• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN KONDISI UMUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN KONDISI UMUM"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. KONDISI UMUM

Sesuai amanat Undang - Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa setiap Kementerian / Lembaga diwajibkan menyusun rencana strategis (Renstra) untuk periode 5 tahun. Sesuai amanat tersebut BNN diwajibkan menyusun Renstra berdasarkan tugas pokok dan fungsi dari BNN. Renstra BNN disusun berdasarkan RPJMN periode 2015 - 2019.

Dalam pelaksanaannya, Renstra BNN periode 2015 - 2019 tersebut memerlukan penjabaran ke dalam Renstra unit organisasi di bawah Kepala BNN. Berdasarkan hal tersebut setiap unit organisasi di bawah Kepala BNN diwajibkan juga untuk menyusun Renstra unit organisasi masing - masing. Renstra unit organisasi di bawah Kepala BNN disusun mengacu kepada Renstra BNN periode 2015 - 2019.

Deputi Bidang Pencegahan, salah satu unit organisasi di bawah Kepala BNN memiliki tugas melaksanakan fungsi P4GN di bidang pencegahan yang meliputi penyusunan dan pelaksanaan kebijakan nasional dan kebijakan teknis P4GN di bidang pencegahan, penyusunan dan perumusan norma, standar, kriteria, dan prosedur P4GN di bidang pencegahan, pelaksanaan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi dengan instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat dalam pelaksanaan P4GN di bidang pencegahan, pembinaan teknis P4GN di bidang pencegahan kepada instansi vertikal di lingkungan BNN; dan, pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan nasional P4GN di bidang pencegahan.

Renstra Deputi Bidang Pencegahan periode 2015 - 2019 mempunyai nilai strategis dalam memberikan arah dan kebijakan pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba secara nasional, melalui diseminasi informasi dan advokasi, dalam rangka meningkatkan daya tangkal masyarakat terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

Untuk menindaklanjuti amanat tersebut dan dalam rangka mendukung pencapaian program-program prioritas Kepala BNN, Deputi Bidang Pencegahan sesuai kewenangan, tugas pokok dan fungsinya menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan serta program dan kegiatan Deputi Bidang Pencegahan untuk periode 2015 - 2019. Penyusunan Renstra Deputi Bidang Pencegahan ini berpedoman pada Renstra Kepala BNN periode 2015 -

(2)

2019. Proses penyusunan Renstra Deputi Bidang Pencegahan periode 2015 - 2019 dilakukan sesuai dengan amanat peraturan perundang - undangan yang berlaku dimulai dari hasil evaluasi pencapaian kinerja periode 2010 - 2014 serta menghimpun saran dan dukungan stakeholders yang menjadi mitra Deputi Bidang Pencegahan.

Renstra Deputi Bidang Pencegahan periode 2015 - 2019 diharapkan dapat meningkatkan kinerja pada masa yang akan datang, sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Adapun kondisi umum Deputi Bidang Pencegahan BNN saat ini dapat dijelaskan mulai dari peran, tupoksi dan pencapaian kinerja sebagai berikut:

A. Peran Deputi Bidang Pencegahan berdasarkan Peraturan Perundang-undangan;

Deputi Pencegahan merupakan unsur pimpinan yang berkedudukan di bawah Kepala BNN dan bertanggung jawab kepada Kepala BNN, Deputi Bidang Pencegahan mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan fungsi P4GN di bidang pencegahan.

Dalam melaksanakan tugas, Deputi Bidang Pencegahan menyelenggarakan fungsi:

1. Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan nasional dan kebijakan teknis P4GN di bidang pencegahan;

2. Penyusunan dan perumusan norma, standar, kriteria, dan prosedur P4GN di bidang pencegahan;

3. Pelaksanaan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi dengan instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat dalam pelaksanaan P4GN di bidang pencegahan;

4. Pembinaan teknis P4GN di bidang pencegahan kepada instansi vertikal di lingkungan BNN;

5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan nasional P4GN di bidang pencegahan.

Tugas dan fungsi tersebut melekat pada Deputi Bidang Pencegahan sebagai satuan kerja di bawah Kepala BNN. Deputi Bidang Pencegahan merupakan satuan kerja yang sangat strategis dan diharuskan dapat menjalankan tugasnya secara lebih professional dan proaktif. Dengan kewenangan dan tugas sebagai pelaksana kebijakan Kepala BNN, Deputi

(3)

Bidang Pencegahan dituntut menghasilkan pelayanan yang lebih baik terhadap masyarakat, sesuai dengan kebutuhan dan tugas - tugas BNN.

B. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia

Organisasi dan tata kerja Deputi Bidang Pencegahan disusun berdasarkan Keputusan Kepala BNN Nomor 16 Tahun 2014, tentang Organisasi dan Tata Kerja BNN.

Gambar 1.1

Struktur Organisasi Deputi Bidang Pencegahan BNN

 

Struktur organisasi Deputi Bidang Pencegahan pada gambar di atas, terdiri dari 2 (dua) direktorat, meliputi Direktorat Diseminasi Informasi dan Direktorat Advokasi. Setiap direktorat terdiri dari Direktur, dan Kepala Sub Direktorat yang dibantu oleh Kepala Seksi. Secara keseluruhan, unit organisasi eselon III dan IV yang berada di bawah eselon II Deputi Bidang Pencegahan adalah sebanyak 12 unit.

Dalam rangka pelaksanakan tugas dan fungsi P4GN bidang pencegahan, Deputi Bidang Pencegahan sampai dengan tahun 2014 didukung SDM sejumlah 50 orang, yang terbagi dalam dua unit direktorat. Adapun jumlah aparatur Deputi Bidang Pencegahan berdasarkan tingkat kepangkatan / golongan, dapat dijelaskan melalui tabel di bawah ini:

(4)

Tabel 1.1

Profil Pegawai Deputi Bidang Pencegahan Berdasarkan Kepangkatan / Golongan

Tahun 2014

No. Nama Unit Organisasi Kepangkatan / Golongan Pendidikan

I II III IV SMA D3 S1 S2 S3

I. Unit Eselon I dan Kelompok Jabatan Fungsional - - - 3 - - - 2 1

II. Direktorat Diseminasi Informasi - 5 16 3 1 4 14 5 -

III. Direktorat Advokasi - 8 12 3 2 7 9 5 -

Jumlah - 13 28 9 3 11 23 12 1

 

Dari tabel 1.1 di atas dapat diketahui bahwa 0% aparatur Deputi Bidang Pencegahan berpangkat / gol I, sedangkan pangkat / gol II sebanyak 26%, pangkat / gol III sebanyak 56% serta pangkat / gol IV sebanyak 18%.

Perubahan lingkungan strategis yang semakin dinamis merupakan tantangan bagi Deputi Bidang Pencegahan untuk dapat melakukan peningkatan kualitas kinerja organisasi dan memprediksi kebutuhan SDM, organisasi dan manajemen dalam rangka mendukung pencapaian tujuan BNN.

C. Hasil Capaian Kinerja Deputi Bidang Pencegahan Periode 2010 - 2014

Sesuai dengan peran dan kewenangannya, Deputi Bidang Pencegahan mempunyai tugas dan fungsi untuk melaksanakan penyebarluasan kebijakan P4GN bidang pencegahan. Dalam rangka menjalankan tugas tersebut maka tujuan yang dicapai dalam Renstra Deputi Bidang Pencegahan periode 2010 – 2014 yaitu, meningkatnya daya tangkal masyarakat terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba melalui upaya pencegahan.

