• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendahuluan Idealnya setiap penyelenggara negara bertujuan untuk meningkatkan Social Welfare Function (SWF) Penyelenggara negara:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pendahuluan Idealnya setiap penyelenggara negara bertujuan untuk meningkatkan Social Welfare Function (SWF) Penyelenggara negara:"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Pendahuluan

•  Idealnya setiap penyelenggara negara bertujuan untuk

meningkatkan Social Welfare Function (SWF)

•  Penyelenggara negara:

–  Legislatif

–  Eksekutif

–  Yudikatif

•  Khususnya pada jabatan politis, seharusnya:

“do what you say, say what you do” (AACSB)

(3)

Tantangan

•  Banyak korupsi melibatkan penyelenggara negara.

–  Korupsi menurunkan Social Welfare Function (SWF) (kontradiksi)

–  Korupsi menunjukkan si pelaku lebih mengedepankan kepentingan pribadi dan golongan di atas kepentingan publik •  Pada kasus-kasus korupsi, nilai aset yang

dilaporkan pada LHKPN, biasanya jauh berbeda dibandingkan dengan hasil investigasi

•  Bagaimana penyelenggara negara lebih mengedepankan kepentingan publik dibandingkan dengan kepentingan pribadi dan golongan?

•  Ketika seseorang menduduki jabatan publik, maka selayaknyalah bahwa beberapa hak-hak privat ybs diserahkan kepada publik dalam bentuk transparansi

•  Hal ini bisa dicapai melalui beberapa strategi:

–  Transparansi harta kekayaan penyelenggara negara

–  Inform consent terhadap penyadapan pembicaraan

–  Inform consent terhadap monitoring transaksi keuangan

(4)
(5)

Tahap I: Inspection Game

Agakum

PN

a

1

,

a

2

c

1

,

c

2

b

1

, b

2

d

1

,

d

2

Inspeksi

Tidak Inspeksi

Salah Guna

Taat Azas

(6)

Tahap II: Inspection Game

KPK

PN

a

1

,

a

2

c

1

,

c

2

b

1

, b

2

d

1

,

d

2

Inspeksi

Tidak Inspeksi

Lapor Akurat

Lapor Tidak Akurat

Where: c

1

> a

1

, b

1

> d

1

& a

2

> b

2

, d

2

> c

2

(7)

Tahap 3: Chicken Game (Jika Salah Guna/ Taat

Azas)

PN

Akurat Tidak Akurat

Tegas

K/L

Tidak Tegas

Where: a

1

>c

1,

d

1

>b

1,

a

2>

b

2,

c

2

>d

2

a

1

, a

2

b

1

, b

2

c

1

, c

2

d

1

, d

2

(8)

Mekanisme Permainan

•  Terdapat tiga pemain:

–  Penyelenggara negara –  KPK

–  Kementerian/Lembaga

•  Tahap I:

–  Game ini dilakukan secara simultan –  Penyelenggara negara memainkan

inspectiong game dengan aparat penegak hukum (termasuk KPK)

–  Penyelenggara negara memiliki dua strategi, melakukan penyalahgunaan keuangan negara atau tidak

–  Pada saat yang bersamaan KPK dan

aparat penegak hukum memiliki alternatif strategi melakukan inspeksi atau tidak.

8

•  Tahap 1 (lanjutan)

–  Jika aparat negara melakukan penyalahgunaan keuangan dan aparat penegak hukum melakukan inspeksi, maka aparat tersebut akan diproses hukum dan bagi yang bersangkutan game berhenti di sini.

–  Alternatif outcomes yang lain memungkinkan penyelenggara negara memainkan game kedua

•  Tahap II:

–  Game ini dilakukan secara simultan

–  Penyelenggara negara dan KPK memainkan inspection game dalam hal LHKPN

–  Penyelenggara negara memiliki strategi ‘melaporkan akurat’ atau ‘melaporkan tidak akurat’ LHKPN.

(9)

Mekanisme Permainan (lanjutan)

•  Tahap II (lanjutan):

–  KPK memiliki strategi ‘inspeksi’

atau ‘tidak inspeksi’

–  Inspeksi ini memiliki dua tahap,

yaitu tahap verifikasi administratif

(pasti) dan dilanjutkan inspeksi

dengan mekanisme purposive

random sampling disesuaikan

dengan agenda KPK (targeted

groups)

–  Mengingat verifikasi administratif

pasti dilakukan, maka hal ini

diasumsikan embeded dalam

random inspection

•  Tahap II (lanjutan):

–  Implikasi dari purposive random sampling adalah adanya probabilitas temuan yang tidak merata (skewed) antar K/L.

