• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUASAAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA PADA ANAK USIA DINI NURUL HIDAYAH 1 * Abstrak. Katakunci: Kosakata Bahasa Indonesia, Anak Usia Dini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGGUASAAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA PADA ANAK USIA DINI NURUL HIDAYAH 1 * Abstrak. Katakunci: Kosakata Bahasa Indonesia, Anak Usia Dini"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1 PENGGUASAAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA

PADA ANAK USIA DINI NURUL HIDAYAH 1*

Abstrak

Belajar berbahasa tidak terlepas dari kosakata. Kosakata atau perbendaharaan kata adalah semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa.Kosakata merupakan bagian penting dari bahasa.Penguasaan kosakata dapat mempengaruhi keterampilan berbahasa seseorang.Begitu juga dengan kemampuan seseorang menggunakan dan mempelajari bahasa banyak dipengaruhi oleh kosakata yang dimilikinya.Bahasa dapat berfungsi kepada bagi anak apabila keterampilan berbahasanya meningkat.Pengguasaan keterampilan berbahasa akan meningkat apabila kuantitas dan kualitas juga mengalami peningkatan. Kualitas keterampilan berbahasa seseorang jelas bergantung kepada kuantitas dan kualitas kosakata yang dimilikinya. Semakin kaya kosakata yang dimiliki,semakin besar pula kemampuan keterampilan berbahasanya.

Katakunci: Kosakata Bahasa Indonesia, Anak Usia Dini A. Pendahuluan

Padarentangusialahirsampaienamtahun,

anakmulaipekauntukmenerimaberbagaiupayaperkembanganpotensi yang dimilikinya.

Pembelajaran pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) bertujuan membantu

meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap pengetahuan, keterampilan, daya cipta

dan menyiapkan anak untuk memasuki pendidikan dasar. Bahasa sebagai salah satu

aspek perkembangan yang harus dikembangkan pada usia TK, merupakan media

komunikasi agar anak dapat menjadi bagian dari kelompok sosialnya. Bahasa dapat

berbentuk lisan, gambar, tulisan, isyarat, dan bilangan.

Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan

manusia, karena di samping berfungsi sebagai alat untuk menyatakan pikiran dan

perasaan kepada orang lain, bahasa berfungsi sebagai alat untuk memahami perasaan

dan pikiran orang lain. Dalam perkembangan bahasa mencakup beberapa kemampuan

yaitu: kemampuan membaca, kemampuan menulis, kemampuan menyimak,

kemampuan mendengar, kemampuan berbicara dan kemampuan berkomunikasi.

(2)

2 Perkembangandalamaspekbahasadimulaidenganpeniruanbunyidansuara,

berlanjutdenganmeraba.

Perkembangan kemampuan berbahasa anak di Taman Kanak-kanak

dipengaruhi oleh banyaknya latihan untuk menggunakan segala sesuatu dan juga

adanya rangsangan-rangsangan untuk perkembangan kearah pemikiran yang

positif.Jikasel-selsyarafanaktidakdirangsangmakapotensi-potensi yang ada lambat

launfungsinya akan berkurang dan mati (Ahmad Susanto, 2011: 36).

Pembelajaran di Taman Kanak-kanak (TK) merupakan gerbang awal

pembelajaran formal yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi

dilingkungan sekolah. Kedudukan bahasa Indonesia di Taman Kanak-kanak adalah

bahasa kedua setelah bahasa ibu, hal ini perlu mendapatkan perhatian agar anak di

TK dapat menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi di kelas dan

diluar kelas. Bahasa merupakan salah satu hal terpenting dalam kehidupan anak,

dengan bahasa anak akan dapat berinteraksi dengan orang lain dan menemukan hal

terbaru dalam lingkungan mereka. Dengan bahasa juga anak mampu menuangkan

suatu ide atau gagasan terhadap keinginannya tersebut.

Padadasarnyasejaklahirmanusiatelahterikatsecarakodratiuntukmempelajaribah

asapadawaktutertentudandengancaratertentu. Menurut Subyakto dan Nababan

(2005:124), bahasa adalah“segala bentuk

komunikasiketikapikirandanperasaanseseorangdisimbolisasikansupayadapatmenyamp

aikanartikepada orang lain”. Hal ini menunjukkan bahwa tanpa bahasa komunikasi

tidak dapat dilakukan dengan baik dan interaksi sosial pun tidak akan pernah terjadi.

Tanpa bahasa siapa pun tidak akan mampu mengekspresikan diri dalam

menyampaikan sesuatu pesan kepada orang lain.

Chomsky sebagaimana dikutip Subyakto dan Nababan (2005: 76)

menyatakan bahwa “setiap anak sejak lahir telah dilengkapi dengan seperangkat

peralatan yang memungkinkannya memperoleh suatu bahasa.

(3)

3

Acquisition Device (LAD).Denganadanya LAD

iniseoranganakdipastikanmemilikikemampuanalamiahuntukberbahasa”.

