• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN FAKTOR KEJADIAN BAYI BARU LAHIR DENGAN CAPUT SUCCEDANEUM DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN PERIODE 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN FAKTOR KEJADIAN BAYI BARU LAHIR DENGAN CAPUT SUCCEDANEUM DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN PERIODE 2018"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Kebidanan Flora Vol. 11 (2) Juni 2018 e-ISSN:2089-4252

GAMBARAN FAKTOR KEJADIAN BAYI BARU LAHIR DENGAN

CAPUT SUCCEDANEUM DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

PERIODE 2018

Tisnilawati*

Surel : niyar140503@gmail.com

Enni Yusriani*

Surel : enniyusriani75@gmail.com

*Akademi Kebidanan Indah Medan, Sumatera Utara, Indonesia

Abstract: The infant mortality rate due to infection caused by Caput Succedaneum according to WHO in 2012 was 0.06% of the 4 million babies who died within 30 days (advanced neonatal) (WHO, 2012). Meanwhile, in Indonesia, the infant mortality rate due to Caput Succedaneum infection in 2012 was 11% of 35 per 1000 live births. The purpose of this study was to describe the incidence factors of newborns with caput succedaneum in dr. Pirngadi Medan period 2018. This research is descriptive. The sample in this study was taken from a total population of 72 cases, data collection using secondary data from medical colleagues at Dr. Pirngadi Medan Period 2018, and data analysis is presented based on frequency distribution and discussed with existing theories and literature studies. From the results of the study, there were 72 cases in newborns with caput succedaneum, most were found in maternal factors in 39 cases (54.16%) and the least was found in fetal factors as many as 22 cases (30.55%), while in Vacuum Extraction. 11 cases (15.27%) were found. From the results of the research on cases of newborns with Caput Succedaneum based on maternal factors, most were found in Old Labor, namely 23 cases (58.97%). For this reason, it is hoped that the RS. dr. Pirngadi Medan improves the handling of newborns so that there is no Caput Succadaneum.

Keywords: Incidence of Newborns, Caput Succedaneum

Abstrak: Angka kematian bayi akibat infeksi yang disebabkan oleh Caput Succedaneum menurut WHO tahun 2012 sebesar 0,06% dari 4 juta bayi yang meninggal dalam usia 30 hari (neonatal lanjut) (WHO, 2012). Sedangkan di Indonesia angka kematian bayi akibat infeksi Caput Succedaneum pada tahun 2012 sebesar 11% dari 35 per 1000 kelahiran hidup. Tujuan Penelitian ini Untuk mengetahui gambaran faktor kejadian bayi baru lahir dengan caput succedaneum di RSUD dr. Pirngadi Medan periode 2018. Penelitian ini bersifat deskriptif. Adapun sampel di dalam penelitian ini diambil dari total populasi sebanyak 72 kasus, pengumpulan data dengan menggunakan data sekunder dari rekan medik di RSU Dr. Pirngadi Medan Periode 2018, dan analisa data disajikan berdasarkan distribusi frekuensi dan dibahaskan dengan teori serta studi pustaka yang ada. Dari hasil penelitian terdapat sebanyak 72 kasus pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum paling banyak ditemukan pada faktor ibu 39 kasus (54,16%) dan yang paling sedikit ditemukan pada faktor janin sebanyak 22 kasus (30,55%), sedangkan pada Ekstraksi Vakum ditemukan ssebanyak 11 kasus (15,27%). Dari hasil penelitian tentang kasus bayi baru lahir dengan Caput Succedaneum berdasarkan faktor ibu paling banyak ditemukan pada Partus Lama yaitu sebanyak 23 kasus (58,97 %). Untuk itu diharapkan agar pihak RS. dr. Pirngadi Medan meningkatkan penanganan bayi baru lahir agar tidak terjadi Caput Succadaneum.

(2)

Jurnal Kebidanan Flora Vol. 11 (2) Juni 2018 e-ISSN:2089-4252

PENDAHULUAN

Berdasarkan penelitian World health Organization (WHO). Angka kematian ibu (AKI) ditahun 2011 adalah 81% diakibatkan karena komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas. Bahkan sebagian besar dari kematian ibu disebabkan karena perdarahan, infeksi dan preeklamsi. Angka kematian ibu di Indonesia pada tahun 2012 adalah 359/100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) 32/1000 kelahiran hidup (BKKBN, 2012).

