• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui Bermain Plastisin Di RA Khoirul Ummah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Meningkatkan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui Bermain Plastisin Di RA Khoirul Ummah"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

92

|

Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang

Meningkatkan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui Bermain Plastisin

Di RA Khoirul Ummah

Leni Mushonifah (10262059-ST) Mahasiswa PG PAUD IKIP Veteran Semarang

ABSTRAK

Pengembangan fisik motorik merupakan salah satu pengembangan kemampuan dasar di Taman Kana-kanak. Bahan kegiatan pengembangan fisik motorik mencakup kegiatan yang mengarah pada kegiatan untuk melatih motorik kasar dan halus. Kegiatan motorik kasar terdiri atas geraka-gerakan jalan, lari, lompat, senam, keterampilan dengan bola, keterampilan dengan menggunakan peralatan, menari, latihan ritmik dan gerak gabungan. Kegiatan belajar mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai pendidikan. Di dalamnya terjadi interaksi edukatif antara guru dan anak didik, ketika guru menyampaikan bahan pelajaran kepada anak didik di kelas. Bahan pelajaran yang guru berikan itu akan kurang memberikan dorongan (minat) kepada anak didik bila menyampaikan menggunakan strategi yang kurang tepat. Di sinilah kehadiran metode menempati posisi penting dalam menyampaikan bahan pelajaran. Belajar pada hakekatnya merupakan proses kognitif yang mendapat dukungan dari fungsi ranah psikomotor. Fungsi psikomotor dalam hal ini meliputi: mendengar, melihat, mengucapkan. Apapun jenis dan manifestasi belajar yang dilakukan anak didik, hampir dapat dipastikan selalu melibatkan fungsi ranah akalnya yang intensitas penggunaannya tentu berbeda antara satu peristiwa belajar dengan peristiwa belajar lainnya. Tugas guru dalam hal ini memberi contoh penggunaan strategi yang tepat dalam arti sesuai dengan kepastian umum anak didik dan selaras dengan kebutuhan serta tingkat kesulitan materi yang guru ajarkan kepada mereka. Rumusan Masalah : (1) Untuk mengetahui Apakah kegiatan bermain Plastisin dapat meningkatkan kreativitas anak usia dini di RA Khoirul Ummah Desa Klaling Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus?. (2) Untuk mengetahui Apakah kreativitas anak usia dini perlu di tingkatkan?. Kesimpulan : (1) Menumbuhkan minat seni anak melalui bermain Plastisin di RA Khoirul Ummah Desa Klaling Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus Tahun Pelajaran 2012/2013 bisa diberikan kepada peserta didik. (2) Keberhasilan belajar anak dalam hal menumbuhkan minat seni anak melalui bermain Plastisin di RA Khoirul Ummah Desa Klaling Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus Tahun Pelajaran 2012/2013 mengalami kemajuan dan peningkatan dengan menggunakan media melukis. Hal ini dapat terbukti dengan hasil yang diperoleh mencapai 80% anak mampu mengikuti kegiatan melukis yang diberikan oleh guru.

Kata Kunci : Kreatifitas, Bermain, Plastisin

PENDAHULUAN

Masa perkembangan anak usia dini adalah masa yang paling tepat untuk mengembangkan semua potensi yang dimiliki anak. Salah satu potensi yang perlu dikembangkan adalah tentang wawasan dan rasa seni anak. Kesenian merupakan salah satu potensi dasar anak sebagai bentuk dari kecerdasan jamak (multiple intelligence). Melalui pengembangan potensi seni anak berarti juga mengembangkan kecerdasannya. Jika potensi ini tidak dikembangkan sejak dini, maka masa emas pengembangan potesi tersebut akan terlewat begitu saja, meskipun dapat dikembangkan pada tahun-tahun sesudahnya, namun hasil yang dicapai tidak akan seoptimal apabila dikembangkan pada masa emasnya.