•  Tahap III:

–  Berdasarkan hasil inspeksi, KPK melaporkan hasil inspeksi kepada masing-masing K/L untuk

ditindaklanjuti (tidak dipublikasikan) –  K/L memiliki strategi untuk tegas (k)

atau tidak tegas (1-k) terhadap ketidakakuratan LHKPN

–  Jenis sanksi bersifat perdata dan administratif, namun hasil analisis LHKPN tidak diketahui oleh publik

(10)

Payoffs Permainan (perlu direvisi)

•  Payoffs Penyelenggara Negara

–  Ketika penyelenggara negara mengisi LHKPN secara akurat, maka ybs tidak akan melanggar apapun, sehingga payoff-nya adalah 0

–  Ketika penyelenggara negara mengisi LHKPN tidak akurat, selama LHKPN terverifikasi dan tidak diinspeksi, maka payoff akan 0 karena tidak ditemukan ketidakakuratan tersebut

–  Jika LHKPN tidak akurat dan

diinspeksi KPK, maka ada internal reputation effect yang menjadi beban penyelenggara negara (Ri)

•  Payoffs KPK:

–  Payoffs KPK selalu 0 karena semua hal tersebut adalah tupoksi KPK

10

•  Payoffs K/L:

–  Selama LHKPN diisi akurat, maka payoffs K/L adalah 0 karena tidak ada reputasi yang hilang –  Jika LHKPN diisi tidak akurat, lolos verifikasi

KPK namun tidak diinspeksi, maka payoffs adalah 0 karena tidak ada negative reputation effect. –  Jika LHKPN diisi tidak akurat, lolos verifikasi

KPK dan terinspeksi KPK, maka ada negative internal reputation effect yang ditanggung oleh K/ L

–  RPi = internal reputational effect di tingkat individu (penyelenggara negara)

•  RP1i > Rpi > RP2i > RP3i

–  RLi = internal repulational effect di tingkat lembaga di mana penyelengara negara bekerja, dimana Rli = ε, dan ε-> 0

•  RLi > RL1i > RL2i

(11)

Solusi Permainan

•  Karena RLi = epsilon dan epsilon mendekati 0, ketika

K/L indifference terhadap 0 dan epsilon,

konsekuensinya tidak ada insentif bagi K/L untuk

bertindak tegas dari hasil referal KPK

•  Jika pejabat negara mengetahui bahwa K/L-nya

cenderung indifference terhadap ‘tegas’ dan ‘tidak

tegas’ maka probabilitas ‘salah guna’ dan ‘tidak akurat’

akan meningkat (potensi korupsi meningkat)

(12)

Game 2: Refinement

Pejabat Agakum Agakum Pejabat Pejabat Pejabat KPK KPK KPK KPK KPK KPK KPK-PUB KPK-PUB KPK-PUB KPK-PUB KPK-PUB KPK-PUB KPK-PUB KPK-PUB KPK-PUB KPK-PUB KPK-PUB KPK-PUB K/L K/L K/L K/L K/L K/L K/L K/L K/L K/L K/L K/L (B(sg)-RP1i-RP1e, 0, 0) (B(sg)-RP1i-RP1e,0,-RLi-RLe) (B(sg)-RPi-RPe, 0, -RL1i-RL1e) (B(sg),0,0) (B(sg),0,0) (B(sg), 0,0) (B(sg)-RP1i-RP2i-RP1e-RP2e, 0,0) (B(sg), 0,0) (0, 0, 0) (0, 0, 0) (0, 0, 0) (0, 0, 0) (-RP3i-RP3e, 0, -RL2i-RL2e) (-RP2i-RP2e, 0, 0) (0, 0, 0) (0, 0, 0) (0, 0, 0) (0, 0, 0) (0, 0, 0) (-RP3i-RP3e, 0, -RL2i-RL2e) (0, 0, 0) (0, 0, 0) (-RP1i-RP1e, 0, 0) (0, 0, 0) sdfasdf Salah guna (p) Taat Azas (1-p) Tidak Inspeksi (1-q) Tidak Inspeksi (1-q) (Inspeksi (q) (Inspeksi (q) L. Akurat (k) L. Akurat (k) L. Akurat (k) L. Tidak Akurat (1-k) L. Tidak Akurat (1-k) L. Tidak Akurat (1-k) Inspeksi (m) Inspeksi (m) Inspeksi (m) Inspeksi (m) Inspeksi (m) Inspeksi (m) Referal Referal Referal Referal Referal Referal Referal Referal Referal Referal Referal Referal Tegas (n) Tegas (n) Tegas (n) Tegas (n) Tegas (n) Tidak Tegas (1-n) Tidak Tegas (1-n) Tidak Tegas (1-n) Tidak Tegas (1-n) Stage I: Inspection game Stage II: Inspection game