Angka kematian bayi akibat infeksi yang di sebabkan oleh Caput Succedaneum menurut WHO Tahun 2012 sebesar 0,06% dari 4 juta bayi yang meninggal dalam usia 30 hari (neonatal lanjut) (WHO,2012). Sedangkan di Indonesia angka kematian bayi akibat infeksi Caput Succedaneum pada tahun 2012 sebesar 11% dari 35 pe 1000 kelahiran hidup (Istiyantari, 2015).

Angka kematian bayi dinegara-negara Association of Southeast Asian Nation (ASEAN) seperti Singapura 3 per 1000 kelahiran hidup. Malaysia 5,5 per 1000 kelahiran hidup. Thailand 17 per 1000 kelahiran hidup. Vietnam 18 per 1000 kelahiran hidup dan philipina 26 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian bayi di Indonesia adalah angka tertinggi di Negara ASEAN.Kematian bayi tersebut terutama di Negara berkembang sebesar 99% dan 40.000 dari bayi tersebut adalah bayi di Negara Indonesia.

Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih tergolong tinggi, bahkan menepati urutan pertama di ASEAN. Berdasarkan Survey demografi kesehatan Indonesia (SDKI). Angka kematian ibu di Indonesia 359 per 100.000 sedangkan angka kematian bayi di Indonesia walaupun masih jauh dari angka target Mellinium Devalopment Goals (MDGs) yaitu angka kematian bayi tahun 2015 sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup tetapi tercatat mengalami penurunan yaitu dari sebesar 35 per 1000 kelahiran

hidup (SDKI, 2002) menjadi sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup (SDKI 2007), dan terakhir menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup (SDKI, 2012). Mellinuim Devalopment Goals (MDGs) merupakan upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama masyarakat internasional untuk mempercepat pembangunan manusia.

Jawa barat termasuk provinsi yang memberikan kontribusi terbesar terhadap tingginya angka kematian ibu dan kematian bayi di Indonesia Menurut Bina Pelayanan Kesehatan Dinas kesehatan Provinsi Jawa Barat AKI pada tahun 2013 sebanyak 312/100.000 kelahiran hidup, dan AKB sebanyak 40/100.000 kelainan hidup menurut Kabid Bina Pelayanan Kesehatan Provinsi Jawa Barat dr.Niken Budiarti, MM Akdi Jawa Barat jumlah angka kematian bayi mencapai 40.871/1000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Jawa Barat, 2013).

Di Kabupaten Ciamis Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2012 mencapai 220 kasus (Dinkes, 2012). Adapun penyebab utama kematian neonatal dini terdiri dari (asfiksia, ikterus, berat badan lahir rendah, caput succedaneum) 62%, diare 17%, kelainan kongenital 6%, meningitis 5%, pneumoni 4%, tetanus 2%, sepsis 4% (Heni Sumarni, 2012).

Salah satu penyebab komplikasi adalah sepsis pada bayi baru lahir yaitu Caputsuccedaneum.

KAJIAN TEORITIS

Caput Succedaneum adalah pembengkakan suatu area dikepala karena adanya timbunan getah bening dibawah lapisan aponerose diluar periostinum (Wahyuni, 2011).

Caput Succedaneum terjadinya edema di bawah kulit diantara periostenum dan kulit kepala bayi sebagai akibat pengeluaran cairan serum dari pembuluh darah (Mochtar, 2013).

(3)

Jurnal Kebidanan Flora Vol. 11 (2) Juni 2018 e-ISSN:2089-4252

Caput Succedaneum adalah neonatal melibatkan kondisi serosanguinous, subkutan, cairan exstraperiosteal koleksi margin didefenisikan dengan buruk yang menyebabkan oleh tekanan yang dianjurkan bagian dari kulit kepala terhadap dilatasi serviks (turniket efek dari leher rahim) selama melahirkan. (Rukiyah, 2017).

Caput Succedaneum merupakan odema subcutis akibat penekanan jalan lahir pada persalinan letak kepala, berbentuk benjolan yang segera setelah bayi lahir, tak berbatas tegas dan melewati batas sutura.Kelainan ini biasanya ditemukan padapresentasi kepala, sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan.Padabagian tersebut terjadi edema sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah (Rukiyah, 2017).