Pencapaian keberhasilan pelaksanaan tugas dan kewenangan Deputi Bidang Pencegahan tersebut dapat dilihat sesuai dengan pencapaian indikator kinerja utama berdasarkan sasaran strategis yang telah ditentukan, seperti di bawah ini:

(5)

Tabel 1.2

CapaianKinerja Deputi Bidang Pencegahan Periode 2010 - 2014

 

Berdasarkan capaian kinerja utama Deputi Bidang Pencegahan pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa kinerja Deputi Bidang Pencegahan telah menunjukkan hasil yang baik sesuai dengan tugas dan kewenangannya, namun demikian untuk periode yang akan datang, kinerja Deputi Bidang Pencegahan perlu untuk ditingkatkan agar hasil yang diharapkan untuk memenuhi pencapaian target organisasi dapat lebih maksimal. Di samping hal itu, untuk menghadapi dinamika lingkungan strategis maka diperlukan penyesuaian kembali terhadap kelembagaan Deputi Bidang Pencegahan agar dapat bersinergi demi mewujudkan organisasi, aparatur dan manajemen yang sesuai dengan kebutuhan lingkungan strategis.

D. Isu Strategis sesuai dengan Tupoksi dan Kewenangan Deputi Bidang Pencegahan

Selama periode 2010 - 2014, pelaksanaan peran dan fungsi Deputi Bidang Pencegahan telah diupayakan secara maksimal seperti tampak pada hasil pencapaian kinerjanya, namun demikian upaya tersebut masih perlu ditingkatkan sesuai dengan harapan organisasi demi terjaminnya kinerja organisasi yang lebih baik. Adapun permasalahan yang dihadapi sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Deputi Bidang Pencegahan antara lain, belum optimalnya peran satuan kerja terhadap pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba dalam mendukung tugas utama BNN sebagai vocal point pelaksanaan fungsi P4GN. No Indikator Target Awal Target Realisasi 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 1. Prosentase informasi P4GN yang diterima dan dimanfaatkan masyarakat secara tepat 55% 55% 60% 65% 70% 75% 55% 60% 65% 70% 75% 2. Prosentase komitmen dari lembaga baik pemerintah maupun swasta / masyarakat yang memperoleh informasi 90% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

(6)

Dari permasalahan tersebut terdapat beberapa hal yang sangat fundamental dan sangat mempengaruhi peran Deputi Bidang Pencegahan, sehingga perlu dilakukan pembenahan dengan harapan pencapaian kinerja pada periode berikutnya dapat terealisasi lebih optimal. Di bawah ini terdapat gambar yang menunjukkan isu strategis atas permasalahan yang dihadapi sesuai dengan tupoksi dan kewenangan Deputi Bidang Pencegahan seperti berikut ini:

Gambar 1.3

Diagram Permasalahan dan Isu Strategis, Kondisi Aktual dan Dampaknya

                 

Berdasarkan kondisi obyektif yang dipaparkan di atas, kapasitas Deputi Bidang Pencegahan sebagai unit yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan fungsi P4GN bidang pencegahan melalui saluran komunikasi, informasi dan edukasi masih perlu terus dilakukan penguatan kelembagaan, agar pencapaian kinerja di masa yang akan datang dapat terus ditingkatkan sehingga hasil-hasil pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba sebagai wujud kontribusi Deputi Bidang Pencegahan dalam mencapai tujuan dan sasaran BNN, dapat memberikan daya tangkal bagi masyarakat untuk menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

Sesuai tersebut di atas, ada 3 (tiga) isu strategis yang menjadi pokok permasalahan dalam pelaksanaan peran dan kewenangan Deputi Bidang Pencegahan yang harus terus diperkuat dalam pencapaian kinerja di masa yang akan datang, yaitu:

BELUM OPTIMALNYA PERAN DEPUTI BIDANG PENCEGAHAN DALAM MENCEGAH PENYALAHGUNAAN DAN

PEREDARAN GELAP NARKOBA

 

Masih lemahnya penyampaian informasi kebijakan P4GN kepada

masyarakat melalui media elektronik dan media non elektronik

Belum optimalnya tindak lanjut komitmen kepada masyarakat maupun organisasi pemerintah

dan swasta Belum efektifnya sistem

Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba  

PERAN DEPUTI BIDANG PENCEGAHAN

(7)

1. Perlu terus ditingkatkan penguatan sistem pencegahan yang lebih baik lagi melalui penjabaran operasional kebijakan teknis P4GN bidang pencegahan.

2. Perlu terus ditingkatkan efektifitas penyampaian informasi P4GN melalui media elektronik maupun media non - elektronik.

3. Perlu tindak lanjut atas komitmen dari masyarakat, baik secara individu maupun kelompok di lingkungan instansi pemerintah dan swasta.

Untuk efektifitas penguatan peran dan kewenangan tersebut, Deputi Bidang Pencegahan perlu terus melakukan perbaikan, dan pengembangan secara kelembagaan serta penguatan regulasi yang menyangkut peran dari tugas pokok dan fungsinya. Di samping itu, kondisi lingkungan strategis dengan intensitas dinamika yang sangat cepat, menuntut Deputi Bidang Pencegahan dapat melakukan evaluasi dan mampu beradaptasi dalam pelaksanaan perannya secara cepat dan tepat sesuai dengan kebutuhan jaman. Dengan etos kerja tersebut, diharapkan Deputi Bidang Pencegahan mampu menjadi penggerak utama dalam proses pencapaian tujuan dan sasaran BNN, khususnya dalam pelaksanakan P4GN bidang pencegahan.

I.2. POTENSI DAN PERMASALAHAN

Sejalan dengan dinamika lingkungan strategis baik internal maupun eksternal, potensi dan permasalahan yang dihadapi Deputi Bidang Pencegahan tidak terlepas dari potensi dan permasalahan secara kelembagaan BNN yang semakin kompleks sesuai dengan Renstra BNN periode 2015 – 2019.

