• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUKU DIGITAL SEBAGAI SOLUSI ALTERNATIF UNTUK MENGURANGI DAMPAK NEGATIF INDUSTRI BUKU INDONESIA PADA LINGKUNGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUKU DIGITAL SEBAGAI SOLUSI ALTERNATIF UNTUK MENGURANGI DAMPAK NEGATIF INDUSTRI BUKU INDONESIA PADA LINGKUNGAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

13

PB

MENGURANGI DAMPAK NEGATIF INDUSTRI BUKU INDONESIA PADA LINGKUNGAN

Shienny Megawati Sutanto Mahasiswa Magister Desain Universitas Trisakti Jakarta Email: shienny.megawati@ciputra.ac.id Abstract

Digital Books as alternative solutions to reduce the negative impact of the Indonesian publishing Industry on the environment. The Indonesian publishing industry which continues to grow are feared to bring negative impacts to the environment. This study was conducted using qualitative method susing articles and books as the main data sources, as well as observations and interviews. This research aims to find out whether the book industry really does have a negative impact on the environment, and how to use digital books as an alternative solution to reduce these impacts.

Keywords: digital books, negative impact, environment Abstrak

Buku digital sebagai solusi alternatif untuk mengurangi dampak negatif industri buku Indonesia pada lingkungan. Industri buku Indonesia yang terus berkembang dikhawatirkan membawa dampak buruk bagi lingkungan. Penelitian dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan sumber data utama yaitu artikel dan buku, serta hasil observasi dan wawancara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah industri buku memang membawa dampak negatif pada lingkungan, serta bagaimana memanfaatkan buku digital sebagai solusi alternatif untuk mengurangi dampak tersebut.

Kata kunci: buku digital, dampak negatif, lingkungan

Pendahuluan

Sejak akhir abad ke 19, industri penerbit buku telah berkembang cukup pesat di Negara Indonesia. Tercatat sejak 17 Mei 1950 IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) didirikan, dan sejak lima tahun setelah didirikannya, IKAPI telah menghimpun sebanyak 46 penerbit yang berdomisil di Pulau Jawa dan Sumatra. Kini 68 tahun setelah didirikannya, anggota IKAPI telah tercatat sebanyak 1488 anggota dan 94% diantaranya adalah penerbit aktif.

Berdasar data yang dihimpun oleh Kompartemen Diklat-Litbang-Informasi Ikapi, industri penerbit buku di Indonesia tumbuh sebanyak 6% (per tahun), dan tercatat lebih dari 30.000 judul buku diterbitkan setiap tahunnya. Angka tersebut hanya mewakili buku-buku yang terdaftar dalam catatan resmi toko buku serta

(2)

15

14

judul-judul yang diajuan ISB-nya di Perpusnas. Sehingga masih banyak buku yang diterbitkan oleh individu (self publishing) dan organisasi-organisasi penerbit dan anggota IKAPI, misalnya instansi pemerintah, organisasi non-pemerintah, komunitas independen, profesi, dan lain-lain.

Gambar 1. Jumlah ISBN yang Diajukan 2010-2015 (Sumber: Perpusnas RI)

Dari data-data diatas dapat disimpulkan bahwa industri penerbit buku di Indonesia mengalami pertumbuhan yang signifikan selama enam dekade terakhir. Di satu sisi perkembangan industri penerbit buku merupakan penanda meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan minat baca masyarakat Indonesia. Selain itu, industri penerbit buku merupakan salah satu sub-sektor industri kreatif Indonesia. Bahkan menjadi sub-sektor industri yang menempati pringkat ke empat dalam permintaan ekspor produk ekonomi kreatif tahun 2015.

(3)

15

14

Gambar 2. Infografis Realissasi Kegiatan Direktorat Riset dan Pengembangan Ekonomi Kreatif 2016 (Sumber: www.bekraf.go.id)

Sehingga pertumbuhan industri penerbit buku harus terus didukung dan dipertahankan oleh seluruh pelaku dan stake holder industri, mulai dari kreator atau penulis, percetakan, penerbit, dan distributor/ toko buku.