(2)

93

|

Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang

Anak sebagai mahluk yang memiliki perasaan dan pikiran, mempunyai kebutuhan untuk menyatakan perasaan dan pikirannya dengan berbagai macam cara menurut keinginannya sendiri. Pengembangan kreativitas yang dimiliki anak usia dini dapat berupa imajinasi.

Jika kita perhatikan fenomena yang terjadi saat ini, anak-anak tampak lebih tertarik pada aktifitas pengisi waktu luang yang bersifat pasif seperti menonton TV, mendengarkan radio atau menonton film. Keadaan ini sesungguhnya akan berdampak negatif jika acara hiburan semacam ini menggantikan permainan imajinatif yang lebih mengembangkan kemampuan berpikir kreatif anak. Oleh karenanya program-program seni di sekolah-sekolah diharapkan dapat mengembangkan beragam pengalaman keseharian anak yang bermuatan unsur kreativitas.

Berdasarkan dari persoalan yang ada dan berpatokan pada kurikulum pendidikan anak usia dini tahun 2004 tersebut, peneliti melakukan pengamatan terhadap permasalahan yang terjadi di RA Khoirul Ummah Desa Klaling Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus, bahwa tingkat kreativitas dalam kemampuan dasar seni, anak didik yang berjumlah 22 anak pada kelompok B masih memerlukan perhatian dari guru kelas karena hampir 80% anak kelompok B kurang berminat dan berimajinasi dalam kegiatan bermain plastisin, hal ini akan berpengaruh pada kecerdasannya.

Pilihan jenis kegiatan, tema dan teknik yang sifatnya personal membuat karya seni dari tiap anak tampil lebih jujur, nyata dan unik. Ada anak yang tergolong berbakat, sangat sensitif, luar biasa kemampuan observasinya dan sebagainya. Hanya sedikit anak yang berbakat segalanya, namun tidak ada anak yang tidak berbakat apapun. Anak-anak usia Taman Kanak-kanak secara alami tampaknya menunjukkan sifat ekspresif dan secara instingtif mengetahui bagaimana mengenal dan mengolah warna, bentuk, keseimbangan, dan irama khususnya dalam bermain Plastisin.

Penelitian para ahli menunjukkan bahwa implikasi dari kematangan perkembangan anak terlihat nyata dalam pendidikan seni. Pengalaman berkesenian adalah faktor utama dalam pendidikan karena hal ini akan memberi kesempatan pada setiap anak untuk berkembang sesuai kemampuannya sendiri.

Kebermaknaan belajar pengetahuan, apresiasi, dan keterampilan kesenian tidak dapat terlepas dari usaha-usaha guru dalam menumbuhkan dan mengembangkan sensitivitas persepsi dan indrawi serta berbagai pengalaman kreatif yang mencakup pengalaman emosional, intelektual, estetik, dan perceptual melalui bahasa ungkap yang berbeda, seperti bahasa rupa, bahasa bunyi dan gerak yang sesuai karakter perkembangan seni anak pada usia pra-sekolah.

Tujuan pendidikan di Taman Kanak-kanak bukanlah membuat anak mampu menghasilkan keterampilan khusus, tetapi membantu anak untuk mampu mengungkapkan yang mereka ketahui dan yang mereka rasakan, serta mulai mengungkapkan diri melalui seni. Proses lebih menjadi perhatian daripada sekedar hasil belajar.

Dari uraian di atas maka akan dilakukan Penelitian Tindakan Kelas untuk memperbaiki proses belajar mengajar dengan mengambil judul Upaya Meningkatkan Kreatifitas Anak Usia Dini Melalui

(3)

94

|

Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang

Bermain Plastisin Di RA Khoirul Ummah Klaling Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus Tahun Pelajaran 2012/2013.