Caput Succedaneum disebabkan oleh mekanisme trauma bagian awal kulit kepala menyipit mendorong melalui leher rahim.Mengkin pembengkakan pada bagian manapun dari kulit kepala, dapat menyeberangi garis tengah (sebagai lawan dari sefalohematoma), dan dapat berubah warna karena sedikit perdarahan didaerah tersebut. (Maryanti, 2017) 1.1. Etiologi Caput Succedaneum

Menurut Mochtar (2013) etiologi dari Caput succedaneum antara lain: a. Kelainan HIS

b. Partus Lama c. Partus Obstruksi d. Ekstraksi Vakum e. Panggul Sempit

f. Disproporsi fetopelvik (ketidak mampuan janin untuk melewati Panggul)

g. Kelainan letak kepala

Sedangkan menurut Manuaba (2012) penyebab dari Caput Succedaneum antara lain :

a. Tenaga Kurang Bagus (power) b. Bayi berukuran besar (Passanger) c. Jalan lahir Bermasalah (Passage)

1.2. Penyebab Caput Succedaneum Caput Succedaneum yang disebabkan oleh pembengkakan difus jaringan otak, yang dapat melampaui sutura garis tengah, edema dikepala terjadi akibat pembendungan sirkulasi kapiler dan limpe di sertai pengeluaran cairan tubuh (Prawiraharjo, 2002). 1.3. Gejala Caput Succedaneum

Caput Succedaneum muncul sebagai pembengkakan kulit kepala yang memanjang digaris tengah dan garis jahitan dan berhubungan dengan kepala pencetakan (Rukiyah, 2017).

Sedangkan menurut Dewi (2010) Gejala yang terjadi dari Caput Succedaneum antara lain :

a. Odema di kepala

b. Terasa lembut dan lunak pada perabaan

c. Benjolan berisi serum dan kadang bercampur darah

d. Odema melampaui tulang tengkorak e. Batas yang tidak jelas

f. Permukaan kulit pada benjolan berwara unggu atau kemerahan. 1.4. Penanganan Caput Succedaneum

Caput Succedaneum tidak memerlukan penanganan khusus karena biasanya menghilangkan 2-5 hari postpartum (Mochtar, 2013).

Perawatan bayi seperti pada perawatan bayi normal, awasi keadaan umum bayi, lingkungan harus dalam keadaan baik (cukup ventilasi masuk sinar matahari), pemberian ASI yang adekuat, mencegah terjadinya infeksi, memberikan penyuluhan kepada orang tua tentang keadaan trauma pada bayi, perawatan bayi sehari-hari dan manfaat ASI (Budiarti, 2017).

1.5. Komplikasi Caput Succedaneum Menurut Yulianti (2011) kompli-kasi Caput Succedaneum antara lain : 1. Caput hemorargik

2. Infeksi 3. Ikhterus

(4)

Jurnal Kebidanan Flora Vol. 11 (2) Juni 2018 e-ISSN:2089-4252

4. Anemia

1.6. Karakteristik Penyebab Caput Succedaneum

1. Faktor Ibu a. Kelainan His

HIS Mochtar (2013) adalah his yang tidak normal, baik kekuatan maupun sifatnya, sehingga menghambat kelancaran persalinan.

Untuk melihat baik tidaknya His menurut Fauziyah(2017) dapat dilihat dari:

1. Kemajuan persalinan 2. Sifat – sifat his : frekuensi,

kekuatan dan lamanya his.kekuatan his dinilai dengan cara menekan dinding rahim pada puncak kontraksi.

3. Besarnya Caput Succedaneum.

b. Partus Lama

Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan lebih dari 18 jam pada multi. (Mochtar, 2013)

Persalinan umumnya pada primigravida (kehamilan pertama) berlangsung dalam waktu 18 – 20 jam dan pada multigravida (kehamilan lebih dari satu) berlangsng selama 12 – 14 jam.

Demikian kalau kemajuan persalinan tidak terjadi secara memadai selama periode maka harus segera dinilai dekenali dan dibatasi sebelum batas waktu 24 jam .untuk itu persalinan yang berlangsung lebih lama dari 24 jam digolongkan sebagai partus (persalinan) lama. (Oxom, 2010) 2. Faktor Janin

a. Janin Besar

Bayi besar atau atau dikenal makrosomial (GlantBaby), adalah bayi dengan berat badan 4000 gram atau lebih.Kejadian sangat bervariasi

antara 8 smapai 10 persen total kelahiran.yang mengakibatkan melahirkan bayi besar dengan berat lahir yang berlebihan karena ibu mempunyai riwayat kencingg manis (Diabetes Mellitus). Apabila dibiarkan terlalu dijalan lahir dapat membahayakan keselamatan janin.(Yulianti, 2011).

b. Gawat Janin

Gawat janin dalam persalinan dapat terjadi bila persalinan berlangsung lama.

