• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT DENGAN MENGGUNAKAN PGPR PADA TANAMAN CABAI RAWIT (capsicum frutescensl.)di DESA POLAGAN kec. GALIS kab.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT DENGAN MENGGUNAKAN PGPR PADA TANAMAN CABAI RAWIT (capsicum frutescensl.)di DESA POLAGAN kec. GALIS kab."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Maulidinar Rohmah, 2020, Pengedalian Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Cabai Rawit

Seminar Nasional Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat (SENIAS) 2020 – Universitas Islam Madura59

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT DENGAN

MENGGUNAKAN PGPR PADA TANAMAN CABAI RAWIT (capsicum

frutescensL.)di DESA POLAGAN kec. GALIS kab. PAMEKASAN

1

Maulidinar Rohmah, 2Kustiawati Ningsih

1Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Islam Madura [email protected]

2

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Islam Madura

[email protected]

ABSTRAK

Sebagian besar masyarakat Desa Polagan Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan mempunyai mata pencaharian sebagai petani salah satunya adalah petani cabai rawit. Penanaman cabai rawit di Desa Polagan bisa tergolong berhasil namun belakangan ini petani resah karena tanaman mereka terserang hama dan penyakit. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat melalui kegiatan dilakukan penelitian tentang hama dan penyakit menggunakan PGPR pada tanaman cabai rawit di Desa Polagan Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan berdasarkan kondisi lingkungan yang cocok dengan budidaya tanaman cabai rawit di desa polagan juga dominan dengan petani cabai maka penelitian ini perlu diadakan supaya petani lebih faham bagaimana cara mengendalikan hama dan penyakit dengan menggunakan PGPR pada tanaman cabai rawit.

Tanaman cabai rawit di desa polagan kecamatan galis kabupaten pamekasan memang sudah sejak lama dibudidayakan oleh masyarak polagan. Tanaman cabai rawit salah satu komoditas yang banyak dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari dan volume kebutuhannya terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dan teknologi.

(2)

Maulidinar Rohmah, 2020, Pengedalian Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Cabai Rawit

Seminar Nasional Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat (SENIAS) 2020 – Universitas Islam Madura60

1. PENDAHULUAN

Tanaman cabai rawitdi desa polagan kecamatan galis kabupaten pamekasan memang sudah sejak lama di budidayakan oleh masyarakat desa polagan, sehingga penghasilan petani cabai rawit lumayan meningkat dengan produksi cabai rawit yang melimpah namun pada suatu ketika produksi cabai rawit di desa polagan mengalami penurunan dan ini merupakan tantangan bagi petani untuk mengatasinya.

Salah satu upaya untuk mengatasi hama dan penyakit pada tanaman cabai rawit dapat dilakukan denganpenggunaan

Plant Growth PromotingRhizobacteria

(PGPR) pada media kompos dan pupuk kandang pada tanaman cabai rawit. PGPR suatukelompokmikroorganisme tanah yang menguntungkan bagi petani karena PGPR selain untuk membantu pertumbuhan tanaman juga berfungsi sebagai pengendalian hama dan penyakit. PGPR mengandung bakterirhizobium yang hidup dan berkembang dengan baik pada tanah yang kaya akan bahan organik(Compant et

al., 2005).

Plant Growth Promoting

Rhidzobacteria ( PGPR) adalah bakteri

menguntungkan yang mengolomisasi akar tanaman dan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dengan mekanisme yang bervariasi. Mekanisme tersebut diantaranya adalah pelarutan fosfat , menghasilkan hormone pertumbuhan IAA (indole acetic acid), ammonia, siderofor, aktifitas enzim yang dapat mendegradasi dinding sel seperti sellulase, kitinase dan protease, menghasilkan HCN dan sebagai biokontrol terhadap fitopatogen.

Tanaman Cabai rawit salah satu komoditas yang banyak dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari dan volume kebutuhannya terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dan kemajuan teknologi.

Menurut BPS RI (2011) Produksi nasional cabai pada tahun 2009 sebesar 1.378.727 ton, tahun 2010 sebesar 1.328.864 ton, dan tahun 2011 sebesar 1.440.214 ton. Terjadi fluktuasi pada produksi cabai, terjadi penurunan pada tahun 2010.

METODE PENGABDIAN

Metode Pengabdian ini dilakukan dengan cara observasi dan wawancara untuk pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan PGPR pada tanaman cabai rawit di Desa Polagan Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan.

