• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Barat berbatasan dengan Kabupaten Banyumas dan Cilacap, di bagian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Barat berbatasan dengan Kabupaten Banyumas dan Cilacap, di bagian"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum Lokasi

1. Kondisi Geografis

Secara geografis, batas Kabupaten Kebumen di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Purworejo dan Wonosobo, di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Banyumas dan Cilacap, di bagian utara berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara dan di bagian selatan berbatasan dengan Samudera Hindia. Secara administratif, Kabupaten Kebumen terdiri dari 26 kecamatan dengan luas wilayah 128.110 Ha. Kabupaten Kebumen memiliki karakter tofografi daerah pantai di bagian selatan dan pegunungan di bagian utara. Daerah Kebumen sebagian besarnya adalah dataran rendah. Dari luas keseluruhan wilayah yang ada, 31,04 persennya dikategorikan sebagai lahan sawah dan pertanian yang tersebar di wilayah dataran tinggi hingga dataran rendah. Luas sisa 68.96 persen daerah tersebut dikategorikan sebagai lahan kering yang diperuntukkan sebagai areal bangunan, tegalan dan hutan negara. Dari 26 kecamatan yang tersebar di seluruh Kabupaten Kebumen, 7 diantaranya terletak di pesisir selatan, yaitu Kecamatan Mirit, Ambal, Buluspesantren, Klirong, Petanahan, Puring dan Ayah. (Data Pemerintah Kebumen).

(2)

Penelitian dilakukan di Desa Setrojenar. Desa Setrojenar terdiri dari enam dukuh, yaitu Dukuh Duren, Dukuh Cengkerek, Dukuh Godi, Dukuh Kuang, Dukuh Pucung, dan Dukuh Kepek. Desa Setrojenar merupakan salah satu desa yang termasuk dalam kelompok urut sewu, yaitu desa yang terletak di pesisir pantai selatan. Berdasarkan peta dengan skala 1 : 20.000, secara administrasi Desa Setrojenar terletak antara 7˚45’50’’LS – 7 ˚47’ 12’’ LS dan 109˚39’20’’ BT – 109˚41’00’’, dengan luas daerah 252,827 hektar yang terdiri dari 184,185 ha ladang/ tegal dan pemukiman seluas 68,642 ha. Selebihnya 16,301 ha tanah kas desa, lapangan seluas 1,392 ha dan lain-lain 16, 140 ha.

Batas Wilayah Desa Setrojenar yaitu:

Batas Sebelah Utara : Desa Bocor, Desa Walyo, Kecamatan Buluspesantren.

Batas Sebelah Timur : Desa Brecong, Kecamatan Buluspesantren. Batas Sebelah Selatan : Samudera Hindia.

Batas Sebelah barat : Desa Ayam Putih, Kecamatan Buluspesantren.

(Monografi Desa Setrojenar 2012).

Desa Setrojenar terletak tepat di pinggir pantai selatan dan memiliki lahan luas, sehingga dianggap sangat strategis untuk dijadikan tempat latihan TNI. Menurut beberapa anggota TNI di Dislitbang TNI Setrojenar, daerah Setrojenar sangat strategis dijadikan

(3)

tempat latihan dan uji coba alat-alat perang karena letaknya yang dekat dengan laut dan bukan daerah rawan hujan, sehingga sangat efektif untuk latihan dan uji coba alat-alat perang. Lahan yang ada Desa Setrojenar sendiri memiliki tekstur tanah yang berpasir, sehingga sangat cocok dijadikan sebagai ladang pertanian buah semangka dan melon. Akses untuk masuk ke Desa Setrojenar terbilang sangat mudah, hal ini dikarenakan letak Desa Setrojenar berdekatan dengan jalan besar yaitu jalur lingkar selatan Kebumen. Meskipun belum ada angkutan atau transportasi umum yang masuk ke desa ini, tetapi untuk menjangkau desa ini cukup mudah. Desa ini juga berdekatan dengan wisata pantai Bocor di Buluspesantren.

2. Kondisi Demografis

a. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Pekerjaan Berdasarkan data monografi Desa Setrojenar 2012, jumlah penduduk ada 2.730 jiwa, yang terdirì dari 1.356 laki-laki dan 1.374 perempuan. Terhimpun 785 KK. Mata pencaharian mayoritas penduduk Setrojenar adalah Petani: 2163 orang. Buruh: 205 orang, Buruh Swasta: 160 orang dan PNS: 40 orang serta TNI/Polri: 10 orang. Pensiunan: 14 orang dan 12 orang jadi pamong/perdes. Terdapat 113 pengrajin, 67 pedagang, 20 peternak, 3 montir.

(4)

b. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Warga masyarakat Desa Setrojenar memiliki tingkat pendidikan yang bervariatif mulai dari SD (Sekolah Dasar) hingga S1 (Strata satu). Warga Desa Setrojenar yang lanjut usia banyak yang tidak lulus sekolah dasar, sehingga ada beberapa warga yang buta huruf. Berdasarkan data monografi tahun 2010 tercatat 1052 jiwa tamatan Sekolah Dasar (SD). Pendidikan menengah (SLTP dan SLTA) berjumlah 674 jiwa. Penduduk dengan pendidikan Perguruan Tinggi (Diploma, Sarjana) berjumlah 56 jiwa. Berdasarkan data monografi 2012 di Setrojenar tercatat ada 1240 orang yang tamat Sekolah Dasar (SD atau sederajat), tamatan SMP dan tamatan SLTA ada 820 orang. Jumlah penduduk dengan pendidikan diploma dan sarjana ada 58 orang.

Berdasarkan presentase diatas jumlah penduduk Desa Setrojenar sebagian besar adalah berpendidikan sekolah dasar, sedangkan masyarakat yang berpendidikan perguruan tinggi atau sarjana berjumlah paling sedikit. Dengan tingkat pendidikan yang rendah tersebut mengakibatkan masyarakatnya lebih banyak yang menetap di desa tempat kelahirannya dan bekerja sebagai petani, baik petani penggarap maupun petani pemilik. Saat ini banyak anak-anak Desa Setrojenar yang sedang menempuh pendidikan di tingkat SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama), SLTA (Sekolah

(5)

Lanjutan Tingkat Atas), maupun Universitas, yaitu berjumlah 103 jiwa, (Data Monografi Setrojenar 2012).

c. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Mayoritas mata pencaharian warga Desa Setrojenar adalah sektor agraris, seperti buruh tani, buruh ternak, peternak, petani penggarap dan petani pemilik. Selain sektor agraris warga Desa Serojenar mempunyai pekerjaan yang bervariatif seperti pedagang, pegawai negeri sipil (PNS), pembuat gula merah dan emping. Penghasilan warga Desa Setrojenar tidak menentu, dengan kisaran pendapatan Rp 500.000 - Rp 1.500.000 setiap bulannya. Penghasilan yang tidak menentu tersebut disebabkan oleh mata pencaharian di sektor pertanian tergantung pada musim dan cuaca, serta pengolahan tanaman yang kurang maksimal karena harus bergantian dengan jadwal latihan TNI.

d. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa

Desa Setrojenar tidak lepas dari lembaga-lembaga pemberdayaan masyarakat desa yang berfungsi sebagai organisasi yang menjalankan pemerintahan. Organisasi-organisasi ini berperan penting sebagai penyalur aspirasi masyarakat. Organisasi-organisasi tersebut antara lain seperti Karang Taruna, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan Paguyuban Petani Urut Sewu, Organisasi Perempuan, Organisasi PKK, Kelompok Gotong

(6)

Royong, Organisasi Bapak-Bapak, LKMD atau LKMA, (Data Monografi 2012).

e. Sarana dan Prasarana

Listrik di Desa Setrojenar sudah terpasang sejak tahun 1991. Listrik di Desa Setrojenar antara lain digunakan untuk lampu penerangan jalan, lampu dan alat elektronik rumah-rumah tangga. Desa Setrojenar juga memiliki sarana pendidikan yang memadai seperti Taman Kanak-kanak (TK) 1 unit, Sekolah Dasar (SD) 3 unit, Lembaga Pendidikan Keagamaan 13 unit. Sarana beribadah yang terdapat di Desa Setrojenar yaitu masjid berjumlah 3 dan surau atau langgar berjumlah 6 unit, sementara untuk umat yang beragama lain selain islam melaksanakan ibadahnya di tempat ibadah yang ada di desa lain. Sarana pemerintahan yang terdapat di Desa Setrojenar yaitu kantor kelurahan. Sarana kesehatan juga tersedia di Desa Setrojenar, yaitu Puskesmas yang letaknya berdekatan dengan kantor kelurahan, apotik 1 unit, dan toko obat ada 3 unit. Desa Setrojenar juga memiliki tempat pariwisata Pantai Bocor yang juga merupakan ladang mata pencaharian warga Desa Setrojenar. Sarana keamanan poskamling ada 3 unit, (Data Monografi Setrojenar 2012).

(7)

B. Pembahasan dan Analisis 1. Deskripsi Umum Responden

Informan merupakan sumber utama untuk memperoleh data dalam penelitian yang telah dilaksanakan.

a. Kepala Desa Setrojenar

Desa Setrojenar dikepalai oleh Bapak Surip Supangat. Beliau sudah menjabat sebagai kepala desa selama dua periode. Bapak Surip Supangat adalah warga asli Desa Setrojenar. Selain menjabat sebagai kepala desa beliau juga berprofesi sebagai petani, dan pernah menjadi salah satu korban kerusuhan 16 April di Desa Setrojenar.

b. Bapak SS

Bapak SS berusia 41 tahun beralamat di Dukuh Godi Rt 02 Rw 06, Desa Setrojenar, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen, Bapak SS merupakan Kepala Desa Setrojenar. Beliau sendiri merupakan salah satu korban kerusuhan 16 April. Bapak SS merupakan sosok yang bertanggung jawab dalam menjalankan tugasnya, maka dari itu beliau dipercayai oleh warga Desa Setrojenar, hal ini dibuktikan dengan terpilihnya beliau sebagai kepala Desa Setrojenar selama dua periode. Selain menjabat sebagai kepala desa, beliau juga bekerja sebagai petani. Bapak SS memiliki satu orang istri dan satu orang anak.