Gawat janin terjadi bila janin tidak menerima oksigen cukup, sehingga mengalami hipoksia dapat terjadi kronik (dalam jangka waktu lama) atau akut.Induksi persalinan dengan oksitosin, ada perdarahan atau infeksi, insufisiensi plasenta (postterm, preeklamsi). (Lisnawati,2011)

Keadaan janin yang buruk dapat terjadi selama kehamilan dan persalinan.memantau DJJ dapat mendekteksi dini kondisi gawat janin, sehingga kehamilan dan persalinan dapat segera diakhiri untuk mendapatkan luaran janin yang lebih baik.(Anwar,2012) 3. Ekstraksi Vakum

Ekstraksi Vakum adalah suatu alat yang menerapkan pemompaan pada kepala janin.Dengan alat ini, bayi ditarik keluar secara berlahan.(Wh.Sastrosudarmo,2011)

Menurut Manuaba (2012) yang menyebabkan dilakukan Ekstraksi Vakum antara lain : prematuritas, letak muka, fetal distress, ruptura Uteri imminen. Dan untuk mempersingkat kala II pada ibu yang tidak boleh mengedan lama.

Adanya Komplikasi Caput Succedaneum menurut Manuaba (2012) antara lain :

1. Pada Bayi :

a. Terjadi caput succedaneum yang besar

(5)

Jurnal Kebidanan Flora Vol. 11 (2) Juni 2018 e-ISSN:2089-4252

c. Terjadi perdarahan atau edema intracranial

d. Trauma langsung pada bagian janin tempat ca. vakum, seperti ekskoriasi

e. Infeksi postpartum. 2. Pada Ibu

a. Trauma persalinan :

1. Robekan serviks yang terjepit

2. Robekan vagina

3. Robekan perineum yang lebih luas

b. Infeksi (bisa karena beberapa kali memasukkan cup vakum dan tangan

c. Perdarahan :

1. Robekan jalan lahir 2. Atonia uteri METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu untuk mengetahui gambaran faktor kejadian bayi baru lahir dengan caput succedaneum di rsud dr. pirngadi medan periode 2013-2017 dengan menggunakan data sekunder dari Medical Record. Rancangan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional (pendekatan silang) yaitu penelitian yang dilakukan dalam sekali waktu saja. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi baru lahir dengan Caput Succedaneum sejumlah 72 bayi di RSU Dr. Pirngadi Medan Periode Tahun 2013-2017. Sampel dalam penelitian ini yaitu total sampling sejumlah 72 bayi baru lahir dengan Caput Succedaneum.

Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah RSU Dr. Pirngadi Medan dengan alasan pemilihan lokasi tersebut adalah :

1. Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan adalah rumah sakit rujukan 2. Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi

Medan merupakan rumah sakit pendidikan

3. Gambaran kasus bayi baru lahir dengan Caput Succedaneum yang

terdapat di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan mencukupi untuk melakukan penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian kasus bayi baru lahir dengan Caput Succedaneum di RSU Dr. Pirngadi Medan Periode Januari 2013 – Desember 2017 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.1

Distribusi gambaran faktor kejadian bayi baru lahir dengan caput succedaneum SecaraUmum Di RSU Dr. Pirngadi Medan Periode Januari 2013 – Desember 2017 No. Gambaran Kasus Jumlah Kasus Persentase % 1. 2. 3. Faktor Ibu Faktor Janin Ekstraksi Vakum 39 22 11 54,16 % 30,55 % 15,27 % Jumlah 72 100

Dari tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa bayi baru lahir dengan Caput Succedaneum di RSU Dr. Pirngadi Medan Periode Januari 2013-Desember 2017 paling banyak ditemukan pada faktor ibu 39 kasus (54,16 %) dan yang paling sedikit ditemukan pada faktor janin sebanyak 22 kasus (30,55 %), sedangkan pada Ekstraksi Vakum ditemukan ssebanyak 11 kasus (15,27 %) Distribusi Penyebab Caput Succedaneum Berdasarkan Faktor Ibu