1.1. Waktu dan Tempat Pengabdian

Pelaksanaan kegiatan KKN (Kuliah Kerja Nyata) ini dilaksanakan selama 1 bulan terhitung mulai dari tanggal 17 agustus 2020 sampai 17 september 2020 yang bertempat dirumah masing-masing. Berikut Penelitian ini tentang pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan PGPR pada tanaman cabai rawit di laksanakan di desa Polagan Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan pada hari 24 agustus 2020 pukul 08.00 sampai selesai..

Metode dan RancanganPengabdian Tahapan Awal

Metode Rancangan Pengabdian dengan meminta izin kepada Kepala Desa Polagan kecamatan Polagan Kabupaten Pamekasan untuk melakukan program kerja serta penelitian di Desa Polagan Kecamatan Kabupaten Pamekasan. Dalam tahap awal penelitian ini kami mempersiapkan peralatan yang digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit dengan menggunakan PGPR pada tanaman cabai rawit yaitu dengan alat penyemprot.

Tahapan Pelaksanaan

Pelaksanaan pengendalian hama dan penyakit pada tanaman cabai rawit dengan memberikan cairan PGPR (plant growth

Promoting Rhidzobacteria) setiap 1 minggu. Dan Setiap 2 tutup botol cairan PGPR dilarutkan ke satu liter air.

(3)

Dianing Eka Puspitasari. Analisis Protein Target Senyawa Alami Anti Aging Flavan-3-ol

Seminar Nasional Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat (SENIAS) 2020 – Universitas Islam Madura61

Tahapan Monitoring dan Evaluasi Proses monitoring dengan memantau tanaman cabai rawit yang telah dikendalikan hama dan penyakit dengan metode yang kami aplikasikan ke tanaman cabai rawit setiap minggu sekali.

Pengambilan Sampel

Sample yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah daun yang terserang hama dan penyakit serta larutan PGPR yang bisa digunakan sebagai pembasmi hama dan penyakit tanaman cabai rawit.

2. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan penelitian tentang pengendalian hama da penyakit dengan menggunakan PGPR pada tanaman cabai rawit.dilaksanakan oleh mahasiswi KKN (kuliah kerja nyata) di Desa Polagan Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Islam Madura.

Penelitian Hama dan Penyakit dengan menggunakan PGPR (Plant Growth PromotingRhizobacteria) amatlah penting

dengan di laksanakan karena bisa meningkatkan produksi dan kualitas tanaman cabai rawit. Apabila tanaman cabai rawit yang terserang hama dan penyakit di biarkan tidak ditangani maka petani akan mengalami gagal panen karena karena tanaman cabai rawit menghasilkan produksi yang rendah.

Pada pengabdian masyarakat ini kami memberikan solusi untuk para petani cabai rawit supaya tetap tinggi produksi cabai rawit yang mereka budidayakan.

Gambar 1. Tanaman cabai rawit terkena hama dan penyakit.

Gambar 2. Tanaman cabai rawit terkena hama dan penyakit.

• Setelah penelitian pada tanaman

cabai rawit yang di tanam di polibag ternyata tanaman cabai banyak yang terserang penyakit trips . Contoh tanaman cabai rawit yang terserang trips yaitu dengan gejala serangan trips daunnya akan terlihat garis-garis keperakan, terdapat bercak-bercak kuning hingga kecoklatan dan pertumbuhannya kerdil. Bila dibiarkan daun akan kering dan mati.

Tanaman cabai terserang hama trips dilakukan pengendalian baik secara mekanis, biologis maupun kimia.

1. Pengendalian secara mekanik dapat dilakukan dengan memotong daun yang terserang hama atau mencabut tanaman jika belum terjadi serangan yang

(4)

Dianing Eka Puspitasari. Analisis Protein Target Senyawa Alami Anti Aging Flavan-3-ol

Seminar Nasional Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat (SENIAS) 2020 – Universitas Islam Madura62

banyak. Tetapi jika sudah terjadi serangan pada seluruh tanaman apalagi adanya serangan virus yang akut mau tidak mau harus dilakukan pencabutan dan pembakaran untuk mencegah serangan hama pada periode tanam mendatang.

