• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA

DISUSUN OLEH NAMA : AGUSTINUS FAJAR TRISNANTO NIM : 11.02.8168

KELAS : A

JURUSAN : D3 MANAJEMEN INFORMATIKA NAMA DOSEN : M. KHALIS PURWANTO, Drs, MM

(2)

Abstrak

Pada dasarnya Pancasila adalah dasar idiologi di Indonesia. Penerapan sehari-hari dalam kewarga negaraan Indonesia berpatok pada dasar-dasar pancasila, pancasila sebagai alat melegitimasi tujuan. Pancasila pun bergerak pada globalisasi, fenomena dimana batasan-batasan antar negara seakan memudar karena terjadinya berbagai perkembangan di segala aspek kehidupan,batasan-batasan antar negara membuat manusia dapat pergi dan berpindah ke berbagai negara dengan lebih mudah serta mendapatkan berbagai informasi yang ada dan yang terjadi di dunia.Arti penting ideologi bagi suatu bangsa memberi dasar arah dan tujuan bagi bangsa dan negara dalam menjalankan kehidupannya.

Sikap positif terhadap Pancasila, Mengemukakan pendapat secara bebas dan

bertanggungjawab,Menyelenggarakan pemilu dengan baik dan penuh tanggung jawab, Menjalankan kegiatan pemerintahan dengan jujur dan konsekuen.

Pancasila sebagai ideologi terbuka berarti ideologi yang tidak dipaksakan dari luar tetapi terbentuk justru atas kesepakatan masyarakat, sehingga merupakan milik masyarakat.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Ediologi Pancasila” ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu matakuliah Pancasila Bpk. M. Khalis Purwanto. Drs, MM.

Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh dari buku panduan yang berkaitan dengan Pancasila, serta infomasi dari media massa yang berhubungan dengan perkembangan dan eksistensi Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia, tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar matakuliah Pancasila atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.

Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Pancasila yang ditinjau dari aspek sejarah perkembangannya, khususnya bagi penulis.Selanjutnya penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Yogyakarta, 19 Oktober 2011

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini, kalau membicarakan Pancasila, rasanya ada orang yang mengernyitkan dahi sambil berpikir, apakah Pancasila masih relevan. Sepanjang reformasi Pancasila seakan akan merupakan objek menarik yang dijadikan acuan pencapaian keseluruhan proses reformasi. Pancasila harus selalu menjadi acuan pencapaian tujuan Negara Indonesia. Pertanyaannya, Pancasila dalam konteks yang mana. Harus dibedakan apakah sebagai pandangan (falsafah)bangsa, ideologi maupun sebagai dasar negara.

Kerancuan dan perbedaan persepsi yang berkembang di masyarakat tidak terlepas dari perbedaan pemahaman tentang tatanan nilai dalam kehidupan bernegara yang belum berjalan secara sinergis, yaitu antara nilai dasar, nilai instrumental dan nilai praktis.Seharusnya semangat yang ada pada realitas masyarakat semakin meningkat setelah boomingnya demokrasi di negara ini.

Perenungan, pembahasanan, wacana tentang falsafah adalah final artinya nilai dasar yang terkandung di dalam Pansasila adalah sesuatu yang tidak perlu diberbincangkan lagi, karena Pancasilalah tujuan keseluruhan yang diinginkan dan diupayakan bangsa Indonesia. Jika sebagian masyarakat bingung dan mempertanyakan apakah masih relevan membicarakan Pancasila maka kita seyogianya mengkaji dari dua nilai terakhir tersebut, Karena Pancasila bisa berubah bentuk aktualisasi maupun implementasinya oleh pemerintah yang berkuasa.

Pancasila seakan-akan ada di awang - awang karena hanya berupa dogma yang sulit diterjemahkan. Pada masa Orde Baru penguasa menjadikan Pancasila sebagai Ideologi politik, hal ini bisa dilihat dari berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah berkaitan dengan keharusan elemen masyarakat (orpol dan kemasyarakatan serta seluruh sendi kehidupan masyarakat ) yang harus berasaskan Pancasila.Jelas sekali pemerintah menggunakan Pancasila sebagai "alat" untuk melegitimasi berbagai produk kebijakan. Dengan berjalannya waktu muncul persoalan yaitu infrastruktur politik terlalu larut dalam mengaktualisasi nilai dasar, sehingga mulai muncul wacana adanya berbagai kesenjangan di tengah masyarakat .