Dari hasil penenlitian tentang gambaran faktor kejadian bayi baru lahir dengan caput succedaneum di RSU Dr. Pirngadi Medan Periode Januari 2013-Desember 2017 berdasarkan Faktor Ibu seperti dalam tabel dibawah ini :

Tabel 2. Distribusi Penyebab Caput Succeda-neum berdasarkan Faktor

(6)

Jurnal Kebidanan Flora Vol. 11 (2) Juni 2018 e-ISSN:2089-4252

IbuDi RSU Dr. Pirngadi Medan Periode Januari 2013 – Desember 2017 No Faktor Ibu Jumlah

Kasus Persentase % 1. 2. Kelainan His Partus Lama 16 23 41,02 % 58,97 % Jumlah 39 100

Dari tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa kasus bayi baru lahir dengan Caput Succedaneum di RSU Dr. Pirngadi Medan Periode Januari 2103–Desember 2017 berdasarkan Faktor Ibu paling banyak ditemukan pada Partus Lama sebanyak 23 kasus (58,97 %) dan paling sedikit ditemukan pada Kelainan His sebanyak 16 kasus (41,02 %).

Distribusi Penyebab Caput Succedaneum Berdasarkan Faktor Janin

Dari hasil penelitian gambaran faktor kejadian bayi baru lahir dengan caput succedaneum di RSU Dr. Pirngadi Medan Periode Januari 2013 – Desember 2017 berdasarkan Faktor Janin seperti dalam tabel dibawah ini :

Tabel 3. Distribusi gambaran faktor kejadian bayi baru lahir dengan caput succedaneum BerdasarkanFaktor Janin Di RSU Dr. Pirngadi Medan PeriodeJanuari 2013 – Desember 2017 No Faktor Janin Jumlah

Kasus Persentase % 1. 2. Janin Besar Gawat Janin 9 13 40,90 % 59,09 % Jumlah 22 100

Dari tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa gambaran faktor kejadian bayi baru lahir dengan caput succedaneum di RSU Dr. Pirngadi Medan Periode Januari 2103-Desember

2017 berdasarkan Faktor Janin paling banyak ditemukan pada Gawat Janin yaitu sebanyak 13 kasus (59,09 %) dan paling sedikit pada Janin Besar yaitu sebanyak 9 kasus (40,90 %).

Distribusi Kasus Caput Succedaneum Berdasarkan Ekstraksi Vakum

Dari hasil penelitian tentang gambaran faktor kejadian bayi baru lahir dengan caput succedaneum di RSU Dr. Pirngadi Medan Periode Januari 2013-Desember 2017 berdasarkan Ekstraksi Vakum seperti dalam tabel dibawah ini : Tabel 4. Distribusi gambaran faktor kejadian bayi baru lahir dengan caput succedaneum Berdasarkan Ekstraksi Vakum Di RSU Dr. Pirngadi MedanPeriode Januari 2013-Desember 2017 No Ekstraksi Vakum Jumlah Kasus Persentase % 1. Ekstraksi Vakum 11 100 Jumlah 11 100

Dari tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa gambaran faktor kejadian bayi baru lahir dengan caput succedaneum di RSU Dr. Pirngadi Medan Periode Januari 2013–Desember 2017 berdasarkan Ekstraksi Vakum ditemukan sebanyak 11 kasus (100 %).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan teori dari keseluruhan data di RSU Dr. Pirngadi Medan Periode Januari 2013 – Desember 2017 mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari hasil penelitian tentang gambaran faktor kejadian bayi baru lahir dengan caput succedaneum berdasarkan faktor ibu paling banyak ditemukan pada Partus Lama yaitu sebanyak 23 kasus (58,97 %)

(7)

Jurnal Kebidanan Flora Vol. 11 (2) Juni 2018 e-ISSN:2089-4252

2. Dari hasil penelitian tentang gambaran faktor kejadian bayi baru lahir dengan caput succedaneum berdasarkan Faktor Janin paling banyak ditemukan pada Gawat Janin yaitu sebanyak 13 kasus (59,09 %) 3. Dari hasil penelitian tentang

gambaran faktor kejadian bayi baru lahir dengan caput succedaneum berdasarkan Ekstraksi Vakum ditemukan sebanyak 13 kasus (100 %)

DAFTAR PUSTAKA

Budiarti,

T.,

2017.Buku

Ajaran

Neonatus, Bayi, Balita. Edisi

ketiga. Trans Info Media,

Jakarta.