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Kreativitas

Kreativitas adalah proses mental yang melibatkan pemunculan gagasan atau konsep baru, atau hubungan baru antara gagasan dan konsep yang sudah ada. Dari sudut pandang keilmuan, hasil dari pemikiran kreatif (kadang disebut pemikiran divergen) biasanya dianggap memiliki keaslian dan kepantasan. Sebagai alternatif, konsepsi sehari-hari dari kreativitas adalah tindakan membuat sesuatu yang baru. Kreativitas dalam kemasakinian sangat dipengaruhi oleh barbagai faktor antara lain adalah faktor keturunan dan lingkungan.

Kreativitas merupakan salah satu istilah yang sering digunakan meskipun merupakan istilah yang taksa (ambiguous) dalam penelitian psikologi masa kini. Ia bahkan lebih taksa lagi dan sering digunakan dengan bebas dikalangan orang awam.

Pengertian Bermain Plastisin

Menurut M. Lansing Kegiatan bermain Plastisin ini dilakukan dengan cara membentuk, mewarnai, dan memberi warna sehingga menimbulkan bentuk. Bermain plastisin merupakan kegiatan anak usia dini. Kegiatan bermain plastisin seperti halnya menyanyi dapat dilakukan dengan kesadaran penuh berupa maksud dan tujuan tertentu maupun sekedar membuat bentuk tanpa arti.

Kegiatan bermain plastisin dimulai dari menggerakkan tangan untuk mewujudkan sesuatu bentuk secara tidak sengaja, sampai dengan membentuk untuk maksud tertentu. Anak-anak akan merasa senang setelah bermain plastisin karena itu menjadi suatu cara berkomunikasi kepada orang lain. Apalagi ketika bentuk tersebut ditanggapi oleh orang tua dengan pertanyaan tentang makna dan arti bentuk yang dihasilkan.

Di dalam kegiatan bermain plastisin yang dilakukan anak-anak sering dijumpai suasana yang menyenangkan, penuh kegembiraan. Kegembiraan anak-anak dapat ditandai dengan beberapa ciri yang ditimbulkan oleh keaktifan dan kebebasan untuk bergerak, bereksperimen, berlomba, berkomunikasi dan sebagainya. Dapat kita lihat betapa senangnya anak-anak bermain plastisin, mereka bergerak-gerak secara disadari atau tidak.

METODE PENELITIAN Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas. Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar meningkat. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) termasuk penelitian kualitatif sehingga sudah barang

(4)

95

|

Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang

tentu proses penelitiannya menggunakan metode penelitian deskriptif analitik, yang dilakukan subjektif dengan berdasarkan semata-mata atas fakta.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di RA Khoirul Ummah Klaling Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus, khususnya kelompok B tahun pelajaran 2012/2013.

Subyek Penelitian

Subyek yang akan diteliti adalah anak didik kelompok B RA Khoirul Ummah Klaling Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus yang berjumlah 22 (dua puluh dua) anak terdiri dari 12 (dua belas) anak laki-laki dan 10 (sepuluh) anak perempuan Tahun Pelajaran 2012/2013.

Data dan Sumber Data

Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang kreativitas anak dalam bermain plastisin dan kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran di kelas. Data penelitian itu dikumpulkan dari observasi dan penelitian langsung. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data sebagai metode untuk memperoleh data yang diperlukan, baik yang berhubungan dengan studi litelatur, maupun data yang dihasilkan dari data empiris. Dalam studi litelatur, peneliti menelaah buku-buku, karya tulis, karya ilmiah, maupun dokumen-dokumen yang berkaitan dengan tema penelitian selanjutnya dijadikan sebagai acuan dan alat utama bagi praktek penelitian lapangan.

Adapun data empiris peneliti menggunakan beberapa metode yaitu: a. Observasi

b. Dokumentasi c. Literatur

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pra Siklus

Tabel 1. Perolehan Nilai Pengayaan Pra Siklus

No Interval Kategori Frekuensi

1 81 – 100 Sangat baik 7 2 61 – 80 Baik 9 3 41 – 60 Cukup 4 4 21 – 40 Kurang 0 5 0 – 20 Sangat kurang 0 Jumlah 20 Keterangan :

(5)

96

|

Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang Siswa tuntas =

9

X 100 % = 45 20

Siswa tak tuntas =

11

X 100 % = 55 20

Diagram 1. Perolehan pengayaan pra siklus

Dilihat dari diagram 1 (satu) menunjukkan bahwa siswa yang masuk kategori sangat kurang 0, kategori kurang sejumlah 3 siswa, kategori cukup 7 siswa, kategori baik 3 siswa, dan kategori baik sekali 7 siswa.