(8)

c. Bapak Mtf

Bapak Mtf berusia 63 tahun, beliau beralamat di Desa Setrojenar, Dukuh Godi, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen. Pekerjaan Bapak Mtf sehari-hari sebelum peristiwa 16 April adalah sebagai petani, penderes (pembuat gula merah), peternak kambing dan sapi, sedangkan Istri bapak Mtf juga bekerja sebagai pembuat emping. Bapak Mtf merupakan pekerja yang keras dan ulet. Bapak Mtf sendiri merupakan korban yang pertama kali pada peristiwa 16 April. Beliau merupakan korban yang saat itu keadaannya sangat kritis, namun setelah sembuh beliau tidak berhenti bekerja. Demi mencari nafkah dan menghidupi keluarganya beliau kembali bekerja sebagai petani dan peternak, namun sudah tidak lagi nderes, karena setelah peristiwa 16 April tangan dan kaki beliau sudah tidak kuat seperti dulu lagi.

d. Bapak Ad

Bapak Ad berusia 40 tahun, beliau beralamat di Dukuh Kuang Desa Setrojenar, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen. Beliau bekerja sebagai petani dan peternak. Bapak Ad juga merupakan salah satu korban konflik antara warga Desa Setrojenar dengan TNI pada peristiwa 16 April. Bapak Ad merupakan petani yang menggarap lahan yang menjadi sengketa antara warga Desa Setrojenar dengan TNI. Pendidikan terakhir Bapak Ad adalah Madrasah Tsanawiyah.

(9)

e. Bapak St

Bapak St berusia 47 tahun, beliau beralamat di Dukuh Kepek Desa Setrojenar, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen. Dalam kesehariannya Bapak St bekerja sebagai petani. Pendidikan terakhir Bapak St adalah sekolah dasar (SD). Beliau merupakan petani yang menggarap lahan yang pernah menjadi sengketa antara warga Desa Setrojenar dan TNI.

f. Bapak Wy

Bapak Wy berusia 47 tahun, beliau beralam di Dukuh Kuang, Desa Setrojenar, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen. Pekerjaan bapak Wy yaitu sebagai petani penggarap dan petani pemilik. Beliau juga sebagai korban pada peristiwa 16 April. Jenis tanaman yang ditanam Bapak Wy adalah buah-buahan seperti melon dan semangka. Keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki Bapak Wy tidak menjadi alasan untuk mengurunkan niat menyekolahkan anaknya ke jenjang perguruan tinggi. Walaupun Bapak Wy hanya lulusan SMP, namun beliau berharap anaknya sekolah lebih tinggi dari beliau dan tidak menjadi seorang petani.

g. Bapak Un

Bapak Un berusia 38 tahun, beliau beralamat di Dukuh Kepek, Desa Setrojenar, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen. Beliau memiliki satu orang istri dan dua anak yang masih sekolah

(10)

di bangku Sekolah Dasar (SD), dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Bapak Un bekerja sebagai petani dan peternak sapi. Beliau juga menggarap di tanah yang pernah menjadi sengketa anatar warga Desa Setrojenar dan TNI. Bapak Un juga merupakan korban pada peristiwa 16 April. Pendidikan terakhir bapak Un adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP). Beliau merupakan salah satu korban kerusuhan pada 16 April.

h. Ibu Rp

Ibu Rp berusia 59 tahun, beliau beralamat di Dukuh Godi, Desa Setrojenar, Kecamatan Buluspesantren, Kabupeten Kebumen. Dalam sehari-hari beliau bekerja sebagai pembuat emping. Pekerjaan membuat emping ini dilakukan Ibu Rp untuk membantu ekonomi keluarga. Suami Ibu Rp sendiri adalah petani yang menanam di lahan yang menjadi sengketa warga Desa Setrojenar dengan TNI. Ibu Rp bekerja sebagai pembuat emping karena merasa pendapatan suami beliau sebagai petani yang menggarap lahan yang pernah menjadi sengketa sangat terbatas, apalagi beliau memiliki anak yang saat ini sedang menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi dan Taman Kanak-Kanak (TK). Demi membantu suami menambah penghasilan beliau bekerja sebagai pembuat emping melinjo.

(11)

i. Bapak Kyd

Bapak Kyd berusia 50 tahun, beliau tinggal di rumah dinas Dislitbang TNI Setrojenar. Asal beliau dari Bandung. Bapak Kyd merupakan Kepala Perwakilan Dislitbang TNI yang ada di Setrojenar. Beliau merupakan TNI yang bertugas di Setrojenar kurang lebih sejak lima tahun yang lalu.

j. Bapak Sn

Bapak Sn berusia 52 tahun, beliau tinggal di asrama Dislitbang TNI Setrojenar. Bapak Sn merupakan anggota TNI yang sudah bertugas di Setrojenar kurang lebih selama 10 tahun.

k. Bapak Am

Bapak Am berusia 30 tahun, beliau tinggal di asrama Dislitbang TNI Setrojenar. Bapak Am merupakan anggota TNI yang bertugas di Setrojenar dan sudah bertugas di Setrojenar kurang lebih selama selama 4 tahun.

2. Konflik Warga Sipil dengan TNI

Konflik yang melibatkan masyarakat sipil dengan instansi pemerintah akan sangat menarik untuk dikaji manakala konflik sampai pada tataran elite atau golongan yang berkuasa maupun instansi yang memiliki posisi dan tugas untuk mengayomi masyarakat. Berdasarkan penjelasan Bapak Kyd selaku Kepala Dislitbang TNI Setrojenar, konflik antara warga sipil dengan TNI di Desa Setrojenar sebenarnya

(12)

sudah berlangsung lama, yakni sejak tahun 2009, tetapi pada tanggal 16 April 2011 terjadi kerusuhan tindak anarkis antara warga Desa Setrojenar dengan TNI. Saat ini masyarakat Desa Setrojenar menyebut kejadian tersebut dengan sebutan “Peristiwa 16 April”. Peristiwa tersebut menjadi sejarah yang sampai saat ini setiap tahunnya selalu diperingati oleh warga Desa Setrojenar. Konflik lahan antara warga Desa Setrojenar dengan TNI bermula pada kesalahpahaman warga Desa Setrojenar terhadap TNI yang dikira akan menyerobot atau merebut tanah yang selama ini dijadikan lahan pertanian oleh warga Desa Setrojenar. Pada saat itu TNI memberi tanda batas berupa bendera merah pada tanah yang dijadikan tempat latihan TNI, namun warga tidak terima dengan adanya tanda batas tersebut dan mengira tanah tersebut direbut oleh TNI. Wargapun protes dan melakukan demo kepada pihak TNI terkait tidak setujunya ada latihan uji coba senjata di Desa Setrojenar. Demo dan protes warga tidak terlalu diperhatikan oleh TNI. Karena dari pihak TNI tidak pernah ada reaksi terhadap demo warga, akhirnya pada tanggal 16 April 2011 terjadi kerusuhan dan tindak anarkis antara warga dengan TNI di depan Dislitbang TNI Setrojenar.

Menurut bapak SS, selaku Kepala Desa Setrojenar, bahwa secara legal formal kepemilikan lahan yang digunakan untuk bertani warga Desa Setrojenar dan untuk latihan TNI berstatus tanah desa. Masyarakat petani Desa Setrojenar sudah lama memanfaatkan lahan

(13)

tersebut untuk bercocok tanam, begitu pula TNI juga sudah lama melakukan latihan dan uji coba senjata di lahan tersebut. Baik warga Desa Setrojenar maupun TNI keduanya memiliki bukti kepemilikan tanah. Adanya perbedaan kepentingan dan perbedaan pemahaman antara warga Desa Setrojenar dengan TNI mengakibatkan perselisihan. Warga Desa Setrojenar yang sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani, berusaha mempertahankan lahan tersebut, namun TNI juga memiliki bukti sah untuk memanfaatkan lahan tersebut, sehingga diantara keduanya saling berusaha agar tetap dapat menggunakan lahan tersebut untuk kegiatan masing-masing pihak. Petani Desa Setrojenar menggunakan lahan tersebut untuk bercocok tanam, sedangkan TNI menggunakan lahan tersebut untuk latihan dan uji coba senjata. Konflik dan tindak anarkis antara warga sipil Desa Setrojenar dengan TNI mengharuskan pemerintah Kabupaten Kebumen dan Provinsi Jawa Tengah ikut turun tangan untuk menyelesaikan perselisihan tersebut. Setelah melalui beberapa kali musyawarah dan sidang ditemukan solusi bahwa TNI tetap dapat memanfaatkan lahan tersebut untuk latihan dan uji coba, serta petani tetap dapat memanfaatkan lahan tersebut untuk bercocok tanam ketika TNI tidak sedang melakukan latihan dan uji coba senjata.