Dewi, 2010.Babby Lavigne Caput

Succedaneum.(http://www.blo

gspot.com)

Faiziyah, Y., 2017. Obstetri Patologi.

NuhaMedika.

Istiyantari.2015.Survey

Demografi

Kesehatan

Indonesia.

(http://www.BKKBN.com)

Lisnawati,

L.,

2011.

Aplikasi

Penatalaksanaan

Gawat

darurat kebidanan di Rumah

Sakit.Trans

Info

Media,

Jakarta.

Manuaba,

IBG.,

2012.

Ilmu

Kebidanan,

Penyakit

Kandungan, dan KB. Edisi

kedua, EGC, Jakarta

Maryanti, D., 2017. Buku Ajar

Neonatus, Bayi, Balita. Edisi

ketiga. Trans Info Media,

Jakarta.

Mochtar, R., 2013. Sinopsis Obstetri.

EdisikeTiga, EGC, Jakarta.

Oxom,H.,2010.Ilmu

Kebidanan

Patologi

&

Fisiologi

Persalinan .Yayasan Essentia

Medica, Yogyakarta.

Prawiraharjo, S., 2002.Lavigne Caput

Succedaneum.(http://www.blo

gspot.com)

Rukiyah, A., 2017. AsuhanNeonatus,

Bayi dan Anak Balita. Trans

Info Media.

Wahyuni,

S.,

2011.Keperawatan

Anak.

(http://www.perawat2008.blog

spot.com)

Yulianti, L., 2017. Asuhan Neonatus,

Bayi dan Anak Balita. Trans

Info Media.

Yulianti, L., 2011. Asuhan Kebidanan

IV. Trans Info Media.

Lubis,

U.,

1998.Pola

Distribusi

Penderita Bagian Peritanologi

Anak.

RSU

Langsa.

(http://www.tempo.com)

Ramalia,

A.,

2005.

Kamus

Kedokteran.

Djambatan,

Jakarta.

Saifuddin.AB.,

2002.

Pelayanan

Kesehatan

Maternal

dan

Neonatal.

Yayasan

Bima

Pustaka

Sarwono

Prawirohardjo, Jakarta.

Sastrawinata, S., 2005. Obstetri

Patologi. EGC : Jakarta

Siswono.,

2004.

Dikhawatirkan

Terjadinya Penurunan Kinerja

dan

Pelayanan

(http://www.pikiran-rakyat.com)

Zaluchu,

F.,

2006.

Metodologi

Penelitian Kesehatan. Cetakan

Kedua,

Ciptakan

Pustaka

Media : Bandung.

Gambar

Tabel  3.  Distribusi  gambaran  faktor  kejadian bayi baru lahir dengan caput  succedaneum  BerdasarkanFaktor  Janin  Di  RSU  Dr

Referensi

Dokumen terkait

Sel kanker ditandai oleh tiga ciri yang khas, yaitu pengendalian pertumbuhan yang menurun atau tidak terbatas, invasi pada jaringan setempat, penyebaran atau metastasis ke bagian

parallel mode, multiple bits are sent with each

Hal ini sesuai dengan Stewart(2009) bahwa titik beku air dengan penambahan bahan-bahan akan turun di bawah titik beku air normal 0oC.. 65 LAPORAN TUGAS AKHIR Jurusan Teknik

30 Saya lebih menyukai ketika menungkan kemampuan serta hal yang saya bisa dengan meniru dan mengambil contoh karya orang lain yang saya sukai dengan begitu

LPP TVRI dan LPS yang menyelenggarakan Penyiaran Multipleksing melalui Sistem Terestrial hanya dapat menyalurkan program siaran dari lembaga penyiaran penyelenggara

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh perceived quality, brand image dan brand trust terhadap brend loyalty (studi pada konsumen sabun Lux di kota

Jika angkot ingin meningkat pangsa pasar sebesar 30%, maka kondisi ini bisa dicapai apabila operator angkot harus sanggup melakukan pelayanan dan efisien biaya sehingga

kesehatan para professional harus tahu benar tentang standar profesi dari bidang- bidang kesehatan yang mereka geluti antara lain seperti Dokter, Perawat, Bidan, tak terkecuali