2. Pengendalian secara teknis dengan memberikan jeda pada periode tanam berikutnya dengan tidak menanami lahan dengan tanaman yang sejenis. 3. Pengendalian secara biologis, yaitu

menyemprotkan biopestisida nabati dari larutan daun antawali, kapur dan kunyit. 4. Pemulihan tanaman yang telah sembuh dari serangan hama thrips yang dapat dilakukan dengan pemupukan dan penyemprotan zat perangsang tumbuh seperti GA3, Atonik, atau pupuk daun. 5. Adapun cara pengendalian hama

penyebab daun keriting setelah terjadi serangan adalah melakukan penyemprotan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif abamektin, karbosulfan, fipronil atau imidakloprid.

Tehnik pencegahan agar tanaman tidak terserang hama thrip adalah sebagai berikut:

1. Bibit tanaman cabai yang akan ditanam berasal dari varietas yang tahan terhadap hama thrips.

2. Menjaga kebersihan lingkungan tanaman dengan melakukan penyiangan gulma.

3. Usahakan menyiram tanaman dengan menggunakan springkler, agar daun-daun tanaman ikut tercuci.

4. Juahkan tanaman cabai dari tanaman-tanaman yang menjadi inang bagi hama thrips.

Selain trips penyakit kutu daun (Aphidoidea) juga banyak menyerang

tanaman cabai rawit. Dimana Gejala

serangan terjadi pada daun cabai berupa terdapat kutu daun di bagian bawah permukaan daun dan daunnya mengkerut. ,mula mula biasanya menyerang pada daun bagian bawah dan akan cepat menyebar pada kelembaban tinggi ,kemudian daun menguning dan pada akhirnya rontok/gugur daun.

Untuk mengendalikan kutu daun, Anda juga bisa menggunakan semprotan yang diisi dengan berbagai bahan, mulai dari beberapa jenis minyak hingga bawang putih. Jika Anda ingin menggunakan cara cepat, cobalah mengusir kutu daun dengan semprotan air yang kuat, atau menaburkan tepung pada tanaman yang diserang.

1.)Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Rawit

Cabai rawit (Capsicum frutescens) merupakan tanaman dari benua Amerika. Tanaman ini cocok dikembangkan di daerah tropis terutama sekitar khatulistiwa. Tanaman ini paling cocok ditanam di dataran rendah dengan ketinggian 0-500 meter dpl. Meskipun begitu, cabe rawit bisa tumbuh baik hingga ketinggian 1000 meter dpl. Untuk tempat yang terlalu tinggi, produktivitas tanaman akan berkurang. Di dataran tinggi, tanaman cabe rawit masih bisa berbuah. Hanya saja periode panennya lebih sedikit dibanding dataran rendah. Selain itu, produksi biji pada buah cabe rawit lebih sedikit. Ini bisa dianggap keunggulan atau kelemahan. Karena tentu saja konsumen menyukainya namun bobot buah menjadi ringan.

Cabai rawit yang dibudidayakan di Indonesia sangat beragam. Secara umum, masyarakat mengenal cabai rawit putih dan cabai rawit hijau. Padahal setiap tempat memiliki macam cabai rawit yang berbeda-beda.

(5)

Dianing Eka Puspitasari. Analisis Protein Target Senyawa Alami Anti Aging Flavan-3-ol

Seminar Nasional Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat (SENIAS) 2020 – Universitas Islam Madura63

Budidaya cabai rawit relatif lebih rendah resikonya dibanding cabai besar. Tanaman ini lebih tahan serangan hama, meskipun hama yang menyerang cabe besar bisa juga menyerang cabai rawit.

2.)Kandungan Gizi dan Manfaat Cabai Rawit

Cabai rawit adalah bahan utama pembuatan sambal. Buah kecil pedas ini juga memiliki peran penting sebagai bumbu sayuran. Cabai rawit merupakan buah yang banyak dikonsumsi orang Indonesia karena rasa pedasnya. Bahkan banyak orang yang rela makan hanya dengan cabai ditambah nasi saja. Cabai rawit ternyata mengandung vitamin A kadar tinggi (11.050 Sl) sedikit lebih tinggi dari kandungan vitamin A dalam daun singkong ( 11.000 Sl), hamper dua kali lipat dibandingkan dengan kadar vitamin A dalam bayam sedikit lebih rendah dari wortel (12.000 Sl). Vitamin A ini sangat bermanfaat untuk menjaga kesehatan mata. Kandungan vitamin C cabai rawit juga cukup tinggi, 70 mg. Bandingkan dengan jeruk manis yang memiliki kandungan vitamin c hanya sebesar 49 mg padahal jika mengingat vitamin C justru jeruk lah yang teringat dibenar kita.