(14)

3. Kondisi Sosial-Budaya Masyarakat Setrojenar Sebelum Konflik dengan TNI

Masyarakat desa sering diidentikan dengan masyarakat agraris, yaitu masyarakat yang kegiatan ekonominya berpusat pada pertanian. Seperti halnya dengan masyarakat di Desa Setrojenar, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen, sebagian besar pekerjaan masyarakat Desa Setrojenar menggantungkan hidupnya pada pertanian. Keadaan demikian didukung dengan kondisi geografis Desa Setrojenar yang sebagian besar adalah persawahan atau ladang. Karena sebagai desa yang letaknya jauh dari perkotaan, warga masyarakat Desa Setrojenar memiliki hubungan interaksi yang masih erat. Dalam memaparkan kondisi tersebut dapat dilihat dari kondisi sosial-budaya yang ada di desa tersebut.

a. Segi Sosial

1) Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia, yaitu untuk meningkatkan taraf hidup dan mempertahankan hidup. Dengan adanya pendidikan yang memadai, masyarakat dapat mengembangkan bakat dan kreativitas mereka yang dapat dijadikan pekerjaan untuk penghasilan ekonomi sehari-hari.

Dilihat dari data monografi yang diperoleh, kebanyakan warga masyarkat Desa Setrojenar hanya mengenyam pendidikan terakhir ditingkat Sekolah Dasar (SD). Rendahnya tingkat

(15)

pendidikan yang dimiliki, menjadikan warga masyarakat Desa Setrojenar memiliki kesempatan yang sedikit untuk bekerja diluar sektor pertanian. Sedikit sekali warga masyarakat Desa Setrojenar yang memiliki keahlian khusus selain bertani.

2) Interaksi Sosial

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dan bekerjasama dengan manusia lainnya. Kehidupan masyarakat Desa Setrojenar merupakan kehidupan masyarakat desa yang masih memiliki ciri-ciri kehidupan masyarakat desa pada umumnya, antara lain seperti solidaritas yang erat dan interaksi sosial yang intim. Menurut George Simmel, pokok utama dari interaksi bukanlah isi melainkan bentuk dari interaksi yang terjadi di dalam masyarakat, (Ritzer, 2012: 283). Bentuk-bentuk dari interaksi sosial dapat terlihat dari kehidupan sosial yang ada di desa tersebut. Interaksi yang terjadi antar warga masyarakat Desa Setrojenar tergambar dalam beberapa pokok yang menyangkut bentuk interaksi tersebut, antara lain:

a) Kerjasama

Dalam kehidupan bermasyarakat, kerjasama diantara para anggota masyarakat tersebut sangat diperlukan untuk mempermudah urusan bermasyarakat dan mempererat kerukunan serta solidaritas diantara para anggota warga

(16)

masyarakat. Kerjasama yang diterapkan di Desa Setrojenar terlihat pada musyawarah, kematian, kelahiran, pernikahan, serta hajatan yang lainnya. Semua anggota warga masyarakat akan senantiasa saling membantu dalam bentuk materi, tenaga maupun pikiran. Hal tersebut sesuai dengan pemaparan seorang informan, yaitu Bapak Mtf “Sebelum terjadi konflik kondisi masyarakat tenang-tenang saja mbak. Masyarakat dan TNI saling membantu dan gotong royong kalau salah satu ada yang punya hajatan”.

Dalam hidup bermasyarakat, setiap individu pastinya membutuhkan individu yang lainnya untuk mencukupi kebutuhan hidup. Pemaparan informan di atas menggambarkan kondisi masyarakat Desa Setrojenar yang kompak dalam bekerjasama. Di Desa Setrojenar sikap saling tolong menolong dan gotong royong sangat dipertahankan dan menjadi suatu warisan turun temurun. Kerjasama dan tolong menolong pada di Desa Setrojenar tercermin dalam berbagai kegiatan sehari-hari, antara lain kelahiran, pernikahan, ataupun musibah kematian. Ketika ada salah satu anggota masyarakat yang memiliki hajatan seperti diatas warga masyarakat saling membantu. Biasanya ibu-ibu membantu memasak makanan untuk hidangan acara hajatan, sedangkan bapak-bapak membantu untuk

(17)

menyiapkan tempat hajatan tersebut, seperti tenda, meja, dan kursi. Para kaum laki-laki juga biasanya membantu dalam menyembelih kambing dan membuat jenang untuk acara hajatan tersebut.

(1) Kelahiran

Prosesi atau upacara tradisi kelahiran dimulai saat kandungan berusia 4 bulan, di Desa Setrojenar ini ada tradisi mapati atau empat bulanan untuk orang yang sedang hamil. Kemudian saat kandungan berusia 7 bulan ada tradisi mitoni, dan sampai pada kelahiran biasanya ada tradisi aqiqah atau pemberian nama. Dalam acara-acara tersebut biasanya keluarga yang melahirkan mengundang para tetangga dan kerabat untuk datang ke acara syukuran. Tetangga-tetangga yang mendapat undangan pada acara tersebut biasanya datang dengan membawa buah tangan berupa bahan-bahan pokok seperti beras, gula, sayuran, minyak, dan lain-lain atau yang biasanya disebut dengan sumbangan, dan keluarga yang mempunyai hajat juga membalas buah tangan tersebut dengan memberi makanan yang sudah dimasak. Ketika prosesi hajatan aqiqah, biasanya keluarga yang mempunyai hajatan tersebut menyembelih kambing. Prosesi penyembelihan dan

(18)

memasak daging kambing dilakukan oleh kaum laki-laki. Keadaan demikian menggambarkan eratnya hubungan antar para anggota masyarakat dimana masih saling memberi dan adanya hubungan timbal balik yang terjaga dengan baik.

(2) Pernikahan

Pada acara hajatan pernikahan masyarakat lebih banyak bekerjasama dan memberi bantuan berupa tenaga. Orang yang mempunyai hajat acara pernikahan biasanya meminta bantuan tetangga dalam hal persiapan pesta pernikahan seperti mendirikan tenda, menyiapkan tempat untuk acara pesta pernikahan, menata meja dan kursi, menyiapkan bahan makanan untuk dimasak, dan memasak. Orang yang mempunyai hajat juga mengundang para tetangga dan kerabat mereka untuk datang pada acara pesta pernikahan. Tetangga dan kerabat yang diundang biasanya datang pada acara pesta pernikahan dengan nyumbang atau membawa buah tangan berupa bahan pokok makanan seperti beras, minyak, sayuran, gula, dan makanan ringan.

(3) Kematian

Ketika salah satu warga Desa Setrojenar ada yang tertimpa musibah, seperti misalnya ada anggota

(19)

keluarga yang meninggal, warga sipil Desa Setrojenar maupun TNI sangat tanggap untuk membantu dan datang untuk melayat. Ketika terdengar kabar ada salah satu warga yang meninggal, maka warga yang lain langsung membantu dalam menyiapkan kursi untuk pelayat dan prosesi pemakaman. Pada prosesi pemakaman biasanya orang yang menggali kubur adalah tetangga-tetangga orang yang mengalami musibah tersebut. Hal tersebut sangat mencerminkan eratnya hubungan timbal balik antara warga sipil dengan warga sipil dan antara warga sipil dengan dengan TNI. b) Norma Sosial

Norma sosial merupakan kebiasaan umum yang menjadi patokan perilaku dalam masyarakat. Norma sosial dianggap sebagai suatu standar atau skala yang terdiri dari berbagai kategori perilaku yang berisikan suatu keharusan, larangan, maupun kebolehan. Norma sosial digunakan oleh masyarakat sebagai pengendali sosial bagi masyarakat dalam berperilaku. Kondisi masyarakat yang masih memiliki solidaritas serta interaksi yang erat mengakibatkan masyarakat Desa Setrojenar sangatlah mematuhi nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat setempat, (Soerjono, 1982). Norma sosial dalam

(20)

masyarakat Desa Setrojenar digolongkan berdasarkan bentuk-bentuk norma sosial berdasarkan tingkatannya yang digolongkan menurut Soerjono. Norma-norma tersebut yaitu:

(1) Norma cara (Usage)

Seperti yang tercantum dalam proposal penelitian, norma cara (usage) lebih menonjol di dalam hubungan antarindividu dalam masyarakat. Suatu penyimpangan terhadapnya tidak akan mengakibatkan hukuman yang berat, akan tetapi hanya sekedar celaan dari individu yang dihubunginya. Norma cara yang ada di masyarakat Desa Setrojenar terlihat pada cara bagaimana warga masyarakat Desa Setrojenar mengolah lahan mereka. Cara dan alat yang digunakan untuk mengolah lahan mereka masih menggunakan cara dan alat yang sederhana. Alat-alat yang biasa digunakan untuk bercocok tanam misalnya bajak yang masih menggunakan tenaga sapi.

(2) Norma kebiasaan (Folkways)

Kebiasaan yang diartikan sebagai perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama merupakan bukti bahwa orang banyak menyukai perbuatan tersebut. Kebiasaan (folkways) pada masyarakat Desa

(21)

Setrojenar terlihat dalam kebiasaan bermusyawarah dan bergotong royong. Kebiasaan dalam bergotong royong dapat dilihat pada kegiatan gotong-royong dalam membuat rumah dan memperbaiki jalan. Kegiatan mebuat rumah dilakukan bersama-sama tanpa adanya upah dari tuan rumah yang membuat rumah. Warga yang membantu membuat rumah tersebut hanya mendapat makan dan minum ketika istirahat.

