• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ISLAM RIAU PEKANBARU TA. 2015/2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ISLAM RIAU PEKANBARU TA. 2015/2016"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

1

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH HIDROLOGI PERTANIAN

PENANAMAN TANAMAN SAYURAN BUTTERHEAD (Lactuca

sativa var capitata) SECARA HIDROPONIK DENGAN SISTEM

NUTRIENT FILM TEKNIK (NFT)

OLEH

PUTRI LUKMANA SARI

NPM : 144110107

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

PEKANBARU

TA. 2015/2016

(2)

PENANAMAN TANAMAN SAYURAN BUTTERHEAD (Lactuca

sativa var capitata) SECARA HIDROPONIK DENGAN SISTEM

NUTRIENT FILM TEKNIK (NFT)

LAPORAN PRAKTIKUM

NAMA

: PUTRI LUKMANA SARI

NPM

: 144110107

JURUSAN : AGROTEKNOLOGI

KELAS

: I B

MENYETUJUI

Dosen Pengasuh

Asisten Dosen

Ir.Hj T.Rosmiwady M,Si

1. Noer Arif Hardi

(3)

3

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, sebagai penguasa alam sejati yang telah memberi sentuhan indah dan mengilhami dalam setiap langkah nadi jiwa bersama nikmat dan karunianya yang tidak ternilai, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang berjudul “Penanaman Tanaman Sayuran Butterhead (Lactuca sativa var capitata) Secara Hidroponik Dengan Sistem Nutrient Film Teknik (NFT)”

Pada kesempatan ini tak lupa penulis sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar–besarnya kepada Ir.Hj T.Rosmiwady M,Si selaku dosen Hidologi Pertanian dan terima kasih Kepada Noer Arif Hardi,SP dan Reza Putra Prakoso selaku asisten dosen (asdos) juga orang tua yang memberi dukungan moril maupun materil dan kepada semua pihak yang membantu dalam terselesaikannya makalah ini.

yang telah meluangkan waktunya dalam mengarahkan penulisan makalah ini. Tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan seperjuangan yang telah membantu baik dari segi moril maupun materil sehingga Makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran atau kritikan demi kesempurnaan penulisan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat pada pengembangan dan aplikasi ilmu Hidrologi Tanaman di masa mendatang.

Pekanbaru, November 2015

(4)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Butter head merupakan salah satu komoditi hortikultura yang memiliki prospek dan nilai komersial yang cukup baik. Semakin bertambahnya jumlah penduduk Indonesia serta meningkatnya kesadaran penduduk akan kebutuhan gizi menyebabkan bertambahnya permintaan akan sayuran. Kandungan gizi pada sayuran terutama vitamin dan mineral tidak dapat disubtitusi melalui makanan pokok. (BPTP, 2014). Butter head merupakan salah satu jenis selada yang dikembangkan di Indonesia. Butter head merupakan tanaman yang berbentuk agak gepeng, dengan bentuk kepala yang kurang padat. Daunnya lembut dan cenderung lebar, berlipat, berwarna kuning dibagian dalam, dengan tekstur sedikit berminyak. Butter head merupakan tanaman yang dibudidayakan dengan bercocok tanam secara hidroponik. Menanam Butter head secara hidroponik merupakan bercocok tanam yang sudah umum dilakukan pada pembudidayaan Butter head.

Karsono (2002) menyatakan dewasa ini perkembangan industri semakin maju dengan pesat, perkembangan tersebut banyak yang menggeser lahan pertanian terlebih di daerah perkotaan, akibatnya lahan pertanian semakin sempit. Di sisi lain kebutuhan akan hasil pertanian semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Oleh karena itu perlu dipikirkan jalan keluar untuk mengatasi kondisi tersebut. Hidroponik merupakan salah satu alternative yang dapat digunakan untuk meningkatkan produktifitas tanaman terutama di lahan sempit.

Metode hidroponik berdasarkan medianya dikelompokkan menjadi : (1) Kultur agregat seperti hidroponik substrat sistem tetes (Drip), pengucuran dari atas (Top Feeding), pasang surut (Ebb and Flow), sistem statis dan modifikasi hidroponik

(5)

5

substrat lainnya, (2) Kultur air seperti NFT (Nutrient Film Technique) dan DFT (Deep Flow Technique), dan (3) Kultur udara seperti Airoponik.

Nutrient Film Technique (NFT) termasuk cara baru bercocok tanam secara hidroponik. Pada sistem ini, sebagian akar tanaman terendam dalam air yang sudah mengandung nutrisi dan sebagian lagi berada diatas permukaan air yang bersirkulasi selama 24 jam secara terus menerus. Lapisan ini sangat tipis sekitar 3 mm sehingga mirip film, oleh karena itu disebut NFT. Salah satu kesulitan didalam penggunaan kultur air seperti NFT adalah penyiapan larutan hara. Kendala dalam penyiapan larutan hara ini adalah belum diketahuinya konsentrasi unsur hara yang optimal bagi pertumbuhan tanaman (Rini dan Nani, 2005).

B. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui teknik budidadaya tanaman butterhead secara Hidroponik 2. Untuk mengetahui perkembangan tinggi tananam butterhead secara

hidroponik

3. Untuk mengetahui perkembangan jumlah daun tananam butterhead secara hidroponik

4. Untuk mengetahui perkembangan panjang akar tananam butterhead sacara hidroponik

(6)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Butter head merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Compositae Adapun klasifikasi tanaman butter head menurut Haryanto et. al, (2007) adalah sebagai berikut: Kingdom: Plantae Divisi: Spermatophyta, Sub Divisi: Angiospermae, Kelas: Dicotyledonae, Ordo: Asterales,

Famili: Asteraceae, Genus: Lactuca, Species: Lactuca sativa var capitata L. Butter head mempunyai ciri diantaranya bentuk agak gepeng, dengan bentuk kepala yang kurang padat. Daunnya lembut dan cenderung lebar, berlipat, berwarna kuning dibagian dalam, dengan tekstur sedikit berminyak. Butter head biasanya disajikan sebagai sayuran penyegar. Adapun kandungan vitamin yang terdapat di dalam daun selada diantaranya: vitamin A, Vitamin B, dan vitamin C yang sangat berguna untuk kesehatan tubuh. Butterhead memiliki ciri membentuk krop dengan daun yang lurus, pinggiran daunnya rata. Jenis ini sangat terkenal di Amerika Serikat.Pertumbuhannya cepat, daunnya halus. Jenis butterhead memang didominasi oleh varietas musim panas sehingga mudah beradaptasi dengan iklim di Indonesia.

Kultivar selada kepala mentega, kadang-kadang disebut selada kubis, lebih banyak ditanam. Kultivar ini lebih disukai konsumen karena aroma dan daunnya yang lembut. Tanaman kultivar ini lebih kecil, agak lebih gepeng dan menghasilkan kepala yang kurang padat ketimbang tipe kepala renyah. Daunnya lebar, berlipat dan lembut, dengan tekstur berminyak lunak. Ada dua tipe utama kultivar ini yang diproduksi, yaitu tipe hari netral dengan kepala yang agak padat dan tipe hari-pendek, menghasilkan kepala kecil dan kurang padat,dan umumnya ditanam dalam naungan pelindung. Kedua tipe ini mudah tergores sehingga karakteristik keterangkutan dan daya simpannya tidak baik. Kultivar tipe Batavia memilki sifat

(7)

7

pertengahan antara tanaman kepala renyah dan kepala mentega.Varietas selada yang termasuk butterhead sebagai berikut: Okayamasalad: warnanya hijau tua, tahan terhadap panas dan umurnya genjah. Green mignonette: warnanya hijau terang, ukurannya kecil dan umurnya genjah. Brown mignonette: sama dengan green mignonette, tetapi warna daunnya hijau kecoklatan. Mini star: merupakan varietas baru. Ukurannya kecil, pertumbuhannya termasuk cepat, dapat dipanen pada umur 55-60 hari setelah disemai. All the year round: namanya yang unik diperoleh karena varietas ini dapat di tanam sepanjang tahun. Ukurannya tergolong sedang, warna daun hijau pucat. Cukup tahan terhadap kekeringan.

Tanaman Butter head memiliki sistem perakaran serabut. Akar serabut menempel pada batang, tumbuh menyebar, ke semua arah pada kedalaman 20-50 cm atau lebih. Sebagian besar unsur hara yang dibutuhkan tanaman diserap oleh akar serabut. Sedangkan akar tunggangnya tumbuh lurus ke pusat bumi (Kunto, 2014). Daun selada memiliki bentuk, ukuran dan warna yang beragam, bergantung varietasnya. Daun selada krop berbentuk bulat dengan ukuran daun yang lebar, berwarna hijau terang dan hijau agak gelap. Daun selada memiliki tangkai daun lebar dengan tulang daun menyirip. Tangkai daun bersifat kuat dan halus. Daun bersifat lunak dan renyah apabila dimakan, serta memiliki rasa agak manis. Daun selada umumnya memiliki ukuran panjang 20-25 cm dan lebar 15 cm (BPTP, 2014).

Butter head dapat tumbuh di dataran tinggi maupun dataran rendah. Namun, hampir semua tanaman selada lebih baik diusahakan di dataran tinggi. Pada penanaman di dataran tinggi, selada cepat berbunga. Suhu optimum bagi pertumbuhannya adalah 15-20o C (Agriculture, 2009). Tanaman ini umumnya ditanam pada penghujung musim penghujan, karena termasuk tanaman yang tidak tahan kehujanan. Pada musim kemarau tanaman ini memerlukan penyiraman yang

(8)

cukup teratur. Selain tidak tahan terhadap hujan, tanaman Butter head juga tidak tahan terhadap sinar matahari yang terlalu panas (Kunto, 2014). Daerah - daerah yang dapat ditanami Butter head terletak pada ketinggian 5-2.200 meter di atas permukaan laut.