(5)

Kondisi ini ditambah dengan bergulirnya globalisasi yang menjadikan tidak adanya lagi sekat-sekat pemisah antarnegara sehingga pembahasan dan wacana yang mengaitkan Pancasila dengan ideologi atau pemahaman liberalisasi, kapitalisasi dan sosialisasi tak terelakkan lagi.Dibandingkan dengan ideologi liberal misalnya maka pemecahan persoalan yang terjadi akan mudah karena ideologi liberal mempunyai konsep jelas ( kebebasan di bidang ekonomi, ketatanegaraan, agama) demikian juga jika ideologi sosialis (komunis) menjawab persoalan pasti rumusnya juga jelas yaitu dengan pemusatan pengaturan untuk kepentingan kebersamaan.

Dengan berakhirnya era Orde Baru dan bergulirnya reformasi, sepertinya masyarakat menginginkan sinergi antara apa yang ada pada nilai dasar, nilai instrumen dan nilai praktis dan tidak mau terulang lagi perwujudan bentuk sebagai ideologi murni, ideologi politik semata.Pancasila Artinya antara antara falsafah, ideologi, politik dan strategi harus dijalankan secara sinergis dan kesemuanya ditujukan untuk mewujudkan tujuan yang dikehendaki seluruh bangsa.

1.2 Perumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini penulis memperoleh hasil yang diinginkan, maka penulis mengemukakan beberapa rumusan masalah. Rumusan masalah itu adalah:

1. Bagaimana wajah pancasila pasca Reformasi?

2. Bagaimana Pancasila dalam menghadapi Era Modern dan Globalisasi?

3. Apakah Pancasila masih relevan setelah Reformasi dan masuk Era Modern serta terjadi persaingan Global?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain: 1. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pancasila.

(6)

2. Untuk menambah pengetahuan tentang Pancasila dari aspek sejarahnya.

3. Untuk mengetahui kedudukan Pancasila saat ini.

4. Untuk mengetahui apakah Pancasila masih relefan saat ini untuk dijadikan dasar

Negara Indonesia.

5. Untuk mengetahui seberapa jauh Pancasila dapat bertahan dalam dunia Modern dan

persaingan Global yang semakin tak mengenal batas.

1.4 Manfaat

Manfaat yang didapat dari makalah ini adalah:

1. Mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang Pancasila dari aspek sejarah

perkembangannya.

2. Mahasiswa dapat mengetahui perkembangan Pancasila sampai saat ini.

3. Mahasiswa dapat mengetahui kedudukan Pancasila pada Orde Lama,Baru,serta

pasca Reformasi.

4. Mahasiswa dapat mengetahui bukti bahwa Pancasila masih mampu bertahan dan

relefan untuk menjadi dasar Negara Indonesia

1.5 Ruang Lingkup

Membahas bagaimana pancasila saat ini dalam Era Modern dan Globalisasi dimana tiada lagi sekat antar negara.makalah ini difokuskan pada perkembangan Pancasila dan eksistensinya setelah terjadi reformasi dan mulai masuk ke era modern serta globalisasi di Indonesia.

(7)

BAB II

METODE PENULISAN

2.1 Objek Penulisan

Objek penulisan makalah ini adalah mengenai pengertian Pancasila secara Global dan Modern setelah Reformasi. Dalam makalah ini dibahas mengenai

2.2 Dasar Pemilihan Objek

Makalah ini membahas mengenai eksistensi Pancasila dalam konteks modern dan global pasca reformasi yang merupakan tugas akhir mata kuliah.Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara merupakan kesepakatan politik ketika negara Indonesia didirikan,dan hingga sekarang di era globalisasi,Negara Indonesia tetap berpegang teguh kepada pancasila sebagai dasar negara.Sebagai dasar negara tentulah pancasila harus menjadi acuan Negara dalam

menghadapi tantangan global dunia yang terus berkembang

2.3 Metode Pengumpulan Data

Dalam pembuatan makalah ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah kaji pustaka terhadap bahan-bahan kepustakaan yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam makalah ini yaitu dengan tema wawasan kebangsaan. Sebagai referensi juga diperoleh dari situs web internet yang membahas mengenai eksistensi pancasila dalam konteks modern dan globalisasi pasca reformasi.