(3) Tata kelakuan (Mores)

Tata kelakuan mencerminkan sifat-sifat yang hidup dari kelompok manusia yang dilaksanakan sebagai alat pengawas, secara sadar maupun tidak sadar, oleh masyarakat terhadap anggota-anggotanya. Tata kelakuan yang ada di Setrojenar dapat dilihat pada bagaimana masyarakat dan TNI dalam menjaga hubungan dan kerjasama yang baik. Antara warga masyarakat Desa Setrojenar dengan TNI selalu menjaga hubungan baik dalam bekerjasama dan bermusyawarah membahas suatu kegiatan yang akan dilakukan diwaktu mendatang. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak SS “Interaksinya bagus. Sering kerjasama, kalau ketemu pas ada musyawarah

(22)

semuanya aktif. Warga sini dengan TNI saling diskusi masalah yang dimusyawarahkan”. Pernyataan salah satu informan di atas menggambarkan bahwa warga sipil Setrojenar dan anggota TNI saling menjaga hubungan baik serta saling menghormati dan menghargai satu sama lain.

(4) Adat istiadat (Custom)

Norma adat istiadat (custom) adalah norma warisan yang secara turun temurun selalu ditaati oleh masyarakat setempat. Sebagai masyarakat yang telah hidup bersama dalam waktu yang lama masyarakat Desa Setrojenar juga memiliki norma adat istiadat (custom). Norma adat istiadat tersebut dapat dilihat pada adat istiadat yang sejak dulu sudah ada, seperti gotong royong ketika salah satu dari warga sedang memiliki hajat pernikahan, kelahiran, kematian, dan pembuatan rumah. Ketika salah satu warga ada yang memiliki hajat acara pernikahan, atau ada salah satu warga yang terkena musibah kematian maka tetangga-tetangga membantu orang yang punya hajat tanpa disuruh oleh orang yang sedang punya hajat. Hal tersebut seoperti yang diungkapkan oleh Bapak Mtf bahwa “Sebelum terjadi konflik hubungan masyarakat

(23)

tenang-tenang saja mbak. Masyarakat dan TNI saling membantu dan gotong royong kalau salah satu ada yang punya hajatan”. Adat istiadat yang lain yaitu ziarah ke makam korban uji coba senjata. Ziarah tersebut dilakukan setiap selapan dina sekali atau lima minggu sekali.

b. Segi Budaya 1) Pengetahuan

Pengetahuan didapatkan melalui proses berfikir yang panjang melalui belajar. Pengetahuan yang dimiliki masyarakat Desa Setrojenar bisa dikatakan cukup rendah. Berdasarkan data monografi Desa Setrojenar bahwa warga masyarakat Desa Setrojenar sebagian besarnya mengenyam pendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD). Hal tersebut sesuai dengan data tingkat pendidikan tahun 2010 atau sebelum konflik. Berdasarkan data tingkat pendidikan tahun 2010 tercatat penduduk dengan tamatan Sekolah Dasar (SD) ada 1052 jiwa. Penduduk dengan tamatan SLTP dan SLTA ada 674 jiwa. Penduduk dengan tamatan Diploma dan Sarjana ada 56 jiwa.

(24)

2) Peralatan hidup dan teknologi

Peralatan hidup merupakan alat-alat yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dalam bekerja dan memenuhi kebutuhan hidup. Peralatan hidup yang dipakai oleh masyarakat Desa Setrojenar masih terbilang sangat sederhana. Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh Bapak Ad, bahwa “Ada. Yang bisa dilihat itu misalnya perubahan kalau dulu sebelum ada konflik kita membajak sawah dengan bajak yang pakai sapi itu mbak, tapi sekarang karena sering dapat bantuan dari pemerintah kita kalau mbajak tanah pakai traktor”.

Pemaparan serupa juga disampaikan oleh Bapak St, beliau mengatakan bahwa:

“Terus nek perubahan misal kaya alat-alat kayadene traktor, diesel kanggo nyiram tanaman saiki akeh. Nek mbien kae kan sing ndue langka, nek siki kan akeh bantuan seka pemerintah” (Terus kalau perubahan seperti alat-alat seperti traktor, diesel untuk menyiram tanama sekarang banyak. Kalau dulu itu kan yang punya sedikit, kalau sekarang banyak bantuan dari pemerintah).

Dari pemaparan kedua informan diatas menunjukan bahwa peralatan hidup dan teknologi yang digunakan oleh warga masyarakat Desa Setrojenar masih sederhana, apa adanya dan tradisional.

(25)

3) Mata pencaharian hidup

Mata pencaharian merupakan kegiatan manusia dalam usaha mencukupi kebutuhan untuk mempertahankan hidup. Mata pencaharian hidup masyarakat Desa Setrojenar sebagian besar adalah petani. Hal tersebut terlihat berdasarkan pemaparan beberapa informan yang mengatakan bahwa pekerjaan mereka adalah petani.

4) Kesenian

Kesenian merupakan hasil karya manusia yang dijadikan sebagai suatu hiburan. Kesenian yang dimiliki masyarakat desa Setrojenar cukup sedikit, seperti rebana tetapi telah lama tidak aktif.

5) Organisasi sosial

Organisasi sosial berfungsi menjalankan roda pemerintahan serta menyampaikan aspirasi rakyat. Organisasi sosial yang ada di Desa Setrojenar terlihat kurang aktif. Hal tersebut dikarenakan masyarakat lebih sibuk dengan pekerjaan masing-masing, serta kurangnya perhatian dari institusi yang lebih tinggi. Sebenarnya ada organisasi Karang Taruna, Paguyuban Petani atau Organisasi Profesi, Organisasi PKK, Organisasi Perempuan, Kelompok Gotong Royong, namun karena kurangnya perhatian dari intitusi yang lebih tinggi dan

(26)

sedikitnya warga yang berkompeten dibidang tersebut maka organisasi tersebut tidak berjalan.

(27)

Tabel 1. Kondisi Sosial Budaya Sebelum Konflik Perub

ahan

Kondisi Sebelum Konflik Sosial Tingkat

pendidikan

1. Masyarakat masih kurang memperhatikan pentingnya pendidikan.

2. Tingkat pendidikan masih rendah, kebanyakan warga hanya lulusan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah menengan Pertama (SMP).

Kerjasama Saling membantu dan gotong royong jika ada salah satu warga yang

mempunyai hajat seperti pernikahan, membuat rumah, aqiqah dan ketika ada salah satu warga yang mengalami musibah seperti kematian.

Warga terlihat aktif menyampaikan pendapat dan ide ketika bermusyawarah dengan TNI. Norma cara

(usage)

Cara bercocok tanam menggunakan cara-cara sederhana, membajak menggunakan bajak sederhana (bajak dengan tenaga sapi)

Norma kebiasaan (folkways)

Masyarakat hanya bekerja sebagai petani.

Tata kelakuan (mores)

Masyarakat menghormati TNI dan TNI juga menghormati masyarakat. Masyarakat dan TNI saling menyapa ketika bertemu.

Adat istiadat (custom)

Gotong royong ketika ada salah satu warga yang memiliki hajat seperti membuat rumah, pernikahan, kelahiran anak, ataupun musibah seperti kematian.

Buday a

Pengetahuan Pengetahuan masyarakat rendah karena tingkat pendidikan masyarakatnya masih rendah. Peralatan

hidup dan teknologi

Masyarakat belum memiliki peralatan hidup/ peralatan yang digunakan untuk bercocok tanam yang modern.

(28)

pencaharian hidup

Masyarakat yang bertani di lahan yang menjadi sengketa hanya bekerja sebagai petani saja. Kesenian Dahulu pernah ada kesenian rebana, tetapi tidak aktif.

Organisasi sosial

(29)
(30)

4. Kondisi Sosial-Budaya Masyarakat Desa Setrojenar Pasca Konflik dengan TNI.

Secara umum konflik selalu diidentikan dengan kerusakan, kerusuhan, ketegangan dan perselisihan. Masyarakat Desa Setrojenar melihat keberadaan konflik sebagai suatu yang menegangkan, karena konflik tersebut menyangkut instansi TNI dan warga sipil di Desa Setrojenar. Sebagai fenomena sosial dalam kehidupan bermasyarakat konflik selalu mengakibatkan perubahan. Perubahan-perubahan tersebut akan menimbulkan berbagai dampak bagi masyarakat secara luas.

Konflik antara warga Desa Setrojenar dengan TNI merupakan kejadian yang tidak direncanakan baik oleh masyarakat Desa Setrojenar maupun oleh pihak TNI. Perbedaan kepentingan, keyakinan, dan kepribadian antara pihak warga Desa Setrojenar dengan TNI telah memicu terjadinya konflik dan kerusuhan yang terjadi pada tanggal 16 April 2011. Adanya konflik mengakibatkan munculnya perubahan-perubahan pada sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, baik perubahan sosial maupun perubahan kebudayaan. Perubahan merupakan sebuah konsekuensi dari fenomena sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat dan merupakan suatu proses yang tidak dapat dihindari. Perubahan pada satu bagian akan membawa perubahan-perubahan pada bagian-bagian lain.