Secara garis besar, lingkungan strategis yang bersifat eksternal dan sedang dihadapi oleh BNN adalah demografi dan dinamika penduduk. Sampai saat ini di Indonesia angka penyalahguna narkoba mencapai 2,2 persen atau 4,2 juta orang pada tahun 2011. Mereka terdiri dari pengguna coba pakai, teratur pakai, dan pecandu. Dengan bertambahnya jumlah penduduk Indonesia dimungkinkan angka tersebut dapat terus meningkat khususnya pada usia yang rentan terhadap penyalahgunaan narkoba dan diperkuat dari pengaruh globalisasi atau international

effects terhadap peredaran gelap narkoba secara besar-besaran dari luar negeri ke

Indonesia. Jaringan sindikat narkoba internasional yang semakin merajalela menjadi tantangan BNN khususnya Deputi Bidang Pencegahan dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Adapun lingkungan strategis baik yang berpengaruh secara internal maupun eksternal diuraikan sebagai berikut:

(8)

I.2.1. Demografi dan Perubahan Penduduk

Rerata laju pertumbuhan penduduk Indonesia menurut sensus penduduk tahun 2010, dalam 10 (sepuluh) tahun terakhir sebesar 32,5 juta jiwa (sebesar 1,49% pertahun). Dengan laju pertumbuhan sebesar itu, diperkirakan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2035 akan mencapai 450 juta jiwa. Dari gambar 1.4 di bawah ini, dapat dilihat bahwa jumlah populasi terbesar berada pada kelompok umur remaja dan dewasa antara 15 - 64 tahun, artinya kelompok usia tersebut merupakan potensi yang rentan terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

Indonesia adalah negara ke-4 dengan populasi terbesar di dunia sesudah Tiongkok, India, dan USA (BPS Proyeksi Penduduk Indonesia tahun 2010). Secara umum, transisi demografi juga akan menimbulkan efek pada transisi pengaruh penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Indonesia, sehingga akan terjadi peningkatan angka penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba baik pengguna coba pakai maupun pernah pakai. Efek ini akan mempengaruhi besarnya permintaan narkoba, sehingga solusi dalam pengendalian permintaan narkoba sampai di titik nol merupakan tugas dan tantangan yang diharus dihadapi BNN.

Konsumsi narkoba dari tahun ke tahun yang semakin meningkat khususnya pada kelompok usia 15 - 64 tahun, disebabkan karena pola hidup dan pergaulan yang terjadi pada masyarakat dan kurangnya perhatian atau pembinaan orang tua dan lingkungan. Hal ini menjadi tambahan tugas bagi BNN untuk melakukan pencegahan sedini mungkin terhadap berbagai bentuk penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba yang semakin bervariasi dan meningkat jumlahnya.

Kesimpulan yang bisa diambil adalah, semakin bertambahnya jumlah penduduk Indonesia, maka permintaan narkoba dimungkinkan akan semakin meningkat. Jika permintaan tersebut tidak dikendalikan maka bertambahnya jumlah usia muda akan menambah beban negara khususnya BNN dalam melaksanakan fungsi pelayanan terhadap masyarakat.

(9)

Gambar 1.4

Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia Berdasarkan Kelompok Umur

Tahun 2009 - 2013

Sumber: BPS Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2000-2013  

I.2.2. Globalisasi

Pengaruh lingkungan strategis yang sangat dominan dalam aspek globalisasi adalah terjadinya peningkatan peredaran gelap narkoba dari luar negeri. Berdasarkan hasil pertemuan International Drugs Enforcement

Conference Far East Working Group di Da Nang, Vietnam (2012), diketahui

bahwa sindikat pengedar gelap narkoba terus meningkat salah satunya adalah di kawasan Asia Timur Jauh, antara lain sindikat Iran dan Nigeria (heroin dan shabu), sindikat Tiongkok dan Malaysia (ATS), sindikat Amerika Latin (kokain), sindikat Australia dan sindikat dalam negeri (ganja). Peningkatan peredaran gelap narkoba tidak lepas dari derasnya barang masuk dari luar negeri, dimana dalam hal ini Indonesia adalah bagian dari komunitas internasional, sehingga pencegahan arus masuk barang menjadi sangat penting dalam mengendalikan peredaran gelap narkoba dan BNN perlu menjadikan hal ini sebagai target pencegahan dalam menangani peredaran gelap narkoba.

Ditinjau dari aspek peredaran gelap narkoba, kecenderungan di tingkat global menunjukkan adanya peralihan penyalahgunaan narkoba dari jenis narkotika alami (heroin, kokain dan ganja) kepada ATS atau narkotika sintetis seperti ekstasi dan shabu. Seiring trend peralihan tersebut, aktivitas produksi narkoba jenis ATS yang dapat dilakukan di dalam ruangan kecil berskala rumahan (kitchen laboratory) menjadi marak dan sulit terpetakan. Berdasarkan Laporan UNODC Asia Pasifik, Global Smart Update 2012, sepertiga dari ATS

(10)

global dan setengah dari metamfetamin global yang disita pada tahun 2010 berasal dari Asia Timur dan Asia Tenggara. Sejumlah besar ATS terus diproduksi di Tiongkok, Myanmar, dan Filipina. Produksi gelap ATS juga berkembang di negara - negara yang sebelumnya menjadi negara transit untuk ATS seperti Kamboja, Indonesia, dan Malaysia. Maraknya produksi dan peredaran gelap ATS di kawasan Asia Pasifik, mengancam negara-negara di kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia dengan menempatkannya sebagai jalur peredaran gelap dan pangsa pasar yang menjanjikan. Dengan nilai jual narkoba yang tinggi dan jumlah permintaan yang terus tumbuh, menyebabkan kawasan ASEAN menjadi sasaran penyelundupan narkoba dan prekursor dari berbagai jenis dan kemasan. Selain ATS, peredaran NPS yang merupakan senyawa atau zat yang disalahgunakan baik dalam bentuk murni atau sediaan juga menjadi ancaman bagi kesehatan manusia. Sampai dengan tahun 2014 terdapat 354 jenis NPS dan di masa mendatang akan semakin bertambah jumlahnya. Beberapa jenis NPS diantaranya: methilon, krathom, dan LSD atau

smile, phenethylamines, serta golongan piperazine.

United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) menyebutkan bahwa

penyalahgunaan narkoba merupakan masalah kesehatan, dan Indonesia menempati ranking ke-20 dunia dalam daftar faktor penyebab terganggunya kesehatan. Di beberapa negara berkembang penyalahgunaan narkoba tersebut menempati posisi ke-10 sebagai faktor penyebab terganggunya kesehatan. Laporan tahunan UNODC 2013 menunjukkan bahwa pada tahun 2011 diperkirakan 167 - 315 juta orang, atau sekitar 3,6% s/d 6,9% dari penduduk berusia 15 - 64 tahun, menggunakan narkoba minimal sekali dalam setahun. Penyalahguna narkoba tersebut sangat rentan terinfeksi virus HIV, Hepatitis, dan TBC yang tergolong penyakit mudah menyebar. UNODC melansir data bahwa pada tahun 2011, diperkirakan terdapat 14 juta orang berusia antara 15 - 64 tahun sebagai pengguna narkoba suntik dan 1,6 juta diantaranya terinfeksi virus HIV. Angka kematian karena overdose pada tahun 2011 dilaporkan sebesar 211 ribu orang. Narkotika jenis opiate dilaporkan sebagai pemicunya. Dilaporkan pula bahwa penyalahgunaan amphetamine type stimulant (ATS) juga menunjukkan kecenderungan semakin meningkat. Selain itu, ditemukannya berbagai zat psychoactive jenis baru, dikenal dengan istilah new psychoactive

substances (NPS), yang belum tertuang dalam kontrol internasional (Single Convention on Narcotic Drugs 1961 dan Convention on Psychotropic

(11)

Substances 1971) di sejumlah negara, merupakan ancaman serius bagi

masyarakat dunia.

Untuk itu, pengaruh lingkungan eskternal khususnya peredaran gelap narkoba internasional sebagai dampak dari globalisasi merupakan tantangan bagi BNN dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan aturan perundang -undangan. Peredaran gelap narkoba (supply side) akan mendorong permintaan masyarakat (demand side) untuk menyalahgunakan narkoba, dan secara otomatis harus dilakukan langkah pengendalian (ekstensifikasi dan intensifikasi) melalui komunikasi, informasi dan edukasi.