Menurut Soedjito (2002: 1) berbahasatidakterlepasdarikosakata.

Kosakataatauperbendaharaan kata adalahsemua kata yang

terdapatdalamsuatubahasa.Kosakata merupakan bagian penting dari

bahasa.Penguasaan kosakata dapat mempengaruhi keterampilan berbahasa

seseorang.Begitu juga dengan kemampuan seseorang menggunakan dan mempelajari

bahasa banyak dipengaruhi oleh kosakata yang dimilikinya.Bahasa dapat berfungsi

kepada seseorang apabila keterampilan berbahasa seseorang meningkat.Tarigan

(2008 :14) mengatakan bahwa “keterampilan berbahasa seseorang meningkat apabila kuantitas dan kualitas kosakatanya meningkat”. Kualitas keterampilan berbahasa

seseorang jelas bergantung kepada kuantitas dan kualitas kosakata yang

dimilikinya. Semakin kaya kosakata yang dimiliki,semakin besar pula

kemampuan keterampilan berbahasanya. Kuantitas dan kualitas kosakata seorang

peserta didik turut menentukan keberhasilannya dalam kehidupan. Anak TK belajar

kosakata itu dari sesuatu yang didengar, dilihat, dan juga dipraktekkannya.

B. Pembahasaan

1. Pengertian Kosakata

Kosakata memiliki peran penting dalam pembelajaran bahasa. Berdasarkan

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 597), kosakata adalah “perbendaharaan kata atau banyaknya kata-kata yang dimiliki suatu bahasa”. Selanjutnya, Tarigan

(2008 : 197) menjelaskan bahwa ”kosakata adalah kata-kata yang merupakan

perbendaharaan suatu kata”. Kridalaksana (2007: 98) memberikan pendapat bahwa kosakata adalah (1) komponen bahasa yang memuat secara informasi

tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa; (2) kekayaan kata yang dimiliki

seorang pembicara, penulis atau suatu bahasa; dan (3) daftar kata yang disusun

(4)

4 Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kosakata adalah

merupakan jumlah kata yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok orang atau

merupakan kata-kata yang terdapat dalam suatu bahasa yang mengandung

informasi dan makna pemakainya. Hal ini berarti bahwa kosakata memiliki peran

yang penting dalam pembelajaran bahasa. Banyaknya penguasaan kosakata yang

diperoleh seseorang akan memperkaya perbendaharaan kata yang dimilikinya.

2. Ruang Lingkup Penguasaan Kosakata

Menurut Hendry Guntur Tarigan (2008 :3) kosakata dasar atau basic

vocabulary adalah kata-kata yang tidak mudah berubah atau sedikit sekali

kemungkinannya dipungut dari bahasa lain. Dan yang termasuk kosakata dasar

ini adalah:

1. Istilah kekerabatan, misalnya: ayah, ibu, anak, adik, kakak, nenek,

kakek, paman, bibi, menantu, mertua.

2. Nama-nama bagian tubuh, misalnya: kepala, rambut, mata, telinga,

hidung, mulut, bibir, gigi, lidah, pipi, leher, dagu, bahu, tangan, jari, dada,

perut, pinggang, kaki, betis, telapak, punggung, darah, napas.

3. Kata ganti (diri, penunjuk), misalnya: saya, kamu, dia, kami, kita,

mereka, ini, itu, sini, situ, sana.

4. Kata bilangan pokok, misalnya: satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh,

delapan, sembilan, sepuluh, dua puluh, sebelas, dua belas, seratus,

dua ratus, seribu, dua ribu, sejuta, dua juta.

5. Kata kerja pokok, misalnya: makan, minum, tidur, bangun, berbicara,

melihat, mendengar, menggigit, berjalan, bekerja, mengambil,

menangkap, lari.

6. Kata keadaan pokok, misalnya: suka, duka, senang, susah, lapar,

kenyang, haus, sakit, banyak, sedikit, terang, gelap, siang, malam,

(5)

5 7. Benda-benda universal, misalnya: tanah, air, api, udara, langit, bulan,

bintang, matahari, binatang, tumbuh-tumbuhan (Tarigan, 2008: 9-10).

Selanjutnya menurut Hurlock (2007:187) anak usia dini dapat mempelajari

dua jenis kosakata umum dan kosakata khusus. Kosakata umum terdiri dari kata

yang dapat di gunakan dalam berbagi situasi yang berbeda. Kosakata khusus

terdiri atas kata arti spesifik yang hanya digunakan pada situasi tertentu. Berikut

ini akan diuraikan jenis-jenis kosakata:

a. Kosakata Umum

Kosakata umum ini meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Kata Benda; adalah kata yang pertama digunakan oleh anak, umumnya

kosakata ini yang bersuku kata baru yang diambil dari bunyi celoteh yang

didengar, seperti baju, sepatu dll.