(31)

Suatu fenomena sosial dalam kehidupan bermasyarakat seringkali mempunyai akibat-akibat yang tak terduga sebelumnya atau tidak diharapkan. Berbagai perubahan dirasakan oleh warga masyarakat Desa Setrojenar pada berbagai segi kehidupan pasca terjadinya konflik. Perubahan-perubahan sosial tersebut dapat dilihat dengan membandingkan keadaan sebelum terjadinya konflik dengan keadaan setelah terjadinya konflik. Perubahan-perubahan yang dialami warga masyarakat Desa Setrojenar yaitu sebagai berikut: a. Segi Sosial

1) Tingkat Pendidikan

Berdasarkan data monografi, dilihat dari tingkat pendidikan yang ada, sebagian besar masyarakat Desa Setrojenar hanya lulus Sekolah Dasar (SD). Peristiwa konflik yang melibatkan warga dengan TNI telah mengubah pemikiran dan cara pandang masyarakat terhadap pendidikan. Warga masyarakat Desa Setrojenar melihat pendidikan sebagai jembatan untuk menuju taraf hidup yang lebih baik dari keadaan sebelumnya. Pendidikan diharapkan mampu mengubah status sosial masyarakat, terutama dalam hal pekerjaan. Pengalaman kejadian konflik yang melibatkan warga dan TNI menjadi pengalaman bagi masyarakat Desa Setrojenar untuk lebih menghargai pendidikan, terutama dengan menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Kesadaran masyarakat akan pentingnya

(32)

pendidikan terlihat dari penuturan beberapa informan. Seperti yang diungkapkan oleh bapak SS bahwa “Setelah ada peristiwa yang seperti itu, menurute saya pendidikan penting sekali mbak, saya juga ingin anak saya sekolah sampai dapat kerja tapi jangan jadi petani, jadi guru atau jadi apalah, gitu lho mbak”.

Penuturan yang serupa juga diungkapkan oleh Bapak Mtf, beliau mengatakan bahwa:

“Walaupun saya orang yang ndak punya, orang kere, tetapi saya ingin anak dan cucu saya sekolah tinggi mbak, cucu saya juga kuliah mbak, sama seperti mbak ini, saya kan ndak mau kalau anak dan cucu nanti dibohongi sama orang pinter mbak, saya juga ndak mau kalau anak dan cucu jadi petani, apalagi seperti saya, nandur di sawah yang jadi rebutan sama TNI, bahaya mbak”.

Pernyataan kedua informan di atas, membuktikan bahwa tingginya dan antusiasnya keinginan warga masyarakat Setrojenar agar anaknya memiliki pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik daripada pekerjaan orang tuanya saat ini. Perubahan tingkat pendidikan juga dapat dilihat berdasarkan data monografi Desa setrojenar tahun 2012. Tercatat ada 1240 orang yang tamat SD. 820 orang yang tamat SLTP dan SLTA, D1, D2, D3 dan sarjana berjumlah 58 orang, dan saat ini ada 103 jiwa yang sedang sekolah, (Data Monografi Setrojenar 2012). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan pasca konflik mengalami kenaikan yang cukup signifikan.

(33)

2) Interaksi Sosial

Interaksi merupakan kebutuhan bagi setiap masyarakat yang hidup bermasyarakat. Interaksi terbentuk dari beberapa aktivitas sehari-hari. Interaksi yang terjadi antar warga masyarakat Desa Setrojenar tergambar dalam beberapa pokok yang menyangkut bentuk interaksi tersebut, antara lain:

a) Kerjasama

Manusia adalah makhluk yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Semakin banyaknya kebutuhan hidup akan semakin mendorong manusia untuk melakukan kerjasama dengan manusia lain. Hubungan kerjasama tersebut dapat terlihat ketika ada musyawarah, kematian, kelahiran, pernikahan, serta hajatan yang lainnya. Semua anggota warga masyarakat akan senantiasa saling membantu dalam bentuk materi, tenaga maupun pikiran.

(1) Kelahiran

Seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan kondisi sosial budaya Desa Setrojenar sebelum konflik menurut Bapak Mtf bahwa prosesi tradisi kelahiran dimulai sejak kandungan berusia 4 bulan, 8 bulan dan sampai kelahiran seorang anak masyarakat Desa Setrojenar mengadakan tradisi syukuran atau yasinan yang biasanya dihadiri oleh

(34)

tetangga dan kerabat yang diundang pada acara tersebut. Warga sipil Setrojenar maupun TNI tidak selalu datang ketika salah satu dari mereka memiliki hajatan tasyakuran kelahiran. Keadaan demikian menggambarkan hubungan timbal balik antara warga sipil Setrojenar dan TNI tidak baik.

(2) Pernikahan

Kegiatan bantu membantu atau tolong menolong ketika masyarakat Setrojenar mempunyai hajat acara pernikahan biasanya terlihat pada kegiatan membantu menyiapkan tempat pesta, mendirikan tenda atau tarub, menata meja kursi, menyiapkan bahan makanan, dan memasak. Setelah terjadinya peristiwa anarkis konflik lahan antara warga sipil Setrojenar dengan TNI telah mengubah kerjasama dan hubungan timbal balik antara warga sipil dengan TNI menjadi kurang baik. TNI merasa sungkan ketika akan membantu dalam persiapan hajatan. Sebagian warga Setrojenar tidak mengundang anggota TNI. Hubungan kerjasama dan timbal balik yang kurang baik tersebut terlihat ketika ada salah satu warga sipil Setrojenar ataupun anggota TNI yang mempunyai hajat. Warga sipil Setrojenar dan TNI kurang tanggap untuk membantu satu sama lain.

(35)

(3) Kematian

Saat ada salah satu masyarakat yang tertimpa musibah kematian, masyarakat kurang tanggap untuk membantu prosesi pemakaman dan melayat. Hal ini terlihat ketika ada salah satu keluarga dari anggota TNI yang meninggal dan tidak ada warga sipil Setrojenar yang melayat dan membantu prosesi pemakaman, seperti yang diungkapkan oleh salah satu informan bernama Bapak Kyd, bahwa, “Masyarakat antipati kepada tentara, belum bisa komunikasi antara masyarakat dan anggota-anggota kami disini. Sampai saat ini juga, belum bisa. Seperti waktu itu ada keluarga anggota TNI yang meninggal sampai tidak ada warga yang mau taziah”.

Peristiwa konflik yang terjadi pada bebrapa tahun lalu telah mengakibatkan semakin berkurangnya kerjasama antara warga Desa Setrojenar dengan TNI. Hal tersebut sesuai dengan pemaparan bapak SS bahwa “Interaksinya terlihat berubah, kalau dulu pas musyawarah semuanya aktif antara warga dan TNI, dalam arti saling bermusyawarah, kalau sekarang kurang begitu bagus. Warga kurang aktif ketika ada musyawarah”. Selain bapak SS, pernyataan serupa juga diungkapkan oleh Bapak Wy bahwa “Interaksi kalau warga sedang bertemu TNI terlihat berbeda dengan dulu. Dulu sebelum ada kejadian yang

(36)

seperti itu warga dan TNI saling bantu membantu kalau ada TNI yang punya hajat, kalau sekarang berubah”.

b) Norma Sosial

Masyarakat desa merupakan masyarakat yang masih sedikit menerima pengaruh dari luar. Masyarakat Desa Setrojenar merupakan masyarakat yang masih sangat mematuhi norma-norma yang berlaku di masyarakat. banyaknya fenomena-fenomena sosial yang terjadi di masyarakat mulai menggeser norma-norma yang selama ini dipegang teguh oleh masyarakat setempat. Peristiwa konflik yang terjadi antara warga dengan TNI merupakan peristiwa yang tidak diencanakan oleh kedua belah pihak pelaku konflik tersebut. Untuk menganalisis perubahan norma sosial pada masyarakat Desa Setrojenar, maka norma digolongkan ke dalam bentuk-bentuk norma sosial berdasarkan tingkatannya dalam Soerjono (1982), yaitu:

(1) Norma Cara (Usage)

Norma cara (usage) lebih menonjol di dalam hubungan antar individu dalam masyarakat. Suatu penyimpangan terhadapnya tidak akan mengakibatkan hukuman yang berat, akan tetapi hanya sekedar celaan dari individu yang dihubunginya. Norma cara yang ada dimasyarakat Desa Setrojenar terlihat pada cara bagaimana warga

(37)

masyarakat Desa Setrojenar mengolah lahan mereka. Cara dan alat yang digunakan warga masyarakat Desa Setrojenar dalam mengolah lahan sudah menggunakan cara dan alat yang modern. Dulu masyarakat menggunakan bajak tradisional tenaga sapi. Sekarang masyarakat sudah menggunakan traktor dan mesin pompa air untuk untuk menyiram tanaman.

(2) Norma Kebiasaan (Folkways)

Kebiasaan yang diartikan sebagai perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama merupakan bukti bahwa orang banyak menyukai perbuatan tersebut. Kebiasaan (folkways) pada masyarakat Desa Setrojenar terlihat dalam kebiasaan bermusyawarah dan bergotong royong. Kebiasaan bergotong royong ketika ada salah satu warga ada yang membuat rumah sekarang hanya dilakukan pada hari pertama mulai pembuatan rumah. Hari selanjutnya hanya dikerjakan oleh orang yang dengan sengaja bekerja membuat rumah tersebut. Kebiasaan lain yang terlihat yaitu pada pekerjaan sehari-hari warga masyarakat Desa Setrojenar. Sebelum adanya konflik yang melibatkan warga sipil dengan TNI sebagian besar warga Desa Setrojenar hanya memiliki pekerjaan pada sektor agraris, yaitu pertanian. Setelah adanya

(38)

konflik dan penyelesaiannya, masyarakat tidak hanya bertani, namun memiliki pekerjaan lain selain bertani seperti berdagang, ternak, membuat emping melinjo, dan menjadi montir.

