• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOBALT (Co) Pendahuluan Karakteristik Kobalt

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KOBALT (Co) Pendahuluan Karakteristik Kobalt"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

KOBALT (Co) Pendahuluan

Logam kobalt baru digunakan pada abad 20 namun bijih kobalt sesungguhnya telah digunakan ribuan tahun sebelumnya sebagai pewarna biru pada gelas maupun berbagai perkakas dapur. Sumber waarna biru pada kobalt dikenali pertama kali oleh G.Brand pada tahun 1735 yang mengisolasi logam tak murni yang diberi nama cobalt rex. Pada tahun 1780, T.O. Bergman menunjukkan bahwa cobalt rex adalah unsur baru yang kemudian diberi nama turunan dari kata kobold yang artinya globin atau roh hantu. Pada tahun 1803, rodium dan iridium ditemukan dalam residu hitam yang tertinggal ketika bijih platina kasar dilarutkan dalam air raja.

Karakteristik Kobalt

Karakteristik dari kobalt adalah, sebagai berikut :

• Karakteristik Keterangan : M2+(aq) + 2e- → M

• Lambang, nomor atom : Co, 27

• Massa atom : 58,93

• Konfigurasi elektron : [Ar] 3d7 4s2

• Densitas (g/cc) : 8,8

• Titik leleh (0C) : 1493

• Titik didih (0C) : 3520

• Jari-jari atom (Å) : 1,16

(2)

• Potensial elektron (E0, V) : - 0,28 Sifat Fisis Kobalt

Sifat fisis dari kobalt adalah, sebagai berikut :

• Logam yang berwarna: sedikit berkilauan, metalik, keabu-abuan

• Merupakan suatu unsur dengan sifat rapuh agak keras

• Mengandung metal

• Kaya sifat magnetis

• Melebur pada suhu 1490oC dan mendidih pada suhu 3520oC

• Memiliki 7 tingkat oksidasi yaitu -1, 0, +1, +2, +3, +4 dan +5 Sifat Kimia Kobalt

Sifat kimia dari kobalt adalah, sebagai berikut :

• Mudah larut dalam asam – asam mineral encer

• Kurang reaktif

• Dapat membentuk senyawa kompleks

• Dalam larutan air, terdapat sebagai ion Co2+ yang berwarna merah

• Senyawa – senyawa Co(II) yang tak terhidrat atau tak terdisosiasi berwarna biru.

• Ion Co3+ tidak stabil, tetapi kompleks – kompleksnya stabil baik dalam bentuk larutan maupun padatan.

Keberadaan

Sebagian besar keberadaan Cobalt di Bumi berada dalam intinya. Keberadaan Cobalt di Buni realatif rendah pada kerak Bumi dan perairan alami, dimana Cobalt sebagai endapan yang sangat tidak larut yang disebut Cobalt Sulfide (CoS). Di dalam perairan Cobalt dibutuhkan oleh alga biru (cyanobacteria) dan organisme pengfiksasi nitrogen yang lain. Cobalt tidak ditemukan sebagai logam bebas dan pada umumnya ditemukan dalam bentuk bijih. Biasanya Cobalt tidak ditambang secara khusus, namun cenderung sebagai produk samping dari aktivitas pertambangan Nikel dan Tembaga. Bijih-bijih utama dari Cobalt adalah cobaltite, erythrite, glaucodot and skutterudite.

(3)

SENYAWAAN KOBALT

A. OKSIDA

Kobalt (II) oksida merupakan senyawa berwarna hijau buah zaitun hijau, penampilan: padat dari kristal/jernih , mempunyai titik-lebur: 1830 °C, kepadatan: 6400 kg m-3 unsur angka-angka oksidasi dan Analisa dibuat melalui pemanasan logam, cobalt karbonat, atau nitrat pada suhu 1100oC. Kobalt(II)oksida mempunyai struktur NaCl. Pada pemanasan 400 – 500oC dalam udara dihasilkan senyawa Co3O4. beberapa oksida lain yang dikenal antara lain Co2O3, CoO2 dan oksokobalttat (II) merah Na10[Co4O9].