2.4 Metode Analisis

Penyusunan makalah ini berdasarkan metode deskriptif analistis, yaitu mengidentifikasi permasalahan berdasarkan fakta dan data yanag ada, menganalisis permasalahan berdasarkan pustaka dan data pendukung lainnya, serta mencari alternatif pemecahan masalah.

(8)

BAB III

ANALISIS PERMASALAHAN

3.1 PERAN PANCASILA DI ERA GLOBALISASI

3.1.1Pengertian Globalisasi

Globalisasi adalah fenomena dimana batasan-batasan antar negara seakan memudar karena terjadinya berbagai perkembangan di segala aspek kehidupan,abstraknya batasan-batasan antar negara membuat manusia dapat pergi dan berpindah ke berbagai negara dengan lebih mudah serta mendapatkan berbagai informasi yang ada dan yang terjadi di dunia dengan begitu cepat dan mudah yang disebut budaya instan.

Namun fenomena globalisasi ini tidak selalu memberi dampak positif,berbagai perubahan yang terjadi akibat dari globalisasi sudah sangat terasa,baik itu di bidang

politik,ekonomi,sosial,budaya,dan teknologi informasi.

Berbagai dampak negatif terjadi dikarenakan masyarakat kita kurang bisa memfilter dan kaget dengan terjadinya globalisasi sehingga lebih banyak mengambil hal-hal negatif dibanding hal-hal positif yang sebenarnya bisa lebih banyak kita dapatkan manfaatnya dari globalisasi ini.

3.3.2.Mempertahankan Pancasila Di Era Global

Tidak mudah memang hidup di era global yang semakin komplek,tapi kita tak boleh lupa bahwa Pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang sudah ditentukan oleh para pendiri negara ini haruslah menjadi sebuah acuan dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara,berbagai tantangan dalam menjalankan ideologi pancasila juga tidak mampu untuk menggantikankan pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia,pancasila terus dipertahankan oleh segenap bangsa Indonesia sebagai dasar negara,itu membuktikan bahwa pancasila merupakan ideologi yang sejati untuk bangsa Indonesia.

Oleh karena itu tantangan di era globalisasi yang bisa mengancam eksistensi kepribadian bangsa,dan kini mau tak mau,suka tak suka ,bangsa Indonesia berada di pusaran arus globalisasi dunia.Tetapi harus diingat bahwa bangsa dan negara Indonesia tak mesti kehilangan jatidiri,kendati hidup ditengah-tengah pergaulan dunia.Rakyat yang tumbuh di atas kepribadian bangsa asing mungkin saja mendatangkan kemajuan,tetapi kemajuan

(9)

tersebut akan membuat rakyat tersebut menjadi asing dengan dirinya sendiri.Mereka kehilangan jatidiri yang sebenarnya sudah jelas tergambar dari nilai-nilai luhur pancasila. Dalam arus globalisasi saat ini dimana tidak ada lagi batasan-batasan yang jelas antar setiap bangsa Indonesia,rakyat dan bangsa Indonesia harus membuka diri.

Dahulu,sesuai dengan tangan terbuka menerima masuknya pengaruh budaya

hindu,islam,serta masuknya kaum barat yang akhirnya melahirkan kolonialisme.pengalaman pahit berupa kolonialisme tentu sangat tidak menyenangkan untuk kembali terulang. Patut diingat bahwa pada zaman modern sekarang ini wajah kolonialisme dan imperialisme tidak lagi dalam bentuk fisik, tetapi dalam wujud lain seperti penguasaan politik dan ekonomi. Meski tidak berwujud fisik, tetapi penguasaan politik dan ekonomi nasional oleh pihak asing akan berdampak sama seperti penjajahan pada masa lalu, bahkan akan terasa lebih

menyakitkan.