Perubahan dalam mata pencaharian diakibatkan karena setelah adanya konflik dan ditemukan penyelesaian konflik yang berupa kebijakan kepada pihak TNI dan petani. Pihak TNI tetap dapat menggunakan lahan untuk latihan dan petani juga tetap dapat menggunakan lahan untuk bercocok tanam ketika lahan tidak sedang digunakan untuk latihan oleh TNI. Adanya aturan tersebut mengakibatkan masyarakat petani Desa Setrojenar merasa tidak dapat mengolah tanah secara maksimal karena harus menyesuaikan jadwal latihan TNI. Pengolahan tanaman yang kurang maksimal mengakibatkan hasil panen yang didapat tidak maksimal dan menurunnya pendapatan petani. Keadaan tersebut mengakibatkan warga sipil Desa Setrojenar yang dahulu hanya sebagai petani sekarang harus memiliki pekerjaan lain selain bertani agar ekonomi mereka tetap stabil.

(39)

(3) Tata Kelakuan (Mores)

Tata kelakuan mencerminkan sifat-sifat yang hidup dari kelompok manusia yang dilaksanakan sebagai alat pengawas, secara sadar maupun tidak sadar, oleh masyarakat terhadap anggota-anggotanya. Tata kelakuan yang ada di Setrojenar dapat dilihat pada bagaimana masyarakat dan TNI dalam menjaga hubungan dan kerjasama yang baik. Peristiwa konflik antara warga dengan TNI yang terjadi beberapa waktu lalu berpengaruh terhadap tata kelakuan warga masyarakat Desa Setrojenar dan TNI. Masyarakat mulai kurang menghargai keberadaan TNI. Tata kelakuan dapat dilihat pada interaksi sapa menyapa baik antara anggota TNI dengan warga maupun antara warga dengan anak maupun istri anggota TNI. Sapa-menyapa yang kurang harmonis juga dirasakan oleh anak-anak anggota TNI Dislitbang. Ada sebagian anak-anak warga Setrojenar yang tidak mau bergaul dan berteman dengan anak dari anggota TNI. Sikap tersebut muncul karena masyarakat Desa Setrojenar sendiri tidak menginginkan TNI melakukan latihan di Setrojenar. Ketidaksukaan masyarakat Desa Setrojenar terhadap TNI juga dilatarbelakangi oleh peristiwa konflik

(40)

yang sempat menimbulkan aksi anarkisme antara warga dengan TNI.

(4) Adat istiadat (Custom)

Norma adat istiadat (custom) adalah norma warisan yang secara turun temurun selalu ditaati oleh masyarakat setempat. Sebagai masyarakat yang telah hidup bersama dalam waktu yang lama, masyarakat Desa Setrojenar juga memiliki norma adat istiadat (custom). Adanya konflik memunculkan adat istiadat baru yaitu peringatan peristiwa 16 April dengan melakukan kegiatan tausiah dan ziarah kubur ke makam korban uji coba senjata. Norma adat istiadat (custom) juga terlihat dalam hal gotong royong dan bantu membantu ketika salah satu anggota masyarakat sedang memiliki hajat atau musibah seperti pernikahan, kelahiran, dan kematian. Konflik yang telah menimbulkan hubungan kurang baik antara warga Desa Setrojenar dengan TNI mengakibatkan bergesernya kesediaan masyarakat dalam hal bantu-membantu dan tolong menolong antara warga Desa Setrojenar terhadap TNI. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Bapak Kyd, bahwa “....Seperti waktu itu ada keluarga anggota TNI yang meninggal sampai tidak ada warga yang mau

(41)

taziah”. Hal serupa juga diungkapkan oleh Bapak Wy, bahwa:

“Tidak baik. Apalagi sejak kerusuhan mbak, TNI wis wani nyerang warga. Sebenarnya warga tidak suka kalau TNI latihan di Setrojenar. Hubungan kalau ada yang punya hajat seperti ada yang mantu (pernikahan), ada yang parasan (pemberian nama atau aqiqah) sekarang warga tidak mau meminta bantuan TNI”.

b. Segi Budaya

Bidang budaya berkenaan dengan tujuh unsur kebudayaan yang disebutkan oleh C. Kluckhohn dalam Koentjaraningrat (1996). Tujuh unsur universal kebudayaan tersebut antara lain adalah pengetahuan, organisasi sosial, mata pencaharian, peralatan hidup dan teknologi, kesenian, sistem religi, bahasa.

Berdasarkan hasil penelitian, warga Desa Setrojenar mengalami banyak perubahan yang signifikan pada bidang sosial maupun bidang budaya. Perubahan-perubahan tersebut antara lain.

1) Pengetahuan

Secara pengetahuan, warga Desa Setrojenar mengalami perubahan pasca konflik dengan TNI. Masyarakat mulai menyadari akan pentingnya pengetahuan yang diperoleh

(42)

melalui pendidikan. Perubahan tersebut dapat terlihat, dimana warga mulai memperhatikan pendidikan anaknya agar memiliki pendidikan yang lebih tinggi daripada orang tua mereka. Salah satu alasan mereka mulai memperhatikan pendidikan anak-anak mereka adalah supaya anak-anak mereka tidak di bodohi oleh orang-orang yang lebih pintar dan tidak hanya bekerja sebagai petani. Hal tersebut diungkapkan oleh Bapak Mtf, sebagai berikut :

“Walaupun saya orang yang ndak punya, orang kere, tetapi saya ingin anak dan cucu saya sekolah tinggi mbak, cucu saya juga kuliah mbak, sama seperti mbak ini, saya kan ndak mau kalau anak dan cucu nanti dibohongi sama orang pinter mbak, saya juga ndak mau kalau anak dan cucu jadi petani, apalagi seperti saya, nandur di sawah yang jadi rebutan sama TNI, bahaya mbak”.

Dari segi persepsi yang merupakan tanggapan warga Desa Setrojenar, dalam menanggapi pentingnya pendidikan untuk masa depan anak merupakan suatu tanggapan yang menggambarkan bahwa masyarakat Desa Setrojenar saat ini lebih memperhatikan pendidikan anak-anak mereka untuk memperbaiki status sosial dan mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Sikap masyarakat yang demikian merupakan suatu tanda bahwa masyarakat Desa Setrojenar telah mengalami perubahan dalam hal pendidikan. Pendidikan diharapkan menjadi jembatan untuk menuju strata atau tingkatan status yang lebih tinggi. Masyarakat Desa

(43)

Setrojenar berharap dengan anak-anak mereka memiliki pendidikan yang tinggi maka akan memiliki pekerjaan yang lebih baik daripada orang tua mereka yang berprofesi sebagai petani. Hal serupa juga diungkapkan oleh Bapak St.

“Pendidikan anake dewek kudu lewih duwur tenimbang pendidikane dewek mbak, ndakan mengko diapusi nang TNI meneh mbak. Syukur-syukur sih anaku ora dadi wong tani mbak. Anaku sekolah STM (Sekolah Teknik Mekanika) mbak, ben ora dadi wong tani”. “(Pendidikan anak kita harus lebih tinggi daripada kita, biar tidak dibohongi sama TNI lagi mbak. Syukur kalau anak saya tidak jadi orang tani. Anak saya sekarang sekolah di STM (Sekolah Teknik Mekanika) mbak, supaya tidak jadi orang tani)”

Kedua pendapat menunjukan adanya perubahan pandangan terhadap pendidikan dikarenakan tuntutan profesi. Perguruan tinggi atau lembaga pendidikan yang dijadikan jembatan untuk menaikan status sosial diharapkan mampu memberikan bantuan dalam hal ilmu pengetahuan yang cukup untuk mengantarkan masyarakat Desa Setrojenar agar masyarakatnya tidak hanya bisa menjadi petani saja. Kondisi tersebut merupakan perubahan yang memberi dan membawa kemajuan pada masyarakat atau biasa disebut dengan progress dan merupakan perubahan besar, yaitu perubahan yang membawa pengaruh yang cukup besar bagi masyarakat. (Nanang, 2012).

(44)

2) Mata Pencaharian Hidup

Mata pencaharian merupakan kegiatan manusia dalam usaha mencukupi kebutuhan untuk mempertahankan hidup. Mata pencaharian masyarakat Desa Setrojenar mulai mengalami perubahan setelah terjadinya konflik antara warga Desa Setrojenar dengan TNI. Perubahan mata pencaharian dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, seperti penghasilan yang pas-pasan, waktu mengolah lahan yang berbenturan dengan jadwal latihan TNI. Beberapa warga Desa Setrojenar beralih atau memiliki pekerjaan dari petani ke pedagang, pembuat emping melinjo, ataupun menjadi montir. Konflik yang terjadi antara warga Desa Setrojenar dengan TNI mampu memaksa warga Desa Setrojenar untuk beralih atau memiliki pekerjaan lain selain bertani. Hal demikian terjadi karena warga merasa pendapatan yang dimiliki dari bertani terbatas, yang disebabkan waktu mengolah lahan yang kurang maksimal karena sering berbenturan dengan jadwal latihan TNI. Ketakutan akan hilangnya lahan yang selama ini dijadikan lahan bertani juga merupakan alasan warga Desa Setrojenar beralih atau memiliki pekerjaan lain. Analisis tersebut diperkuat dengan hasil wawancara peneliti dengan salah satu informan yang menyatakan bahwa setelah adanya konflik lahan antara warga dengan TNI beliau memiliki

(45)

pekerjaan lain yaitu berdagang. Salah satu informan bernama Bapak St yang juga merupakan korban konflik antara warga dengan TNI menyatakan “Tani dan berdagang. Dagangnya itu buat menutupi kekurangan mbak, kalau Cuma bertani hasilnya sedikit sekali. Kita juga bingung kalau nantinya lahan jadi milik TNI kan kita yang hanya punya lahan disitu nanti anak dan istri makan apa mbak”.