Namun di sisi lain pertumbuhan yang cukup pesat ini memicu kekhawatiran bahwa industri ini membawa dampak negatif bagi lingkungan hidup. Sebagaimana diketahui, bahan baku utama untuk industri buku adalah kertas. Umumnya kertas dibuat dari bahan dasar kayu, khususnya kayu yang memiliki kandungan serat tinggi. Kayu didapat dengan cara menebang pohon, sehingga makin banyak judul buku yang diproduksi oleh penerbit di Indonesia, maka makin banyak pula pohon yang harus ditebang. Dalam jangka panjang hal ini tentunya dapat berdampak negatif bagi lingkungan hidup.

(4)

17

16

Gambar 3. Emisi Karbon Dioksida dari Pabrik Kertas (Sumber: http://www.greenpressinitiative.org/, 2019)

Dampak negatif dari penebangan pohon yang tidak terkendali antara lain kerusakan habitat alami, dan kepunahan berbagai flora serta fauna langka dan khas Indonesia. Selain itu, bahan pencemar yang berasal dari industri pengolahan kertas juga dapat meresap ke dalam air dan mencemari lingkungan. Menurut Wiskandini, limbah cair yang berasal dari industri kertas, merupakan salah satu limbah pencemar yang sulit terurai. Berdasar data dari Green Press Initiative, Industri kertas merupakan penghasil gas rumah kaca terbesar ke 4 diantara industri lainnya di Amerika Serikat. Bahkan industri kertas menyumbang 9% emisi karbon dioksida dari proses produksinya.

Perumusan Masalah

Merujuk dari latar belakang masalah yang telah dijabarkan, maka timbul pertanyaan yang akan hendak dijawab dalam penelitian ini yaitu: Apakah industri buku yang berkembang di Indonesia memiliki dampak negatif terhadap lingkungan? Dan bagaimana mengurangi dampak tersebut tanpa mengganggu pertumbuhan industri penerbit serta ekonomi kreatif Indonesia.

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan sumber data utama yaitu artikel dan buku, serta didukung hasil observasi dan wawancara.

Hasil dan Pembahasan

Untuk mengetahui apakah industri buku yang berkembang di Indonesia memiliki dampak negatif terhadap lingkungan, maka perlu dilakukan dibahas terlebih dahulu proses produksi buku mulai dari proses memperoleh bahan baku kertas, yaitu pohon, hingga proses pengolahan kayu menjadi kertas.

(5)

17

16

Penebangan hutan untuk industri buku

Di seluruh dunia, sekitar 20 juta pohon ditebang setiap tahunnya untuk memproduksi kertas. Sebesar 90% dari seluruh kertas yang dihasilkan kemudian digunakan oleh industri penerbitan surat kabar dan buku. Padahal pembalakan hutan menyumbang 25% dari emisi gas rumah kaca dunia yang disebabkan oleh ulah manusia. Memang kini ada upaya untuk menanami kembali hutan-hutan yang telah ditebang, namun hutan yang telah ditanami kembali tidak menyerap karbondioksida sebanyak hutan alami yang tidak pernah dijamah oleh manusia. Menurut UCSUSA meningkatnya permintaan akan kayu sebagai bahan baku produksi kertas telah menyebabkan kerusakan signifikan terhadap hutan-hutan tropis di seluruh dunia. Selama 6 dekade ini Indonesia juga telah mengalami peningkatan permintaan produksi kertas seriring dengan makin bertumbuhnya industri buku.

Di Indonesia sendiri beberapa dampak negatif dan kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh penebangan pohon sudah mulai dirasakan. Industri kertas tercatat sebagai salah satu kontributor terbesar penyebab pembalakan hutan di Indonesia. Tercatat sebanyak 1.6 juta hektar hutan alami ditebang dan diubah menjadi sarana pengolahan industri kertas. (World Resource Institute, 2017).

Menggunakan satelit NASA, Global Forest Watch telah mencatat 3101 insiden kebakaran hutan di Pulau Sumatera. Sebagian insiden tersebut terjadi di lahan-lahan hutan yang dikelola oleh perusahaan yang berasosiasi dengan industri kertas. Bahkan banyak dari kebakaran hutan berskala besar terjadi di lahan-lahan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut, walaupun secara etika kerja perusahan-perusahaan tersebut telah berkomitmen untuk tidak menggunakan api dalam mengelola lahannya.