2. Kata Kerja;setelah anak mempelajari kata benda yang cukup untuk

menyebutkan nama dan benda sekitarnya, selajutnya anak mulai

mempelajari kata-kata yang baru, dalam hal ini adalah kerja khususnya yang

melakukan tindakan seperti beri, ambil, dan pegang.

3. Kata Sifat; kata ini muncul dalam kosakata anak yang berumur 1,5 tahun.

Pada mulanya kata sifat yang paling banyak digunakan oleh anak usia dini

adalah baik dan buruk.

4. Kata keterangan; kata keterangan digunakan pada umur yang sama dengan

kata sifat. Kata keterangan yang paling awal dalam kosakata anak anak usia

dini adalah “disini” dan “disana”.

5. Kata perangkai atau kata ganti; kata ini muncul paling akhir karena paling

sulit digunakan anak-anak usia dini, misalnya anak sulit membedakan kapan

(6)

6

b. Kosakata Khusus

1. Kosakata warna

Sebagian besar anak usia dini mengetahui nama warna pada usia 4 tahun.

Pemerolehan kosakata anak-anak tidaklah sama. Seberapa banyak mereka

akan mempelajari nama warna dan lainnya, tergantung pada kesempatan

belajar yang mereka dapatkan dan minat mereka tentang warna.

2. Jumlah kosakata

Dalam skala integensi Standford-Binet, anak yang berusia 5 tahun

diharapkan dapat menghitung tiga objek dan pada usia 6 tahun diharapkan

cukup baik memahami kata tiga, empat, lima dan seterusnya.

3. Kosakata waktu

Anak-anak yang sudah berusia 4 sampai 6 tahun sudah dapat mengetahui arti

waktu seperti pagi, siang, malam, musim panas dan musim dingin.

4. Kosakata Uang

Anak-anak yang berusia 4 dan 5 tahun mulai menamai nama uang logam

sesuai dengan ukuran dan warnanya.

5. Kosakata ucapan populer

Kebanyakan anak yang berusia 4 sampai 8 tahun khususnya anak lelaki,

sering menggunakan ucapan populer untuk mengungkapkan emosi dan

kebersamaan dengan teman sekelompoknya.

6. Kosakata sumpah

Kosakata sumpah terutama oleh anak digunakan mulai pada usia sekolah

untuk menyatakan bahwa ia sudah besar, anak juga menyadari perasaan

rendah dirinya, menegaskan kejantanannya dan menarik perhatian.

3. Tahap Perluasaan Pengguasan Kosakata

Bentuk perluasan kosakata yang dikemukakan oleh Keraf (2001: 65-67) adalah

sebagai berikut:

(7)

7 Perluasaan kosakata pada masa kanak-kanak lebih ditekankan kepada

kosakata khususnya kesanggupan untuk nominasi gagasan yang kongkret (nyata).

Pada masa ini sangat memerlukan istilah-istilah untuk menyebut kata-kata secara

lepas.

b. Masa Remaja

Pada waktu anak menginjak bangku sekolah, proses perluasan kosakata

masih berjalan terus ditambah proses yang sengaja diadakan untuk menguasai

bahasanya dan memperluas kosakata yang dimilikinya.

c. Masa Dewasa

Pada seseorang yang mulai meningkat dewasa, kedua proses di atas masih

berlanjut. Proses perluasaan berjalan lebih insentif karena sebagai seorang yang

dianggap matang dalam masyarakat dan juga harus mengetahui berbagai hal, dan

harus pula dpat berkomunikasi dengan baik kepada anggota masyarakat yang lain.

4. Pengusaaan Kosakata Bahasa Indonesia Pada Anak Usia Dini

Perkembangan bahasa sebagai salah satu dari kemampuan dasar yang harus

dimiliki anak, terdiri dari beberapa tahapan sesuai dengan usia dan karakteristik

perkembangannya. Dalam berkomunikasi, bahasa merupakan alat yang penting bagi

setiap orang. Melalui berbahasa seseorang atau anak akan dapat mengembangkan

kemampuan bergaul dengan orang lain.

Tanpabahasaseseorangtidakakandapatberkomunikasidengan orang lain.

Anakdapatmengekspresikanpikirannyadenganmenggunakanbahasasehingga

orang laindapatmenangkapapa yang dipikirkanolehanak.

Komunikasiantaranakdapatterjalindenganbaikdenganbahasasehinggaanakdapatmemb

angunhubungansehinggatidakmengherankanbahwabahasadianggapsebagaisalahsatuin

dikatorkesuksesanseoranganak.Mengajarkanbahasasejakdiniakanmemudahkanbagian

akkarenamasainimerupakanperiode yang

sangatmenakjubkandimanaterjadipertumbuhankosakata yang sangatcepatbagianak.

(8)

8 maupunperasaannyapada orang lain.Hasil penelitian Dardjowidjojo (2010: 61)

menyatakan bahwa “anak usia dini dianggap sudah dapat berbahasa pada waktu ia

mampu mengeluarkan kata-kata pertamanya yaitu sekitar usia satu tahun. Hal ini

terjadi pada anak-anak yang normal. Selain anak-anak yang normal, karena berbagai

sebab, ada yang mengalami kesulitan dalam memperoleh bahasa”.

