• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

35

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Objek dalam penelitian kualitatif adalah objek yang alamiah, atau natural setting, sehingga metode penelitian ini sering disebut sebagai metode naturalistik (Sugiyono, 2015: 2). Begitu pula dengan penelitian tentang penggunaan deiksis persona ini berkaitan dengan hal-hal khususnya fenomena kebahasaan yang bersifat natural. Artinya, data yang dikumpulkan berasal dari sumber data yang ada dalam masyarakat tanpa ada campur tangan dari penulis.

Mahsun mengatakan, penelitian bahasa juga bersifat empiris, maksudnya bahwa fenomena lingual yang menjadi objek penelitian bahasa itu adalah fenomena yang benar-benar hidup dalam pemakaian bahasa, jadi benar-benar bersumber pada fakta lingual yang senyatanya digunakan oleh penutur (2005:3). Selanjutnya ditegaskan oleh Sutopo bahwa, metode yang digunakan penulis menekankan catatan yang menggambarkan situasi sebenarnya guna mendukung penyajian data (2002:35). Jadi dalam mencari pemahaman, penelitian kualitatif cenderung tidak memotong halaman cerita dan data lainnya dengan simbol-simbol angka. Penulis berusaha menganalisis data dengan semua kekayaan wataknya yang penuh nuansa, sedekat mungkin dengan bentuk aslinya seperti yang waktu dicatat.

Penelitian ini mengkaji mengenai unsur eksternal dari kajian wacana yang berupa penggunaan deiksis persona pada teks dongeng anak beserta pengacuan

(2)

dan pembalikan deiksis persona. Selain itu dilakukan juga analisis konteks situasi dan konteks sosial kultural yang melingkupi lahirnya penggunaan deiksis persona tersebut. Penelitian ini membutuhkan lima tahapan, yaitu (1) pengumpulan data, (2) klasifikasi data, (3) analisis unsur eksternal dari kajian wacana, yang meliputi penggunaan deiksis persona, pengacuan deiksis persona dan pembalikan deiksis persona, (4) analisis konteks situasi dan sosial kultural dan (5) menyimpulkan hasil analisis data.

B. Data dan Sumber Data

Sudaryanto (2015: 6) mengatakan bahwa, data dipahami sebagai fenomen lingual khusus yang mengandung dan berkaitan langsung dengan masalah yang dimaksud, sedangkan menurut Subroto (2007:38), data adalah semua informasi atau bahan yang disediakan oleh alam (dalam arti luas) yang harus dicari/ dikumpulkan dan dipilih oleh penulis. Namun, keduanya tersebut dapat dimengerti bahwa, data kebahasaan berupa fenomena-fenomena kebahasaan apapun yang sesuai dengan segi-segi tertentu yang diteliti. Data berbeda dengan objek penelitian. Sebagai bahan penelitian, maka di dalam data terkandung objek penelitian dan unsur lain yang membentuk data yang disebut konteks (objek penelitian). Jadi tidak lain data adalah objek penelitian plus konteks.

Sumber data dalam penelitian ini adalah salah satu rubrik di dalam koran

Kompas Klasika Minggu, yaitu rubrik Nusantara Bertutur tahun 2015. Sumber

data ini merupakan sumber data satu-satu yang digunakan penulis dalam penelitian ini. Adapun objek dalam penelitian ini adalah deiksis persona, sedangkan data yang diambil berupa kalimat-kalimat yang mengandung deiksis

(3)

persona pada dongeng anak dalam rubrik Nusantara Bertutur di koran Kompas

Klasika Minggu.