(13)

Tahap III Refinement: Prisoners’ Dilemma

K/L

Tegas Tidak Tegas

Akurat

PN Tidak Akurat

a

1

, a

2

b

1

, b

2

c

1

, c

2

d

1

, d

2

(14)

Payoffs dan Solusi Permainan

•  Perbedaan antara existing game

dengan refinement game adalah di

refinement game, hasil inspeksi di

publikasi di website, selain di refer

kepada K/L

•  Implikasinya, muncul external

reputational effect, selain adanya

internal reputational effect yang telah

ada di existing game.

•  Perbedaan kedua adalah inspeksi di

tahap II idealnya dilakukan secara

stratified random sampling daripada

purposive random sampling

–  Probabilitas temuan makin merata

14

•  Dapat diasumsikan bahwa

external reputational effect

lebih besar daripada internal

reputational effect

–  Internal reputational effect

hanya berlaku diantara K/L

saja (RPi, RLi,)

–  External reputational effect

terbuka untuk umum (RPe,

RLe,)

•  RP1e > Rpe > RP2e >RP3e

•  RLe > RL1e > RL2e

(15)

Target Group

Eselon 1, DPR, & Menteri (100 %) Eselon 2, DPRD I (100 – k1) Eselon 3 & 4, DPRD II (100 – k2)

•  Pelaksanaan inspeksi dilakukan dengan metoda stratified random sampling

•  Untuk eselon 1 ke atas, menteri hingga presiden dan anggota DPR berlaku 100% surveillance (tidak ada pengecualian)

•  Untuk eselon dan DPRD I, dilakukan surveilance secara acak dengan probabitas (100-k1)

•  Untuk eselon dan DPRD I, dilakukan surveilance secara acak dengan probabitas (100-k2)

•  Setiap anggota targeted group memiliki

probabilitas yang sama untuk diinspeksi oleh KPK akibat penggunaan metoda stratified random sampling dalam inspeksi LHKPN

(16)

Solusi Refinement

Penyelenggara negara memiliki insentif untuk taat azas

dalam mengelola uang negara serta mengisi LHKPN

secara akurat

K/L memiliki insentif untuk menindak tegas terhadap

setiap penyalahgunaan uang negara dan ketidakakuratan

LHKPN, mengingat reputasi K/L dipertaruhkan dimuka

publik

(17)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Book Tax Differences (Perbedaan permanen dan temporer) dan likuiditas ( Working Capital to Total Asset )

Hasil : Kadar bilirubin tak terkonjugasi, terkonjugasi, dan total K2 meningkat secara bermakna dibanding K1. Kadar bilirubin tak terkonjugasi, terkonjugasi, dan total K3 dan K4

Infeksi bakteri stafilokokkus pada kelenjar yang sempit dan kecil, biasanya menyerang kelenjar minyak (meibomian) dan akan mengakibatkan pembentukan abses (kantong nanah)

Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan meng- gunakan media

Penerapan model pembelajaran Problem-Based Learning (PBL) dengan video untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar bahasa Indonesia kelas VII F SMP Negeri 26 Purworejo pada

adalah tetap pada suatu jumlah titik polinomial, maka bila polinomial tersebut dikerjakan pada sistim koordinat kurvilinier dengan domain yang tetap –1 < ξ < 1, maka

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pemanfaatan

Dari hasil penelitian pengerjaan canai hangat pada suhu 300°C metode bolak-balik dapat disimpulkan bahwa proses canai hangat pada suhu 300°C menunjukkan semakin