Kandungan gizi cabai rawit dalam 100 gram buah segar secara lengkap dapat dilihat dibawah ini.

NO Jenis Zat Gizi Kadar 1 Energi (kal) 103 2 Protein (g) 4,7 3 Lemak (g) 2,4 4 Karbohidrat (g) 19,9 5 Kalsium (mg) 45 6 Fosfor (mg) 85 7 Zat besi (mg) 2,5 8 Vitamin A ( SI) 11,050 9 Vitamin B1 (mg) 0,24 10 Vitamin B1 (mg) 70 11 Air (g) 71,2 (Sumber : Rukamana 2002)

SIMPULAN DAN SARAN

Dengan adanya pelatihan tentang hama dan penyakit dengan menggunakan PGPR

(plant growth Promoting Rhidzobacteria)

pada tanaman cabai rawit. Petani menjadi mengetahui dan memahami gejala serangan hama dan penyakit pada tanaman cabai rawit dan cara pengendaliannya.

3. UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat, rahmat, Hidayah dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan artikel Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang berjudul “ Pengendalian Hama dan Penyakit dengan menggunakan PGPR pada tanaman cabai rawit di Desa Polagan Kecamatan Polagan Kabupaten Pamekasan”.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang membantu memperlancar dalam pengabdian hingga terselesainya artikel ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih setulusnya kepada:

1. Bapak Moh. Ramly, S.HUT., MP selaku Dekan Pertanian Universitas Islam Madura memberikan perizinan Kuliah Kerja Nyata ini. 2. Ibu Kustiawati Ningsih,MP selaku

DPL yang telah berkenan memberikan perizinan bimbingan dan pengarahan penulisan artikel ini.

3. Bapak Moh Siswaji. S.pd. selaku Kepala Desa Polagan Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan. Atas izin pengabdian Kuliah Kerja Nyata.

(6)

Dianing Eka Puspitasari. Analisis Protein Target Senyawa Alami Anti Aging Flavan-3-ol

Seminar Nasional Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat (SENIAS) 2020 – Universitas Islam Madura64

4. Orang tua yakni Bapak Marsuki dan Ibu Sugiyati sekaligus keluarga dan saudara yang telah memberikan motivasi baik material dan moral dalam menyelesaikan artikel ini. 5. Teman-teman seangkatan 2017

Fakultas Pertanian dan semua pihak yang membantu menyelesaikan artikel ini.

4. DAFTAR PUSTAKA

Compant et al.,2005. use of plant growthpromoting bacteria for biocontrol of plant diseases: principles, mechanisms of action, and future prospects.

BPS RI, 2011. Badan Pusat StatistikaRepublik Indonesia. Produksi dan Produktivitas Cabai 2010-2011. http://www.bps.go.id. [ 24 Januari 2016].

Rukaman, 2002. Usaha Tani Cabai Rawit., penerbit kanisius., Yogyakarta.

Gambar

Gambar  2.  Tanaman  cabai  rawit  terkena  hama dan penyakit.

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh konsentrasi pupuk probiotik NOPKOR terhadap tingkat produksi tanaman cabai rawit dapat dilihat dalam parameter jumlah buah, berat basah, dan berat kering cabai rawit dalam

Budidaya cabai rawit terkendala dengan cuaca yang berubah-ubah, biaya pengelolaan dan harga peptisida, serta serangan berbagai hama dan penyakit. Penelitian ini

dalam penggunaan jaring ini dapat diperoleh beberapa jenis serangga hama insecta tanaman cabai rawit baik yang menguntungkan maupun yang merugikan tanaman cabai di Desa Sisarahili

KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan lama perendaman benih cabai rawit pada larutan PGPR asal akar bambu berpengaruh sangat nyata terhadap

KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan penelitian di laboratorium, maka dapat disimpulkan bahwa penyakit yang terdapat pada tanaman cabai rawit di kebun Gaga Semanan

Kesimpulan Adapun kesimpulan pada penelitian ini adalah jumlah kromosom cabai rawit 2n=2x=24, analisis kromosom pada bagian akar maristematis pada tanaman cabai rawit dengan pemberian

Penelitian tentang penggunaan aerator dalam pembuatan pupuk hayati bakteri penambah pertumbuhan tanaman (PGPR) dan pengendalian penyakit antraknosa pada tanaman cabai

Penelitian ini menganalisis pengaruh sistem tumpang sari tanaman jagung manis terhadap pertumbuhan dan hasil produksi tanaman cabai