Data yang diambil berdasarkan teknik purposive, yaitu pengambilan data berdasarkan keputusan dari penulis sendiri untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian. Data yang diambil tersebut terdapat pada dongeng fabel pada tanggal 8 Februari, 1 Maret, 29 Maret, 5 April, 28 Juni, dan 30 Agustus; sedangkan data lainnya yang meliputi data parabel pada tanggal 25 Januari, 22 Februari, 8 Maret, 22 Maret, 12 April, 19 April, 26 April, 3 Mei, 17 Mei, 31 Mei, 6 Juli, 2 Agustus, 27 September, 18 Oktober, 8 November, dan 6 Desember. Jumlah dongeng yang diambil adalah 6 dongeng fabel dan 16 dongeng parabel dari keseluruhan 45 dongeng di tahun 2015.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dapat dinamakan sebagai metode penyediaan data, yaitu cara yang digunakan seorang peneliti dalam mengumpulkan data. Oleh Sudaryanto (2015: 201) makna dari penyediaan data adalah penyediaan data yang benar-benar data, penyediaan data yang terjamin sepenuhnya akan kesahihannya. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta, wawancara mendalam dan dokumentasi (Sugiyono, 2015:63). Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan teknik pengumpulan data dengan dokumentasi yang berupa tulisan dongeng anak dalam rubrik Nusantara Bertutur di koran Kompas Klasika Minggu pada tahun 2015. Setelah itu menggunakan metode simak dengan teknik catat.

(4)

Metode yang digunakan adalah metode simak, karena cara yang digunakan untuk memperoleh data dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa. Menurut Mahsun, istilah menyimak di sini tidak hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa secara lisan tetapi juga penggunaan bahasa secara tertulis. Metode ini memiliki teknik dasar, yaitu teknik catat (2005:90). Sudaryanto juga menyatakan metode simak ini memiliki beberapa teknik lanjutan, salah satunya adalah teknik catat (2015: 205). Selanjutnya Sudaryanto (2015: 205) mengungkapkan bahwa teknik catat dilakukan dengan pencatatan pada kartu data kemudian dilanjutkan dengan adanya klasifikasi data.

Pencatatan pada kartu data tidak dilakukan pada penelitian ini karena penulis menggunakan komputer sebagai alat bantu dalam menginput data. Penginputan data ini dilakukan untuk mempermudah analisis sehingga dapat bekerja secara sintesis karena data sudah diklasifikasikan. Pencatatan yang dilakukan dengan alat bantu komputer tersebut akan menampilkan jenis dongeng, judul dongeng, tanggal diterbitkannya dongeng, dan elemen yang dianalisis. Berikut adalah contoh dari penginputan data dengan alat bantu komputer.

No Kode Kalimat

1

A1/ TP/ 8 Feb ’15

“Pagi, Ibu Tupai,” salam Pak Tua Rusa kepada Ibu Pip yang baru saja keluar dari sarang di dalam lubang pohon.

2

A2/ TP/ 8 Feb

’15 “Ayo Pail bangun! Semua tupai sudah siap,” kata Ibu.

3

A3/ TP/ 8 Feb ’15

Tapi Pail tetap saja tidur. Akhirnya, ia ditinggal sendiri di rumah.

(5)

Keterangan:

A17 : Jenis dongeng A(fabel) dengan nomor urut data 17 Kode B untuk dongeng parabel.

TP : Judul dongeng, yaitu Tupai yang Pemalas 8 Feb. ’15 : Diterbitkan tanggal 8 Februari 2015

Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan teknik dan metode yang digunakan, kemudian dari 22 judul dongeng yang digunakan tersebut didapatkan 72 data kalimat yang mengandung deiksis persona dari dongeng fabel dan 182 data kalimat dari dongeng parabel, sehingga jumlah keseluruhan ada 254 data kalimat yang mengandung deiksis persona yang digunakan dalam penelitian ini.

D. Klasifikasi Data

Sebelum melakukan analisis data, penulis harus mengumpulkan semua data yang dibutuhkan terlebih dahulu. Jika data sudah terkumpul kemudian dilakukan sebuah klasifikasi data. Klasifikasi data ini dapat membantu penulis mengenai gambaran analisis.

Penulis melakukan klasifikasi data berdasarkan deiksis persona yang ditemukan meliputi pronomina persona, kata sapaan dan nama diri yang masing-masing terdiri dari persona pertama, persona kedua, dan persona ketiga yang masing-masing memiliki bentuk tunggal dan jamak. Kemudian sesuai dengan Purwo maka deiksis persona dibagi menjadi dua, yaitu luar tuturan (eksofora) dan deiksis dalam tuturan (endofora) yang meliputi anafora dan katafora.