B. HALIDA

Halida anhidrat CoX2 dapat dibuat dengan dehidrasi dari hidrat halida dan untuk CoF2 dibuat dengan mereaksikan antara HF dengan CoCl2. Halida klor berwarna biru terang. Reaksi dari flourida atau senyawaan flourinasi lain pada cobalt halida pada temperatur 300 – 400oC menghasilkan Kobalt(III)flourida yang merupakan senyawa berwarna coklat gelap yang umumnya digunakan sebagai zat flourinasi. Kobalt(III)flourida dapat direduksi oleh air.

C. SULFIDA

Warna hitam, titik-lebur: 1182 °C, kepadatan: 5450 kg m-3, unsur angka-angka oksidasi dan AnalisaDibentuk dari larutan Co2+ yang direaksikan dengan H2S membentuk endapan CoS berwarna hitam.

D. GARAM

Bentuk garam kobalt(II) yang paling sederhana dan merupakan garam hidrat. Semua garam hidrat cobalt berwarna merah atau pink dari ion [Co(H2O)6]2+ yang merupakan ions terkoordinasi oktahedral. Penambahan ion hidroksida pada larutan Co2+ menghasilkan kobalt(II) hidroksida yang berwarna pink atau biru tergantung kondisinya. Hanya yang berwarna pink yang merupakan bentuk paling stabil. Kobalt(II) hidroksida bersifat amphotir bila dilarutkan dalam hidroksida pekat membentuk larutan

(4)

berwarna biru yang mengandung ion [Co(OH)4]2+. Bentuk garam Kobalt(III) sangat sedikit, garam flourida hidrat berwarna hijau CoF3.5H2O dan hidrat sulfat berwarna biru Co2(SO4)3.18H2O dapat dipisahkan pada oksidasi elektrofilik dari Co2+ dalam larutan 40% HF dan H

2SO4 8M. Kompleks Kobalt(II)

Pelarutan Co, atau hidroksida aatu karbonat dalam suasana asam encer memberikan ion akuo merah jambu [Co(H2O)6]2+ yang membentuk banyak garam terhidrasi. Penambahan OH- kepada Co2+ menghasilkan hidroksida yang mungkin berwarna biru atau merah jambu bergantung pada kondisi, ia larut sebagai amfoter lemah dalam OH- yang sangat pekat menghasilkan larutan biru yang mengandung ion [Co(OH)4]2- .

Kompleks Co(II) yang paling umum mungkin oktahedral atau tetrahedral. Hanya terdapat sedikit perbedaan dalam kestabilan, dan kedua jenis dengan ligan yang sama, mungkin berada dalam kesetimbangan. Jadi untuk air, terdapat konsentrasi ion tetrahedral yang sangat sedikit namun terbatas

[Co(H2O)6]2+ [Co(H2O)4]2+ + 2H2O

Penambahan Cl- berlebih kepada larutan merah jambu dari ion akuo mudah menghasilkan spesies tetrahedral biru

[Co(H2O)6]2+ + 4Cl-  [CoCl4]2- + 6H2O

Kompleks tetrahedral CoX42- dibentuk dengan ion-ion halida, pseudohalida, dan OH-. Kobalt(II) membentuk kompleks tetrahedral lebih mudah daripada ion-ion logam transisi yang manapun. Co2+ adalah satu-satunya ion d7 yang umum terdapat.

Kompleks Kobalt(III)

Tanpa adanya zat pengompleks, oksidasi [Co(H2O)6]2+ sangat tidak disenangi dan Co3+ direduksi oleh air. Meskipun demikian, oksidasi elektrolitik atau oksidasi O3 larutan asam dingin Co(ClO4)2 menghasilkan ion akuo, [Co(H2O)6]3+ dalam kesetimbangan dengan [Co(OH)(H2O)5]2+. Pada O0 C, waktu paruh ion diamagnetik adalah sekitar sebulan. Dengan adanya zat pengompleks, seperti NH3 kestabilan Co(III) diperbaiki.