Butter head tumbuh baik pada tanah yang subur dan banyak mengandung humus. Tanah yang banyak mengandung pasir dan lumpur baik sekali untuk pertumbuhannya. Meskipun demikian tanah jenis lain seperti lempung berdebu dan lempung berpasir juga dapat digunakan sebagi media tanam selada (Haryanto dkk, 2007). Tingkat kemasaman tanah (pH) yang ideal untuk pertumbuhan selada adalah berkisar antara 6,5-7. Pada tanah yang terlalu asam, tanaman ini tidak dapat tumbuh karena keracunan Mg dan Fe (Untung, 2001).

Butter head memiliki banyak manfaat antara lain dapat memperbaiki organ dalam, mencegah panas dalam, melancarkan metabolisme, membantu menjaga kesehatan rambut, mencegah kulit menjadi kering, dan dapat mengobati insomia. Kandungan gizi yang terdapat pada selada adalah serat, provitamin A (karotenoid), kalium dan kalsium (Rini dan Nani, 2015). Sebagian besar Butter head dikonsumsi mentah dan merupakan komponen utama dalam pembuatan salad, karena mempunyai kandungan air tinggi tetapi karbohidrat dan protein rendah (Lingga,2011).

Butter head yang ditanam secara hidroponik memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan cara konvensional. Menurut Hartus (2008), beberapa kelebihan penanaman Butter head secara hidroponik adalah sebagai berikut : 1) Dapat dilakukan pada ruang yang terbatas dan tempat yang higienis, 2) Tanaman tumbuh lebih cepat dan penggunaan pupuknya lebih hemat, 3) Lebih terjamin bebas dari serangan hama dan penyakit, 4) Efisien dalam teknis perawatan dan peralatan yang digunakan, 5) Kualitas Butter head yang dihasilkan lebih bagus dan tidak kotor, 6)

(9)

9

tanaman dapat diusahakan terus tanpa tergantung musim, 7) produktivitas tanaman tinggi.

Hidroponik adalah suatu cara pembudidayaan tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media pertumbuhan. Jadi media tanah diganti dengan arang sekam/pasir.Karena media yang digunakan bukan tanah, nutrisi yang diperlukan tanaman berbentuk larutan.Tidak seperti media tanah yang memiliki unsur hara yang berupa zat-zat penting bagi tumbuhan.Hidroponik memiliki keunggulan yaitu tidak memerlukan lahan yang luas.Jadi tidak perlu berkeliling ladang yang luas untuk perawatan dan panen. Hidroponik merupakan salah satu alternatif bagi petani yang tidak memiliki lahan yang cukup untuk becocok tanam ( Karsono,2002 ).

Prinsip dasar hidroponik dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu hidroponik metode substrat dan metode kultur air. Hidroponik metode substrat adalah teknik hidroponik yang tidak menggunakan air sebagai media, tetapi menggunakan media padat (bukan tanah) yang dapat menyerap atau menyediakan nutrisi, air, dan oksigen serta mendukung akar tanaman seperti halnya tanah. Hidroponik metode kultur air dilakukan dengan menumbuhkan tanaman dengan air (Lingga, 2011).

Sistem pemberian larutan nutrisi pada budidaya hidroponik ada berbagai macam, beberapa sistem pemberian larutan nutrisi yang sering digunakan dalam sistem hidroponik antara lain : 1) Sistem rendam, Pemberian larutan nutrien ditempatkan di dasar pot yang kedap air, sehingga larutan merendam akar tanaman. 2) Sistem tetes, Pemberian larutan dilakukan dengan mengalirkan larutan ke dalam selang irigasi dengan bantuan pompa. Pada selang dipasang alat tetes yang dapat menyalurkan nutrisi pada setiap tanaman. Keunggulan sistem tetes yaitu volume larutan yang akan diberikan dapat diatur. 3) Sistem siram, Tanaman disiram seperti pada budidaya konvensional. Untuk mengurangi penguapan berlebih tanaman

(10)

dilakukan pengkerudungan dengan plastik. 4) Sistem semprot, Sistem semprot baik dilakukan di tempat luas dalam suatu rumah kaca yang dilengkapi dengan pengaturan suhu dan kelembaban. 5) Sistem air mengalir, Sistem air mengalir disebut juga NFT (Nutrient Film Technique).