Ada dua cara yang terpenting ketika anak-anak mempelajari kata-kata

tersebut. Pertama, mereka mendengar kata-kata tersebut dari orang tua,

anak-anak yang lebih tua, teman sepermainan, televisi dan radio, tempat bermain, dan

toko, pusat perbelanjaan. Kedua, mereka mengalaminya sendiri misalnya mereka

mengatakan benda-benda, memakannya, merabanya, menciumnya, dan

meminumnya. Kosakata mereka itu hanya dibatasi oleh pengalaman-pengalaman

mereka dan oleh model-model yang tersedia (Tarigan, 2008 :11).

Pada anakusiadini, khususnyausia 3-6tahundapatmengembangkankosakata

yang mengagumkan. Owens

mengemukakanbahwaanakusiatersebutmemperkayakosakatanyamelaluipengulangan.

Merekaseringmengulangikosakata yang

barudanuniksekalipunmungkinbelummemahamiartinya.Dalam mengembangkan kosa

kata tersebut, anak menggunakan fast mapping yaitu suatu proses dimana anak

menyerap arti kata baru setelah mendengarnya sekali atau dua kali dalam

percakapan.Pada masa kanak-kanak awal inilah anak mulai mengkombinasikan suku

kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat.

Penelitian yang telah dilakukan Diah Rahmawati menghasilkan kesimpulan

bahwa anakusia 3-6tahun rata-rata dapatmenggunakan 900 sampai 1000 kosakata

yang berbeda. Merekamenggunakan 4-5 kata dalamsatukalimat yang

dapatberbentukkalimatpernyataan, negatif, tanyadanperintah. Anakusia 4

tahunsudahmulaidapatmenggunakankalimat yang beralasanseperti

(9)

9 tahunpembicaraanmerekamulaiberkembangdimanakosakata yang

digunakanlebihbanyakdanrumit.

Penguasaan kosakata pada peserta didikusia TK (5-6 tahun) menurut Carey

dalam ( Suyanto, 2005: 162) adalah 14.000 kosakata, sehinggapada prinsipnya anak

sudah dapatberkomunuikasi dengan baik dan benar.Hart dan Risley dalam

(Hirsh-Pasek, 2005: 151)mengemukakan bahwa seorang anak dari keluarga miskin

rata-ratamendengar 616 kata setiap jamnya,sementara anak dari keluarga yang

bekerjamendengar 1.251 kata dan anak-anak darikeluarga profesional mendengar

rata-rata2.153 kata setiap jamnya, hal ini dikarenakan orang tuakeluarga miskin

jarang berbicara kepadaanak-anaknya dibandingkan denganorangtua golongan

menengah atauorangtua profesional. Jika dihitung angkatersebut dalam setahun,

angka tersebutmenjadi : 3 juta kata dari pengalamanberbahasa bagi anak-anak miskin,

6 jutakata bagi anak keluarga menengah, dan 11juta kata bagi anak-anak dari

keluargaprofesional.

5. Faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya perbedaan kuantitas pengguasan kosakata bahasa Indonesia pada anak usia dini.

1. Berdasarkan Faktor Usia

Perbedaan usia mempengaruhi kecepatan dan keberhasilan dalam belajar

bahasa kedua (Chaer, 2003:253). Anak yang berusia 5 – 6 tahun memiliki penguasaan

kosakata yang lebih banyak daripada anak yang berusia 4 tahun. Hal ini diduga anak

yang berusia 5 – 6 tahun perkembangan neurobiologinya jauh lebih matang daripada

anak yang berusia 4 tahun. Oleh karena itu, anak yang berusia 5 – 6 tahun mayoritas

sudah mampu melakukan ekspresi diri seperti membaca dan menulis sehingga

kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia yang dikuasai lebih banyak daripada anak

usia 4 tahun.

2. Berdasarkan Jenis Kelamin

Pada sisi jenis kelamin, ditemukan perbedaan yang mencolok antara anak

(10)

10 anak perempuan sebagian besar menunjukkan angka yang lebih banyak daripada

kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia yang dikuasai anak laki-laki. Hal ini

menunjukkan bahwa dalam kemampuan verbal anak perempuan lebih unggul

daripada anak laki-laki. Bahkan Santrock menjelaskan bahwa anak perempuan lebih

unggul dalam beberapa area verbal seperti kemampuanmenemukan sinonim kata-kata

dan memori verbal sedangkan anak laki-laki melebihi anak perempuan dalam

kemampuan kuantitatif dan visual spasial (Santrock, 2007:335). Pandangan tersebut

cukup memperjelas bahwa anak perempuan dalam berbahasa sedikit lebih baik dan

aktif dari anak laki-laki. Dibandingkan dengan anak perempuan, dalam

perkembangannya anak laki-laki lebih lambat dalam belajar berbicara. Selain itu,

kalimat anak laki-laki lebih pendek dan kosakata yang diucapkan lebih sedikit

daripada anak perempuan. Anak perempuan lebih dominan dalam hal berbicara dan

berbahasa. Saat bermain pun anak perempuan lebih banyak mengungkapkan

perasaannya dibandingkan dengan anak laki-laki.