(5)

Dengan adanya ion OH-, kobalt(III) hidroksida mudah dioksidasi oleh udara menjadi hidrat oksida berwarna hitam.

CoO(OH)(s) + H2O + e = Co(OH)2(s) + OH- E0=0,17V Reaksi-reaksi Pada Unsur Kobalt

Kobalt mudah melarut dalam asam-asam mineral encer. Pelarutan dalam asam nitrat disertai dengan pembentukkan nitrogen oksida, reaksi yang terjadi adalah :

Co + 2H+  Co2+ + H

2 (Vogel, 1990)

3Co + 2HNO3 + 6H+  3Co2+ + 2NO + 4H2O (Vogel, 1990) Dalam pelarut air, kobalt secara normal terdapat sebagai ion kobalt (II). Senyawa-senyawa kobalt (II) yang tidak terhidrat berwarna biru.

Kobalt merupakan salah satu logam unsur transisi dengan konfigurasi elektron 3d7 yang dapat membentuk kompleks. Kobalt yang relatif stabil berada sebagai Co(II) ataupun Co(III). Namun dalam senyawa sederhana Co, Co(II) lebih stabil dari Co(III). Ion – ion Co2+ dan ion terhidrasi [Co(H2O)6]2+ stabil di air. Kompleks kobalt dimungkinkan dapat terbentuk dengan berbagai macam ligan, diantaranya sulfadiazin dan sulfamerazin. Sulfadiazin dan sulfamerazin merupakan ligan yang sering digunakan untuk obat antibakteri. Keduanya merupakan turunan dari sulfonamid yang penggunaannya secara luas untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram-positif dan Gram-negatif tertentu, beberapa jamur, dan protozoa.

Terbentuknya kompleks Zn(II) - sulfadiazin dimana sulfadiazin terkoordinasi secara bidentat terhadap atom pusat Zn2+ melalui atom NH sekunder dan N tersier. Terbentuknya kompleks Cu(II)-sulfadiazin dan Cu(II)-sulfamerazin dimana sulfadiazin terkoordinasi secara bidentat melalui NH sekunder dan N tersier dan sulfamerazin terkoordinasi secara monodentat pada ion pusat Cu2+ melalui NH

2 primer. Kompleks Hg(II)-sulfadiazin dan Hg(II)-sulfamerazin telah berhasil disintetis oleh Hossain, Amoroso, Banu, Malik (2006) dengan sulfadiazin terkoordinasi secara tridentat melalui N sekunder dan N tersier dan sulfamerazin terkoordinasi secara bidentat melalui NH sekunder dan N tersier pada ion pusat Hg2.

(6)

Dengan Co2+, sulfadiazin dan sulfamerazin dimungkinkan dapat terkoordinasi secara monodentat melalui NH2 primer maupun bidentat melalui NH sekunder dan N tersier.

Dalam larutan air dari senyawa-senyawa kobalt(II), terdapat ion Co2+ yang merah. Senyawa-senyawa kobalt(II) yang tak berhidrat atau tak berdisosiasi, berwarna biru. Jika disosiasi dari senyawa kobalt ditekan, arna larutan berangsur-angsur berubah menjadi biru.

Ion kobalt(III), Co3+ tidak stabil, tetapi kompleks-kompleksnya stabil, baik dalam larutan maupun dalam bentuk kering. Kompleks-kompleks kobalt(II) dapat dioksidasikan dengan mudah menjadi kompleks-kompleks kobalt(III).

Reaksi-reaksi umum yang terjadi pada ion kobalt diantaranya: a. Reaksi dengan larutan natrium hidroksida dalam keadaan dingin

dihasilkan endapan suatu garam basa berwarna biru: Co2+ + OH- + NO3- Co(OH)NO3

Pada pemanasan dengan alkali berlebihan (atau kadang-kadang hanya dengan menambahkan regensia berlebihan), garam basa diubah menjadi endapan kobalt(II) hidroksida yang berwarna merah jambu:

Co(OH)NO3 + OH- Co(OH)2 + NO3 -Tetapi sedikit endapan melarut ke dalam larutan.