Bertanam secara Hidroponik dapat berkembang dengan cepat, karena cara ini mempunyai banyak kelebihan. Keunggulan penanaman hidroponik system NFT adalah: 1) lebih hemat penggunaan nutrisi, 2) lebih tepat dalam pemberian dosis nutrisi, 3) ketersediaan nutrisi dalam tanaman terpenuhi setiap saat, 4) produk tanaman dalam system NFT tidak menggunakan pestisida, 5) ketika larutan nutrisi berputar dalam system yang cukup sehingga akar akan bernafas dengan baik, 7) dan rasa tanaman lebih enak (UPT UIRA Agro, 2015).

Adapun media tanam yang dapat digunakan dalam hidroponik menurut Nurlaeny (2014) banyak jenisnya antara lain : 1) Sekam padi, adalah kulit biji padi yang sudah digiling. Sekam padi yang biasa digunakan bisa berupa sekam bakar, atau sekam mentah (tidak dibakar), keduanya memiliki tingkat porositas yang sama. 2) Batang pakis, berasal dari tanaman pakis yang lebih tua dan kering, sifatnya mudah mengikat air, memiliki aerasi dan drainase yang baik, tidak mudah lapuk, bisa dipakai dari fase pembibitan sampai tanaman dewasa, serta bertekstur lunak sehingga mudah ditembus akar. 3) Coco peat, karakteristiknya mampu menahan dan mengikat air dengan kuat.

(11)

11

III. BAHAN DAN METODE

A. Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan di UPT Agrowisata perkebunan UIR di jalan tropong kubang. Kota Pekanbaru Praktikum ini akan dilakukan selama 2 bulan, yakni Dimulai dari Bulan Oktober 2015 sampai Bulan Novemer 2015.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah : benih selada Butter head (deskripsi varietas pada lampiran 2), nutrisi hidroponik UIRA Agro, pasir, sekam padi, batang pakis, coco peat, rockwool, kertas label, air bersih.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : polikap, bak persemaian, handspayer, konstruksi talang NFT, ember larutan nutrisi, thermometer, pH meter, EC (Electro Conductifity) meter, timbangan digital, pompa air, kamera dan alat tulis.

C. Pelaksanaan Praktikum

1. Persiapan Media Tanam

Persiapan media tanam dilakukan dengan cara menyaring media tanam, kemudian dimasukkan ke dalam polikap (cawan) dengan bagian bawah dipadatkan sampai penuh rata, kemudian dimasukkan ke dalam tray pembibitan. Polikap disiram dengan air biasa untuk tahap pembibitan awal.

2. Persemaian Benih Tanaman

Penyemaian tanaman butter head dilakukan dengan menyemaikan masing-masing benih tanaman tersebut langsung ke tray polikap yang telah diisi media tanam sesuai perlakuannya dengan kedalaman 0,5 cm sebanyak satu benih saja

(12)

dan dijaga kelembabannya. Setelah usia 5 hari penyiraman dengan air dicampur dengan nutrisi 1,5 EC dan dilakukan perawatan hingga berumur 2 minggu.

3. Pembuatan Larutan Nutrisi

Larutan nutrisi hidroponik dibuat dengan cara melarutkan nutrisi hidroponik UIRA Agro sesuai perlakuan. Untuk penyemaian pemberian larutan nutrisi dengan menggunakan handspayer, dan setelah tanaman dipindahkan ke talang larutan nutrisi dituangkan ke dalam bak nutrisi sesuai perlakuan.

4. Pemindahan Bibit

Sebelum tanaman sayuran dipindahkan ke dalam plot yang tersedia ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya: memastikan system NFT berfungsi dengan baik, tidak bocor, tidak tersumbat, talang dan bak penampung air bersih tidak berlumut, dan air di bak NFT sudah terisi. Tanaman yang sudah memiliki akar sekitar 1 cm diletakkan ke dalam lubang yang ada di talang dan harus menyentuh lantai talang.

5. Perawatan dan Pemeliharaan

Perawatan yang dilakukan meliputi memastikan air nutrisi dalam bak senantiasa penuh, jika berkurang sampai batas minimal segera dilakukan penambahan air sampai penuh baru diberikan nutrisi. Selain itu jika terdapat tanaman yang mati segera diambil dan diganti agar tidak menularkan penyakit. 6. Pemanenan

Pemanenan dilakukan pada usia 28 hari setelah di tanam ke talang, dengan ciri-ciri tanaman krop berukuran maksimal, daun-daunnya padat dan kompak. Panen dilakukan dengan mencabut tanaman dari media hidroponik dan melepaskan dari media tanam.

(13)

13

D. Parameter Pengamatan

1. Tinggi Tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan satu minggu setelah penanaman, dengan intervel satu minggu sekali.Pengukuran dengan menggunakan penggaris dimulai dari pangkal tanaman sampai ke helai daun yang tertinggi.Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dan ditampilkan dalam bentuk tabel.