(6)

19

18

Tabel 1. Daftar 30 Negara Produsen dan Konsumen Kertas Dunia (Sumber: Pulp and Paper International, 2014)

Menurut data yang dirilis oleh Ecolibris, setiap tahun sebanyak 2 juta buku, 350 juta majalah, dan 24 juta surat kabar dipublikasikan hanya di Amerika Serikat saja. Untuk memenuhi jumlah tersebut dibutuhkan 68 juta ton kertas atau 30 juta pohon harus ditebang. Yang artinya, selain peningkatan permintaan dari industri buku lokal, juga terdapat permintaan akan bahan baku kertas secara global.

Bahkan, Permintaan akan kertas tersebut diprediksikan akan semakin meningkat dalam beberapa dekade kedepan.

Indonesia adalah salah satu dari 30 negara penghasil kertas terbesar dunia yang turut memenuhi kebutuhan industri kertas dunia. Tepatnya, Indonesia adalah negara produsen kertas terbesar ke-6 dunia dan produsen pulp ke-9 dunia. Sehingga, kerusakan terhadap lingkungan hidup, khususnya rusaknya hutan-hutan tropis di Indonesia adalah merupakan imbas tidak langsung dari pertumbuhan Industri buku lokal dan dunia.

Selain sebagai pendukung industri buku, Industri Pengolahan kertas termasuk dalam kelompok industri kimia dan mejadi salah satu industri unggulan Indonesia. Selain sebagai bahan baku utama industri buku kertas juga digunakan untuk dalam industri kemasan dan merchandise.

(7)

19

18

Gambar 4. Proses Pembuatan Kertas

(Sumber: http://www. paperonline.org/paper-making/paper-production/papermaking)

Proses pembuatan kertas dibagi menjadi tiga tahap, yaitu Chipping, Pulping, dan

Bleaching. Chiping diawali dengan menebang pohon dan memotong gelondongan

kayunya menjadi potongan-potongan kecil yang sering disebut chip. Proses selanjutnya adalah memasak Pulping atau pembuatan bubur kertas, chip dimasak menggunakan boiler hingga menjadi pulp (bubur kertas). Tahap selanjutnya pulp disaring hingga halus kemudian dicuci dan dilakukan bleaching (pemberian warna putih) agar menghasilkan kertas. Keseluruhan proses pengolahan kayu menjadi chip, lalu pulp dan kertas tersebut ternyata menghasilkan berbagai macam limbah industri.

Menurut Rini (2002) dalam Rahmani (2016), limbah industri pulp dan kertas dapat dibagi menjadi tiga yaitu fase cair, padat dan gas. Limbah padat berasal dari sisa gelondongan kayu yang dipotong menjadi chips. Limbah gas berupa fly

ash dihasilkan pada saat chips dimasak di dalam boiler. Lalu terakhir limbah cair,

yaitu air limbah yang dihasilkan saat proses penyaringan, pencucian dan bleaching pulp yang menggunakan bahan kimia dalam prosesnya. Jika tidak dikelola dengan tepat, limbah-limbah tersebut berdampak negatif bagi lingkungan hidup dan dapat membahayakan kesehatan manusia serta keberlangsungan ekosistem alam, khususnya air sungai. Mengingkatnya permintaan kertas sebagai imbas dari pertumbuhan industri buku juga meningkatkan risiko kelalaian produsen kertas dalam mengelola limbahnya.

(8)

21

20

Gambar 5. Sungai Porong di Kabupaten Mojokerto yang Tercemar Limbah Pabrik Kertas (Sumber: http://www.mongabay.co.id, 2019)

Dari data dan pemaparan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa pertumbuhan industri buku yang pesat ternyata berimbas negatif pada lingkungan hidup. Tidak hanya mendorong terjadinya pembalakan dan pembakaran hutan, namun ekses limbah industri kertas yang merupakan bahan bakar buku menjadi polutan berbahaya yang mencemari lingkungan, khususnya sungai.