Pernyataan di atas menjelaskan adanya faktor yang mendorong Bpk St untuk memiliki pekerjaan lain selain bertani. Pekerjaan lain selain bertani yang dilakukan oleh Bapak St merupakan desakan akibat konflik lahan antara warga dengan TNI. Ketakutan-ketakutan kalau lahan yang selama ini dijadikan ladang mencari nafkah direbut oleh TNI telah merubah pandangan masyarakat Desa Setrojenar untuk memiliki pekerjaan lain selain bertani. Pernyataan lain juga diungkapkan oleh Bapak Un, beliau mengatakan bahwa “Tani dan Wiraswasta. Alasan berwiraswasta ya untuk mengantisipasi kalau sudah tidak bisa bertani di lahan yang mau direbut TNI”.

Cuplikan wawancara tersebut mengidentifikasikan adanya faktor pendorong masyarakat memiliki pekerjaan lain yang berasal dari terjadinya konflik. Konflik antara warga Desa Setrojenar dan TNI menyebabkan ketakutan warga jika

(46)

lahan yang selama ini dijadikan ladang untuk mencari nafkah direbut oleh TNI. Ketakutan-ketakutan tersebut justru merubah pandangan masyarakat untuk memiliki pekerjaan lebih dari satu agar penghasilan bertambah. Perubahan tersebut merupakan perubahan yang menuju arah kemajuan (progress).

3) Kesenian

Kesenian merupakan hasil karya manusia yang dijadikan sebagai suatu hiburan. Salah satu kesenian yang dimiliki oleh masyarakat Desa Setrojenar yaitu rebana. Kesenian rebana tersebut dimainkan oleh orang-orang tua dan remaja. Kesenian rebana diadakan untuk mempererat tali silaturahmi antar sesama warga. Hal ini sesuai dengan pendapat salah satu seorang informan bernama Bapak Mstf, beliau mengatakan bahwa “Rebana diadakan agar warga sering bertemu, dan ketika bertemu ada salah satu kegiatan yang dilakukan, tidak hanya ngobrol-ngobrol”.

Keinginan untuk sering bertemu dan melakukan suatu kegiatan yang bermanfaat merupakan suatu alasan bahwa masyarakat ingin meningkatkan kuantitas berinteraksi antar individu.

(47)

4) Organisasi Sosial

Organisasi sosial merupakan suatu organisasi sosial yang berisi struktur pemerintahan yang ada di masyarakat. Konflik antara warga Desa Setrojenar dengan TNI menimbulkan ketegangan-ketegangan bagi warga Desa Setrojenar, pemerintah daerah Kebumen serta masyarakat Kebumen pada umumnya. Ketegangan-ketegangan dan keresahan warga mengakibatkan munculnya organisasi-organisasi sosial di Desa Setrojenar itu sendiri. Organisasi-organisasi sosial tersebut antara lain LSM, Organisasi Profesi Paguyuban Petani Urut Sewu, Organisasi Perempuan, Karang Taruna, Perkumpulan Bapak-Bapak, Kelompok Gotong-Royong.

Konflik yang melibatkan petani dan TNI juga telah mengingatkan warga untuk menjaga solidaritas sesama petani. Solidaritas antar petani Desa Setrojenar semakin erat seiring dengan semakin aktifnya Paguyuban Petani Urut Sewu dan organisasi Karang Taruna serta Organisasi Bapak-Bapak. Petani di Desa Setrojenar sering mengadakan musyawarah dan pertemuan-pertemuan untuk membahas masalah perebutan lahan antara warga dengan TNI. Kondisi yang demikian jauh berbeda dengan kondisi sebelum terjadinya konflik antara warga dengan TNI. Hal tersebut diungkapkan oleh Bapak Ad, sebagai berikut: “Organisasi

(48)

paguyuban petani urut sewu, khususnya petani Desa setrojenar semakin hidup mbak, semakin aktif ketika konflik antara warga dengan TNI memanas, sering ada musyawarah untuk membahas lahan yang jadi sengketa”.

Pernyataan diatas menggambarkan respon baik warga dalam menghadapi masalah yang muncul dimasyarakat dengan mengadakan musyawarah-musyawarah dengan meningkatkan solidaritas antar sesama petani dengan salah satu usaha yang dilakukan, yakni dengan menghidupkan kembali organisasi sosial yang selama ini kurang aktif.

Untuk memperjelas pemaparan perubahan sosial budaya pasca konflik yang ada di Desa Setrojenar, berikut dipaparkan dalam tabel kondisi sosial budaya Desa Setrojenar sesudah konflik dan sebelum konflik.

(49)

Tabel 2. Kondisi Sosial Budaya Sesudah Konflik Perubaha

n

Kondisi Sesudah Konflik Sosial Tingkat

pendidikan

Masyarakat lebih memperhatikan pendidikan anak-anak mereka, terlihat pada masyarakat yang belajar di perguruan tinggi, Sekolah Menengah Atas (SMA).

Kerjasama Tidak ada gotong royong antara warga dengan TNI ketika ada anggota TNI yang memiliki hajat. Warga terlihat kurang aktif ketika bermusyawarah dengan TNI.

Norma cara (usage)

Masyarakat bercocok tanam dengan cara yang lebih modern, yaitu menggunakan alat yang modern seperti traktor dan pompa air untuk menyiram tanaman.

Norma kebiasaan (folkways)

Masyarakat Desa Setrojenar yang dahulu hanya bertani sekarang ada yang bertani dan berdagang, berpindah hanya membuat emping, bertani dan menjadi montir.

Tata kelakuan (mores)

Ketika bertemu dengan anggota TNI ada sebagian warga yang tidak mau menyapa.

Adat istiadat (custom)

Tidak ada gotong royong dengan warga Desa Setrojenar ketika ada anggota TNI yang memiliki hajat seperti pernikahan, membuat rumah, kelahiran anak, atau mengalami musibah.

Budaya Pengetahua n

Pengetahuan masyarakat meningkat, ditandai dengan banyaknya masyarakat yang memiliki keahlian lain selain bertani, seperti berdagang, membuat emping, menjadi montir.

Peralatan hidup dan teknologi

Masyarakat mendapat bantuan dari pemerintah berupa alat-alat pertanian seperti mesin pompa air dan traktor.

Mata pencaharia

Banyak warga yang memiliki pekerjaan lain selain bertani seperti membuat emping melinjo, berdagang buah-buahan, dan menjadi montir.

(50)

n hidup

Kesenian Kesenian rebana dihidupkan lagi dengan tujuan agar warga sering bertemu dan memiliki kegiatan selain hanya musyawarah.

Organisasi sosial

Organisasi pemuda karang taruna dan paguyuban petani urut sewu mulai aktif lagi ketika terjadi konflik dan sampai sekarang.

(51)
(52)

5. Proses Terjadinya Perubahan Sosial Budaya pada Masyarakat Desa Setrojenar Pasca Konflik Lahan antara Masyarakat dengan TNI

a. Perubahan sebagai suatu kemajuan (progress)

Perubahan sebagai suatu kemajuan merupakan perubahan yang memberi dan membawa kemajuan bagi masyarakat. Perubahan ke arah kemajuan selalu membawa dampak positif bagi masyarakat setempat. Perubahan pada bidang pendidikan atau ilmu pengetahuan pada masyarakat Desa Setrojenar, serta penggunaan alat dan teknologi modern dalam kegiatan pertanian merupakan perubahan yang membawa masyarakat Setrojenar menuju kearah kemajuan. Perubahan tersebut dikatakan sebagai perubahan sebagai suatu kemajuan, karena perubahan tersebut merubah tingkat taraf pendidikan serta kemudahan petani dalam bercocok tanam masyarakat Setrojenar sudah menggunakan peralatan yang lebih modern. Meningkatnya solidaritas warga Setrojenar juga merupakan perubahan yang mengarah pada kemajuan. Hal tersebut dikarenakan menjadikan masyarakatnya lebih aktif dalam berorganisasi. Semakin majunya masyarakat Setrojenar dalam hal pendidikan dan peralatan yang digunakan untuk bertani merupakan akibat adanya konflik sosial. Dengan banyaknya bantuan-bantuan alat pertanian yang berupa traktor dan mesin pompa air menjadikan masyarakat lebih pada hal-hal baru.

(53)

b. Perubahan sebagai suatu kemunduran (regress)

Perubahan sebagai suatu kemunduran atau yang disebut dengan regress merupakan perubahan yang membawa keadaan masyarakat ke arah kemunduran. Konflik yang terjadi antara warga masyarakat Desa Setrojenar dengan TNI tidak hanya mengarah pada kemajuan. Ada beberapa perubahan yang membawa ke arah kemunduran bagi masyarakat Desa Setrojenar. Perubahan tersebut seperti perubahan interaksi antara warga dengan TNI, kerjasama bergotong royong membantu orang yang mempunyai hajatan dan diskusi dalam musyawarah yang kurang aktif. Perubahan sebagai suatu kemunduran yang lain seperti nilai dan norma yang memudar seperti sapa menyapa antara warga dengan TNI, antara warga dengan anggota keluarga TNI yang kurang intensif.

c. Perubahan yang cepat (revolusi)

Perubahan yang cepat merupakan perubahan yang berlangsung dalam jangka waktu yang cepat serta menyebabkan perubahan dalam cakupan terluas. Perubahan mata pencaharian bagi beberapa warga Desa Setrojenar merupakan perubahan yang cepat. Masyarakat Desa Setrojenar segera mencari pekerjaan lain selain bertani setelah terjadinya konflik antara warga dengan TNI untuk mengantisipasi jika mereka kehilangan pekerjaan sebagai petani. Perubahan pada interaksi antara warga dengan anggota TNI