2. Jumlah Daun (helai)

Untuk pengamatan jumlah heleian daun dihitung secara keseluruhan pada tanaman sampel mulai 1 minggu setelah penanaman dengan interval waktu satu minggu sekali sebanyak tiga kali pengamatan. Daun yang dihitung adalah daun yang telah terbentuk atau membuka sempurna pada saat pengamatan.Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dan ditampilkan dalam bentuk tabel.

3. Akar Tanaman (cm)

Untuk pengamatan panjang akar tanaman yang dijadikan sampel di mulai dari dua minggu setelah penanaman dengan interval waktu tiga minggu sekali. Data yang diperoleh dianalisis secara statistic dan ditampilkan dalam bentuk table. 4. Pemberian Nutrisi (ppm)

Untuk pengamatan pemberian nutri pada tanaman yang dijadikan sampel di mulai dari penanaman sampai dengan saat tanaman panen. Data yang diperoleh dianalisis secara statistic dan ditampilkan dalam bentuk table.

(14)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tinggi Tanaman (cm)

B. Jumlah Daun (Helai)

C. Panjang Akar (cm) D. Pemberian Nutrisi (ppm) No Sampel Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Mingg u 4 Minggu 5 Minggu 6 Rerata 1 A 2 5 7,5 11 MID SEMES TER 11,5 7,4 2 B 1,5 4,5 7 10 10 6,6 3 C 2,5 5,5 8,5 12 12,5 8,2 4 D 2,5 5 8 11 11 7,5 No Sampel Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 Rerata 1 A 3 4 7 13 MID SEMES TER 26 10,6 2 B 2 4 6 13 25 10 3 C 3 5 7 14 27 11,2 4 D 3 6 8 14 28 11,8 No Sampel Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 Rerata 1 A - 6,5 14 20 MID SEMES TER 35 18,875 2 B - 6 14 20 34 18,5 3 C - 7,5 15 21 35 19,625 4 D - 7 15 21 36 19,75 No Samp el Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 Rerata 1 A 500 600 700 800 MID SEMES TER 800 680 2 B 500 600 700 800 800 680 3 C 500 600 700 800 800 680 4 D 500 600 700 800 800 680

(15)

15

Berdasarkan hasil praktikum hidrologi pertumbuhan dan perkembangan tanaman butterhead secara hidroponik yaitu suatu cara pembudidayaan tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media pertumbuhan , kita dapat melihat pertumbuhan dari sebuah biji yang pada tahapan awalnya biji tersebut mengalami perkecambahan. Pada minggu pertama tinggi tanaman pada butter 2,5 cm dan pada minggu kedua tingginya bertambah menjadi 5 cm, begitu pula pada minggu ketiga tingginya menjadi 8 cm dan pada minggu keempat, kelima dan enam hingga panen tingginya antara 11-12,5 tidak terlalu signifikan karna tanaman butter head pada minggu seterusnya ini memperbanyak daunnya untuk membentuk krop hingga panen. Dari minggu ke minggu tinggi butterhead mengalami pertambahan tinggi yang disebabkan oleh pembelahan pada sel-selnya. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan pertambahan jumlah sel terjadi karena adanya pembelahan mitosis. Pada pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam tanaman maupun faktor dari luar tanaman (lingkungan). Pertumbuhan dan perkembangan dapat dipengaruhi oleh lingkungan antara lain nutrisi yang terdiri dari senyawa kimia dan diperlukan sebagai sumber energi, air dibutuhkan sebagai pelarut dan media dalam reaksi kimia di dalam tubuh, cahaya berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh tumbuhan.

Pada pengamatan mengukur tinggi tanaman butterhead dapat disimpulkan tanaman yang tertinggi ialah tanaman sampel C dengan jumlah rara-rata 8,2 cm. Pada pengamatan mengukur jumlah daun tanaman butterhead dapat disimpulkan tanaman yang memiliki daun terbanyak ialah tanaman sampel D dengan jumlah rara-rata daun 11,8 helai. Pada pengamatan mengukur panjang akartanaman butterhead dapat disimpulkan tanaman yang memiliki panjang akar terpanjang ialah tanaman sampel D dengan jumlah rara-rata 19,75 cm. Pada pengamatan mengukur pemberian

(16)

nutrisi tanaman butterhead dapat disimpulkan tanaman ini, pada saat minggu pertama membutuhkan 500 ppm, minggu kedua 600 ppm, minggu ketiga 700 ppm sampai minggu keempat sampai panen butterhead tetap membutukan nutrisi sebanyak 800 ppm. Hal ini dikarenakan pada saat butterhead umur 1-3 MST masih membutuhkan nutrisi yang pada konsentrasi berbeda sebab masih masa vegetatif tetap pada minggu seterusnya 800 ppm adalah konsentrasi optimum yang dibutuhkan untuk perkembangan generatif hingga panen. Tanaman pada masa vegetatif akan membutuhkan N dan P yang lebih karena unsur tersebut sangat penting dalam pembentukan kloropil dan akar tanaman. Sebaliknya pada fase generatif atau masa pembuahan tananam membutuhkan lebih banyak kalium dan kalsium karena kedua unsur tersebut berperan penting dalam pembentukan karbohidrat pada buah. Kebutuhan tanaman yang satu dengan yang lainnya terhadap hara berbeda, baik mengenai jumlahnya atau bahkan juga jenisnya.