Kesimpulan ini sesuai dengan hasil temuan The Cleantech Group yang menyatakan bahwa industri buku meninggalkan jejak karbon tertinggi, mulai dari proses perolehan bahan bakunya, limbah produksi kertas, hingga proses percetakan, distribusi dan disposal limbah buku yang tidak terserap oleh pasar. Oleh karena itu beberapa organisasi bahkan penerbit buku sendiri mulai memikirkan upaya-upaya untuk menekan dampak negatif ini tanpa mengurangi pertumbuhan industri buku. Salah satu solusi yang kini banyak diterapkan oleh penerbit-penerbit buku, termasuk penerbit-penerbit buku Indonesia yang bergabung di IKAPI adalah melalui Buku Digital.

Buku Digital adalah buku elektronik (biasa disingkat buku-e atau lebih populer dengan sebutan e-book) Sesuai namanya, buku digital adalah versi elektronik dari buku. Jika buku pada umumnya dibuat dari bahan baku kertas, maka buku elektronik berwujud informasi digital yang tidak membutuhkan bahan baku kertas sebagai material dasar produksinya.

(9)

21

20

Gambar 6. Buku Digital yang Diakses Melalui Gawai (Sumber: http://www.liputan6.com, 2019)

Penggunaan Buku Digital didukung pula dengan pertumbuhan signifikan jaringan serta pengguna internet Indonesia. Kedua hal ini mendorong terciptanya pasar dan permintaan akan buku digital. Beberapa penerbit besar di Indonesia seperti Gramedia Pustaka Utama dan Elex Media telah menerbitkan buku-buku mereka dalam format digital selain dalam format fisik.

Buku Digital dipandang sebagai solusi karena proses pra-produksi buku digital tidak berbeda dengan produksi buku fisik. Adapun proses yang umumnya terjadi dalam pembuatan buku, penulis dan editor bersama menyusun konten isi buku yang kemudian oleh desainer diolah ke dalam format buku yang nyaman dibaca. Pada proses produksi buku cetak, file ini kemudian dikirimkan ke percetakan untuk dicetak dan dijilid menjadi sebuah buku fisik. Setelah itu buku fisik harus menjalani proses packaging dan didistribusikan ke toko-toko buku. (Sutanto, 2010: 149) Proses tersebut dapat diterapkan pada proses penerbitan buku digital, perbedaannya file buku yang selesai diolah oleh desainer tidak perlu dicetak melainkan cukup disimpan ke dalam format yang sesuai untuk Gawai dan dapat segera didistribusikan oleh penerbit tanpa melalui distributor dan toko buku. Sehingga Buku Digital sebenarnya juga memotong jejak emisi karbon yang timbul dari proses packaging dan distribusi buku hingga tiba ke tangan konsumen.

(10)

23

22

Gambar 7. Toko Buku Digital Gramedia (Sumber: http://www.ebooksGramedia.com, 2019)

Memang ada kekhawatiran bahwa emisi karbon dan dampak negatif terhadap lingkungan yang ditimpulkan saat memproduksi sebuah gawai (contohnya ipad) lebih buruk dibandingkan dampak dan emisi karbon yang timbul dari proses produksi buku tradisional. Namun menurut penelitian yang dilakukan Ecolibris dengan memiliki satu gawai saja, seseorang dapat membaca ratusan hingga ribuan buku, tidak terhitung surat kabar, tabloid, dan majalah yang juga dapat dibaca secara digital.

Sehingga memiliki sebuah Gawai jauh lebih ramah lingkungan dibandingkan membeli 18 buku fisik. Dengan kata lain dampak negatif yang diakibatkan oleh produksi sebuah Gawai akan berbanding impas dengan kertas dan air yang digunakan untuk memproduksi setidaknya 18 buku. Sehingga jika pemilik setiap gawai menggunakan Gawai miliknya untuk membeli dan membaca lebih banyak buku, serta mengurangi pembelian buku fisik secara signifikan maka dampak positif ke lingkungan dapat segera dirasakan.