(6)

E. Metode Analisis Data

Setelah melakukan klasifikasi data, tahap selanjutnya adalah melakukan analisis data. Tahap ini merupakan upaya penulis menangani langsung masalah yang terkandung pada data. Sudaryanto (2015: 7) menambahkan penanganan itu tampak dari adanya tindakan mengamati yang segera diikuti dengan “membedah” atau mengurai dan memburaikan masalah yang bersangkutan dengan cara khas tertentu.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode agih dengan teknik dasar: teknik bagi unsur langsung dan metode padan. Menurut Sudaryanto (2015: 18), metode agih adalah metode yang alat penentunya berada di dalam bahasa itu sendiri, sedangkan metode padan adalah metode yang alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan (2015: 15). Sudaryanto juga menambahkan dimungkinkan digunakannya metode padan itu adalah di atas pengandaian bahwa bahasa yang diteliti memang sudah memiliki hubungan dengan hal-hal di luar bahasa yang bersangkutan, bagaimanapun sifat hubungannya itu (2015: 16). Sama seperti Sudaryanto yang menggunakan metode padan, Sumarlam menyebutnya sebagai metode kontekstual. Metode ini digunakan untuk mengkaji faktor-faktor non-lingual, terutama konteks fisik, epistemis, dan sosial (Sumarlam, 2005: 98).

Metode agih dengan teknik bagi unsur langsung (BUL) merupakan dasar dalam menganalisis semua teks dongeng anak dalam rubrik Nusantara Bertutur ini. Teknik BUL dilakukan dengan cara mengelompokkan teks berdasarkan paragraf yang ada. Tiap-tiap paragraf tersebut diperinci lagi menjadi satuan-satuan lingual. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam melakukan analisis lanjut.

(7)

Contoh penerapan teknik BUL dalam teks dongeng dengan judul , mula-mula tersedia data berupa paragraf seperti berikut:

(1) Suatu pagi, di rerimbunan hutan Pulau Bawean, Jawa Timur, Pak Tua Rusa mengunjungi kediaman keluarga Pip si Tupai.

“Pagi, Ibu Tupai,” salam Pak Tua Rusa kepada Ibu Pip yang baru saja keluar dari sarang di dalam lubang pohon. “Kemarin, keponakanku mengunjungiku. Dia membawakanku oleh-oleh yang cukup banyak. Aku ingin membaginya untuk para sahabatku. Ini kacang kenari spesial untuk keluargamu.”

“Terima kasih Pak Tua Rusa,” ucap Ibu Pip. (SSHB/1 Mar.’16) Paragraf tersebut terdiri dari tujuh kalimat seperti berikut:

(1) Suatu pagi, di rerimbunan hutan Pulau Bawean, Jawa Timur, Pak Tua Rusa mengunjungi kediaman keluarga Pip si Tupai.

(2) “Pagi, Ibu Tupai,” salam Pak Tua Rusa kepada Ibu Pip yang baru saja keluar dari sarang di dalam lubang pohon.

(3) “Kemarin, keponakanku mengunjungiku.

(4) Dia membawakanku oleh-oleh yang cukup banyak. (5) Aku ingin membaginya untuk para sahabatku. (6) Ini kacang kenari spesial untuk keluargamu.” (7) “Terima kasih Pak Tua Rusa,” ucap Ibu Pip.

Penerapan teknik BUL akan mempermudah dalam melakukan analisis. Namun, tidak setiap satuan lingual tersebut digunakan dalam keperluan analisis, hanya satuan lingual yang sesuai dengan tujuan penelitian saja yang dipakai, yaitu satuan lingual yang mengandung deiksis persona. Dari satuan-satuan lingual di atas yang mengandung deiksis persona, yaitu:

(1) “Pagi Ibu Tupai,” salam Pak Tua Rusa kepada ibu Pip yang baru saja keluar dari sarang di dalam lubang pohon.

(8)

(3) Dia membawakanku oleh-oleh yang cukup banyak. (4) Aku ingin membaginya untuk para sahabatku. (5) Ini kacang kenari spesial untuk keluargamu.” (6) “Terima kasih Pak Tua Rusa,” ucap Ibu Pip.