I.2.3. Koordinasi Antar Kelembagaan Pemerintah

Pelaksanaan tugas dan kewenangan dalam pelaksanaan fungsi P4GN melibatkan beberapa instansi terkait. Pelaksanaan fungsi tersebut meliputi: 1. Dalam pelaksanaan P4GN bidang pemberantasan, lembaga yang

melaksanakan tugas ini adalah Kepolisian di bidang Reserse Kriminal Narkoba, Deputi Bidang Pemberantasan BNN, serta BPOM yang bertugas dalam pengawasan peredaran obat - obatan dan prekursor narkotika. 2. Dalam pelaksanaan P4GN bidang pencegahan baik pra maupun pasca,

lembaga yang melaksanakan tugas ini adalah Kementerian Sosial, Deputi Bidang Pencegahan BNN dan Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat BNN, serta BPOM yang bertugas dalam pembinaan kepada pelaku industri obat dan farmasi, serta masyarakat terhadap obat-obatan yang memenuhi persyaratan kesehatan.

3. Dalam pelaksanan P4GN bidang rehabilitasi, lembaga yang melaksanakan tugas ini adalah Kementerian Kesehatan khususnya dalam penanganan dampak kesehatan bagi para penyalahguna narkoba dan Deputi Bidang Rehabilitasi BNN melalui bimbingan, perawatan dan pendampingan korban penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

Berdasarkan tugas yang dilaksanakan oleh masing-masing kelembagaan pemerintah maka diperlukan suatu sinergitas dan koordinasi agar dalam pelaksanaan tugasnya tidak terjadi tumpang tindih (overlapping). BNN selaku lembaga yang khusus menangani narkoba, diharuskan dapat melakukan koordinasi dan sinkronisasi secara efektif dan efisien dengan instansi - instansi terkait sehingga pelaksanaan tugas dan fungsi BNN sesuai dengan tujuan dan sasaran organisasi BNN.

(12)

Untuk itu, kejelasan regulasi dalam pelaksanaan tugas masing - masing kelembagaan pemerintah dapat menjadi agenda dalam kerangka regulasi nasional, agar seluruh instansi terkait dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan pendekatan money follow function, artinya seluruh sumber daya dialokasikan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing - masing unit organisasinya, yang kemudian dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan pembangunan nasional dalam RPJMN 2015 - 2019.

I.2.4. Sumber DayaManusia

Sesuai dengan tujuan dan sasaran organisasi dalam Renstra BNN periode 2015 - 2019 maka tantangan ke depan dalam penyediaan sumber daya manusia BNN akan semakin kompleks. Tantangan tersebut berkaitan dengan tugas dalam melaksanakan fungsi P4GN. Dalam pelaksanakan tugas, Deputi Bidang Pencegahan akan melakukan pencegahan baik di tingkat pusat maupun daerah melalui serangkaian kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi kepada masyarakat luas. Salah satu peran BNN dalam pencapaian sasaran organisasi adalah meningkatnya daya tangkal masyarakat terhadap narkoba, untuk itu dibutuhkan tenaga - tenaga yang ahli dan terampil dalam mendukung tugas dan peran tersebut. BNN harus menjadi lembaga terdepan dalam pelaksanaan Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba, untuk itu kualitas SDM menjadi penting bagi kekuatan organisasi dalam mencapai tugas BNN sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

I.2.5. Sarana dan Prasarana

Pelaksanaan tugas BNN tidak dapat dilepaskan dengan sarana dan prasarana pendukung. Faktor utama dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya adalah tersedianya sarana dan prasarana yang memadai dan berkualitas, tidak hanya laboratorium atau pusat - pusat rehabilitasi tetapi juga fasilitas pendukung lainnya seperti sistem informasi pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, unit layanan terpadu sebagai sarana konsultasi pendidikan pencegahan, serta perlu adanya petunjuk operasional kebijakan teknis P4GN di bidang pencegahan. Untuk itu sesuai dengan tugas dan fungsinya Deputi Bidang Pencegahan juga harus memiliki sarana dan prasarana yang merupakan faktor kekuatan yang harus dimiliki oleh BNN.

(13)

Perkembangan teknologi dan informasi juga akan berdampak pada perubahan sarana dan prasarana khususnya peralatan pendukung pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Tuntutan akan efektifitas dan efisiensi pencegahan akibat laju teknologi dan informasi adalah tantangan bagi BNN untuk dapat dikelola dalam rangka akselerasi pelaksanaan P4GN.   Dalam rangka dukungan pelaksanaan tugas BNN, diperlukan kesadaran masyarakat baik perorangan maupun instansi / organisasi untuk memahami informasi dampak buruk penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, serta diharapkan muncul inisiasi agar melaporkan segala bentuk penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba untuk mendapatkan rawatan kesehatan dan proses penegakan hukum yang lebih baik.  

I.2.6. Analisa Lingkungan Strategis (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats / SWOT)

Dinamika lingkungan strategis yang telah dijelaskan di atas baik secara kelembagaan yang ada di Renstra BNN periode 2015 - 2019 maupun tugas rutin kedeputian, maka Deputi Bidang Pencegahan harus melakukan upaya agar pengaruh lingkungan strategis tersebut dapat menjadi suatu peluang bukan menjadi ancaman dan gangguan yang dapat mempengaruhi peran BNN secara umum dan peran Deputi Bidang Pencegahan secara khusus sebagai unit yang bertanggungjawab dalam melaksanakan fungsi P4GN bidang pencegahan.

Atas dasar pengaruh lingkungan strategis tersebut, perlu dilakukan identifikasi terhadap kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan melalui analisa SWOT untuk menentukan arah strategi dan kebijakan Deputi Bidang Pencegahan agar dapat terwujud tujuan dan sasaran organisasi Deputi Bidang Pencegahan dalam Renstra periode 2015 - 2019. Adapun hasil analisa SWOT tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kekuatan (Strengths)

a. Saat ini aparatur Deputi Bidang Pencegahan berjumlah 50 orang, terdiri dari 17 orang pejabat struktural dan fungsional serta aparatur lainnya sebanyak 23 orang, merupakan suatu kekuatan yang mendukung pencapaian pelaksanaan tugas dalam pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba;

b. Unit operasional pelaksana fungsi pencegahan berpedoman kepada SOP dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan lainnya yang telah disusun

(14)

oleh Deputi Bidang Pencegahan namun perlu terus dilakukan penyempurnaan;

c. Adanya berbagai bentuk komitmen untuk mencapai penurunan angka prevalensi penyalahguna narkoba;

d. Terpenuhinya tunjangan kinerja / remunerasi kepada aparatur Deputi Bidang Pencegahan telah memberikan dorongan dan semangat untuk terus melakukan pembenahan, perbaikan dan peningkatan kerja.