Dari sisi penerbit dan produksi, jika sebuah karya buku menjadi best seller, maka penerbit akan melakukan proses cetak ulang dan memperbanyak jumlah eksemplar. Hal ini tentunya membutuhkan lebih banyak kertas, dan meninggalkan lebih banyak jejak emisi karbon. Dengan penggunaan buku digital, sebuah karya tulis dapat diedarkan dan diperbanyak sebanyak mungkin tanpa menambah biaya, tanpa tambahan bahan baku kertas, serta minim emisi karbon. Karena minimnya bahan dan ongkos produksi yang digunakan maka umumnya harga buku digital lebih murah dibandingkan buku fisik. Sehingga buku Digital merupakan solusi yang ramah ingkungan baik untuk penerbit maupun pembeli.

(11)

23

22

saat ini, penjualan Buku Digital masih belum dapat menggantikan penjualan buku fisik di Indonesia. Bahkan tercatat oleh IKAPI, pangsa pasar Buku Digital kurang dari 2% pada pasar buku fisik.

Namun seiring dengan makin mudahnya akses internet dan bergesernya pola hidup masyarakat ke arah digital diharapkan Buku Digital akan menggantikan peran buku fisik.

Pergeseran peran dan kebiasaan ini dapat diamati dari makin maraknya situs-situs dan aplikasi yang menyediakan bacaan secara Digital, baik yang gratis maupun berbayar.

Tabel 2. Daftar Situs Berita Indonesia (Sumber: www.websiteinformer.com, 2019)

Situs berita seperti detik.com kini mulai menggantikan keberadaan surat kabar fisik. Dan situs-situs penyedia bacaan fiksi seperti wattpad.com atau aplikasi penyedia komik online seperti LINE webtoon kini banyak dimanfaatkan oleh kreator-kreator muda Indonesia untuk mempublikasikan IP atau intelectual

property-nya ke khalayak ramai.

Gambar 8. Komik Digital (Sumber: CNN Indonesia)

(12)

25

24

Keberadaan media digital/ online, menjadi salah satu pendorong bangkitnya komik Indonesia akhir-akhir ini. Ketua AKSI (Asosiasi Komikus Seluruh Indoensia) Faza Ibnu Ubaidillah, menyebutkan bahwa per 2016, sebanyak 13 juta orang membaca komik Indonesia melalui gawai. Jumlah itu diperkirakan semakin meningkat dengan makin bertumbuhnya platform komik digital Indonesia. Perkembangan tren ini juga mendorong penerbit Indonesia untuk menerbitkan karya-karya fiksi dan komik yang sebelumnya populer secara online menjadi buku cetak.

Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia sudah mulai mengalami pergeseran pola membaca, yaitu tidak hanya melalui format cetak, namun juga format digital. Sehingga dengan pengelolaan yang tepat Buku Digital dapat menjadi substitusi buku fisik yang lebih ramah lingkungan.

Kesimpulan dan Saran

Industri buku yang meningkat selama enam dekade ini beserta industri pendukungnya, yaitu industri kertas memang membawa dampak negatif terhadap lingkungan. Mulai dari penebangan hutan-hutan tropis yang berperan untuk menyerap karbondioksida secara alami. Hingga proses produksi kertas juga rentan menghasilkan beragam polutan yang membahayakan lingkungan hidup. Selain itu proses distribusi buku hasil produksi hingga tiba di tangan konsumen juga menghasilkan jejak emisi karbon.

Oleh karena itu perlu adanya solusi untuk mengurangi dampak negatif tersebut tanpa mengganggu pertumbuhan industri buku dan industri kreatif pada umumnya. Banyak ahli memandang buku digital dipandang sebagai alternatif pengganti buku cetak yang lebih ramah lingkungan. Walaupun proses produksi Gawai yang digunakan untuk membaca buku digital juga berdampak terhadap lingkungan, namun dampaknya jauh lebih ringan jika dibandingkan dengan proses produksi buku yang berlangsung terus menerus.

Dengan penggunaan yang bijak dan manajemen pengelolaan limbah elektronik yang bertanggung jawab, dampak negatif dari penggunaan media elektronik sebagai pengganti media cetak dapat ditekan seminimal mungkin. Selain itu dengan beralih ke buku digital jejak emisi karbon yang timbul dari proses distribusi setiap judul buku, dapat ditekan sedemikian rupa. Sehingga dalam jangka panjangnya peralihan dari buku cetak ke buku digital lebih ramah bagi lingkungan hidup.