Hidroksida ini perlahan-lahan berubah menjadi kobalt(III) hidroksi yang hitam kecoklatan, ketika terbuka terhadap udara:

4Co(OH)2 + O2 + 2 H2O 4Co(OH)3

Perubahan akan terjadi dengan lebih cepat jika ditambahkan suatu pengoksidasi seperti natrium hipoklorit atau hidrogen peroksida: 2Co(OH)2 + H2O2 2Co(OH)3

2Co(OH)2 + OCl- + H2O 2Co(OH)3 + Cl

-Endapan kobalt(II) hidroksida mudah larut dalam amonia atau larutan garam-garam amonium pekat, asalkan cairan induk bersifat basa:

(7)

-Co(OH)2 + 6NH4+ [Co(NH3)6]2+ + 6H2O

Larutan ion heksaaminakobaltat(II) yang coklat kekuningan perlahan-lahan berubah menjadi merah kecoklatan jika terkena udara, hidrogen peroksida lebih cepat mengoksidasikan ion kompleks itu menjadi ion heksaaminakobaltat(III):

4[Co(NH3)6]2+ + O2 + 2H2O 4[Co(NH3)]3+ + 4OH -4[Co(NH3)6]2+ + H2O2 2[Co(NH3)]3+ 2OH

-Bila ada serta garam-garam amonium, alkali hidroksida sama sekali. Demikian pula halnya jika larutan mengandung sitrat atau tartat. b. Reaksi dengan larutan amonia, jika terdapat garam-garam amonium,

dan sedikit amonia maka akan mengendapkan garam basa: Co2+ + NH3 + H2O + NO3-  Co (OH)NO3  + NH4+

Kelebihan reagenisa melarutkan endapan, pada mana ion-ion heksaaminokobalt(II) terbentuk :

Co(OH)NO3  + 6NH3  [Co(NH3)6]2+ + NO3- + OH

-Pengendapan garam basa tak terjadi sama sekali jika ada serta ion ammonium dalam jumlah yang lebih banyak, melainkan kompleks tersebut akan terbentuk dalam satu tahap. Pada kondisi-kondisi demikian, kesetimbangan

Co2+ + 6NH

4 +  [Co(NH3)6]2+ + 6H+

Bergeser kea rah kanan karena pengikatan ion hydrogen oleh ammonia :

H+ + NH3  NH4+

Ciri-ciri dari endapan dan kompleks ini adalah identik dengan yang diuraikan di bawah reaksi 1

c. Reaksi dengan amonum sulfida, dihasilkan endapan hitam kobalt(II) sulfida dari larutan netral atau basa:

Co2+ + S2-  CoS

Endapan tak larut dalam asam klorida encer atau asam asetat (meskipun tak terjadi endapan dari larutan-larutan demikian). Asam nitrat pekat, panas, atau air raja, melarutkan endapan, sementara belerang putih tetap tertinggal :

(8)

3CoS + 2HNO3 + 6H+  3Co2+ + 3S + 2NO + 4H2O CoS + HNO3 + 3HCl  Co2+ + 3S + NOCl + 2Cl- + 2H2O

Pada pemanasan lebih lama, campuran menjadi jernih karena belerang teroksidasi menjadi sulfat :

S + HNO3  SO42- + 2H+ + 2NO

S + 3HNO3 + 9HCl  SO42- + 6Cl- + 3NOCl + 8H+ + 2H2O

d. Reaksi dengan kalium sianida, dihasilkan endapan coklat kemerahan kobalt(II) sianida:

Co2+ + 2CN-  Co(CN) 2

Endapan melarut dalam reagenesia berlebihan, terbentuk larutan coklat heksasianokobalt(II) :

Co(CN)2 + 4CN-  [Co(CN)6]

4-Dengan mengasamkan dalam keadaan dingin dengan asam klorida encer, endapan muncul lagi :

[Co(CN)6]4- + 4H+  Co(CN)2 + 4HCN

Eksperimen ini harus dikerjakan dalam kamar asam dengan ventilasi yang baik.

