam menjaga kadar gula darah mereka. Contoh lainnya pada pasien-pasien kanker yang membutuhkan perawatan khusus dan perubahan gaya hidup
!"#" %&'()*) +,)*(*-.&/"0#12 32*410" 30"5*6*/"
78"9120"#&0 3&(:&(:&2&8 '
untuk mencegah agar kanker tidak menyerang kembali. PE juga diberikan kepada anggota keluarga ataupun orang yang berkepentingan untuk merawat pasien tersebut. Penerapan- penerapan PE itu sendiri sudah banyak dilaksanakan di negara-negara barat dan negara
maju. Di Indonesia sendiri, psikoedukasi belum banyak diterapkan secara luas.
Kesimpulan
Psikoedukasi adalah suatu bentuk intervensi yang dapat diterapkan pada secara individual, kelompok ataupun dalam keluarga yang bertujuan untuk rehabilitasi sehingga individu tidak mengalami masalah yang sama ketika dihadapkan pada tantangan tertentu ataupun pencegahan agar individu tidak mengalami gangguan ketika menghadapi suatu tantangan.
Dengan modelnya yang fleksibel dimana konten informasi dan tools yang digunakan disesuaikan dengan situasi ataupun masalah tertentu, PE berpotensi untuk diterapkan tidak hanya pada area psikiatri saja tetapi pada hampir semua aspek kehidupan, tingkatan usia dan pendidikan. PE juga dapat diterapkan sebagai intervensi tunggal ataupun digabungan dengan psikoterapi lainnya.
Daftar Referensi:
Bordbar, Mohammad. Faridhosseini, Farhad. 2010. Psychoeducation for Bipolar Mood Disorder . Jurnal: Clinical, Research, Treatment Approaches to Affective Disorders.
Brown, Nina W. 2011. Psychoeducational Groups 3rd Edition: Process and Practice. New
York: Routledge Taylor & Francis Group.
Lukens, Ellen P. McFarlane, William R. 2004. Journal Brief Treatment and Crisis
Intervention Volume 4. Psychoeducation as Evidence-Based Practice: Consideration for Practice, Research, and Policy. Oxford University Press.