Dari sisi industri kreatif, media-media publikasi digital telah menjadi sarana publikasi hemat biaya bagi konten penerbit dan kreator. Hal tersebut berimbas pada meningkatnya produktivitas serta meningkatkan jumlah target audience

(13)

25

24

buku, sekaligus memacu pertumbuhan industri kreatif Indonesia.

Saran

Saat ini penjualan buku di Indonesia masih didominasi oleh buku cetak, oleh karena itu perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan minat konsumen terhadap buku digital. Berdasarkan hasil observasi pada hasil diskusi pada komunitas pembaca komik dan novel, ada tiga faktor yang perlu diperhatikan oleh penerbit agar buku digital lebih diminati konsumen. Antara lain:

1. Kemudahan akses

Gawai yang dapat digunakan untuk mengunduh buku-buku digital ada bermacam-macam, masing dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing dan buku-buku yang disediakan pun beragam formatnya. Hal ini tentunya menyulitkan masyarakat karena mereka harus memiliki gawai khusus untuk membaca buku digital, seperti Nook, Kobo, maupun Kindle.

Gambar 9. Gawai Pembaca Buku Digital (Sumber: the-ebook-reader-home, 2019)

Untuk mengatasi masalah ini beberapa penerbit Indonesia mulai memublikasikan buku digitalnya melalui berbagai aplikasi pada smartphone. Baik aplikasi keluaran penerbit sendiri, maupun memanfaatkan aplikasi seperti Google Play Book Indonesia sebagai negara pengguna smartphone yang cukup besar sehingga merupakan pasar yang potensial bagi layanan buku digital berbasis aplikasi

smartphone.

2. Metode Pembayaran

Berbeda dengan buku fisik yang bisa dibayar langsung di toko buku, untuk membeli buku digital tidak jarang konsumen harus melakukan pembayaran

(14)

27

26

dengan kartu kredit, hal ini menyulitkan bagi sebagian masyarakat khususnya ekonomi menengah ke bawah yang tidak memiliki kartu kredit. Oleh karena itu penerbit dan penyedia buku digital perlu mengadopsi/ bekerjasama dengan

marketplace online Indonesia yang sukses berkat berbagai macam metode

pembayaran, mulai transfer bank, hingga pembayaran tunai di mini market.

Gambar 10. Metode Pembayaran Marketplace Online Indonesia (Sumber: tokopedia.com, 2019)

Salah satu aplikasi buku digital yang memiliki fleksibilitas dalam metode pembayarannya adalah Google Play Book. Ada tiga metode pembayaran yang dapat dipilih oleh pengguna Google Play Book, antara lain menggunakan pulsa dan menggunakan voucher Google Play yang dapat dibeli di minimart.

Untuk penerbit yang memiliki aplikasi membaca Buku Digital sendiri, seperti gramedia digital selain strategi diatas juga dapat memanfaatkan jaringan toko-toko buku yang telah tersebar di seluruh Indonesia sebagai sarana pembayaran buku digital yang dilakukan oleh masyarakat. Bahkan penerbit dapat memanfaatkan toko buku sebagai touch point penjualan buku-buku digital yang telah dibundling dengan produk fisik.

3. Bundling dengan produk fisik.

Keengganan penggemar buku untuk beralih mengoleksi buku digital juga disebabkan oleh hilangnya ‘rasa memiliki’. Pada saat membeli buku fisik, seorang kolektor buku dapat meraba, menyentuh, dan merasakan produk yang telah dibelinya. Perasaan tersebut tidak didapatkan ketika membeli buku digital. Oleh karena itu penerbit perlu memikirkan strategi penjualan buku digital melalui bundling dengan produk fisik. Hal semacam ini sudah umum dilakukan para penyedia konten digital internasional. Apple music misalnya, layanan penyedia konten lagu berbasis ios ini memiliki program bundling dengan headphone beats

(15)

27

26

voucher berlangganan apple music selama tiga bulan.