Setelah menerapkan teknik BUL, kemudian dilanjutkan dengan teknik lanjutan, yaitu teknik ganti. Teknik ganti ini digunakan untuk membuktikan tingkat kelas pada setiap deiksis persona satu dengan lainnya. Menurut Subroto, teknik ganti adalah teknik yang dilakukan untuk menyelidiki adanya keparalelan atau kesejajaran distribusi antara satuan lingual atau antara bentuk lainnya (2007: 74). Kegunaan teknik ganti adalah untuk mengetahui kadar kesamaan kelas atau kategori sama dengan tataran terganti (Sudaryanto, 2015: 59). Contoh penerapan teknik ganti adalah sebagai berikut:

(2) Kemarin keponakanku mengunjungiku

Pada kalimat tersebut terdapat deiksis persona pengganti orang pertama, yaitu –ku yang merupakan bentuk terikat dari aku yang mengacu kepada Pak Tua Rusa. Untuk membuktikan kebenaran tersebut, maka deiksis persona –ku dapat diganti dengan deiksis persona lain, misalnya –mu. Seperti di bawah ini:

(2a) Kemarin keponakanmu * mengunjungiku.

Kalimat dengan deiksis persona –mu tidak dapat berterima dengan konteks tuturan yang ada. Karena pada kalimat sebelumnya telah dijelaskan bahwa Pak Tua Rusa sedang berbicara kepada Ibu Pip Tupai, di mana Pak Tua Rusa sebagai penutur atau orang pertama tunggal sedangkan Ibu Pip Tupai sebagai mitra tutur atau orang kedua tunggal. Oleh karena itu dalam kalimat Kemarin keponakanku

(9)

Pak Tua Rusa. Seperti itulah contoh analisis untuk membuktikan adanya deiksis persona yang mengacu pada ‘orang’ tertentu.

Metode padan digunakan untuk menganalisis struktur dengan kriteria struktur makro, yaitu analisis tema dan topik serta untuk melakukan analisis konteks yang terdiri dari konteks situasi dan konteks sosial kultural.

F. Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Setelah dilakukan analisis data, penulis kemudian menyajikan hasil analisis tersebut. Hasil analisis itu berupa kaidah atau kaidah-kaidah. Kaidah itu harus ditulis kemudian dimasyarakatkan. Terdapat dua cara dalam melakukan penyajian data, yaitu formal dan informal (Sudaryanto, 2015: 241). Selain itu, Mahsun (2005:116) juga menyatakan, metode penyajian hasil analisis data dapat berupa kaidah-kaidah yang disajikan melalui dua cara, yaitu (a) perumusan dengan menggunakan kata-kata biasa, termasuk penggunaan terminologi yang bersifat teknis dan (b) perumusan dengan menggunakan tanda-tanda atau lambang-lambang. Kedua cara tersebut masing-masing disebut dengan metode informal dan formal.

Penelitian ini akan menggunakan metode informal dengan menggunakan kata-kata biasa. Sudaryanto menambahkan dengan menggunakan metode informal, penjelasan kaidah akan terkesan rinci dan terurai (2015: 261).

Referensi

Dokumen terkait

METY SUPRIYATI Kepala Sub Bidang Sosial, Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kependudukan pada Bidang Pemerintahan dan Sosial Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan

Sebagai perbandingan bangunan fasilitas cottage, ada beberapa kawasan wisata dengan fasilitas akomodasinya yang memanfaatkan lingkungan sekitarnya sehingga fasilitas wisata

bermacam bentuk, seperti gerakan separatis dan lain-lain, antara lain: Gerakan Separatis dengan lepasnya Timor Timur dari Indonesia yang dimulai dengan

Dengan demikian X 2 hitung lebih besar dari pada X 2 tabel, sehingga dapat dikatakan bahwa luas lahan yang dikelola mempunyai hubungan nyata dengan tingkat

- Pengalaman kerja diutamakan dibidangnya - Familiar dengan bidang pemasaran property - Memiliki kemampuan negosiasi/presentasi - Networking luas, berpenampilan menarik,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41 ayat (7) dan ayat (8) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian

Field research adalah sumber data yang diperoleh dari lapangan penelitian yaitu mencari data terjun langsung ke obyek penelitian untuk memperoleh data yang kongret

Hasil penelitian lain menurut Masturoh (2014) menunjukan bahwa ibu hamil dengan usia < 20 tahun dan > 35 tahun mempunyai resiko terjadi pre eklampsi 7,9