Siklus I

Tabel 2. Perolehan Nilai Pengayaan Siklus I

No Interval Kategori Frekuensi

1 81 – 100 Sangat baik 9 2 61 – 80 Baik 3 3 41 – 60 Cukup 4 4 21 – 40 Kurang 1 5 0 – 20 Sangat kurang 0 Jumlah 20 Keterangan :

Jumlah siswa = 20 siswa

Siswa tuntas = 12 X 100 % = 60 20

Siswa tak tuntas = 8 X 100 % = 40 12

0

2

4

6

8

10

0 - 20 21 - 40 41- 60 61 - 80

81

-100

(6)

97

|

Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang

Diagram 2. Perolehan nilai pengayaan siklus I

Dilihat dari diagram 2 menunjukkan bahwa siswa yang masuk kategori sangat kurang 0, kategori kurang sejumlah 1 siswa, kategori cukup 4 siswa, kategori baik 3 siswa, dan kategori baik sekali 9 siswa.

Siklus II a. Rencana.

Pada pembelajaran siklus I, hasilnya belum maksimal, sehingga guru/penulis mengadakan perbaikan pembelajaran pada siklus II. Untuk itu kegiatan yang dilakukan adalah :

1) Proses pembelajaran dengan menggunakan menggunakan metode bermain Plastisin, supaya pembelajaran dapat tercapai.

2) Dalam penyampaian materi sudah mengunakan alat peraga yang sesuai, yang dapat meningkatkan kreativitas siswa.

3) Guru membmbing dan memotifasi siswa dalam menyimpulkan materi. 4) Untuk mengetahui hasil akhir, siswa diberi tes/soal-soal.

Dalam pembelajaran siklus II ini, diharapkan siswa dapat mencapai tingkat ketuntasan. Bila harapan tersebut tercapai guru tidak perlu mengadakan perbaikan lagi. Kalau ada anak yang belum tuntas diberi arahan dan bimbingan secara khusus.

b. Pengamatan.

Hasil temuan rekan sejawat selaku pengamat yang dicatat dilembar obserivasi yang terjadi selama proses pembelajaran adalah :

1) Guru sudah baik dalam menyampaikan materi, dengan bahasa yang tidak terlalu cepat dan sudah mengunakan model pembelajaran yang sesuai.

2) Guru sudah cukup baik dalam membimbing dan memotifasi anak, sehingga anak lebih bersemangat dan aktif dalam pembelajaran.

3) Penggunaan alat peraga sudah sesuai dan menarik.

4) Eivaluasi yang diberikan hasilnya sudah culup baik, banyak yang mencapai ketuntasan.

Dari hasil pengamatan diatas, hasil yang dicapai siswa sudah maksimal, karena siswa yang mencapai ketuntasan minimal ada 60%.

c. Refleksi.

0

2

4

6

8

10

0 20 21 40 41 60 61 80 81

-100

(7)

98

|

Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang

Dengan memperhatikan hasil pembelajaran kognitif, penulis melakukan refleksi diri. Dengan harapan hasil yang sudah dicapai pada siklus II sebagai acuan dalam materi-materi pembelajaran yang lain. Ada beberapa hal yang masih harus diperhatikan, yaitu

1) Memberi motifasi atau dorongan pada siswa agar percaya diri dalam memahami materi pembelajaran lebih ditingkatkan.

2) Dalam menggunakan metode seni rupa atau membentuk, lebih ditentukan pada teknik-teknik pembelajaran.