Larutan nutrisi sebagai sumber pasokan air dan mineral nutrisi merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan kualitas hasil tanaman hidroponik, sehingga harus tepat dari segi jumlah, komposisi ion nutrisi dan suhu. Nutrisi hidroponik dibuat dengan menggabungkan hara makro dan hara mikro sesuai kebutuhan tanaman. Larutan nutrisi juga dapat dipertahankan dan dikontrol sesuai dengan kebutuhan tanaman dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Hal ini mendasari adanya sistem kontrol secara sederhana maupun otomatis pada larutan nutrisi. Suhu dan pH larutan nutrisi dikontrol dengan tujuan agar perubahan yang terjadi oleh penyerapan air dan ion nutrisi tanaman dapat dipertahankan.

(17)

17

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Butter head mempunyai ciri diantaranya bentuk agak gepeng, dengan bentuk kepala yang kurang padat. Daunnya lembut dan cenderung lebar, berlipat, berwarna kuning dibagian dalam, dengan tekstur sedikit berminyak. Kultivar selada kepala mentega, kadang-kadang disebut selada kubis, lebih banyak ditanam. Kultivar ini lebih disukai konsumen karena aroma dan daunnya yang lembut. Tanaman kultivar ini lebih kecil, agak lebih gepeng dan menghasilkan kepala yang kurang padat ketimbang tipe kepala renyah. Daunnya lebar, berlipat dan lembut, dengan tekstur berminyak lunak. Ada dua tipe utama kultivar ini yang diproduksi, yaitu tipe hari netral dengan kepala yang agak padat dan tipe hari-pendek, menghasilkan kepala kecil dan kurang padat,dan umumnya ditanam dalam naungan pelindung. Kedua tipe ini mudah tergores sehingga karakteristik keterangkutan dan daya simpannya tidak baik. Kultivar tipe Batavia memilki sifat pertengahan antara tanaman kepala renyah dan kepala mentega.

Butter head dapat tumbuh di dataran tinggi maupun dataran rendah. Namun, hampir semua tanaman selada lebih baik diusahakan di dataran tinggi. Pada penanaman di dataran tinggi, selada cepat berbunga. Suhu optimum bagi pertumbuhannya adalah 15-20o C (Agriculture, 2009). Tanaman ini umumnya ditanam pada penghujung musim penghujan, karena termasuk tanaman yang tidak tahan kehujanan. Selain tidak tahan terhadap hujan, tanaman Butter head juga tidak tahan terhadap sinar matahari yang terlalu panas (Kunto, 2014). Daerah - daerah yang dapat ditanami Butter head terletak pada ketinggian 5-2.200 meter di atas permukaan laut.

(18)

Butter head yang ditanam secara hidroponik memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan cara konvensional. Menurut Hartus (2008), beberapa kelebihan penanaman Butter head secara hidroponik adalah sebagai berikut : 1) Dapat dilakukan pada ruang yang terbatas dan tempat yang higienis, 2) Tanaman tumbuh lebih cepat dan penggunaan pupuknya lebih hemat, 3) Lebih terjamin bebas dari serangan hama dan penyakit, 4) Efisien dalam teknis perawatan dan peralatan yang digunakan, 5) Kualitas Butter head yang dihasilkan lebih bagus dan tidak kotor, 6) tanaman dapat diusahakan terus tanpa tergantung musim, 7) produktivitas tanaman tinggi.

Pada pengamatan mengukur tinggi tanaman butterhead dapat disimpulkan tanaman yang tertinggi ialah tanaman sampel C dengan jumlah rara-rata 8,2 cm. Pada pengamatan mengukur jumlah daun tanaman butterhead dapat disimpulkan tanaman yang memiliki daun terbanyak ialah tanaman sampel D dengan jumlah rara-rata daun 11,8 helai. Pada pengamatan mengukur panjang akartanaman butterhead dapat disimpulkan tanaman yang memiliki panjang akar terpanjang ialah tanaman sampel D dengan jumlah rara-rata 19,75 cm. Pada pengamatan mengukur pemberian nutrisi tanaman butterhead dapat disimpulkan tanaman ini, pada saat minggu pertama membutuhkan 500 ppm, minggu kedua 600 ppm, minggu ketiga 700 ppm sampai minggu keempat sampai panen butterhead tetap membutukan nutrisi sebanyak 800 ppm. Hal ini dikarenakan pada saat butterhead umur 1-3 MST masih membutuhkan nutrisi yang pada konsentrasi berbeda sebab masih masa vegetatif tetap pada minggu seterusnya 800 ppm adalah konsentrasi optimum yang dibutuhkan untuk perkembangan generatif hingga panen. Tanaman pada masa vegetatif akan membutuhkan N dan P yang lebih karena unsur tersebut sangat penting dalam pembentukan kloropil dan akar tanaman. Sebaliknya pada fase generatif atau masa