2. Kelemahan (Weaknesses)

a. Deputi Bidang Pencegahan sesuai dengan tugas pokoknya melaksanakan fungsi pencegahan dan bimbingan teknis kepada unit vertikal BNN di tingkat pusat dan daerah, namun tugas unit-unit organisasi tersebut belum dibagi menurut beban secara proposional sehingga tugas eselon II saat ini perlu dilakukan penyempurnaan agar pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dapat lebih fokus. Hal ini akan menjadi kelemahan dalam pelaksanaan tugas;

b. Masih rendahnya keterampilan dan kemampuan aparatur Deputi Bidang Pencegahan dalam melaksanakan penyebarluasan informasi pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap baik ditingkat nasional mapun daerah;

c. Masih belum memadainya dukungan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan tugas Deputi Bidang Pencegahan;

d. Belum optimalnya koordinasi antar unit kerja kedeputian.

3. Peluang (Opportunities)

a. Terbangunnya kepercayaan masyarakat (trust building) terhadap BNN dalam pelaksanan tugas pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba;

b. Semakin terjalinnya hubungan lintas sektoral dengan instansi / lembaga terkait baik dalam negeri maupun luar negeri (partnership) dalam mendukung tugas Deputi Bidang Pencegahan.

4. Ancaman (Threats)

a. Belum optimalnya koordinasi antar lembaga pemerintah maupun masyarakat dalam pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba;

(15)

b. Semakin meningkatnya jumlah penduduk khususnya usia potensial antara 10 - 64 tahun yang rentan terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba;

c. Semakin meningkatnya peredaran gelap narkoba dari tahun ke tahun baik di dalam negeri maupun luar negeri, khususnya di kawasan Asia Timur.

Rangkuman analisa pengaruh lingkungan strategis diatas dapat dilihat dalam tabel berikut:  

Tabel 1.3

Rangkuman Analisis SWOT

Berdasarkan hasil analisa SWOT tersebut di atas, maka Deputi Bidang Pencegahan perlu melakukan penguatan organisasi agar faktor lingkungan strategis yang berpengaruh baik dari internal maupun eskternal tidak akan menghambat pencapaian tujuan dan sasaran Deputi Bidang Pencegahan periode 2015 – 2019, ditinjau dari keseimbangan pengaruh lingkungan internal antara kekuatan dan kelemahan serta pengaruh lingkungan eskternal antara peluang dan ancaman. Deputi Bidang Pencegahan harus melakukan pengembangan organisasi agar dapat mewujudkan visi, misi dan tujuan Deputi Bidang Pencegahan periode 2015 - 2019. Untuk itu, Deputi Bidang Pencegahan harus memiliki business process yang jelas

Kategori Hasil Pembahasan (SWOT)

Strengths

1. Jumlah SDM memadai 2. Pedoman kerja jelas 3. Adanya komitmen pimpinan 4. Memiliki jaring koordinasi yang jelas

Weaknesses

1. Masih rendahnya kualitas SDM

2. Pembagian kewenangan unit eselon II belum memadai 3. Sarana dan prasarana belum memadai

4. Belum optimalnya koordinasi antara unit kerja Opportunities 1.

Koordinasi antar lembaga baik dalam negeri maupun luar negeri yang semakin kuat

2. Semakin tumbuhnya kepercayaan masyarakat terhadap BNN Threats 1. Jumlah penduduk semakin meningkat

(16)

dan terarah. Di bawah ini adalah business process Deputi Bidang Pencegahan untuk periode 2015 - 2019.  

Gambar 1.4

Business Process Deputi Bidang Pencegahan Periode 2015 - 2019                

Untuk itu, sesuai dengan business process pada gambar di atas, dalam melaksanakan peran dan kewenangan secara optimal sesuai dengan peran dan kewenangan Deputi Bidang Pencegahan sebagai lembaga yang bertanggungjawab dalam meningkatkan kualitas pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba maka penguatan peran dan kewenangan Deputi Bidang Pencegahan untuk periode 2015 - 2019 didefinisikan melalui tabel di bawah ini:

Tabel 1.4

Penguatan Peran Deputi Bidang Pencegahan Periode 2015-2019

 

 

 

Penguatan kebijakan teknis

1. Penyusunan Kebijakan Pencegahan (P4GN) 2. Penyusunan NSPK

Pelaksanaan kebijakan melalui diseminasi informasi dan advokasi

Pelaksanan pencegahan melalui komunikasi, informasi dan edukasi dilakukan dengan cara

1. Diseminasi Informasi 2. Advokasi

Penyusunan  Kebijakan   P4GN  Termasuk  NSPK  

Pelaksanaan  Kebijakan  Melalui   Diseminasi  Informasi  Dan  Advokasi  

KEBIJAKAN P4GN PELAKSANAAN KEBIJAKAN MELALUI DISEMINASI INFORMASI DAN ADVOKASI

(17)

BAB II

VISI, MISI DAN TUJUAN

II.1. VISI

Berdasarkan kondisi umum, potensi, permasalahan dan tantangan yang dihadapi ke depan sebagaimana telah dijelaskan pada Bab I, maka Deputi Bidang Pencegahan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai unit organisasi yang bertanggungjawab dalam melaksanaan pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Kualitas pencegahan dalam menangkal masyarakat terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba dapat diukur dari:

1. Kualitas Diseminasi Informasi yang disampaikan kepada masyarakat; 2. Kualitas Advokasi yang disampaikan kepada individu maupun organisasi.

Sesuai dengan peran dan kewenangan tersebut, BNN harus memberikan kontribusi yang signifikan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya bagi keberhasilan pelaksanaan Renstra BNN periode 2015 - 2019. Adapun visi BNN yang akan dicapai sesuai Renstra periode 2015 - 2019 adalah: “Mewujudkan masyarakat Indonesia

yang sehat, bebas dari penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba”.

Sesuai dengan visi BNN tersebut maka Deputi Bidang Pencegahan merumuskan visi, misi, tujuan dan sasaran sesuai dengan peran dan kewenangan Deputi Bidang Pencegahan. Adapun visi Deputi Bidang Pencegahan dalam Renstra periode 2015 -2019 adalah “Terwujudnya daya tangkal masyarakat terhadap

pengaruh bahaya narkoba secara efektif dan efisien”. Visi ini diuraikan sebagai berikut:

1. Efektif, yang dimaksud adalah ukuran tingkat pemenuhan output (pelaksanaan

kegiatan diseminasi informasi dan advokasi) atau tujuan proses (kesadaran masyarakat terhadap bahaya narkoba). Semakin tinggi pencapaian target atau tujuan proses maka bisa dikatakan proses tersebut semakin efektif. Proses yang efektif ditandai dengan perbaikan proses sehingga menjadi lebih baik dan lebih aman.

2. Efisien, yang dimaksud adalah ukuran tingkat penggunaan sumber daya dalam

suatu proses. Semakin hemat / sedikit penggunaan sumber daya, maka prosesnya dikatakan semakin efisien. Proses yang efisien ditandai dengan perbaikan proses sehingga menjadi lebih murah dan lebih cepat.

(18)

II.2. MISI

Untuk mewujudkan visi tersebut sebagaimana diuraikan di atas, dirumuskan misi Deputi Bidang Pencegahan sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas kebijakan pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba;

2. Meningkatkan pencegahan melalui jaminan kualitas pembinaan baik diseminasi informasi maupun advokasi.

Adapun misi ini diuraikan sebagai berikut:

1. Melaksanakan penyusunan kebijakan nasional tentang pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Kebijakan nasional tersebut berupa kebijakan teknis P4GN bidang pencegahan yang menjadi landasan pelaksanaan pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba secara nasional serta penyusunan norma, standard, kriteria dan prosedur P4GN di bidang pencegahan.