3) Dalam membimbing siswa untuk memahami materi pelajaran semaksimal mungkin. 4) Keberhasilan

Dalam proses pembelajaran dengan materi pokok meningkatkan kreativitas anak dengan menggunakan metode menggambar pada siklus II, banyak siswa yang mencapai ketuntasan. Hal ini membuktikan bahwa siswa sudah mencapai kemajuan. Keberhasilan ini dicapai karena :

1) Siswa sudah menguasai teknik-teknik dari model pembelajaran menggunakan metode seni rupa atau membentuk.

2) Siswa sudah dapat berfikir aktif dan kreatif dalam memahami materi pembelajaran. 3) Banyak siswa yang berminat dan senang dalam proses pembelajaran.

4) Kegagalan.

Pada pembelajaran siklus II ini diharapkan semua siswa mencapai tingkat ketuntasan, tapi ternyata ada 3 siswa dari 20 siswa yang belum tuntas.

Hal ini disebabkan oleh :

1) Ada 1 siswa yang belum tuntas karena malas masuk sekolah sehingga dia ketinggalan dalam pembelajaran.

2) Sedangkan yang 2 siswa memang kurang konsentrasi, dan sering gaduh dalam kelas, sehingga mereka tidak dapat memahami materi pokok.

Tabel 3. Perolehan Nilai Pengayaan Siklus II

No Interval Kategori Frekuensi

1 81 – 100 Sangat baik 5 2 61 – 80 Baik 12 3 41 – 60 Cukup 3 4 21 – 40 Kurang 0 5 0 – 20 Sangat kurang 0 Jumlah 20 Keterangan :

Jumlah siswa = 20 siswa

Siswa tuntas = 17 X 100 % = 85 20

(8)

99

|

Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang Siswa tak tuntas = 3 X 100 % = 15

12

Grafik 3. Perolehan nilai pengayaan siklus 2

Dilihat dari diagram 3 menunjukkan bahwa siswa yang masuk kategori sangat kurang 0, kategori kurang sejumlah 0 siswa, kategori cukup 3 siswa, kategori baik 12 siswa, dan kategori baik sekali 5 siswa.

Dari data-data di atas dapat dilihat peningkatan yang dicapai pada perbaikan pembelajaran sebagai berikut :

Tabel 7. Data Ketuntasan

NO SIKLUS KETUNTASAN (%)

1 Pra Siklus 45

2 I 60

3 II 80

Diagram 3. Ketuntasan Belajar

0

2

4

6

8

10

12

14

0 - 20 21 - 40 41- 60 61 - 80 81 - 100

45

60

80

0

20

40

60

80

100

PRA

SIKLUS

SIKLUS I

SIKLUS II

(9)

100

|

Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang

Dilihat dari diagram di atas dapat disimpulkan bahwa telah terjadi peningkatan kreativitas anak pada hasil belajar dengan “menggunakan Metode kreasi bentuk atau seni rupa”.

Pembahasan Dari Setiap Siklus

Proses perbaikan dalam penelitian yang dilaksanakan selama dua siklus telah menghasilkan temuan-temuan, yang selanjutnya perlu dibahas untuk mendapatkan kesimpulan terhadap penelitian yang di lakukan bersama teman sejawat, penulis mendiskusikan temuan-temuan berupa hasil pengamatan tingkah laku siswa, guru maupun hasil belajar, selama tiga siklus perbaikan pembelajaran sebagai berikut :

1.

Siklus pertama

Dari hasil pengamatan, tingkah laku siswa yang diharapkan sudah lebih baik dari pada pembelajaran awal, tetapi masih jauh dari yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari masih tingginya prosentase tingkah laku menyimpang selama proses perbaikan pembelajaran. Ternyata prosentase siswa yang melakukan tingkah laku menyimpang dalam pembelajaran lebih banyak dari pada persentase tingkah laku yang mendukung pembelajaran. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa siswa belum mempunyai motivasi terhadap pembelajaran.