Menurut Chaer (2003:134) otak perempuan lebih kaya akan neuron

dibandingkan dengan otak laki-laki, jadi semakin banyak jumlah neuron di suatu

daerah, semakin kuat fungsi otak di sana. Oleh karena itu, kesan cerewet yang ada

pada perempuan adalah bagian dari kemampuan verbal yang tinggi. Hal ini

ditunjukkan dengan banyaknya jumlah neuron pada otak kiri perempuan. Dari

penjelasan teori-teori tersebut dapat dirumuskan sebuah dugaan bahwa dalam

perkembangannya, anak perempuan lebih mudah menguasai bahasa

dibandingkandengan anak laki-laki. Termasuk dalam penguasaan kosakata, kuantitas

ragamkosakata bahasa Indonesia anak perempuan usia prasekolah lebih banyak

daripada anak laki-laki.

3. Berdasarkan Faktor Kondisi Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga juga berperan dalam perkembangan bahasa anak.

Santrock (2007:373) menyatakan bahwa kuantitas percakapan orangtua kepada anak

(11)

11 dihubungkan dengan status sosial ekonomi keluarga. Pada beberapa penelitian yang

telah dilakukan, banyak data-data yang ada di buku induk sekolah untuk dapat

dijadikan gambaran mengenai kondisi keluarga dari anak-anak yang diteliti.

Beberapa penelitian yang diperoleh diketahui bahwa anak-anak yang kedua

orangtuanya bekerja memiliki kosakata yang tidak sebanyak anak-anak lain yang

ibunya tidak bekerja. Oleh karena itu, muncul sebuah dugaan bahwa orangtua

khususnya ibu yang berbicara lebih sering kepada anak-anaknya akan berpengaruh

dalam jumlah kosakata yang dikuasai anak. Kemudian dari sisi bahasa pengantar

sehari-hari yang digunakan anak dan orangtua di rumah, pada dasarnya turut

memberikan pengaruh terhadap kuantitas ragam kosakata yang dikuasai anak.

Anak-anak yang terbiasa menggunakan bahasa Indonesia untuk berinteraksi dengan

orangtua, mayoritas kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia yang dikuasai lebih

banyak daripada anak-anak yang hanya terbiasa menggunakan bahasa daerah sebagai

saranaberinteraksi dengan orangtua. Hal itu tentunya juga didukung dengan hubungan

komunikasi yang baik antara orangtua dan anak sehingga berdampak pada kuantitas

ragam kosakata bahasa Indonesia yang dikuasai anak. Meskipun demikian, baik anak

yang mempunyai kuantitas ragam kosakatabahasa Indonesia yang banyak maupun

sedikit dalam penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua, sedikit banyak

masih tercampuri kosakata bahasa ibu sebagai bahasa pertama anak. Hal ini karena

anak-anak tinggal dalam lingkungan yang sebagian besar masyarakatnya

menggunakan bahasa daerah sebagai sarana komunikasi sehari-hari. Jadi, sudah

menjadi kenyataan umum kalau pemerolehan bahasa kedua sangat kuat dipengaruhi

oleh bahasa pertama. Demikian juga dengan bahasa daerah sebagai bahasa pertama

(B1) yang dimiliki oleh sepuluh anak usia dini yang diteliti senantiasa hadir

disela-sela tuturan anak ketika mereka berbicara dengan menggunakan bahasa Indonesia

(B2). Hal ini tidaklah salah jika dilihat dari sudut pandang anak-anak yang masih

(12)

12 antara yang merupakan bagian dari sebuah tahapan untuk seorang anak dapat

mencapai kemahiran berbahasa.

Selanjutnya ada tingkatan kelas-kelas kata bahasa Indonesia yang dikuasai pada anak usia dini antara lain:

Kata Benda (Nomina)

Kata benda atau nomina dari segi semantik adalah kata yang mengacu pada

manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian (Alwi dkk, 2010:221). Tahap

anak usia dini mayoritas anak mengetahui nama berbagai benda yang ada di

sekitarnya. Benda-benda yang diketahui oleh anak pada umumnya bersifat konkret

atau nyata. Di samping itu, benda-benda tersebut sering ditemukan dalam kehidupan

sehari-hari anak sehingga anak lebih mudah untuk mengingat nama benda-benda

tersebut. Oleh karena itu, kategori nomina banyak dikuasai anak-anak.