(19)

19

pembuahan tananam membutuhkan lebih banyak kalium dan kalsium karena kedua unsur tersebut berperan penting dalam pembentukan karbohidrat pada buah. Kebutuhan tanaman akan unsur hara. Kebutuhan tanaman yang satu dengan yang lainnya terhadap hara berbeda, baik mengenai jumlahnya atau bahkan juga jenisnya.

B. Kritik dan Saran

Pada pertanian hidroponik nutrisi sangat menentukan keberhasilan, karena tanaman mendapat unsur hara dari apa yang diberikan. Kesalahan sedikit saja akan berakibat fatal. Tanaman pada masa vegetatif akan membutuhkan N dan P yang lebih karena unsur tersebut sangat penting dalam pembentukan kloropil dan akar tanaman. Sebaliknya pada fase generatif atau masa pembuahan tananam membutuhkan lebih banyak kalium dan kalsium karena kedua unsur tersebut berperan penting dalam pembentukan karbohidrat pada buah. Kebutuhan tanaman akan unsur hara. Kebutuhan tanaman yang satu dengan yang lainnya terhadap hara berbeda, baik mengenai jumlahnya ataubahkan juga jenisnya.

Sebagai mahasiswa yang akan terjun dimasyarakat secara langsung proses budidaya tanaman butterhead yang dibudidayakan secara Hidroponik dapat diterapkan dengan mudah agar produksi menguntungkan para petani dan tentunya tidak mengalami kerugian maka mahasiswa harus memahami penanaman sayuran secara hidroponik. Dan mahasiswa dapat mengamalkan ilmu-ilmu yang didapat untuk memajukan pertanian Indonesia terutama memperbaiki kondisi ekonomi para petani Indonesia.

Saran serta kritikan yang membangun sangat dibutuhkan penulis untuk

memperbaiki isi dari pembuatan laporan praktikum, karena dalam pembuatan laporan praktikum ini masih banyak ditemukan kesalahan-kesalahan.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 2003. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Agriculture Online. 2009. Teknik Budidaya Sayuran Secara Hidroponik (Online)

http://cerianet-agriculture.blogspot.com, diakses 25 November 2015.

Anonym. 2015. Manfaat Daun Selada Bagi Kesehatan Tubuh (online) Http://www.gogle .co.id. diakses 25 November 2015.

BPTP. 2011. Budidaya Selada (online) BPTP.diy@litbang .Pertanian.go.id . diakses 25 November 2015

Badan Pusat Statistik. 2012. Pengeluaran Rata-rata per Kapita Menurut Kelompok Barang.

Kunto, H. dan Budiana, N.S. 2014. Hidroponik Sayuran Untuk Hobi dan Bisnis. Penebar Swadaya. Jakarta.

Hartus. 2008. Budidaya Tanaman Hidroponik. Modul Pelatihan Aplikasi Teknologi Hidroponik, Untuk Pengembangan Agribisnis Perkotaan. Bogor, 28 mei-7 Juni 2002, Kerjasama, CREATA-IPB dan Depdiknas.

Hartus, T. 2008. Berkebun Hidroponik Secara Murah. Edisi IX. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.

Haryanto, W., T. Suhartini dan E. Rahayu. 2007. Teknik Penanaman Sawi dan Selada Secara Hidroponik. Penebar Swadaya, Jakarta

Kaufman, P. B., Carlson, P., Dayanandan, M. L., Evans, J. B., Fisher, C., Parks, and Wells, J. R. 1989. Plants : Their Biology and Importance. Harper and Row Publisher, New York.

Karsono, S., Sudarmodjo, dan Y. Sutiyoso. 2002. Hidroponik: Skala Rumah Tangga. PT. Agro Media Pustaka. Jakarta. 64 hal.

Lakitan, B. 2007. Dasar-dasar Fisiologi tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Lingga, P. 2011. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Cetakan XXXII. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.

Nurlaeny, N. 2014. Teknologi Media Tanam dan Sistem Hidroponik. Unpad Press. Ratna, Didik, Sri. 2012. Pengaruh Komposisi Media dan Kadar Nutrisi Hidroponik

Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tomat (Lycopersicon esculentum Mill). Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta.

(21)

21

Rini, R. dan Nani, S. 2005. Budidaya Tanaman Sayuran dengan Sistem Hidroponik. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Lembang-Bandung.