2. Melaksanakan pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di masyarakat baik secara individu maupun lembaga melalui serangkaian pembinaan komunikasi, informasi dan edukasi, termasuk pemberian bimbingan teknis kepada instansi vertikal di lingkungan BNN. Penyampaian informasi bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba dilaksanakan melalui diseminasi informasi baik dengan media elektronik maupun media non-elektronik serta memberikan advokasi kepada individu maupun lembaga di lingkungan instansi pemerintah dan swasta.

II.3. TUJUAN

Dalam rangka mewujudkan visi, melaksanakan misi berdasarkan potensi dan permasalahan maka ditetapkanlah tujuan Deputi Bidang Pencegahan periode 2015 – 2019. Adapun tujuan tersebut adalah terwujudnya pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Tercapainya tujuan ini diindikasikan dengan meningkatnya daya tangkal masyarakat terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

II.4. SASARAN STRATEGIS

Sasaran strategis Deputi Bidang Pencegahan dalam rangka mewujudkan visi, melaksanakan misi dan mencapai tujuan berdasarkan potensi dan permasalahan

(19)

adalah, meningkatnya daya tangkal masyarakat terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

Tabel 2.1

Sasaran Strategis, Sasaran Program dan Indikator Kinerja Utama

Deputi Bidang Pencegahan

Periode 2015 - 2019

Sasaran Strategis Sasaran Program Indikator Outcomes Program

Meningkatnya daya tangkal masyarakat terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba

Meningkatnya daya tangkal masyarakat terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba

Prosentase informasi P4GN yang diterima dan dimanfaatkan masyarakat secara tepat

Prosentase komitmen dari lembaga baik pemerintah maupun swasta / masyarakat yang memperoleh informasi

 

Berdasarkan sasaran strategis dan sasaran program maka kerangka logis perencanaan sebagai penjabaran kepada kegiatan strategisnya adalah sesuai dengan gambar log frame di bawah ini:

Gambar 2.1

Log Frame Deputi Bidang Pencegahan Periode 2015 - 2019 PIC Direktorat Diseminasi Informasi PIC Direktorat Advokasi

(20)

Sesuai dengan kerangka logis perencanaan tersebut di atas maka program, sasaran program, kegiatan strategis, sasaran kegiatan, indikator di lingkungan Deputi Bidang Pencegahan adalah sesuai dengan tabel di bawah ini:

Tabel 2.2

Program, Sasaran Program, Kegiatan Strategis, Sasaran Kegiatan, Indikator Deputi Bidang Pencegahan

Periode 2015 - 2019

PROGRAM PROGRAM SASARAN STRATEGIS KEGIATAN KEGIATAN SASARAN INDIKATOR AWAL DATA

TARGET PIC 2015 2016 2017 2018 2019 P4GN Meningkatnya daya tangkal masyarakat terhadap bahaya penyalah gunaan dan peredaran gelap narkoba Diseminasi Informasi P4GN Meningkatnya Kualitas Diseminasi Informasi Prosentase informasi P4GN yang diterima dan dimanfaatkan masyarakat secara tepat +5% +5% +5% +5% +5% Direktorat Diseminasi Informasi Advokasi kepada setiap lembaga baik organisasi pemerintah maupun swasta / masyarakat Meningkatnya Kualitas Advokasi Prosentase komitmen dari lembaga baik pemerintah maupun swasta / masyarakat yang memperoleh informasi +10% +10% +10% +10% +10% Direktorat Advokasi                  

(21)

BAB III

ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI

DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

 

III.1. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BNN

Sebagaimana telah dijelaskan dalam Bab I, bahwa Renstra Deputi Bidang Pencegahan disusun berdasarkan Renstra BNN periode 2015 - 2019. Berdasarkan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan Renstra periode sebelumnya, Renstra Deputi Bidang Pencegahan ditujukan untuk mewujudkan daya tangkal masyarakat terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba dalam rangka mendukung terwujudnya tujuan BNN.

Adapun arah kebijakan dan strategi BNN berdasarkan Renstra BNN periode 2015 - 2019, adalah:

1. Penanganan permasalahan narkoba secara seimbang antara demand reduction dan supply reduction.

2. Mengembangkan berbagai upaya dalam penanganan permasalahan narkoba secara holistik, integral, dan berkelanjutan.

3. Mengedepankan profesionalisme, dedikasi, dan tanggung jawab dalam penanganan permasalahan narkoba.

Sedangkan strategi yang akan dilaksanakan mencakup eksternal dan internal: 1. Mengekstensifikasi dan intensifikasi informasi P4GN kepada seluruh lapisan

masyarakat.

2. Menumbuhkembangkan kepedulian dan kemandirian masyarakat dalam rangka pelaksanaan P4GN.

3. Mengembangkan akses layanan rehabilitasi penyalah guna, korban penyalahgunaan, dan pecandu narkoba yang terintegrasi dan berkelanjutan. 4. Mengungkap jaringan sindikat narkoba dan menyita seluruh aset terkait

kejahatan narkoba.

5. Menjalin kemitraan yang harmonis dan sinergis dengan berbagai komponen baik dalam maupun luar negeri dalam rangka optimalisasi pelaksanaan P4GN.

6. Melaksanakan tata kelola pemerintahan dengan membangun budaya organisasi yang menjunjung tinggi good governance dan clean government di lingkungan BNN.

(22)

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai lembaga pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, BNN menetapkan program sesuai RPJMN periode 2015 - 2019, yaitu program utama (teknis) dan program pendukung (generik), sebagai berikut:

1. Program Teknis

Program ini dimaksudkan untuk melaksanakan tugas - tugas utama BNN dalam menghasilkan kebijakan nasional dan standarisasi pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba melalui serangkaian kegiatan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan nasional dan kebijakan teknis di bidang pencegahan, pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, dan rehabilitasi; penyusunan dan perumusan norma, standar, kriteria, dan prosedur di bidang pencegahan, pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, dan rehabilitasi; pelaksanaan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi dengan instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat dalam pelaksanaan kebijakan di bidang pencegahan, pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, dan rehabilitasi; pembinaan teknis di bidang pencegahan, pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, dan rehabilitasi kepada instansi vertikal di lingkungan BNN; dan pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan nasional di bidang pencegahan, pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, dan rehabilitasi.