Jika larutan coklat dididihkan lebih lama dalam udara, atau jika ditambahkan sedikit hidrogen peroksida dan larutan dipanaskan, larutan akan berubah menjadi kuning karena terbentuk ion heksasiaonokobalt (III) :

4[Co(CN)6]4- + O2 + 2H2O  4[Co(CN)6]3- + 4OH -2[Co(CN)6]4- + H2O2  2[Co(CN)6]3- + 2OH

-e. Reaksi dengan ammonium nitrit, dihasilkan endapan kuning kalium heksanitritokobaltat(III) K3[Co(NO2)6]3H2O:

Co2+ + 7NO2- + 2H+ + 2K+  K

3[Co(NO2)6] + NO + H2O (a)

Reaksi ini berlangsung dalam dua tahap. Mula-mula, nitrit mengoksidasikan kobalt (II) menjadi kobalt (III) :

(9)

Co2+ + 7NO2- + 2H+  Co3+ + NO + H 2O (b)

Lalu ion kobalt (III) bereaksi dengan ion nitrit dan kalium : Co3+ + 6NO2- + 3K+  K3[Co(NO2)6] (c)

Menjumlahkan reaksi-reaksi (b) dan (c), akan kita peroleh reaksi (a). Uji ini dapat dilakukan dengan sangat mudah seperti berikut : kepada larutan netral kobalt (III) tambahkan asam asetat, lalu larutan jenuh kalium nitrit yang baru saja dibuat. Jika konsentrasi kobalt (II) dalam larutan uji cukup tinggi, endapan muncul dengan segera. Jika tidak cukup tiggi, campuran harus dipanaskan sedikit, atau dinding bejana harus digisok-gosok dengan batang kaca.

Reaksi ini juga khas untuk ion-ion kalium dan nitrit. Ion nikel tak bereaksi jika ada serta asam asetat.

Reaksi Pembentukan Senyawa Kompleks dari ion kobalt(II) dalam larutan

Ion yang paling sederhana dalam bentuk kobal dalam larutan adalah ion berwarna merah muda heksaaquokobal(II) – [Co(H2O)6]2+. Reaksi ion heksaaquokobal(II) dengan ion hidroksida

Ion hidroksida (dari, katakanlah, larutan natrium hidroksida) dapat menghilangkan ion hidrogen dari ligan air dan kemudian melekat ke ion kobal. Setelah ion hidrogen dihilangkan dari dua molekul air, akan diperoleh kompleks tidak bermuatan–kompleks netral. Kompleks ini tidak larut dalam air dan terbentuk endapan.

[Co(H2O)6]2+ + 2OH-  [Co(H2O)4(OH)2] + 2H2O Dalam tabung reaksi, perubahan warna yang terjadi adalah:

Larutan NAOH

[Co(H2O)6]2+ [Co(H

2O)4(OH)2 ]

(10)

Reaksi-reaksi ion heksaaquokobalt(II) dengan larutan amonia

Amonia dapat berperan sebagai basa maupun ligan. Dengan jumlah kecil amonia, ion hidrogen ditarik ion heksaaquo dengan tepat seperti pada kasus perubahan ion hidroksida menjadi kompleks netral.

[Co(H2O)6]2+ + 2NH3  [Co(H2O)4(OH)2] + 2NH4+

Endapan tersebut melarut jika kamu menambahkan amonia berlebih. Amonia menggantikan air sebagai ligan untuk menghasilkan ion heksaaminkobal(II).

[Co(H2O)6]2+ + 6NH3  [Co(NH3)6]2+ + 6H2O Perubahan warna yang terjadi adalah:

Kompleks heksaaminkobal(II) sangat mudah teroksidasi menjadi kompleks kobal(III) yang bersesuaian. Pada tabung reaksi kompleks ini terlihat berubah gelap dengan cepat sampai larutan menjadi merah-coklat tua.