Samanhudi dan D. Harjoko, 2006, Pengaturan Komposisi Nutrisi dan Media Dalam Budidaya Tanaman Tomat dengan Sistem Hidroponik. UNS,Surakarta. Siswadi dan Teguh Yuwono, 2013, Uji Hasil Tanaman Sawi Pada Berbagai Media

Tanam Secara Hidroponik. Jurnal Innofarm Vol. II, No. 1, 44-50.

Suhardiyanto, H. 2002. Teknologi Hidroponik. Modul Pelatihan Aplikasi Teknologi Hidroponik untuk Pengembangan Agribisnis Perkotaan. Bogor, 28 Mei - 7 Juni 2002. Kerjasama CREATA-IPB dan Depdiknas.

Susanto, S. 2002. Budidaya Tanaman Hidroponik. Modul Pelatihan Aplikasi Teknologi Hidroponik Untuk Pengembangan Agribisnis Perkotaan. Bogor, 28 mei -7 juni 2002. Kerjasama CREATA –IPB dan Depdiknas.

Sutarno, H. 1995. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Suwandi. 2009. Menakar kebutuhan hara tanaman dalam pengembangan inovasi Budidaya Sayuran Berkelanjutan. Pengembangan Inovasi Pertanian, (2) 2 :131-147.

Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Budidaya Secara Hidroponik. Nuansa Aulia. Bandung.

Untung, O. 2001. Hidroponik Sayuran Sistem NFT (Nutrient Film Technique). Penebar Swadaya, Jakarta.

UPT kebun UIRA Agro Wisata. 2015. Panduan Cara Penanaman Tanaman Sayuran Hidroponik dengan Sistem Nutrient Film Teknik (NFT). Universitas Islam Riau.

(22)

LAMPIRAN Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Praktikum

No Kegiatan Bulan/Tahun 2015 Oktober November 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Persiapan X 2 Penyemaian X 3 Pemindahan Benih X 4 Pengamatan X X X X X 5 Pembuatan Laporan X

(23)

23

Lampiran 2. Deskripsi Tanaman Butter Head Varietas Rijk Zwaan*

Nama Lain : Selada kepala mentega Umur Tanaman : 30 hari

Bentuk Tanaman : Agak gepeng, dengan bentuk kepala yang kurang padat

Batang : Pendek

Bentuk Daun : Lembut dan cenderung lebar, berlipat, berwarna kuning dibagian dalam, dengan tekstur sedikit berminyak

Warna Daun : Hijau dan dibagian dalam berwarna kekuningan Potensi Produksi : 300-400 gram/tanaman

(24)

Lampiran 3. Dokumentasi

Memasukkan media cocopeat ke dalam polikap dan meletakkan ke tray

persemaian

Selada Butterhead

Penanaman Butterhead di tray persemaian Buttehead umur 1 MST

(25)

25

Butterhead umur 6 MST Butterhead umur 7 MST (siap untuk dipanen)

Pengukuran tinggi tanaman Butterhead Menghitung jumlah daun tanaman Butterhead

Menghitung panjang akar tanaman Butterhead

(26)

Lampiran 4. Biodata diri

Nama : Putri Lukmana Sari Kelas : III B Agroteknologi Kelompok : 1(Satu)

Tmpt/tggl lhr : Pekanbaru, 04 Oktober 1995 Asal Sekolah : TK YLPI

SDN 20/21 Pekanbaru SMPN 8 Pekanbaru SMAN 2 Siak Hulu

(27)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengatahui etika guru dan siswa, untuk membentuk siswa yang

yang terdiri dari rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas dengan. menggunakan data Laporan Keuangan Perusahaan untuk kurun waktu 3

i) Kajian ini hanya memberi fokus kepada kerumitan pengeluaran Sijil Layak Menduduki perumahan terbabit. Penekanan terhadap pemilihan tajuk ini adalah kerana ia

muncul dimana adanya perluasan data di luar data yang tersedia, tetapi tetap mengikuti pola dari. data

Berdasarkan hal tersebut maka perlu dikaji kembali mengenai pengaruh cabai rawit terhadap jumlah leukosit yang diuji pada tikus .Tikus dipilih sebagai subjek dalam

Dari penelitian dan analisis mengenai pengaruh material pada fasade bangunan terhadap kenyamanan visual didapati bahwa pencahayaan alami dan buatan yang tercipta di

Pertanyaan yang perlu dijawab mengenai hal ini ada lah apakah dalam proses penilaian kurikulum itu sebaik- nya digunakan penilai dari dalam (internal evaluators ) ataukah penilai

Kondisi perairan Teluk Ambon Luar memiliki indeks pencemaran perairan berdasarkan baku mutu untuk biota laut seluruhnya dalam kondisi baik meskipun ada beberapa