Gambar 11. Bundle Beats dan Voucher Langganan Apple Music (Sumber:beatsbydrdre.com, 2019)

Buku digital tidak bisa sepenuhnya menggantikan buku cetak, namun jika sebagian konsumen buku cetak beralih ke Digital. Maka buku digital dapat megurangi dampak negatif yang ditimbulkan dari produksi buku cetak, tanpa mengganggu pertumbuhan industri penerbit serta ekonomi kreatif Indonesia.

***

Referensi

Wiskandini, Y. 2013. Pengolahan Limbah Cair Industri Percetakan secara Elektrolisis dengan Elektroda Karbon/Karbon. Chem Info Journal, 1(1), 51-58.

Sabiha Zehra Rizvi, S.M. Shafi, Nadim Akhtar Khan, 2012. “Environmental concerns in the knowledge industry: literature review”, Library Review,

Vol. 61 Issue: 7, pp.526-537

Sutanto, L. 2010. Kiat Jitu Menulis dan Menerbitkan Buku. Jakarta: Penerbit Erlangga

Website:

Dhamara, Helmi. 2017. Bagaimana Proses Pembuatan Kertas. (Diakses di https:// www.dictio.id/t/bagaimana-proses-pembuatan-kertas/12134 September 2018)

Green America’s Better Paper Project. 2017. Paper Production and Consumption Facts, Global and U.S. Paper Production and Consumption Statistics. (Diakses di: https://www.greenamerica.org/sites/default/files/inline-files/Paper%20Facts%202017.pdf September 2018)

(16)

PB

28

Green Press Initiative. 2007. (Diakses di: http://www.greenpressinitiative.org/ about/bookSector.htm September 2018)

IKATAN PENERBIT INDONESIA. 2018. Data Perbukuan Indonesia (Diakses di: http://ikapi.org September 2018)

Madadi, Aaliyah. The Environmental Implications of Digital Publishing (Diakses di:

https://hub.uberflip.com/blog/the-environmental-implications-of-digital-publishing September 2018)

Rahmani, Siti Astari. 2016. Proses Pengolahan Pulp dan Kertas. (Diakses di http:// www.academia.edu/9368704/Proses_Pengolahan_Pulp_dan_Kertas) UCSA, Science for a healthy planet and safer world. 2017. Wood Products (Diakses

Gambar

Gambar 1. Jumlah ISBN yang Diajukan 2010-2015 (Sumber: Perpusnas RI)
Gambar 2. Infografis Realissasi Kegiatan Direktorat Riset dan Pengembangan  Ekonomi Kreatif 2016 (Sumber: www.bekraf.go.id)
Gambar 3. Emisi Karbon Dioksida dari Pabrik Kertas (Sumber: http://www.greenpressinitiative.org/, 2019)
Tabel 1. Daftar 30 Negara Produsen dan Konsumen Kertas Dunia (Sumber: Pulp and Paper International, 2014)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengandalian motor DC dilakukan menggunakan sistem kendali cascade PI yang mengendalikan kecepatan putar motor DC dengan dua loop sistem yaitu loop kendali tegangan

Fotokopi Keputusan Menteri Pendidikan Nasional atau Menteri Agama tentang penetapan atau pemberhentian Guru dan Dosen penerima tunjangan yang telah dilegalisasi oleh pejabat yang

Proses kalibrasi dan validasi yang baik akan menghasilkan coefficient nash yang mendekati 1, dan titik-titik di dalam Gambar 20 akan terlihat mengumpul di sekitar

Ayverdi, Sâmiha: İbrâhim Efendi Konağı, Kubbealtı Neşriyâtı, 12.b., İstanbul 2012.. Ayverdi, Sâmiha: İnsan ve Şeytan, Kubbealtı Neşriyâtı, 7.b., İstanbul,

Simpang empat Kota Gorontalo termasuk simpang yang berada di pusat Gorontalo, yang banyak dilewati oleh sejumlah kendaraan baik kendaraan ringan maupun kendaraan

dengan perusahaan semen yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh pemegang saham. asing yakni laporan keuangan

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan profil miskonsepsi siswa yang mengikuti pembelajaran kontekstual berbantuan multimedia interaktif dan siswa yang

terhadap keputusan pembelian Cafe Wapres JK Pemalang, 2) terdapat pengaruh persepsi harga terhadap keputusan pembelian Cafe Wapres JK Pemalang, 3) terdapat