Pencapaian program teknis tersebut dilakukan melalui kegiatan prioritas yang berada dalam lingkup program P4GN. Kegiatan tersebut meliputi:

a. Penyelenggaraan Diseminasi Informasi P4GN b. Penyelenggaraan Advokasi

c. Pemberdayaan Peran serta Masyarakat d. Penyelenggaraan Pemberdayaan Alternatif

e. Pembinaan dan Pengelolaan Pendidikan dan Pelatihan f. Penguatan Lembaga Rehabilitasi Instansi Pemerintah g. Penguatan Lembaga Rehabilitasi Komponen Masyarakat h. Pasca Rehabilitasi Penyalahguna dan / atau Pecandu Narkoba i. Pelaksanaan Rehabilitasi Penyalahguna dan / atau Pecandu Narkoba j. Pelaksanaan Intelijen Berbasis Teknologi

k. Penyidikan Jaringan Peredaran Gelap Narkotika

l. Penyidikan Jaringan Peredaran Gelap Psikotropika dan Prekursor m. Pelaksanaan Interdiksi wilayah Udara, Laut, Darat dan Lintas Darat

(23)

n. Pelaksanaan Penindakan dan Pengejaran o. Pengawasan Tahanan dan Barang Bukti

p. Penyidikan Tindak Pidana Pencucian Uang Hasil Tindak Pidana Narkotika q. Pembinaan dan Pelayanan Laboratorium Uji Narkoba

r. Penataan Produk Hukum dan Pelayanan Bantuan Hukum s. Penyelenggaraan Kerjasama Dalam dan Luar Negeri t. Pelaksanaan dan Peningkatan Kapasitas P4GN di Daerah 2. Program Generik

Program generik dibagi menjadi dua program yaitu:

a. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis lainnya b. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana BNN

Selanjutnya program tersebut dijabarkan dalam kegiatan sebagai berikut: a. Penyusunan dan Pengembangan Rencana Program dan Anggaran BNN b. Pengembangan Organisasi, Tatalaksana, dan Sumber Daya Manusia c. Pembinaan Administrasi dan Pengelolaan Keuangan

d. Pembinaan dan Pelaksanaan Kehumasan, Tata Usaha, Rumah Tangga, dan Pengelolaan Sarana Prasarana

e. Pengawasan dan Pengembangan Akuntabilitas Kinerja f. Penyelenggaraan Penelitian, Data, dan Informasi P4GN

III.2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI DEPUTI BIDANG PENCEGAHAN

Berdasarkan arah dan kebijakan Renstra BNN periode 2015 - 2019, maka arah kebijakan dan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran strategis Deputi Bidang Pencegahan periode 2015 - 2019 adalah:

1. Arah Kebijakan

a. Penanganan permasalahan narkoba secara seimbang antara demand

reduction dan supply reduction.

b. Mengembangkan berbagai upaya dalam penanganan permasalahan narkoba secara holistik, integral, dan berkelanjutan.

c. Mengedepankan profesionalisme, dedikasi, dan tanggung jawab dalam penanganan permasalahan narkoba.

2. Strategi (eksternal dan internal)

a. Melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi informasi P4GN bidang pencegahan kepada seluruh lapisan masyarakat.

(24)

b. Menumbuhkembangkan kepedulian dan kemandirian masyarakat dalam rangka pelaksanaan P4GN bidang pencegahan.

Untuk melaksanakan fungsi P4GN, Deputi Bidang Pencegahan menetapkan program sesuai Renstra BNN periode 2015 – 2019 melalui program teknis P4GN bidang pencegahan. Program ini dimaksudkan untuk melaksanakan tugas utama Deputi Bidang Pencegahan dalam menghasilkan kebijakan nasional dan standarisasi di bidang pencegahan melalui serangkaian kegiatan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan P4GN di bidang pencegahan; penyusunan dan perumusan norma, standar, kriteria, dan prosedur di bidang pencegahan; pelaksanaan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi dengan instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat dalam pelaksanaan kebijakan di bidang pencegahan; pembinaan teknis di bidang pencegahan kepada instansi vertikal di lingkungan BNN; dan pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan nasional di bidang pencegahan.

Selanjutnya, program tersebut dijabarkan dalam kegiatan prioritas Deputi Bidang Pencegahan yang meliputi:

1. Penyelenggaraan Diseminasi Informasi P4GN 2. Penyelenggaraan Advokasi

3. Pelaksanaan dan Peningkatan Kapasitas P4GN di Daerah

III.3. KERANGKA REGULASI

Dalam rangka pelaksanaan pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, dibutuhkan adanya regulasi yang kuat dan efektif guna mendukung tugas - tugas Deputi Bidang Pencegahan, namun demikian tidak hanya regulasi yang bersifat teknis saja yang harus dipenuhi, melainkan perlu adanya regulasi yang bersifat adminitratif dan strategis.

Untuk dapat menyelenggarakan tugas pencegahan terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba secara optimal, maka perlu ditunjang oleh regulasi atau kebijakan teknis yang kuat dalam lingkup bidang pencegahan. Adapun regulasi atau kebijakan teknis tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tersusunnya NSPK di bidang pencegahan

2. Tersusunnya penjabaran kebijakan nasional ke dalam kebijakan teknis P4GN 3. Tersususunnya modul pelaksanaan kebijakan P4GN

4. Tersusunnya SOP Deputi Bidang Pencegahan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya

(25)

III.4. KERANGKA KELEMBAGAAN

Untuk memenuhi standard pencegahan, Deputi Bidang Pencegahan membutuhkan kerangka kelembagaan yang lebih kuat dan relevan dalam mewujudkan visi, misi dan tujuan organisasi BNN periode 2015 - 2019. Beberapa aspek kelembagaan yang harus diintegrasikan dan dikoordinasikan agar lebih efisien dan efektif adalah:

1. Diperlukan koordinasi dengan unit kerja terkait dalam pelaksanan pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

2. Diperlukan koordinasi dengan lembaga terkait dalam mendukung tugas Deputi Bidang Pencegahan.

     

(26)

BAB IV

TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN  

 

IV.1. TARGET KINERJA

Sebagaimana sasaran strategis Deputi Bidang Pencegahan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan maka target sesuai dengan indikator masing - masing sasaran strategis (program) adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1

Sasaran Strategis (Program) dan Indikator Kinerja Utama Deputi Bidang Pencegahan

Periode 2015 - 2019

 

Sasaran Strategis Indikator Target Kinerja

2015 2016 2017 2018 2019 Meningkatnya daya tangkal masyarakat terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba Prosentase informasi P4GN yang diterima dan

dimanfaatkan masyarakat secara tepat

60% 65% 70% 75% 80%

Prosentase komitmen dari lembaga baik pemerintah maupun swasta / masyarakat yang memperoleh informasi

100% 100% 100% 100% 100%

 

IV.2. KERANGKA PENDANAAN

Sesuai target kinerja masing - masing indikator kinerja yang telah ditetapkan maka kerangka pendanaan untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran strategis (program) Deputi Bidang Pencegahan periode 2015 - 2019 adalah sebagai berikut:

(27)

Tabel 4.2

Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Pendanaan Deputi Bidang Pencegahan

Periode 2015 – 2019 Sasaran Strategis Indikator Alokasi (Rp Milyar) PIC 2015 2016 2017 2018 2019 Meningkatnya daya tangkal masyarakat terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba Prosentase informasi P4GN yang diterima dan

dimanfaatkan masyarakat secara tepat

16,516 18,168 19,984 21,983 24,181 Direktorat Diseminasi Informasi

Prosentase komitmen dari Lembaga baik pemerintah maupun swasta / masyarakat yang memperoleh informasi

11,001 12,101 13,331 14,642 16,106 Direktorat Advokasi

(28)

BAB V

PENUTUP

Renstra Deputi Bidang Pencegahan periode 2015 - 2019 adalah panduan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Deputi Bidang Pencegahan untuk 5 (lima) tahun ke depan. Keberhasilan pelaksanaan Renstra ini sangat ditentukan oleh kesiapan kelembagaan, ketatalaksanaan, SDM dan sumber pendanaannya, serta komitmen semua aparatur di Deputi Bidang Pencegahan. Selain itu, untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan Renstra periode 2015 - 2019, setiap tahun akan dilakukan evaluasi. Apabila diperlukan, dapat dilakukan perubahan / revisi muatan Renstra Deputi Bidang Pencegahan termasuk indikator - indikator kinerjanya yang dilaksanakan sesuai dengan mekanisme yang berlaku dan tanpa mengubah tujuan Deputi Bidang Pencegahan.