Dari hasil pengamatan terhadap tingkah laku guru menunjukkan bahwa persentase kompetensi guru dalam mengelola proses pembelajaran tampak masih belum trampil. Guru masih kebingungan membagi perhatian antara menggunakan metode secara benar pada peningkatan hasil belajar, penguasaan materi, serta membangun suasana yang menyenangkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Wardani (1997) yang mengatakan bahwa guru perlu menguasai delapan (8) ketrampilan dasar mengajar, yaitu ketrampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan ivariasi menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, mengajar kelompok kecil dan perorangan.

Kegiatan eivaluasi dengan tes tertulis dilakukan baik pada saat proses pembelajaran berlangsung maupun pada hasil akhir pembelajaran. Dari data nilai yang di analisa ternyata siswa belum dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan. Hal ini menjadi pertimbangan penulis ternyata tingkah laku siswa dan guru mempunyai hubungan yang saling mempengarui terhadap hasil belajar.

2.

Siklus kedua

Berdasarkan pengamatan terhadap tingkah laku siswa, pada siklus ini telah terjadi perubahan yang diharapkan akan mendukung keberhasilan perbaikan pembelajaran. Ketika guru melakukan demonstrasi dengan alat-alat peraga mereka tertarik untuk mengikuti proses belajar, serta memudahkan siswa dalam memahami konsep-konsep pembelajaran.

Perubahan tingkah laku guru dari hasil pengamatan telah menunjukkan perubahan-perubahan yang diharapkan dapat mendukung keberhasilan perbaikan pembelajaran. Hal ini tidak lepas dari usaha guru dalam memperbaiki tingkah laku untuk menunjang keberhasilan proses

(10)

101

|

Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang

pembelajaran, antara lain melalui : menggambar, pemakaian alat peraga, gaya mengajar guru, maupun langkah-langkah menerapkan metode dengan benar.

Evaluasi yang dilakukan selama proses pembelajaran maupun pada akhir pembelajaran telah menunjukkan perubahan yang sangat meningkat. Nilai hasil belajar yang diperoleh siswa semakin tinggi, juga semakin banyak siswa yang mampu mencapai ketuntasan. Berdasarkan temuan masalah yang ditemukan oleh guru selama proses pembelajaran menggambar, dalam upaya meningkatkan kreativitas anak kurang berhasil. Oleh karena itu dalam menyampaikan materi berlangsung guru harus memperhatikan :

a. Teknik-teknik belajar yang tepat dan sesuai karakteristik siswa.

b. Fasilitas dan media yang dapat menunjang berhasilnya tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran. Hal tersebut diatas sesuai pendapat dari :

1) Colin Rose dan Malcom J. Nichol (2002) berpendapat bahwa apabila kita mempelajari teknik-teknik belajar yang tepat (eksak) sehingga menjadi gaya belajar personal maka kita akan belajar lebih alami (natural).

2) Miarso (1980) yang menyatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan anak didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa.

3) John Dewey menyatakan pembelajaran adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan oleh diri sendiri, maka insentif belajar harus muncul dari dirinya.

4) Utami Munandar (1987) menyatakan bahwa secara operasioanal kreatifitas adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan dan orisinalitas dalam berfikir, serta kemampuan untuk mengolaborasi (memperkaya, mengembangkan dan memerinci) sesuatu gagasan.

Kreativitas anak dalam pembelajaran melalui kegiatan bermain Plastisin berhasil meningkatkan prestasi anak. Hal ini terlihat dari pencapaian nilai dari per siklus. Nilai rata-rata klasikal pada pra Siklus hanya mencapai 45%, di siklus I 60% dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 80%. Untuk lebih jelasnya penulis gambarkan dalam grafik batang berdasarkan ketuntasan per siklus. Grafik ketuntasan belajar penulis sajikan di bawah ini.