(54)

maupun keluarga anggota TNI juga terjadi dengan cepat pasca terjadinya kerusuhan.

d. Perubahan yang kecil

Perubahan yang kecil pada dasarnya merupakan perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung yang berarti bagi masyarakat (Nanang, 2012). Perubahan kecil yang tidak membawa pengaruh langsung yang berarti bagi masyarakat Desa Setrojenar misalnya perubahan pada bidang kesenian, yaitu kesenian rebana. Kesenian rebana yang dahulu tidak aktif sekarang mulai diaktifkan lagi. Perubahan tersebut tidak membawa pengaruh langsung yang berarti dan menyangkut banyak aspek kehidupan bagi masyarakat Desa Setrojenar.

e. Perubahan yang besar

Perubahan yang besar merupakan perubahan yang membawa pengaruh yang cukup besar bagi masyarakat. Pengaruh pada perubahan yang besar dapat dirasakan oleh masyarakat Desa Setrojenar secara luas. Perubahan yang besar yang terjadi pada masyarakat Desa Setrojenar yaitu perubahan yang terjadi akibat konflik yang mengakibatkan masyarakatnya memiliki mata pencaharian lain selain bertani. Perubahan tersebut membawa dampak yang cukup besar bagi masyarakat karena masyarakat harus berusaha mencari pekerjaan lain selain bertani, sedangkan

(55)

warga masyarakat tersebut tidak memiliki keahlian selain bercocok tanam. Perubahan mata pencaharian tersebut juga merubah keadaan ekonomi masyarakat. Masyarakat yang memiliki pekerjaan ganda mengakibatkan keadaan ekonomi mereka meningkat. Sedangkan bagi sebagian masyarakat yang berganti pekerjaan dan mengakibatkan keadaan ekonomi mereka semakin tidak stabil. Tentu saja hal tersebut berpengaruh besar pada banyak hal, seperti kemampuan masyarakat untuk menyekolahkan anak-anak mereka, tingkat konsumsi masyarakat yang tinggi, kesejahteraan yang berubah (naik dan turun).

f. Perubahan yang dikehendaki

Perubahan sosial yang dikehendaki merupakan perubahan yang diinginkan oleh masyarakat itu sendiri untuk merubah keadaan yang ada berganti menjadi bentuk dan situasi yang baru dan berbeda dengan situasi sebelumnya. Masyarakat desa Setrojenar menginginkan adanya perubahan status sosial yang dimiliki dengan cara menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Tujuannya yaitu memiliki pekerjaan dan keahlian lain selain bertani. Perubahan lain yang dikehendaki yaitu adanya alat pertanian yang modern yang diperoleh dari pengajuan proposal kepada pemerintah provinsi.

(56)

g. Perubahan yang tidak dikehendaki

Perubahan yang tidak dikehendaki merupakan perubahan yang terjadi tanpa direncanakan. Perubahan tersebut pada umumnya merupakan perubahan yang memiliki dampak yang tidak diinginkan atau tidak dikehendaki oleh masyarakatnya. Konflik merupakan kejadian yang tidak direncanakan oleh masyarakat Desa Setrojenar, sehingga peristiwanya terasa mengagetkan warga setempat. Peristiwa konflik mengakibatkan adanya beberapa perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki. Dilihat dari perubahan yang ada, perubahan seperti perubahan pada kebiasaan, tata kelakuan, serta adat istiadat merupakan perubahan yang tidak dikehendaki oleh masyarakat. Perubahan tersebut berlangsung diluar jangkauan masyarakat dan dapat menimbulkan dampak-dampak negatif pada kehidupan sosial masyarakat Desa Setrojenar. Hal tersebut dikarenakan adat istiadat merupakan tradisi turun-temurun yang diwariskan oleh orang-orang terdahulu. Beberapa masyarakat juga ada yang tidak siap dengan perubahan-perubahan yang terjadi.

(57)
(58)

Tabel Proses Perubahan Sosial Budaya Progress Regress Revolusi Perubahan besar Perubahan

kecil Perubahan yang dikehendaki Perubahan yang tidak dikehendaki Perubahan pandangan masyarakat terhadap pendidikan yang berakibat pada meningkatnya tingkat taraf pendidikan . Menurunnya interaksi antara warga sipil Setrojenar dengan anggota TNI yang ditandai dengan memudarnya kerjasama serta nilai dan norma dalam masyarakat. Perubahan mata pencaharian masyarakat. Perubahan pada mata pencaharian warga sipil Setrojenar. Munculnya kesenian rebana. Banyaknya warga sipil yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi dengan tujuan memiliki keahlian selain bertani. Perubahan kebiasaan seperti mata pencaharian, interaksi antara warga sipil Setrojenar dengan TNI yang semakin menurun, tata kelakuan, serta adat istiadat gotong royong yang memudar.

(59)

6. Dampak Perubahan Sosial Budaya Bagi Masyarakat Desa Setrojenar.

1) Dampak Positif

Fenomena sosial yang terjadi di masyarakat selalu memiliki dampak bagi masyarakat yang mengalaminya. Dampak yang bersifat positif merupakan dampak yang membawa keadaan menuju kearah suatu kemajuan bagi masyarakatnya. Perubahan pada bidang pendidikan memberi dampak positif bagi masyarakat Desa Setrojenar secara luas. Dengan memiliki pendidikan tinggi warga Desa Setrojenar memiliki keterampilan dan keahlian lain

(60)

selain bertani. Hal ini menjadikan masyarakat dapat memiliki pekerjaan lain sesuai bidang keahliannya masing-masing dan tidak harus bertani. Perubahan pada adanya alat dan teknologi pertanian modern juga merupakan dampak positif. Hal tersebut dikarenakan adanya alat dan teknologi modern tersebut menciptakan kemudahan-kemudahan dalam bercocok tanam yang saat ini dirasakan oleh masyarakat Setrojenar.

2) Dampak Negatif

Perubahan sosial yang terjadi pada suatu masyarakat tidak selalu memiliki dampak positif. Dampak dari perubahan selalu berbeda antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain. Perubahan interaksi, kerjasama serta nilai dan norma bagi masyarakat Desa Setrojenar membawa dampak negatif. Hal tersebut dikarenakan perubahan tersebut menjadikan nilai dan norma yang telah lama dijaga mulai memudar, kerjasama dalam menyelesaikan urusan umum menjadi kurang efektif.

7. Pokok-Pokok Temuan Penelitian

Peneliti menemukan temuan-temuan di lapangan yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan catatan dokumen di dalam penelitian ini. Pokok-pokok temuan tersebut antara lain:

a. Sebagian besar penduduk Desa Setrojenar bermata pencaharian sebagai petani, hal tersebut didukung oleh kondisi lingkungan Desa

(61)

Setrojenar yang sebagian besar berupa lahan dengan tekstur tanah berpasir yang subur untuk tanaman buah melon dan semangka serta sayuran seperti cabai.

b. Adanya konflik menimbulkan aksi anarkisme antara warga Desa Setrojenar dengan TNI dan menimbulkan banyak korban.

c. Perubahan mata pencaharian dilakukan oleh sebagian korban kerusuhan yang mengalami cedera dan tidak bisa maksimal dalam bekerja.

d. Kekhawatiran warga mengakibatkan masyarakat memiliki mata pencaharian lain selain bertani, karena tidak memiliki lahan yang dapat digunakan untuk bercocok tanam.

e. Konflik yang melibatkan warga dan TNI megakibatkan hubungan interaksi antara warga dan TNI menjadi kurang efektif.

f. Adanya konflik merubah pemikiran masyarakat tentang pentingnya pendidikan untuk masa depan anak-anak mereka.

g. Interaksi yang kurang efektif antara warga dengan TNI mengakibatkan terganggunya nilai dan norma serta melunturnya budaya gotong royong pada masyarakat.

h. Konflik yang melibatkan warga sipil dengan TNI menimbulkan dampak positif dan negatif baik bagi warga sipil Desa Setrojenar maupun bagi TNI.

i. Masyarakat Setrojenar semakin maju setelah adanya konflik sosial dengan TNI.

(62)

j. Perubahan-perubahan sosial yang terjadi meningkatkan eratnya solidaritas warga Setrojenar.

Referensi

Dokumen terkait

Implikasi dari penelitian menjelaskan pada pemahaman bahwa hijab bukan hanya sebagai tirai pemisah atau sekat penghalang tetapi lebih menekan pada sebuah benda penutup aurat

Kecuali bagi peserta didik yang tinggal di daerah yang ada madrasah diniyah atau pesantren, biasanya mereka mengikuti pendidikan agama Islam di sekolah umum tidak

[r]

Dalam studi kasus ini akan dilakukan analisis terhadap jumlah mahasiswa yang melakukan undur diri, drop out (DO) dilihat dari beberapa atribut atau variabel yang terkait, yaitu

Yang bukan dosa adalah yang indikatornya demikian jelas, sedang yang dosa adalah dugaan yang tidak memiliki indikator yang cukup dan yang mengantar seseorang melangkah

• Bersama dengan Ketua Panitia, Kabid Umum, dan Materi, bertindak sebagai komisi disiplin PPAM IKM FTUI 2012 Teknik Elektro. • Melakukan koordinasi dengan panitia pusat •

• Media memegang peranan penting dalam memperjuangkan berbagai isu. Tekanan dari media dapat menjadi kekuatan yang efektif. Parpol-parpol dan para anggota parlemen tentu

Seperti pada industri kelapa sawit apabila sistem kontrol membutuhkan waktu yang lama dalam merespon gangguan pada steam keluaran boiler maka akan semakin banyak bahan bakar