Pada faktanya ion heksaaminkobal(II) berwarna kuning. Apa yang dilihat adalah campuran dari ion ini dengan berbagai ion kobal(III) lain yang melibatkan reaksi pertukaran ligan antara molekul air dengan ion negatif yang terdapat dalam larutan.

Oksidasi ion heksaaquokobal(II) yang lain Amonia Bertindak Sebagai Basa Reaksi Pertikaran LIgan Oksidasi Amonia dalam jumlah kecil Kelebihan Amonia

[Co(H2O)6]2+ [Co(H2O)4(OH)2

]+ [Co(NH3)6]2+

(11)

Daripada mengandalkan oksidasi dengan menggunakan udara, kamu dapat menambahkan agen pengoksidasi seperti hidrogen peroksida. Kita dapat melakukan ini setelah penambahan amonia seperti pada kasus yang terakhir, atau dengan diikuti penambahan larutan natrium hidroksida.

Dengan larutan amonia dan hidrogen peroksida

Reaksi dengan larutan amonia diikuti pembentukan hidrogen peroksida yang berwarna larutan coklat-merah tua seperti sebelumnya – hanya lebih cepat. Persamaan untuk oksidasi kompleks amin adalah:

2Co(NH3)62+ + H2O2  2Co(NH3)63+ + 2OH

-Dengan larutan natrium hidroksida dan hidrogen peroksida

Endapan dapat diperoleh dengan bermacam-macam warna dari kompleks kobal(II) hidroksida ketika ditambahkan larutan natrium hidroksida. Penambahan hidrogen peroksida menghasilkan banyak gelembung oksigen dan endapan coklat tua.

Endapan yang terakhir mengandung kobal dalam tingkat oksidasi +3. Reaksi ion heksaaquokobal(II) dengan ion karbonat

Endapan kobal(II) karbonat dapat diperoleh dengan mudah : Co2+

(aq) + CO32-(aq)  CoCO3(s) Larutan NaOH H 2O2 [Co(H2O)6]2+ [Co(H2O)4(OH)2] + Endapan Coklat Gelap

[Co(H2O)6]2+ CO3

2-(aq)

(12)

Reaksi pertukaran ligan yang melibatkan ion klorida

Jika ditambahkan asam klorida pekat ke dalam larutan yang mengandung ion heksaqauakobal(I), larutan berubah warna dari merah muda menjadi biru. Enam molekul air digantikan oleh empat ion klorida.

Reaksi yang terjadi berlangsung reversibel.

[Co(H2O)6]2+ + 4Cl- [CoCl4]2- + 6 H2O

Jika ditambahkan air ke dalam larutan yang berwarna biru, maka larutan tersebut kembali berwarna merah muda.

KEGUNAAN COBALT

1. Dapat dicampur dengan besi, nikel dan batang-batang rel lain untuk membuat Alnico, suatu campuran logam memiliki kekuatan magnetis yang banyak digunakan mesin jet dan turbin gas mesin/motor.

2. Digunakan sebagai bahan baja tahan-karat dan baja magnit.

3. Digunakan di dalam campuran logamuntuk turbin gas generator dan turbin pancaran.

4. Digunakan di dalam menyepuh listrik oleh karena penampilannya, kekerasan, dan perlawanan ke oksidasi.

5. Digunakan untuk produksi warna biru permanen dan brilian untuk porselin, gelas/kaca, serta barang tembikar, pekerjaan ubin, dan email.

[Co(H2O)6]2+ [CoCl 4]

2-HCl Pekat

(13)

Gelas biru kobalt

6. Cobalt-60, merupakan artifical isotop, dimana sebagai suatu sumber sinar penting, dan secara ekstensif digunakan sebagai suatu pengusut serta agen radioterapi. Sumber 60Co yang Ringkas dan mudah.