Dari segi bentuk, nomina dibedakan ke dalam nomina dasar dan nomina

turunan. Pembentukan nomina turunan dilakukan dengan (a) afiksasi, (b)

pengulangan, atau (c) pemajemukan. Kosakata seperti gambar, ibu, adik, melati,

buku, rumput, serigala, capung, apel, manggis, pilot, sungai, mobil, bapak, dan

kambing termasuk kategori nomina bentuk dasar. Kosakata mainan, ayunan,

makanan dan minuman termasuk kategori nomina turunan hasil proses afiksasi.

Sementara itu, kosakata robot-robotan, anak-anak, barang-barang, buah-buahan,

rumah-rumahan, alun-alun, kura-kura, dan pistol-pistolan termasuk kategorinomina

hasil dari proses reduplikasi. Kosakata robot-robotan, buah-buahan, rumah-rumahan,

dan pistol-pistolan merupakan perulangan yang disertai dengan afiksasi -an dan

memiliki makna kemiripan rupa. Kemudian anak-anak dan barang-barang merupakan

jenis perulangan murni sedangkan alun-alun dan kurakura merupakan jenis

perulangan semu.

Kata Kerja (Verba)

Pada penelitian ini, mayoritas kata kerja yang dikuasai anak usia dini

(13)

13 Kosakata tersebut di antaranya adalah bangun, baca, masak, tidur, mandi, minum,

makan, pulang, kerja, beli, dan lari. Kosakata tersebut termasuk kategori verba

bentuk dasar. Verba bentuk dasar memiliki makna yang mandiri meskipun tidak

dibubuhi dengan afiks. Selain itu, verba dasar memiliki potensi untuk membentuk

verba lain dengan menambahkan afiks pada verba dasar. Misal dari kosakata bangun,

baca, dan masak dapat dibentuk menjadi membangunkan, membaca, dan

memasak.Sementara itu, kosakata mengeja, dilombakan, dipanggil, menemukan,

menyeberang, berdoa, ditakuti, memeriksa termasuk dalam verba turunan hasil dari

proses pengafiksan. Kosakata jalan-jalan, masak-masak, pindah-pindah,

bergerak-gerak, dan meloncat-loncat termasuk dalam verba turunan hasil dari proses

reduplikasi sedangkan jalan kaki adalah bentuk verba turunan hasil proses

pemajemukan. Pemajemukan adalah penggabungan atau pemaduan dua dasar atau

lebih sehingga menjadi satu satuan makna.

Kata Sifat (Adjektiva)

Kosakata yang berkaitan dengan kategori adjektiva dalam tuturan anakusia

dini di antaranya adalah cantik, sakit, jahat, nakal, lupa, jauh, dekat, kaget, sehat,

pintar, takut, baik, lurus, kecil-kecil dan lain sebagainya. Kosakata cantik, sakit, jahat,

sehat, pintar, takut, nakal, dan kaget termasuk bentuk-bentuk adjektiva dasar. Sesuai

dengan karakeristik adjektiva, kosakata tersebut berpotensi untuk bergabung dengan

partikel tidak, lebih, atau sangat. Sementara itu, kosakata kecil-kecil termasuk dalam

kategori adjektiva turunan hasil dari proses pengulangan atau reduplikasi.

Kata Keterangan (Adverbia)

Kosakata yang berkaitan dengan kategori adverbia pada tuturan anak-anakdi

antaranya adalah sudah, akan, lagi, masih, pernah, belum, bisa, ingin, sudah tidak,

nggak bisa, subuh-subuh, sore-sore, malam-malam, dan kadang-kadang. Adverbia

bentuk dasar seperti sudah, akan, lagi, masih, pernah, belum, bisa, ingin sedangkan

adverbia gabungan seperti sudah tidak dan nggak bisa. Subuh-subuh, sore-sore,

(14)

14 Kata Ganti (Pronomina)

Kata ganti atau pronomina yang digunakan anak dalam berkomunikasi, di

antaranya adalah pronomina persona, posesiva, demonstrativa, dan interogativa.

Kosakata aku, dia, kita, dan kamu termasuk kategori pro nomina persona. Aku

merupakan kata ganti orang pertamatunggal sedangkan dia merupakan kata ganti

orang ketiga tunggal. Kemudian kitamerupakan kata ganti orang pertama jamak dan

kamu merupakan kata ganti orang kedua jamak. Di samping itu, juga terdapat bentuk

pronomina posesiva seperti pada kata adikku, jajanmu, dan mobilnya. Pronomina

posesiva adalah segala kata yang menggantikan kata ganti orang dalam

kedudukannya sebagai pemilik. Jadi, bentuk -ku, -mu, -nya adalah bentuk-bentuk

ringkas yang diletakkan di belakang sebuah kata yang biasa disebut dengan enklitis.

Sementara itu, pronomina demonstrativa yang sering digunakan oleh anak

usia dini adalah sini, sana, ini, dan itu. Ini digunakan untuk menunjuk pada sesuatu di

tempat pembicara sedangkan itumenunjuk pada sesuatu di tempat lawan bicara.