Dalam pergaulan dunia yang kian global, bangsa yang menutup diri rapat-rapat dari dunia luar bisa dipastikan akan tertinggal oleh kemajuan zaman dan kemajuan bangsa-bangsa lain. Bahkan, negara sosialis seperti Uni Soviet—yang terkenal anti dunia luar—tidak bisa bertahan dan terpaksa membuka diri. Maka, kini, konsep pembangunan modern harus membuat bangsa dan rakyat Indonesia membuka diri. Dalam upaya untuk meletakan dasar-dasar masyarakat modern, bangsa Indonesia bukan hanya menyerap masuknya modal, teknologi, ilmu pengetahuan, dan ketrampilan, tetapi juga terbawa masuk nilai-nilai sosial politik yang berasal dari kebudayaan bangsa lain.

Yang terpenting adalah bagaimana bangsa dan rakyat Indonesia mampu menyaring agar hanya nilai-nilai kebudayaan yang baik dan sesuai dengan kepribadian bangsa saja yang terserap. Sebaliknya, nilai-nilai budaya yang tidak sesuai apalagi merusak tata nilai budaya nasional mesti ditolak dengan tegas. Kunci jawaban dari persoalan tersebut terletak pada Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara. Bila rakyat dan bangsa Indonesia konsisten menjaga nilai-nilai luhur bangsa, maka nilai-nilai atau budaya dari luar yang tidak baik akan tertolak dengan sendirinya. Cuma, persoalannya, dalam kondisi yang serba terbuka seperti saat ini justeru jati diri bangsa Indonesia tengah berada pada titik nadir.

Bangsa dan rakyat Indonesia kini seakan-akan tidak mengenal dirinya sendiri sehingga budaya atau nilai-nilai dari luar baik yang sesuai maupun tidak sesuai terserap bulat-bulat. Nilai-nilai yang datang dari luar serta-merta dinilai bagus, sedangkan nilai-nilai luhur bangsa yang telah tertanam sejak lama dalam hati sanubari rakyat dinilai usang. Lihat saja sistem demokrasi yang kini tengah berkembang di Tanah Air yang mengarah kepada faham liberalisme. Padahal, negara Indonesia—seperti ditegaskan dalam pidato Bung Karno di

(10)

depan Sidang Umum PBB—menganut faham demokrasi Pancasila yang berasaskan gotong royong, kekeluargaan, serta musyawarah dan mufakat.

Sistem politik yang berkembang saat ini sangat gandrung dengan faham liberalisme dan semakin menjauh dari sistem politik berdasarkan Pancasila yang seharusnya dibangun dan diwujudkan rakyat dan bangsa Indonesia. Terlihat jelas betapa demokrasi diartikan sebagai kebebasan tanpa batas. Hak asasi manusia (HAM) dengan keliru diterjemahkan dengan boleh berbuat semaunya dan tak peduli apakah merugikan atau mengganggu hak orang lain.

Budaya dari luar, khususnya faham liberalisme, telah merubah sudut pandang dan jati diri bangsa dan rakyat Indonesia. Pergeseran nilai dan tata hidup yang serba liberal memaksa bangsa dan rakyat Indonesia hidup dalam ketidakpastian. Akibatnya, seperti terlihat saat ini, konstelasi politik nasional serba tidak jelas. Para elite politik tampak hanya memikirkan kepentingan dirinya dan kelompoknya semata.

Dalam kondisi seperti itu—sekali lagi—peran Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara memegang peranan penting. Pancasila akan menilai nilai-nilai mana saja yang bisa diserap untuk disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila sendiri. Dengan begitu, nilai-nilai baru yang berkembang nantinya tetap berada di atas kepribadian bangsa Indonesia. Pasalnya, setiap bangsa di dunia sangat memerlukan pandangan hidup agar mampu berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas arah dan tujuan yang hendak dicapai. Dengan pandangan hidup, suatu bangsa mempunyai pedoman dalam memandang setiap persoalan yang dihadapi serta mencari solusi dari persoalan tersebut .