7. Digunakan sebagai campuran pigmen cat.

Kobal-60, adalah isotop buatan, sebagai sumber sinar gamma yang penting dan digunakan secaara luas sebagai zat pencari jejak dan zat radioterapi.

Sinar gamma yang digunakan dalam proses sterilisasi jaringan biologi seperti bone graft merupakan radiasi elektromagnetik berenergi tinggi, tidak bermuatan, dan tidak bermassa.

Menurut peneliti jaringan tulang dari Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Minl Abbas, radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang sangat pendek itu dipancarkan oleh inti atom tidak stabil yang bersifat radioaktif, yaitu Cobalt-60.

Pada 1735, seorang ilmuwan Swedia, George Brandt, menunjukkan bahwa warna biru pada kaca berwarna disebabkan adanya unsur baru bernama cobalt. Sedangkan radioaktif Cobalt-60 ditemukan oleh Glenn T Seaborg dan Fohn livingood dari University of California Berkeley pada akhir 1930-an.

Dampak positif :

Cobalt-60 digunakan dalam berbagai aplikasi di bidang kesehatan, pertanian, maupun pangan. Hal itu dimungkinkan karena Cobalt-60 dapat memancarkan sinar gamma yang mampu membunuh virus, bakteri, dan mikroorganisme patogen lainnya tanpa merusak produk.

(14)

Misalnya, di bidang kesehatan, Cobalt-60 digunakan untuk mengiradiasi sel kanker. Dengan dosis radiasi tertentu yang terkendali, maka sel kanker akan terbunuh, sedangkan sel normal tidak akan terpengaruh dan akan bertahan terhadap radiasi.

Dampak negatif :

orang yang mengoperasikannya berisiko terkontaminasi. Selain itu, masyarakat yang tinggal di sekitar pembangkit listrik tenaga nuklir juga sangat rentan terkontaminasi zat-zat radioaktif apabila ada kebocoran atau tumpahan ketika reaksi nuklir berlangsung.

Meskipun jarang terjadi, Cobalt-60 bisa saja bercampur dengan makanan atau air sehingga ikut masuk ke dalam tubuh manusia. Tidak hanya itu, Cobalt-60 yang bercampur dengan debu bisa pula terhirup dan menyusup ke tubuh manusia sehingga menyebabkan kanker.

Penanggulangan :

Untuk mengurangi risiko terkena dampak negatif dari penggunaan Cobalt-60, bagi orang-orang yang pekerjaannya bersinggungan dengan radiasi Cobalt disarankan untuk melakukan cek kesehatan secara rutin. Beberapa tes laboratorium dapat mengukur jumlah Cobalt-60 dalam air seni, bahkan pada tingkat yang sangat rendah.

Saat ini juga ditemukan sebuah teknik whole-body counting (menghitug secara keseluruhan dalam tubuh) yang dapat mendeteksi sinar gamma yang dipancarkan Cobalt-60 dalam tubuh. Bahkan, ada pula alat-alat ponabel yang dapat langsung mengukur Cobalt-60 pada kulit atau rambut. awm/L-2

(15)

 Penjelasan dari video yang kami tampilkan tentang : Pemurnian Cobalt dari Cobaltclorite.

Pada video ini pertama-tama harus dibuat larutan yang bersifat asam dengan menambahkan HCl dalam air. Selanjutnya, ditambahkan beberapa potongan lembar kecil-kecil karbon dalam larutan tersebut, untuk mengontrol temperatur reaksi yang akan terjadi yaitu antara Cobalt dan HCl (aq) dimana reaksi ini akan menimbulkan panas, sehingga perlu ditambahkan karbon untuk menyerap panas (kalor) yang dihasilkan dari reaksi ini. Karbon juga berfungsi untuk mereduksi cobalt menjadi tempaga-kobalt alloy. Kemudian, ditambahkan logam campur (alloy) cobalt . Setelah didiamkan 5 menit, terbentuk kompleks yang berwarna merah muda ( pink ) terang , yang merupakan kompleks [Co(H2O)6]2+ .