Renstra Deputi Bidang Pencegahan periode 2015 - 2019 harus dijadikan acuan kerja bagi unit kerja di lingkungan Deputi Bidang Pencegahan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing - masing. Diharapkan semua unit kerja dapat melaksanakannya dengan akuntabel serta senantiasa berorientasi pada peningkatan kinerja lembaga, unit kerja dan kinerja pegawai.

Evaluasi Renstra Deputi Bidang Pencegahan ini merupakan bagian yang penting dalam pelaksanaan perencanaan strategis Deputi Bidang Pencegahan, sehingga hasil pencapaiannya dapat diukur dan dipergunakan sebagai acuan dalam penyusunan laporan kinerja tahunan Deputi Bidang Pencegahan. Mekanisme evaluasi terhadap proses pelaksanaan perencanaan strategis Deputi Bidang Pencegahan dilakukan sesuai dengan PP Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.

Deputi Bidang Pencegahan melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program dalam Renstra Deputi Bidang Pencegahan. Hasil evaluasi tersebut disampaikan ke Kepala BNN paling lambat 4 (empat) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Evaluasi dilakukan dengan maksud untuk dapat mengetahui dengan pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan rencana pembangunan dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan rencana pembangunan di masa yang akan datang.

Fokus utama evaluasi diarahkan kepada keluaran (outputs), hasil (outcomes), dan dampak (impacts) dari pelaksanaan rencana pembangunan. Adapun indikator yang dipergunakan dalam evaluasi ini meliputi indikator masukan, indikator keluaran, dan indikator hasil / manfaat.

(29)

Di dalam pelaksanaannya, kegiatan evaluasi dilakukan pada berbagai tahapan yang berbeda, yaitu:

1. Evaluasi pada Tahap Perencanaan (ex ante), yaitu evaluasi dilakukan sebelum ditetapkannya rencana pembangunan dengan tujuan untuk memilih dan menentukan skala prioritas dari berbagai alternatif dan kemungkinan cara mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.

2. Evaluasi pada Tahap Pelaksanaan (on going), yaitu evaluasi dilakukan pada saat pelaksanaan rencana pembangunan untuk menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan rencana dibandingkan dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

3. Evaluasi pada Tahap Pasca Pelaksanaan (ex post), yaitu evaluasi yang dilaksanakan setelah pelaksanaan rencana berakhir, yang diarahkan untuk melihat apakah pencapaian (keluaran / hasil / dampak) program mampu mengatasi masalah pembangunan yang ingin dipecahkan. Evaluasi ini digunakan untuk menilai efisiensi (keluaran dan hasil dibandingkan masukan), efektivitas (hasil dan dampak terhadap sasaran), ataupun manfaat (dampak terhadap kebutuhan) dari suatu program.

Evaluasi dilakukan terhadap pelaksanaan Renstra Deputi Bidang Pencegahan untuk menilai efisiensi, efektivitas, manfaat, dampak, dan keberlanjutan dari suatu program. Dalam hal ini yang dimaksud dengan evaluasi terhadap keberlanjutan harus dapat menjawab pertanyaan:

a. Apa yang terjadi dengan program / kegiatan setelah aktivitasnya selesai; b. Bagaimana target group dapat melakukan aktivitas;

c. Bagaimana pengelolaan pekerjaan bila pendanaan program / kegiatan selesai; d. Apakah program akan dilanjutkan, bagaimana rencana pendanaannya.

Kriteria keberlanjutan meliputi kriteria: teknis, manajerial, sosial, dan finansial.

a. Secara teknis, apakah teknologi dan metode yang dikembangkan dalam pelaksanaan program telah sesuai. Apakah bahan baku dan peralatan yang diperlukan dapat diadakan dan dipelihara sendiri oleh penerima manfaat (beneficiaries);

b. Secara manajerial, siapa yang bertanggung jawab untuk mengelola hasil program yang telah selesai dilaksanakan;

c. Dari sudut pandang sosial, apakah manfaat program akan terus diterima masyarakat setelah program selesai dilaksanakan;

d. Secara finansial, bagaimana menutup biaya operasional dan pemeliharaan jika pelaksanaan program dihentikan.

(30)

Evaluasi dilakukan berdasarkan sumberdaya yang digunakan serta indikator dan sasaran kinerja keluaran untuk kegiatan, dan / atau indikator dan sasaran kinerja hasil untuk program.

Evaluasi dilaksanakan secara sistematis, obyektif, dan transparan. Dalam hal ini yang dimaksud dengan sistematis adalah proses pelaksanaan evaluasi dilaksanakan sesuai dengan tata urut sehingga hasil dan rekomendasi dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan yang dimaksud dengan obyektif adalah hasil evaluasi tidak dipengaruhi oleh kepentingan pelaksana kegiatan dan/atau program. Dan yang dimaksud dengan transparan adalah proses perencanaan, pelaksanaan serta pertanggungjawaban hasil evaluasi harus diketahui oleh pemangku kepentingan (stakeholders).

Deputi Bidang Pencegahan akan menyediakan informasi Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana yang diperlukan oleh pelaku pembangunan mengenai perkembangan pelaksanaan rencana pembangunan sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku.

                 

Referensi

Dokumen terkait

Masalah yang dapat diambil berdasarkan uraian latar belakang diatas adalah interval air merupakan langkah yang efisien untuk memenuhi kebutuhan air tanaman namun

(1) Lembaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf d adalah unsur pelaksana akademik di bawah Rektor yang melaksanakan sebagian tugas dan fungsi di bidang

Data keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe pair check diperoleh dengan menggunakan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran yang diamati selama tiga

Diceritakan mereka yang sudah berhasil menjadi pemimpin daerah Panji, yang bernama Ki Pungakan Gendis, beristana di Desa Gendis, semua orang yang masuk ke daerah

Piket : Menghormat kepada Dosen, balik kanan penuh kembali ke tempat semula dan menghadap kepada peserta memberi aba-aba. “SEBELUM DIBUBARKAN MARI KITA BERDO”A MENURUT

Efektivitas tabir surya biasanya digambarkan dengan suatu faktor perlindungan matahari atau dikenal dengan faktor pelindung surya (FPS) yang didefinisikan sebagai energi UV

Aturan takzir dalam hal ini berfungsi sebagai zad al-zari’ah (pencegahan) terhadap perbuatan yang mengarah kepada tindak pidana hudud dan kisas, seperti mentakzir

P3: krim kimia/ gel yang disapu pada dinding vagina sebelum persetubuhan untuk membunuh sperma yang masuk ke dalam vagina. F4: Pil