Kemudian pronomina penunjuk tempat seperti sini dan sana mengacu pada makna

dekat (sini) dan jauh (sana). Sebagai penunjuk lokasi, pronomina ini sering digunakan

dengan preposisi pengacu arah, yakni di, ke, dari sehingga terdapat di/ke/dari sana

dan di/ke/dari sini.

Kata Bilangan (Numeralia)

Pada kelas kata numeralia ditemukan sejumlah kosakata sebagai berikut lima,

dua, empat, sepuluh, tujuh, tiga, satu juta, dua juta, lima juta, kedua, satu, enam, dua

belas dan setengah. Kosakata banyak dan semua termasuk kategori numeralia pokok

tak tentu. Dikatakan tak tentu karena mengacu pada jumlah yang tidak pasti

Sementara itu, kosakata lima, satu, dua, enam, tujuh, tiga, sepuluh, dua belas, satu

juta, dua juta, dan lima juta termasuk kategori numeralia pokok tentu. Akan tetapi,

untuk kosakata satu juta, dua juta, dan lima juta dalamnumeralia pokok tentu

menempati posisi sebagai gugus yang berkomponen juta. Kemudian kosakata

(15)

15 dalam numeralia pokok tentu menempati posisi sebagai gugus yang berkomponen

belas.

Sementara itu, kosakata kedua termasuk dalam kategori numeralia pokok

kolektif. Numeralia pokok kolektif dibentuk dengan prefiks ke- yang ditempatkan di

depan nomina yang diterangkan. Hal itu juga terbukti dari deskripsi tuturan data

sebelumnya, kosakata kedua berada di depan kosakata orangtua yang berkedudukan

sebagai nomina dan kosakata kedua menerangkan orangtua.

Kata Depan (Preposisi)

Anak usia dini sudah menguasai dengan baik beberapa preposisi dalam sebuah

tuturannya. Preposisi tersebut di antaranya adalah di, ke, dan dari.Kata depan di, ke,

dan dari merupakan preposisi tunggal bentuk dasar. Untuk preposisi turunan bentuk

gabungan dan preposisi yang berasal dari kategori lain tidak ditemukan dari deskripsi

tuturan anak. Hal ini karena kosakata yang dikuasai anak usia prasekolah masih

terbatas dan sebagian besar terletak pada bentuk dasar.

Kata Hubung (Konjungsi)

Anak usia dini sudah menguasai dengan baik beberapa konjungsi dalam

sebuah tuturannya. Pada tuturan anak, kosakata yang berkaitan dengan kategori

konjungsi adalah dan, kalau, tapi. kosakata tapi, kalau, dan adalah bentuk kategori

konjungsi intrakalimat. Konjungsi intrakalimat adalah konjungsi yang

menghubungkan satuan-satuan kata dengan kata, frase dengan frase, atau klausa

dengan klausa.

Kata Seru (Interjeksi)

Interjeksi atau kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa hati

pembicara. Untuk memperkuat rasa hati seperti rasa kagum, heran, dan ekspresi batin

lainnya orang memakai kata tertentu di samping kalimat yang mengandung makna

pokok yang dimaksud. Pada kategori interjeksi ditemukan sejumlah kosakata seperti

eh, loh, ah, aduh, dan wah.Kata seru pada umumnya digunakan dalam bahasa lisan

(16)

16 tidak formal dan pada bahasa tulis yang tidak merupakan percakapan, khususnya

yang bersifat formal interjeksi hampir tidak pernah dipakai. Namun, penggunaannya

di kalangan anak juga tidak dapat dipersalahkan. Sekali lagi bahwa bahasa anak

adalah bahasa antara yang merupakan bagian tahapan anak dalam menguasai sebuah

bahasa hingga mencapai kemahiran berbahasa.

Pada anak usia dini, ruang lingkup kosakata bahasa Indonesia yang dikuasai

sebagian besar masih berada dalam tataran benda, aktivitas, keadaan, dan hal-hal lain

yang bersifat konkret. Kosakata yang berkaitan dengan aktivitas sehari-hari seperti

makan, minum, tidur, mandi, belajar, bermain dan sebagainya adalah salah satu

contoh gagasan-gagasan konkret yang sering keluar dari tuturan anak-anak. Begitu

juga dengan nama-nama dalam lingkup kekerabatan seperti bapak/ayah, ibu, kakak,

adik, dan sebagainya. Walaupun demikian, tidak berarti anak belum menguasai

gagasan-gagasan abstrak sepenuhnya. Anak sudah menguasai gagasan-gagasan

abstrak seperti susah, senang, sayang dan sebagainya yang berada dalam ruang

lingkup keadaan, hanya saja untuk konsep kosakata abstrak yang lebih tinggi,

anak-anak belum mampu memahaminya dengan baik. Hal itu dapat diketahui ketika

terdapat anak yang menanyakan konsep sebuah kata sopan, izin, ibadah, dan kuyup

kepada peneliti ketika berinteraksi di lapangan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan

bahwa ruang lingkup kosakata anak selain berhubungan dengan segala sesuatu yang

bersifat konkret jugaberhubungan dengan segala sesuatu yang dapat dirasakan dan

dialami sendiri oleh anak-anak. Hal ini sejalan dengan pendapat Dale yang

menyatakan bahwa kosakata anak-anak hanya dibatasi oleh pengalaman-pengalaman

mereka dan oleh model-model yang tersedia (Tarigan, 1993:6). Jadi, jika lingkungan

mampu memberikan banyak pengalaman kepadaanak-anak dimungkinkan ruang

lingkup kosakata anak akan lebih luas lagi. Hal ini karena anak-anak

menginterpretasikan kata-kata berdasarkan pengalamannyapada masa lalu. Segala

sesuatu yang dilihat, didengar, dirasakan, dan dilakukan anak pada masa lalu akan

(17)

17 C. Penutup

Dalam mengembangkan penggusaan kosakata pada anak usia dini diharapkan

kepada orang tua dan pendidik supaya dapat membangun hubungan komunikasi yang

intensif dengan anak untuk membantu pertumbuhan kosakata anak sebagai bekal

supaya anak dapat terampil berbahasa. Jika lingkungan dapat memberikan banyak

pengalaman kepada anak-anak, diharapkan bahasa anak akan berkembang dengan

(18)

18 DAFTARPUSTAKA

Abdul Chaer, 2003,Psikolinguistik Kajian Teoretik, Rineka Cipta, Jakarta.

Dardjowidjojo, S, 2010PsikolinguistikPengantarPemahamanBahasaManusia, YayasanObor Indonesia, Jakarta.

DepartemenPendidikanNasional, 2008.KamusBesarBahasa IndonesiaEdisi Ke-4. Jakarta: BalaiPustaka.

Elizabeth B. Hurlock, ,PerkembanganAnak, EdisiKeenam,Jilid ke2, Jakarta, Erlangga.

Diah Rahmawati, Penguasaan Kosakata Bahasa Indonesia dan Daerah Pada Anak

Usia Prasekolah, Skripsi, Universitas Negeri Malang, 2009.

Hirsh-Pasek dkk. 2005. Einstein Never Used Flash Cards; Bagaimana Sesungguhnya

Anak-anak Belajar dan Mengapa Mereka Harus Banyak Bermain dan Sedikit Menghafal. Cet. 1. Kaifah,Bandung.

http://adeirmasuryani.

MakalahperkembanganBahasaAnakUsiaDiniwordpress.com/2010/11/29

Keraf, Gorys. 1984. Tatabahasa Indonesia untuk Sekolah Lanjutan Atas. Ende: Nusa Indah.

Santrock, 2011, Masa Perkembangan Anak, Salemba Humanika, Jakarta, Edisi 11. Sudaryanto. 1994. Predikat-Objek dalam Bahasa Indonesia: Keselarasan

Pola-Urutan. Jakarta: Djambatan.

Soedjito, 2002,Kosakata Bahasa Indonesia, Gramedia, Jakarta.

Subiyakto dan Nababan, 2005, Psikolinguistik Suatu Pengantar, Gramedia , Jakarta. Suyanto.2005. PembelajaranuntukAnakTK. Jakarta: Depdiknas.

Tarigan, 2008Pengajaran Kosakata, Angkasa, Bandung. ..., 2008. Psikolinguistik. Bandung: Angkasa.

Referensi

Dokumen terkait

Peta Moving Range dirancang untuk membandingkan nilai permintaan actual dengan nilai peramalan.Dengan kata lain membandingkan data actual dan peramalan pada periode yang

Selain itu, Quible dalam Badri Munir Sukoco (2007) menyebutkan ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam penyusunan tata ruang kantor agar lebih efektif dan efisien, antara

Tahapan proses penting pada proses pengujian adalah sebagai berikut: citra aksara Jawa yag mengalami distorsi diinputkan, dilakukan operasi praproses, selanjutya

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi komunikasi para guru dalam penyampaian pesan-pesan keagamaan kepada siswa di Madrasah Aliyah Negeri Kelua, faktor

Perbedaannya hubungan antara Tuhan suatu pihak dan jiwa serta benda di lain pihak dengan hubungan antara jiwa dan tubuh pada manusia adalah bahwa hubungan antara jiwa dan tubuh

Prioritas utama strategi pengembangan agribisnis jeruk pamelo bageng taji di Kabupaten Pati adalah potensi lahan yang dimiliki dengan menggunakan varitas unggul nasional

Luas perkebunan kelapa sawit di Provinsi Riau tahun 2003 yang tercatat 1.486.989 ha, bila satu ha dapat menampung satu ekor sapi di luar potensinya dalam menyediakan pakan

Faiza Tamby Chik (2008: 33-43) menambah lagi di dalam penulisannya yang lain untuk dikaitkan dengan penghakiman di peringkat Mahkamah Syariah adalah hakim rayuan perlu