Sekarang larutan kompleks tersebut belum jelas akan membentuk warna apa, diharuskan adanya perubahan yang bergantung pada apakah kompleks tersebut berada dalam larutan asam atau berada pada pada larutan netral (air). Ketika kompleks tersebut dalam larutan netral (air) maka akan terbentuk warna merah muda yang sangat tajam (terang), tetapi ketika ditambahkan HCl ke dalam larutan, maka warna larutan kompleks ini akan berubah menjadi warna biru gelap. Kemudian ditambahkan HCl ke dalam larutan dan terbentuklah warna biru gelap.

[Co(H2O)6]2+ + 4Cl- [CoCl4]2- + 6 H2O

Kemudian, disaring larutan kompleks Cobalt Chloride dan didapatkan filtrat. Dicuci kompleks Cobalt Chloride yang tersisa pada kertas saring dengan air untuk melarutkan apabila masih tersisa Cobalt Chloride dalam larutan tersebut. Ditambahkan aluminimum foil ke dalam larutan kompleks Cobalt Chloride yang berfungsi sebagai oksidator. Ketika aluminium foil ditambahkan, maka banyak timbul gelembung-gelembung gas. Reaksi ini berlangsung dengan menghasilkan banyak panas dan gas-gas.

Kemudian, dibiarkan dalam waktu beberapa hari dan akan didapatkan produk akhir melaui tahap penyaringan kembali. Setelah disaring, filtrat yang didapatkan berupa larutan yang warnanaya kini kembali menjadi merah. Residu yang berada dalam kertas saring merupakan tembaga yang terlapisi

(16)

dengan karbon yang telah kering yang berasal dari pelapisan karbon untuk membentuk alloy tembaga-kobalt. Filtrat yang berwarna merah tadi disaring kembali kemudian dikeringkan dan didapatkan serbuk halus Logam Kobalt.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Lee, JD. 1994. Concise Inorganic Chemistry. Madras : Chapman and Hall

Cotton, F Albert. 1990. Chemical Application Of Group Theory. Singapore : John Wiley and Sons

Svehla, G. 1998. Qualitative Inorganic Chemistry. India : Thomson Press

Saito, Taro. 1996. Buku Teks Online Kimia Anorganik. Iwanami Publishing Company

(18)

DRAF PROPOSAL

MATA KULIAH METODOLOGI PENELITIAN

Disusun oleh :

Loita Datu Nindita

(093234018)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN KIMIA

2011

Referensi

Dokumen terkait

Klausul ini dikembangkan untuk membantu membuat manajer menyadari pentingnya keamanan informasi dalam proses bisnis dan keamanan yang harus termasuk dalam tahap

Untuk konteks pulau Madura, sejumlah pondok Pesantren yang berada di kawasan Sumenep dianggap sebagai salah satu pondok pesantren dengan prestasi dan kharisma

1 This study was conducted to determine the prevalence of UI and to identify the most common type of UI in women aged 20–59 years in community

penyelesaian masalah yang lebih berorientasi dan kompleks, terutama untuk masalah analisis mengacu pada konsep belajar atau formula. Selain itu, mahasiswa

Pada kasus tersebut adanya itikad buruk dari Elfyani dimana, Elfyani menyatakan bahwa Sertifikat yang dimilikinya berdasarkan Akta Jual Beli bukan dengan jalan hibah,

GBKP saat ini memiliki 22 klasis tersebar di beberapa daerah di Indonesia khususnya di Tanah Karo. GBKP bukanlah satu-satunya Gereja diantara orang suku Karo serta masyarakat

- Fokus pada kinerja pada beberapa proses kritis membutuhkan kerja sama tim (teamwork) dan pembelajaran. Pengukuran OCR dapat diartikan sebagai pemetaan kesiapan budaya,

Adapun hasil yang diharapkan adalah telah mampu memahami arsitektur mikroprosesor MIPS32® dengan datapath eksekusinya, instruction set MIPS32®, membuat program sederhana dengan