Dalam pandangan hidup terkandung konsep mengenai dasar kehidupan yang dicita-citakan suatu bangsa. Juga terkandung pikiran-pikiran terdalam dan gagasan suatu bangsa mengenai wujud kehidupan yang dicita-citakan. Pada akhirnya pandangan hidup bisa diterjemahkan sebagai sebuah kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki suatu bangsa yang diyakini kebenarannya serta menimbulkan tekad bagi bangsa yang bersangkutan untuk

mewujudkannya. Karena itu, dalam pergaulan kehidupan berbangsa dan bernegara, bangsa Indonesia tidak bisa begitu saja mencontoh atau meniru model yang dilakukan bangsa lain, tanpa menyesuaikan dengan pandangan hidup dan kebutuhan bangsa Indonesia sendiri.

tentang eksistensi Pancasila sebagai ideologi bangsa. Penanaman kesadaran tentang keberadaan Pancasila sebagai ideologi bangsa mengandung pemahaman tentang adanya suatu proses pembangunan kembali kesadaran akan Pancasila sebagai identitas nasional. Upaya ini memiliki makna strategis manakala realitas menunjukkan bahwa dalam batas-batas tertentu telah terjadi proses pemudaran kesadaran tentang keberadaan Pancasila sebagai ideologi

(11)

bangsa. Salah satu langkah terbaik untuk mendekatkan kembali atau membumikan kembali Pancasila ke tengah rakyat Indonesia tidak lain melalui pembangunan kesadaran sejarah.

(12)

BAB IV PENUTUP

4.1KESIMPULAN

Jadi kesimpulan dari makalah ini adalah bangsa dan negara Indonesia tidak bisa menghindari akan adanya tantangan globalisasi,dengan menjadikan pancasila sebagai pedoman dalam menghadapi globalisasi bangsa Indonesia akan tetap bisa menjaga eksistensi dan jatdiri bangsa Indonesia.

4.2 Saran

Saran saya sebagai penulis kepada para pembaca diharapkan bisa tetap menjaga kepribadian bangsa dalam menghadapi tantangan globalisasi,serta bisa mengambil hal-hal positif dari efek globalisasi dengan tetap berpegang teguh kepada pancasila sebagai dasar negara sehingga bisa membantu pembangunan dan perkembangan negara.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Notonagoro. 1980. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila, Cet. 9. Jakarta: Pantjoran Tujuh.

Salam, H. Burhanuddin, 1998. Filsafat Pancasilaisme. Jakarta: Rineka Cipta Ahmad Muchji,Drs,H.MM.dkk,Gunadarma,Jakarta,Pendidikan Pancasila,2006. Pikiran Rakyat Cyber Media, 2002

Sinar Harapan Cyber Media, 2003,

Sumber Lain : http:// www.google.co.id http://www.google.com/ http://www.opensubscriber.com/ http://va-riza.blogspot.com/2009/04/makalah-pancasila-di-era-globalisasi.html http://poetrasentence.blogdetik.com/2010/05/16/pancasila-dan-uud-pasca-reformasi/

Referensi

Dokumen terkait

Alat strategi yang membantu perusahaan untuk melakukan perbaikan kinerja yang berkesinambungan dengan mengacu pada perusahaan lain yang memiliki kinerja superior.. [

Dari analisis yang telah dilakukan terhadap data yang diperoleh, disimpulkan bahwa kemampuan membaca pemahaman siswa kelas VII SMP di Kota Yogyakarta pada tingkatan

Untuk sampai ke pondok pesantren LPI MUDi Mesjid Raya ini bisa melalui jalan menuju pusat kota Samalanga yang karena banyaknya jumlah pesantren yang terletak

Kesimpulan dari penelitian ini adalah industri kerajinan tatah sungging desa Kepuhsari berhasil menjadi Desa Wisata Wayang. Semenjak menjadi Desa Wisata Wayang

Tujuan dari tulisan ini adalah untuk menyediakan beberapa contoh soal kognitif matematika materi Pecahan pada jenjang sekolah dasar dan sekolah menengah pertama

Peneliti ini juga mendapatkan kadar endotoksin yang lebih tinggi pada pasien sirosis disbanding kontrol, dan berkolerasi linier dengan beratnya penyakit, tapi tidak ada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan tepung kulit pisang kepok (TKPK) sebagai pengganti jagung terhadap penampilan produksi ayam arab yang