Grafik 4. Ketuntasan per siklus

45

60

80

0

20

40

60

80

100

PRA

SIKLUS

SIKLUS I SIKLUS

II

(11)

102

|

Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang

Dengan melihat tabel di atas penulis merasa sudah berhasil membawa peningkatan hasil pembelajaran anak meskipun hasil belum mencapai maksimal. Karena hasil belajar anak rata-rata di atas SKH maka perbaikan pembelajaran diakhiri sampai siklus II.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah penulis laksanakan dan dari data-data yang telah terkumpul serta analisa mengenai Upaya Meningkatkan Kreativitas Anak Usia Dini melalui Kegiatan Bermain Plastisin di RA Khoirul Ummah Desa Klaling Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:

1. Menumbuhkan minat seni anak melalui bermain Plastisin di RA Khoirul Ummah Desa Klaling Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus Tahun Pelajaran 2012/2013 bisa diberikan kepada peserta didik.

2. Keberhasilan belajar anak dalam hal menumbuhkan minat seni anak melalui bermain Plastisin di RA Khoirul Ummah Desa Klaling Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus Tahun Pelajaran 2012/2013 mengalami kemajuan dan peningkatan dengan menggunakan media melukis.

DAFTAR PUSTAKA

B.E.F. Montolalu, dkk.2008. Bermain dan Permainan Anak. Universitas Terbuka : Jakarta.

IGAK Wardhani, Kuswaya Wihardit.2010. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka: Jakarta.

Joan Freeman dan Utami Munandar. 1996. Cerdas dan Cemerlang:Kiat Menemukan dan Mengembangkan Bakat Anak. PT. Gramedia: Jakarta.

Masitoh, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran TK. Universitas Terbuka: Jakarta.

Moleong. Laxy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosda karya: Bandung. Muhammad. 2008. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Sri Palupi. 2010. Modul Metode Pengembangan Pembelajaran Pengetahuan Sosial Anak Usia Dini. IKIP Veteran Semarang.

Suharsimi Arikunto.1992. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Rineka Cipta: Jakarta. S. Margono. 2000. Metodologi Pendidikan. Rineka Cipta: Jakarta.

Widia Pekerti, dkk. 2008. Metode Pengembangan Seni. Universitas Terbuka: Jakarta. Zainal Aqib, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. CV. YRama Widya: Bandung.

Gambar

Tabel 1. Perolehan Nilai Pengayaan Pra Siklus  No  Interval  Kategori  Frekuensi
Tabel 2. Perolehan Nilai Pengayaan Siklus I
Diagram 2. Perolehan nilai pengayaan siklus I
Tabel  3. Perolehan Nilai Pengayaan Siklus II  No  Interval  Kategori  Frekuensi
+3

Referensi

Dokumen terkait

Rekomendasi berdasarkan penelitian ini, kepada guru agar menggunakan metode yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik anak, penerapan bermain lego merupakan

Kreativitas Melalui Metode Bermain Plastisin Pada Anak Didik Kelompok. B Di TK Aisyiyah XI Saren Kalijambe Sragen Tahun

Tujuan masalah ini adalah untuk meningkatkan kreativitas anak. melalui bermain plastisin warna di TK Pembina El Yaomy

Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Perencanaan pembelajaran menggunakan metode bermain peran?, 2) Pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode

Menurut Dewi, (2017) media pembelajaran adalah perantara atau alat yang digunakan pendidik dalam proses pembelajaran untuk membantu penyampaian pesan

Penilaian dalam penelitian ini menggunakan rubrik yang membuat indikator dan kriterianya dengan skor mulai dari 1-4 pada masing-masing indikatornya pada bermain

itu kotor dan tidak penting. 3) Dalam proses pembelajaran, penyampaian guru kurang menarik. Adapun kegiatan bermain mengecap dengan media bahan alam menunjukkan bahwa anak

Kartini, & Sujarwo, Penggunaan media pembelajaran plastisin untuk meningkatkan kreativitas anak usia, JPPM Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, Vol.. Khamim Zarkasih Putro,